POV Author.Sementara itu, dalam sebuah ruangan yang berada dipuncak sebuah gedung termewah di Negeri ini, Sebuah ruangan yang sangat mewah dan luas, bahkan untuk masuk kedalam sana hanya orang terpercaya serta para petinggi perusahaan yang memiliki ijin khusus saja yang diperbolehkan untuk masuk kedalam ruangan tersebut. melihat dari gelagatnya, tampak jika pria yang masuk saat itu adalah salah satu dari orang kepercayaan sang presiden direktur. didalam ruangan tersebut, tampak seorang pria sedang duduk dibelakang sebuah meja ekslusif dengan ditemani oleh seorang sekretaris pribadinya."Ada berita apa Pak Handono ?" tanya pria tersebut dengan suara yang penuh wibawa. Bahkan dari suara dan cara bicaranya saja membuat lawan bicaranya akan tunduk hormat karena wibawa dan kharismanya. Dialah sang presiden direktur Sanjaya Group, Kelvin Sanjaya. Dikenal juga sebagai salah satu dari 9 naga penguasa di Negeri ini.Pria yang disapa Handono tersebut agak tercenung sejenak untuk melaporkan ber
Malam harinya, ruang tamu yang sudah di dekorasi dengan sedemkian rupa membuat kesan mewah pestanya lebih terasa dan beberapa tamu undangan pun sudah mulai tampak hadir. Termasuk diantaranya sahabat-sahabat Ren. Mivi, Reni, dan beberapa teman kelas Ren lainnya. Teman Awan, tidak ada yang hadir kecuali Irene dan Karin, karena kebetulan mereka satu ekskull dengan Renata. Bukan Awan tidak ingin mengundang mereka, namun karena ini temanya ulang tahun Renata, sehingga ia merasa sungkan untuk mengundang sahabat-sahabatnya di sekolah. Namun ada pasangan yang menarik perhatian saat itu, disamping karena pakaian yang dikenakan mereka sangat elegan dan mewah, yaitu karena mereka berdua sangat populer di sekolah, mereka adalah Roy dan Angel."Terimakasih sudah datang." Sambut Awan pada keduanya dengan ramah. Walau dalam hati Awan cukup heran, kenapa keduanya datang bak pasangan pada umumnya."Thanks bro. Btw, mana nih yang ultah, kok gak keliatan ?" ujar Roy hangat sambil menjabat tangan Awan. B
"Hai..." panggil Renata sambil melambaikan tangannya di depan wajah Awan."Hihihi, sampai terpesona begitu tuh pangerannya." Kata Mivi yang berjalan mendekat kearah mereka ditemani oleh Reni.Renata menahan senyum malu dan senang melihat Awan yang sampai terpana melihat penampilannya. Perjuangannya berdandan secantik mungkin terbayarkan karena berhasil memukau kekasih hatinya tersebut."Hmnn.. hmnn." Kata Bu Lina yang berdiri dibelakang Renata."Eh, Mama.." ucap Ren yang seolah terlupa kalau ia berusan jalan diiringi oleh Mamanya."Segitunya kalau sudah jumpa dengan Awan mah, sampai Mama yang bediri dibelakangnya tidak lagi dianggap." Ledek Bu Lina."Mama, apaan sih. Malu tuh, ada teman-temannya Ren." Ujar Renata malu-malu."Lah kenyataannya begitu. lupa kah ? siapa yang bantuin dandanin dari tadi, hmnnn." Kata Bu Lina semakin menggoda anak gadisnya tersebut."Iya, marahin saja Tan. Kebiasaan tuh Renata, di sekolah saja kalau sudah sama Awan, kita sahabatnya malah dilupain." Ucap Mivi
