Share

lima puluh

Penulis: Puspita852
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-25 06:37:54

Sebuah foto yang menunjukkan dua manusia berbeda jenis kelamin saling berciuman tanpa menggunakan sehelai pakaian terpampang di layar ponsel Rudi. Mungkin, bagi sebagian orang itu adalah sebuah foto yang sangat menarik, karena bisa memicu birahi. Akan lain cerita jika yang menjadi obyek adalah orang terdekat kita. Malu dan marah itulah yang terjadi.

"Apa yang kau inginkan?" tanya Rudi dengan suara tegas, jika diibaratkan benda, suaranya layaknya sebuah belati yang dingin dan sangat tajam, menakutkan. Rudi mengepalkan tangannya, andai orang tersebut ada didepannya detik itu juga Rudi akan menghajarnya. Mungkin, sampai lelaki itu menghembuskan napas terakhirnya.

"Tanyakan pada istri jalangmu itu, hahahaha," sahut si penelpon yang tak lain adalah Haris. Setelah tertawa yang terdengar puas, Haris langsung memutuskan panggilannya. Rudi masih bergeming, rahangnya mengeras sementara tangannya menggenggam kuat alat komunikasinya.

Rudi berjalan mendekati Santi, tatapannya yang tajam membuat w
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   lima puluh satu

    "Mbak, ke masjid yuk, biar Alif sama Abang. Keburu siang," ujar Vina yang menyadari kekakuan diantara Ambar dan Kakaknya."Iya, nggak pa-pa pergi aja, Bundanya Alif," sahut Iyan tanpa menoleh. Ada sedikit lengkung di bibirnya ketika berucap. Gemas."Hais! Abang ini apa-apa sih. Kenapa manggil Mbak Ambar seperti itu?" Vina menatap kakaknya dengan tatapan menghujam. "Oh, aku lupa, kalian belum kenalan ya?" imbuhnya, kali ini mau tak mau Iyan pun menoleh tak mengerti apa maksud adiknya berkata seperti itu. "Baiklah, Alif ... sekarang kenalkan bundamu sama Om Baik," titah Vina pada bocah bermata bulat itu.Alif menelengkan kepalanya, bocah itu tak mengerti apa sedang terjadi diantara tiga orang dewasa yang tengah mengelilinginya. Tanpa diduga, Iyan mengulurkan tangannya pada Ambar. Seolah membeku, wanita bersio kerbau itu tak merespon melihat tangan besar Iyan yang siap menerima tangannya yang mungil."Bunda kok diem aja, Om Baik mau kenalan sama, Bunda," ujar Alif dengan polos. Mendengar

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-25
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   lima puluh dua

    "Ibu!" teriak Siti memekakkan telinga. Siti yang lebih senang dipanggil Titi itu segera mendekati ibunya yang terkapar tak berdaya di lantai kamarnya. Namun, dia sama sekali tak menyentuh tubuh ibunya yang tak berdaya.Siti keluar dari kamar sambil mengibas-ngibaskan tangannya menghalau bau yang menusuk hidungnya, wanita bertubuh sintal itu berdiri di depan pintu. "Tolong! Mbak Santi, Mimi, Suji, Mas Rudi, Bik Mina. Tolong!" teriaknya bergema ke setiap ruangan. Namun, tak terlihat satu orang pun yang datang. Setelah Siti mengulang teriakannya, terlihat Mina datang dengan langkah tergopoh-gopoh."Cepetan, Bik!" serunya. "Lekas masuk, bantu ibu," titah Siti setelah Mina sampai di depannya.Wanita yang masih memegang lap itu tertegun ketika sampai di depan kamar sang majikan. Bau menyengat langsung menyambut kedatangannya."Ibu kenapa, Mbak?" tanyanya dengan suara lirih, hidungnya bergerak-gerak menghalau bau yang tercium dan membuat perutnya mual seketika."Aku juga nggak tahu, Bik. Kem

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-26
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   lima puluh tiga

    Sepanjang jalan Alif tak henti-hentinya bercerita pada Iyan yang duduk di samping kemudi taksi online yang mereka pesan. Sementara di bangku belakang ada Vina dan Ambar yang menyimak celotehan bocah berambut ikal tersebut. Sambil memainkan ponsel.Kedua alis bundanya Alif itu bertaut ketika mengetahui ada beberapa panggilan tak terjawab dari Fitri. Ambar pun segera menekan ikon ganggang telepon. Tersambung, tetapi tidak diangkat. Ambar mengulang untuk ketiga kalinya. Namun, tetap tak diangkat. Ambar pun tak mengulangnya lagi. Mungkin, Fitri sibuk, pikir Ambar."Om, kapan kita naik pesawatnya?" tanya Alif tiba-tiba, membuat lelaki berpenampilan santai itu berpikir sejenak."Alif maunya kapan?" tanya Iyan akhirnya sambil mengelus rambut bocah yang duduk di pangkuannya itu."Besok," sahut Alif cepat dengan senyum merekah menghiasi bibir mungilnya."Kak, jangan begitu. Kakak kan baru sembuh," sela Ambar. Sebagai ibu, dia merasa tak enak hati, selain itu Ambar juga khawatir jika suatu saat

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-26
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   lima puluh empat

    Empat orang dewasa dalam kendaraan itu tak ada yang membuka suara. Semua diam termasuk Alif. Bocah itu memang belum mengerti apa yang telah terjadi. Namun, dia seolah bisa merasakan apa yang dirasakan oleh bundanya. Semuanya diam, memikirkan beberapa kemungkinan menurut versi masing-masing."Sabar ya, Mbak. Setiap musibah pasti ada hikmahnya," hibur Vina, gadis berlesung pipi itu tak bisa menahan diri ketika melihat Ambar berkali-kali mengusap sudut matanya. Ambar mengangguk kecil. "Iya, Vin. Terima kasih," sahut Ambar. Setelah itu wanita berbintang Capricorn itu kembali mengusap sudut matanya yang basah."Aku bersyukur, Fitri dan Ibu ndak ada di sana. Aku ndak bisa membayangkan jika mereka sampai ...." Ambar tak bisa melanjutkan kata-katanya, butir bening asin itu meluncur deras di pipinya. Vina mengulurkan tisu, bibirnya tertutup rapat dengan mata berkaca-kaca.Ponsel milik Ambar berdering, memecah keheningan dalam kendaraan yang tengah melaju itu. Mendengar nada panggilan itu memb

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-26
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   lima puluh lima

    "Bagaimana ini, Bu. Apa kita tetap meminta ganti rugi? Alamatnya kayaknya gak terlalu jauh." Lelaki pemilik kontrakan yang terbakar itu meminta persetujuan pada istrinya."Ya harus lah, Pak. Sama seperti yang dulu-dulu. Minta yang banyak sekalian biar kita gak rugi," sahut istri pemilik kontrakan."Jangan lupa bagian kami, Bos," ucap seseorang yang terlihat sangar."Bukannya kamu sudah mengambil barang-barang milik Ambar?""Gak ada barang berharga, Bos. Hanya perabotan masak. Istriku juga sudah punya.""Kamu jual, kan bisa jadi uang. Go blok!" Lelaki berbadan besar itu terlihat kurang suka dengan ide pemilik kontrakan."Alah, ya udah besok temani aku ke rumah laki-laki tersebut."**Vina mengajak Ambar masuk ke sebuah kamar yang letaknya paling ujung. Kamar yang memang diperuntukkan untuk tamu. Dalam kamar tersebut sudah ada kamar mandinya, jadi memudahkan para tamu yang tengah menginap.Rumah mereka memang tidak terlalu besar, sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan rumah Rudi y

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-26
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   lima puluh enam

    Rudi memperhatikan ruangan yang minim hiasan itu dengan seksama. Lelaki itu hampir tak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini. Tempat tinggalnya bahkan lebih mewah dan megah dari rumah orang yang menggajinya. Dia juga tak melihat ada kendaraan yang terparkir di depan rumah. "Apa aku salah alamat ya," gumamnya merasa tak yakin.Iyan berjalan sambil menggandeng Alif. Namun, baru beberapa langkah Alif melepaskan pegangannya. "Perut Alif sakit, Om. Mau ke kamar mandi," ujar bocah bermata bulat itu, kedua tangannya memegang perut sambil meringis menahan sakit."Ya udah, sana. Nggak usah lari-lari," pesan Iyan yang tak dihiraukan oleh bocah berambut ikal tersebut karena ingin segera sampai di kamar mandi."Alif kenapa?" tanya Ambar saat putranya itu melintas di depannya yang sedang membereskan meja makan."Mau pup, Bunda," sahutnya tanpa berhenti berlari. Ambar yang belum selesai dengan kegiatannya memilih menghentikan dan menyusul Alif ke kamar tempatnya menginap."Alif kenapa, Mbak

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-26
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   lima puluh tujuh