Para tamu undangan kompak menyanyikan lagu happy birthday untuk menyemangati Renata, Renata memejamkan matanya sejenak sambil mengucapkan doa dalam hati. namun, saat ia akan bersiap memotong kue yang ada didepannya, seorang laki-laki yang baru saja datang, menyela, "Aku boleh mengucapkan selamat ulang tahun dulu gak ? sebelum kuenya dipotong!""Zidaann.." ucap Ren spontan sambil membelalakkan mata senang. Lalu dengan agak berlari senang ia menghampiri cowok yang baru datang tersebut dan memeluknya dengan senang. Sontak membuat semua yang hadir terpana dan bertanya-tanya siapakah pemuda itu. Awan sendiri melihat pemuda yang tidak dikenalnya berbicara sangat dekat dengan Ren membuat hatinya sedikit panas.Ren yang seakan tersadar karena semua orang memerhatikan mereka, segera memperkenal cowok tersebut pada semua yang hadir, "maaf semuanya. Perkenalkan, ini teman semasa kecil saya, Zidan! Kami sudah lama tidak bertemu, jadi sekali-kali bertemu, so excited banget." Ucap Ren."Zid, sini a
Bukan Pak Usman namanya, jika kecepatannya sampai ada yang menandingi. Sebagai salah seorang Seven Devil yang berjaya di masanya karena kecepatannya, membuat Pak Usman menambah kecepatannya. Bahkan oleh orang biasa mungkin akan sulit melihat gerakan cepat Pak Usman.Baaamm baaammmBegitu dua serangan Pak Usman masuk ke wajah dan kepala Agung, membuat sang lawan sedikit terjengak dan kesempatan itu dimanfaatkan oleh Pak Usman untuk menyerang ulu hati dan jantung lawannya.Bughh bughh bughh bguhhhEmpat pukulan kuat dari pak Usman bersarang telak dan membuat Agung terhempas kebelakang."Hukkkkkhh." Agung memuntahkan darah segar dari mulutnya, namun bukannya membuat ia jera karena telah bertarung dengan Pak Usman. Justru membuat senyumnya semakin mengembang, sebuah senyum yang sangat mengerikan. Karta sendiri dengan 3 orang muridnya, juga terlihat sangat santai. Justru membuat firasat Joe yang menyaksikan semua itu menjadi tidak tenang.Noura sendiri juga bersiap diposisinya, ia merobek
Ternyata yang menyerang Awan barusan adalah benny si nomor 6.Melihat yang maju adalah Joe, maka Totok juga turut berdiri disamping Benny."Sebenarnya tidak Fair juga kalau kami harus maju berdua, namun khusus untuk menghadapi Anda, maka kami harus menunjukkan kemampuan terbaik kami, bukankah begitu, Joe ketua sementara Klan Atmaja, yang sebentar lagi sepertinya harus berakhir disini riwayatnya, hehehe.""Tidak masalah kalau kalian mau maju berdua sekaligus, tapi sebenarnya saya lebih ingin bertarung dengan Guru kalian." Ujar Joe dengan tenangnya."Hahaha, terlalu cepat 100 tahun bagi kamu untuk menantang Guru kami. Tapi, sebagai ketua sementara klan Atmaja saat ini, patut kuacungi jempol nyalimu." Ucap Benny."Banyak bacot kalian." Ujar Awan merengsek maju duluan, jiwanya yang masih muda membuat Awan terlalu cepat panas. Lalu pecahlah pertarung antara dua kubu tersebut, Pak Usman kali ini bisa mengimbangi kemampuan Agung. Sementara itu, Awan bertarung dengan Harmen. Keduanya terlihat
Harmen sendiri sudah tidak berdaya, dia hanya terkulai tidak berdaya dengan satu tangannya masih kupegangi. Melihat lawanku yang sudah takluk, membuatku semakin bersemangat untuk menyiksanya. Aku seperti menemukan kesenangan tersendiri dengan menyiksanya.Kraaakkkk"Aaarrgggkkkk.." tangan kanannya kupatahnya, bahkan sampai langsung terlepas dan putus dari sendinya, tampak darah segar langsung menyembur dari lengannya yang putus dan membasahi tubuhku."aaaaaaaa..." aku mendengar orang-orang menjerit tertahan. Loh, kenapa mereka seperti takut melihatku ?Aku melihat kesekelilingku, tidak adalagi pertarungan. Semuanya jadi terhenti dan malah memperhatikanku. Namun aku belum puas sampai disini, aku ingin darah lebih banyak lagi.BaaarrkkkkkAku menghantam kaki Harmen, sehingga tulang kakinya langsung terlipat ke atas.BraaakkkkkSama seperti tangannya, aku langsung menarik kuat ujung kakinya keatas, sehingga terlepas dari sendinya. Melihat darah mengucur semakin banyak membasahi lantai da