    Setelah beberapa saat menunggu akhirnya petugas rumah sakit pun datang. Bik Mina diutus menemani Samina dalam mobil ambulans. Sementara Santi dan Sumi mengendarai kendaraannya sendiri.Sampai di rumah sakit Samina langsung dibawa ke ruang ICU untuk mendapatkan pertolongan medis. Santi mendengkus, dia menggerutu karena harus berurusan dengan rumah sakit lagi. Seorang perawat menghampirinya untuk segera mengurus administrasi. Setelah selesai dengan urusan administrasi, Santi kembali menemui Sumi dan Mina yang masih menunggu di depan ruangan ICU. "Mi, aku pergi dulu. Kamu di sini sama Bik Mina. Ini untuk jaga-jaga." Santi menyerahkan sejumlah uang pada adiknya. "Jaga baik-baik dan gunakan seperlunya saja," imbuhnya sebelum berlalu meninggalkan Sumi dan pembantunya.Santi mengendarai mobil kesayangan menuju rumah Haris. Dia ingin membicarakan ancaman pengacara sekaligus teman dan entah apa hubungan mereka itu.Petugas yang berjaga di gerbang sebuah perumahan itu sudah hapal dengan kenda

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-26
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   lima puluh delapan

    "Assalamualaikum," sapa Alif."Wa'alaikumussalam," balas Rudi dengan suara bergetar. Akhir-akhir ini lelaki itu memang sering mengeluarkan air matanya."Ayah?" tanya Alif setelah mendengar seseorang menyebut namanya di sebrang sana."Kok sekarang fotonya beda, Yah? Ayah ndak boleh gitu, nanti bunda sedih, Yah. Siapa dia, Yah? Kenapa dia mencium Ayah?" Protes Alif penuh tanya. Di ujung telepon Rudi membeku, dia tidak bisa menjawab pertanyaan putranya yang di luar dugaan."Halo? Ayah," panggil Alif karena tidak ada jawaban dari seberang. "I-iya, Kak. Ini Ayah, Sayang. Itu foto saudara ayah, Kak. Jagoan ayah apa kabar?" tanya Rudi mencoba mengalihkan pembicaraan. Saat ini netranya tak lagi memanas. Namun, sudah siap menumpahkan air mata. Rudi merasa dihantam godam yang sangat besar dan tepat mengenai hatinya."Aku udah sehat, Yah. Kenapa kemarin pas pulang ayah ndak nunggu Alif bangun? Alif kan masih ingin bermain bersama ayah, tapi sekarang Alif ndak sedih lagi, Yah. Karena ada Om Baik

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-26

Bab terbaru

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   seratus satu

    "Ada apa, Dek?""Kinan ndak nyahut, Bang.""Kinan! Kinan! Buka pintunya, Kinan!"Karena masih belum ada jawaban, Iyan pun mulai mendobrak pintu. Namun, setelah dobrakan kedua terdengar anak kunci yang diputar. Suami-istri itu saling berpandangan, kemudian perlahan melangkah mundur. Pintu kamar terbuka, Iyan dan Ambar sama-sama terperanjat melihat pemandangan yang tersaji di depan mata."Lebih baik aku mati, aku sudah tidak kuat ...." Tubuh berlumuran darah itu ambruk tetapi masih bisa ditahan oleh Iyan, sehingga tak sampai tersungkur."Ya Allah, Kinan!" seru Ambar bersamaan dengan Iyan."Ambil kunci mobil. Kita ke rumah sakit!"Keduanya bergegas ke depan menuju mobil, kemudian dengan kecepatan tinggi Iyan membelah jalanan yang tidak terlalu padat.**Semua keluarga kembali dan langsung ke rumah sakit di mana Kinan dirawat. Begitu juga dengan Miranti dan Bowo, keduanya langsung berangkat setelah mendapatkan kabar. Diiringi isak tangis, Miranti berkali-kali meminta maaf pada Farida kar

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   seratus

    Malam sudah larut ketika mobil yang dikendarai Iyan sampai di kediamannya. Selama perjalanan, kedua pasutri itu membicarakan banyak hal, bercanda dan tertawa. Sementara Kinan memilih untuk memejamkan matanya, wanita bertubuh agak berisi itu berpura-pura tidur untuk meredam gejolak amarah karena cemburu, hingga dia benar-benar terlelap, walaupun tak nyenyak. Iyan meminta Ambar untuk membangunkan Kinan. Sementara dia membuka pintu."Mbak Kinan, bangun. Sudah sampai rumah," ucap Ambar dengan suara pelan sambil mengguncang pundak wanita pemilik wajah manis itu. Kinan mengerjap, setelah kesadaran pulih, tanpa bicara dia keluar dari mobil dan berlalu begitu saja meninggalkan Ambar yang masih berdiri mematung di samping mobil."Terima kasih, Mas," ucap Kinan saat dia sampai di depan Iyan yang berdiri di samping pintu, Iyan hanya tersenyum dan itu membuat Kinan melanjutkan langkahnya dengan pelan. Wanita yang tengah hamil muda itu semakin kesal ketika Iyan melangkah ke arah istrinya.Kinan se