POV AuthorSaat Awan melangkah keluar dari rumah Wijaya, terjadi keributan dan kepanikan dalam ruangan. Joe yang di dapuk sebagai ketua Klan sementara, tentu saja merasa sebagai orang yang paling bertanggung jawab. Karena bagaimanapun, keamanan rumah dan keluarga besar Agus Wijaya dalam tanggung jawabnya. Dan saat ini, sebuah peristiwa yang sangat besar dan menegangkan terjadi tepat di depan matanya sendiri. Tindakan Karta yang tanpa diperkirakan sebelumnya dengan menghabisi keempat penjaga yang merupakan anggota klannya, belum lagi dengan terlukanya Arini, Ibu Awan, membuat Joe mau tidak mau menanggung sebuah beban yang berat.Dengan cepat Joe berhasil mengendalikan keadaan, ia berhasil menenangkan kepanikan keluarga Wijaya dan semua tamu undangan yang datang. Lalu Ia mengontak beberapa anak buahnya dan memerintahkan dengan cepat untuk membereskan sisa pertempuran yang terjadi malam itu. Ada sedikit perdebatan antara Joe dengan Noura, anaknya."Nak! Kamu urus yang disini yah. Jaga Bi
Awan teringat kejadian dimana dia koma dulu, jadi saat Ia sedang tidak sadarkan diri Angel mengambil kesempatan itu. Apa Ia sengaja menyelinap sendiri dan nekat masuk ke dalam kamarnya ? Tapi, apapun itu, Awan percaya jika Angel bisa melakukan itu. Angel cukup licik untuk trik seperti itu. Awan justru senang, ternyata ciuman pertama Angel masih dengan dirinya bukan cowok lain. Kalau tidak, Ia pasti akan cemburu dibuatnya."Hmn kenapa senyum-senyum?""Berarti sekarang kita sudah impas, karena kali ini Aku yang mencuri ciuman kedua mu. Jadi skornya satu-satu sekarang, xixixi."Baru saja mereka larut dengan kebahagiaan setelah berpisah sekian lama, terdengar himbauan untuk penumpang agar segera menaiki pesawat. Eskpresi Angel langsung berubah sendu."Pergilah." Kata Awan lembut dengan tatapan penuh cinta."Tapi..." Angel terlihat berat untuk melangkah pergi. Ia masih belum puas bersama Awan saat ini, Ia begitu mencintai Awan dan baru bertemu sebentar saja. Tapi harus segera pergi, Ange
"Tentu saja, Aku menyayanginya." Jawab Awan dengan yakin."Kalau begitu, kakak harus bergegas menyusulnya sekarang.""Hah, maksudnya?""Karena 3 setengah jam lagi pesawat Kak Angel akan berangkat menuju Inggris dari Bandara Soetta. Kak Angel telah memutuskan untuk melanjutkan studinya disana.""Apa? Kenapa kamu tidak bilang daritadi kalau Angel akan berangkat." Ucap Awan panik. Lalu bergegas pergi, tanpa menunggu penjelasan Raysha lebih lanjut.Dalam pikirannya saat ini adalah Angel, dalam hati Ia berulang kali merutuki kebodohannya selama ini. Ini salahnya juga, kenapa tidak menemui Angel sebelumnya. Dia tahu Angel berkarakter keras, kalau sudah memiliki kemauan, pasti Ia akan mewujudkannya.Selama ini, Awan hanya menyimpulkan sendiri jika Angel hanya sibuk dengan dunia sendiri. Tanpa Ia sadari, jika Angel melakukan semua itu untuk dirinya."Lihat akibat sikap keras kepalamu, membuat kita menjadi jauh seperti ini." Gumam Awan kesal.Semula Awan hendak meminjam mobilnya Devi, karena k
"Kamu mau meminta apa?" Tanya Awan melihat keraguan Karin."Apa Kamu sudah bisa move on dari Kak Nata dan menemukan penggantinya?"Pertanyaan Karin semakin membuat Awan binggung, Awal dia ingin meminta sesuatu, lalu malah bertanya. Apa korelasi pertanyaannya dengan permintaan yang akan diajukan Karin padanya.Awan berpikir sesaat, move on dari Renata? Jelas bayangan Renata masih begitu kental dihatinya. Bagaimana Ia akan bisa melupakannya? Kenangan yang ditorehkan Renata dalam hatinya begitu dalam hingga sulit baginya untuk menghapusnya begitu saja. Bahkan setiap Awan pergi ke Kota ini, kesedihan selalu menyelimutinya sepanjang waktu.Lalu, apakah Ia sudah menemukan penggantinya? Siapa, Annisa? Memang Ia mencintainya, tapi Ia belum ingin memikirkannya saat ini. Angel? Walau Ia semakin sering mengiriminya pesan dan telponnya yang tidak pernah diangkatnya, Awan mulai ragu dengan masa depannya bersama Angel karena sikap Angel sebelumnya."Move on, aku sedang berusaha. Untuk pengganti Ren
"Yaah, bisa gak sih kalau waktu berhenti sampai disini saja? Aku pengen bareng kalian terus." Ucap Veby sedih."Seandainya pun bisa, mungkin kita semua tidak akan pernah menjadi dewasa. Bukankah itu lama-lama akan membuat kita bosan? Justru dengan adanya waktu yang berjalan, kenangan hari ini dan sebelumnya akan menjadi kenangan terindah dalam diri kita masing-masing. Saat kita menyongsong masa depan dan kita bertemu lagi dengan diri kita yang sudah dewasa, bukankah itu jauh lebih indah?""Benar apa yang diucapkan Awan! Biarkan kenangan indah persahabatan kita, terukir abadi dalam hati. Yang perlu kita lakukan adalah memenuhi janji yang kita buat hari ini, lima tahun lagi kita akan bertemu kembali dengan masing-masing impian kita dan dengan diri kita yang lebih dewasa." Ucap Lina menanggapi."Iya, mari kita berjanji. Lima tahun lagi kita akan berkumpul dengan impian kita masing-masing." Kata Siska."Lima tahun lagi, kita akan berkumpul kembali." Ikrar yang lainnya penuh semangat."Loh
"Aw aw.. Sakit Vi.""Hahaha,, Hajar Vi."Teriak Siska senang begitu melihat Novi dan Radit yang mengaduh kena jeweran Devi."Aduh duh sakit, Vi. Lepasin.""Kebiasaan kalian berdua nih yah, mau ikut meluk Awan apa mau ngambil kesempatan?" Ujar Devi galak."Yah, kan sekalian gitu Vi." Balas Radit ngeles."Jewer aja terus Vi, kalau perlu sampai sampai putus telinganya. Emang tuh si Radit." Shiren ikut mengompori."Ciiee yang mentang-mentang udah bubaran jadi sengit gitu." Ledek Lina sambil tertawa."Wkwkwk, Shiren senang banget melihat Radit menderita sekarang."Yang lain malah ikut menertawakan Radit dan Shiren, sampai ketika Sherla mengalihkan topi pada Awan lagi, "Awan, kamu kemana aja selama ini?" Tatapan Sherla masih sama dengan yang dulu. Begitu tahu Renata meninggal saja, Sherla adalah orang yang paling bersedih. Dia sedih dengan meninggalnya Renata dan lebih sedih lagi karena Ia tahu jika Awan adalah yang paling kehilangan Renata saat itu. Ia tahu jika perasaannya tidak mendapat
Setelah berlalu beberapa hari, Mikha tampak sudah mulai bersikap seperti biasa. Tidak hanya itu, sekarang Ia bahkan tampak jauh lebih ceria dan bersemangat dari sejak Ia pertama datang. Mungkin karena tingkat hubungannya dengan Awan yang sudah lebih intim, membuatnya lebih bisa terbuka dalam segala hal. Sepanjang periode itu, Angel juga sudah berulang kali mencoba untuk menghubungi Awan. Tapi, Awan sedang enggan untuk menanggapinya saat ini. Bahkan notifikasi pesan masuknya sudah ribuan dan tidak ada satupun yang ditanggapi Awan.Alasan utamanya bukan karena apa yang dilihat Awan ketika di Resto sebelumnya, tapi karena sikap Angel sendiri yang tampak enggan untuk bertemu dengannya selama ini. Sehingga Awan pun mulai meragukan kelanjutan hubungannya dengan Angel.Tepat disaat Ia melihat-lihat hp-nya, sebuah notifikasi muncul. Ternyata itu adalah pesan dari sahabatnya, Sherla. Ternyata Ia memberi kabar tentang acara perpisahan mereka yang akan berlangsung 2 hari ke depan. Cukup lama j