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh sembilan

    "Ya udah kalau terserah abang. Kamu nggak boleh protes ya." Akhirnya dia berucap. Ambar yang mendengarnya hanya menghedikkan bahu sebagai jawaban.Wanita pemilik bulu mata lentik itu mengerutkan keningnya setelah mobil yang dikendarai suaminya hanya berpindah tempat parkir."Hotel?" tanyanya sambil mengamati sekitar."Iya, katanya terserah aku. Aku kan mau makan itu," goda Iyan sambil menaik turunkan kedua alisnya."Abang ...." Ambar benar-benar tak menyangka suaminya bisa berpikir ke situ."Udah dua malam loh, Dek. Kamu tak tahu bagaimana rasanya jadi aku." Saat mengatakannya Iyan memasang muka memelas hingga membuat Ambar gemas."Tapi ... tapi kenapa mesti di hotel? Aku ndak bawa surat nikah loh," sanggah Ambar cepat."Tenang," sahut Iyan sambil mengeluarkan buku tipis dari laci mobil."Abang, ish ...." Ambar semakin salah tingkah dibuatnya."Yuk! Ayo ... apa mau tak gendong?" ancam Iyan karena Ambar tak kunjung beranjak dari tempat duduknya. Bundanya Alif itu mengalah, dengan langk

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh delapan

    Sepanjang perjalanan Kinan tak henti-hentinya bercerita, walaupun tak ada tanggapan yang berarti dari Iyan. Sementara Ambar masih sibuk dengan ponselnya. Kali ini bundanya Alif itu tengah berbalas pesan dengan Vina. [Hai, Mbakku. Lagi ngapain?] tanya Vina dalam pesannya.Ambar mengambil foto lalu mengirimkan pada Vina [Lagi nganterin bumil periksa] balasnya.Vina mengirimkan emoticon mata terbelalak, menandakan kalau dia tengah terkejut. [Baru kemarin dia periksa loh. Wah nggak bener ini] balasnya yang diakhiri dengan emoticon marah.[Biarin aja kita ikuti saja permainannya. Rencana kalina mau nginep berapa hari?] Ambar mengalihkan pembicaraan.[Terus Abang bagaimana? Apa dia nggak nolak gitu?] tanya Vina lagi, gadis itu sungguh penasaran campur geram pada Kinan.[Udah, tapi mo gimana lagi, di rumah cuma ada kita kan] terkirim dan langsung centang biru. Vina sedang mengetik."Dek Ambarku, seru banget main ponselnya, sampai senyam-senyum sendiri." Iyan yang sudah penasaran dengan sika

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh tujuh

    Kedua insan yang tengah kasmaran itu meredam gejolak yang tadinya berkorbar. "Aku akan melihatnya," ucap Ambar dengan suara serak dan napas tersengal."Aku saja," cegah Iyan yang juga tengah mengatur napasnya."Jangan, Bang. Itu pasti Kinan. Bair aku aja. Abang mandi dulu gih, sebentar lagi Magrib," ujar Ambar sambil melangkah menuju pintu."Ada apa, Mbak Kinan?" tanya Ambar setelah pintu terbuka."Maaf, Mbak Ambar. Mas Iyan-nya ada? Aku mau bicara dengannya." Tanpa rasa segan Kinan mencari lelaki yang jelas-jelas sudah beristri."Katakan saja, nanti aku sampaikan padanya," sahut Ambar cepat."Aku lebih enak ngomong sama Mas Iyan langsung." Kinan masih bersikeras dengan keinginannya."Ada apa, Dek?" tanya Iyan yang baru saja keluar dari kamar mandi. Melihat Iyan yang tengah mengacak rambutnya yang basah, Kinan menjadi kesal, wanita yang tengah hamil muda itu cemburu."Nanti habis Magrib, Mas Iyan antar aku periksa ke bidan ya? Sebenarnya balum waktunya balik, tapi badanku rasanya kura