Mikha memikirkan hendak menerima tawaran dari Mpok Rina. Awan sudah membaca gelagat Mikha, sehingga Ia cepat bicara, "Mikha akan tinggal bersama saya, Mpok."Mikha dan Mpok Rina sama terkejut dengan pernyataan Awan barusan."Maaf, Mas ini siapa yah?" Mpok Rina bertanya dengan menyimpan kecurigaan pada Awan. Ia melihat Awan semenjak tadi dan bahkan menemani mereka sampai ke tempat pemakaman. Cuma karena Ia fokus pada Mikha sebelumnya, sehingga tidak menghiraukan keberadaan Awan."Ia teman saya, Mpok. Namanya, Awan. Ia juga yang telah menyelamatkan Mikha sebelumnya." Mika khawatir jika Mpok Rina akan mencurigai Awan tidak baik, sehingga Ia cepat menjelaskan siapa Awan untuk menghindari kesalahpahaman."Oh, begitu. Terimakasih banyak, Nak. Kamu telah menyelamatkan Mikha, kasihan Ia sudah tidak punya siapa-siapa lagi sekarang." Ujar Mpok Rina ramah dan telah mengubah penilaiannya terhadap Awan."Tidak usah sungkan, Mpok. Mikha juga teman saya, sudah kewajiban saya menolong seorang teman.
2 jam kemudian, Awan dan Mikha sudah sampai disalah satu daerah pinggiran Ibu Kota. Disana Awan baru sadar, betapa besarnya ketimpangan antara lingkungan Apartemen yang ditinggalinya dengan tempat yang sedang dilaluinya bersama Mikha sekarang. Kebanyakan bangunan yang ada disini bersifat semi permanen dan bahkan ada sebagian rumah yang hanya berdindingkan seng dan kardus bekas.Ditambah jumlah penduduk yang begitu padat membuat tempat ini sebenarnya sangat tidak layak untuk dihuni.Menurut keterangan Mikha, rata-rata mereka yang tinggal disana adalah pendatang yang datang dari luar daerah untuk mengadu nasib di ibu kota. Tapi, karena biya hidup yang begitu tinggi sehingga mereka hanya sanggup untuk menyewa rumah-rumah liar seperti itu.Belum lagi, resiko digusur oleh satpol PP yang bisa datang kapan saja.Awan dan Mikha melewati beberapa gang, sebelum menuju salah satu rumah yang sangat-sangat sederhana. Itu adalah rumah kontrakan Mikha, namun herannya rumah itu begitu sepi. Mikha me
Karena situasinya yang sudah tenang dan mencair diantara mereka, tapi karena pelukan Mikha yang sekarang sudah tenang dan tidak takut lagi seperti sebelumnya. Belum lagi, kenyataan jika kulit mereka bersentuhan secara langsung, justru membuat Awan yang tidak tenang jadinya. Bagaimanapun Ia masih muda, memeluk wanita cantik dalam keadaan terbuka membuat begitu hasratnya mudah tergoda."Hmnn.. itunya bangun lagi." Tunjuk Mikha malu begitu sadar bagian bawah tubuh Awan bergerak. Ia tidak menyangka jika benda yang semalam telah mengoyaknya itu akan kembali terbangun, sehingga wajah Mikha kembali tersipu."Hmn, dia terbangun karena dipeluk wanita cantik.""Apaan sih." Ucap Mikha tersipu sambil mencubit pelan pinggang Awan.Setelah Mikha tertidur pulas disampingnya, Awan bergegas mencari informasi tentang geng Kapak Merah melalu jaringannya di Klan Atmaja. Bukan hal yang sulit untuk mencari informasi tentang gengster manapun dalam Negeri, karena Ia sendiri sudah punya kendaraan besar Klan