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh enam

    "Maaf, Tante. Aku ndak bisa ikut, tadi aku sudah bilang sama Mas Iyan?" Ucapan Kinan mengejutkan semua orang yang sudah bersiap-siap untuk pergi. Mereka semua menoleh pada wanita berparas ayu tersebut.Vina yang sudah bersiap mengangkat ransel, kembali meletakkannya. "Bagaimana bisa, Kinan. Alif aja ikut kami, harusnya kamu ngerti dong." Vina sudah tidak tahan lagi. Adik ipar Ambar itu semakin kesal menghadapi keras kepalanya Kinan."Aku sungguh kurang enak badan, Vin. Kamu tahu, bahkan hanya mendengar kata 'naik mobil' perutku sudah mual," sanggah Kinan."Omong kosong!" umpat Vina yang sudah tidak tahan lagi dengan sandiwara Kinan."Vina ...." Sebenarnya Farida mengerti mengapa putrinya bersikap seperti itu, setelah semua bekerjasama memberi waktu pada Iyan dan Ambar, Kinan malah merusaknya. "Dia hanya berpura-pura, Bu," tukas Vina. Namun, wanita yang melahirkannya itu tak begitu menghiraukan. "Sudahlah, jika Kinan tak mau ikut, nggak usah dipaksa. Ayo sekarang kita ke depan, kasih

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh lima

    "Ada yang bisa kubantu?" tanyanya membuat Ambar berjingkat. Setelah bisa menguasai keterkejutannya Ambar pun membalas ucapan suaminya. "Ndak usah .... " Bundanya Alif itu menjeda kalimatnya, wanita itu bingung harus memanggil Iyan dengan sebutan apa."Kenapa diam?" tanya Iyan dengan suara rendah. Lelaki itu semakin mendekat dan itu semakin membuat Ambar gugup."Em ....""Bingung mau manggil aku dengan sebutan apa?" tanya Iyan, tatapannya semakin fokus pada sang istri.Ambar tersenyum kemudian mengangguk. "Susah kah?" tanya Iyan lagi. Karena merasa didesak akhirnya Ambar memberanikan diri mengangkat wajahnya."Sebenarnya ndak susah, cuma canggung aja. Tiba-tiba saja kita sudah menikah," balasnya. Tatapan mereka bertemu, keduanya seoalah enggan mengalihkannya, Iyan dan Ambar saling jatuh cinta."Senyamannya kamu, kalau aku ... Em, boleh nggak kalau aku manggilnya 'Dek'?" Akhirnya kalimat sakti itu keluar juga dari bibir lelaki jangkung tersebut. "Bunda ....!" Seruan Alif membuat mer

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh empat

    "Ada apa? Siapa yang meninggal, Sumi?" tanya Haris dengan suara serak, khas orang bangun tidur. Di KTP-nya, lelaki itu beragama Islam, walaupun kenyataan dia jarang atau hampir tidak pernah melakukan perintah Tuhannya. Namun, dia tahu dan paham untuk apa kalimat yang diucapkan Sumi tadi. Walaupun sebenarnya kalimat itu tak hanya untuk berita kematian, karena sejatinya disaat kita tengah mengalami hal buruk dan kesialan, kita bisa juga mengucapkannya."Aku-aku ... mau ke rumah sakit sekarang," balas Sumi. Wanita itu memungut ponselnya yang tergeletak di lantai tanpa menjawab pertanyaan lelaki yang masih bergulung selimut itu. Setelah mengamati dan memastikan jika benda pintar miliknya itu baik-baik saja, Sumi pun meletakkannya kembali di meja, kemudian dengan langkah tergesa dia menuju ke kamar mandi. Setelah bayangan Sumi tak lagi terlihat, dengan malas Haris bangkit dari tidurnya, kemudian duduk di tepi ranjang lalu membuat gerakan peregangan otot. Sumi yang baru saja keluar dari ka

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh tiga

    Sementara di dalam kamar, Iyan dan Ambar tak bisa berbuat lebih, mereka hanya berbaring di sisi kiri dan kanan Alif sambil saling menatap, untuk saat ini bocah lelaki itu yang menguasai ranjang. "Maaf ...," ucap Ambar dengan suara yang hampir tak terdengar. "Ok," sahut Iyan tanpa suara, lelaki itu hanya menggerakkan bibirnya kemudian tersenyum. Setelah cukup lama saling pandang, Iyan memberanikan diri, tangan kanannya terulur lalu membelai rambut hitam milik Ambar. Bundanya Alif itu tersipu malu, tetapi dia begitu menikmatinya, hingga keduanya sama-sama terlelap.Pagi adalah waktu yang sibuk bagi setiap ibu rumah tangga, begitu juga dengan Ambar. Setelah selesai melaksanakan kewajiban dua rekaat, bundanya Alif itu langsung menyibukkan diri di dapur. Sementara para lelaki penghuni rumah itu masih belum kembali dari musolah. Aroma kopi dan teh melati yang menguar di seluruh ruangan membuat Vina keluar dari kamarnya dan melangkah ke dapur."Ih, pengantin baru rajin amat," godanya pada

DMCA.com Protection Status