"Ini akibatnya bagi siapaun yang berani menyakiti orang kusayangi", kemudian dengan teriakan sambil mengeluarkan emosi di dada."aaaaaa..." kataku memberi sebuah uppercut tajam ke bagian kepalanya.Bughghhh... ia sampai terangkat dari lantai kemudian terhempas ke dinding, saat aku berniat mengakhirinya.Bruaaakkkkk..."arrgghhhh",Bunyi suara kesakitan dari belakangku dan suara kayu patah.Ternyata itu suara balok kayu yang dipukul kan oleh Radit ke kepalanya si Bopeng, rupanya ketika aku sedang menghajar temannya, si bopeng sudah bangun dan berniat menikamku dari belakang, untung Radit melihatnya dan mengambil balok kayu yang ada di dekatnya kemudian dengan sekuat tenaga memukul si Bopeng dari belakang.Si bopeng megelepar beberapa saat, kemudian pingsan tidak sadarkan diri."Thanks dit", ucapku mengacungkan jempol padanya.Radit mengacungkan jempolnya sambil menyeringai senang."ttollooooongg.." terdengar teriakan Ren dari lantai atas."Kita segera keatas Dit", sambil melangkah menda
Dengan sisa tenaganya ia meringsut mundur kebelakang. Darahnya membasahi lantai sepanjang ia meringsut. "Amm.. ammpun, gue hanya di perintah", katanya ketakutan. "Arggghhhhh", Teriaknya lagi begitu kakinya yang patah di injak oleh Awan. Dan blaammmmm Sebuah pukulan keras menghantam kepalanya dan membuat ia langsung pingsan seketika. Puas sampai di situ!, ternyata tidak. Awan langsung menghajar semua anak – anak geng motor yang masih bergerak dengan sadisnya sampai tidak ada satupun lagi yang bergerak. Ruangan itu seperti ruang penjagalan saja, darah berceceran dimana – mana. Tapi Awan seperti tidak puas, yang mash pingsan juga dihajarnya sampai mereka tersadar paksa dan dihajar lagi, ia tidak seperti Awan yang biasanya, karena yang menguasainya saat ini adalah emosi puncaknya, yang haus akan darah. "Bajingaann", teriak Bosky orang suruhan Joe ketika baru masuk kedalam ruangan. Ia memandang semua orang yang tergeletak diatas lantai dengan penuh luka, dan di depan matanya sendir
"Awaann tolongin Reenn...", teriak wanita tersebut lirih.Kenapa ia memanggil namaku ? apa ia mengenalku ? R-e-n. Hah! ia adalah Renata. Aku kan kesini mau menolongnya. Aku melangkah gontai kearah Ren tanpa memikirkan semua yang ada di sekitarku."Kenapa kaliam diam saja! Cepat Bunuh dia!" teriak Bagas pada anak buahnya.Bughhhh bughh bummmmPukulan silih berganti masuk ke tubuhku. Tapi!, lagi – lagi aku tidak merasakan sakit sama sekali."Tidaaakk Awaann, jangan! hentikaann", terdengar teriakan Ren penuh duka.Kenapa ia berteriak seperti itu ? kenapa Ren menangis ? apa karena orang – orang yang menyerangku ini ? bangsat, kalian berani membuat Ren menangis.BummmmAku melayangkan sebuah pukulan kuat pada orang yang menyerangku.Kaget dengan serangan balasanku secara tiba – tiba, membuat yang lainnya terpana. Namun dengan cepat aku melayangkan pukulan ke arah teman di sebelahnya.BughhhhhKepalanya sampai berputar kearah kiri karena tinju kananku.Bumm bummmAku menghajar dua teman lain
Aku melihat ke arah Renata, tampak wajahnya yang pias dan ketakutan melihat ke arahku, astaga apa yang telah kulakukan ?, pikirku cemas. Aku melihat kesekeliling ruangan, tampak Bowie dan lima orang lainnya terbaring di lantai dengan kondisi yang menggenaskan, darah berceceran dimana – mana. Apa ini semua aku yang melakukannya ?, sesalku. Aku merasa seperti dejavu, terakhir aku kehilangan kuasa diri begini saat menyelamatkan Annisa ketika akan di perkosa waktu itu. Tapi, dulu ada kakek yang datang tepat waktu, sehingga aku tidak sampai membunuh orang waktu itu. "ARRRGGGHHHHHHH...", teriakku coba mengambil alih kesadaran. Belum puas, aku melampiaskan seluruh emosi tersisa dengan pukulan kuat kearah dinding. Bruaakkkkkkk Dinding ruangan tersebut sampai berlubang. Aku merasa lega, perlahan aku bisa menguasai kembali kesadaranku sepenuhnya. Aku mendekati Ren, dia seperti ketakutan ketika aku mendekatinya. Perasaanku sangat hancur melihat kondisi Ren seperti itu, pakaiannya nyaris ter
POV Awan Aku berada di tengah – tengah kegelapan, rasanya lumayan lama aku terbaring di suatu tempat yang lumayan keras dan sedikit basah. "Dimana aku ?", kataku pelan sambil mengerjap – ngerjapkan mata melihat ke sekeliling. Aku berada di tengah – tengah hutan. Terdengar suara malam di seantero hutan. Mulai dari suara khas burung hantu, kumbang malam, bahkan dari kejauhan terdengar ada lolongan suara serigala melolong tinggi. Astaga, aku baru ingat. Ini adalah memory ketika aku akan menyelesaikan latihan yang diberikan oleh Angku. (Angku=kakek) saat usiaku baru menginjak 16 tahun. Dalam sejarah keluarga besarku, ketika seorang anak laki – laki genap berusia 18 tahun, maka ia wajib melewati sebuah ujian tapa dan tarung di hutan larangan. Namun entah kenapa saat usiaku baru 16 tahun, Angku memaksaku untuk menghadapi ujian ini. Angku berfirasat kalau usianya sudah tidak akan lama lagi, sehingga dia mengajarkan semua yang dia bisa. Sebenarnya sangat besar resikonya dalam menghadapi uji
POV Renata. Lama kupandangi wajah Awan. Tubuhnya penuh luka demi menyelamatkanku. Hari ini, tepat 4 hari sudah setelah kejadian naas itu, kejadian yang hampir merenggut kehormatanku. Masih lekat diingatanku, ketika Bowie dan komplotan nya menculikku dengan paksa saat berada di depan sekolah. Suatu hal yang tidak kuduga sama sekali, kalau Bowie bisa berbuat senekat itu. Akibat kenekatannya itu, hampir saja merenggut kehormatanku dan mencelakai orang yang sangat kusayangi. Saat menegangkan itu, aku hanya teringat akan satu nama, Awan!. Aku membayangkan sebuah hal buruk yang benar – benar akan membuatku malu seumur hidupku dan yang paling kutakutkan, kalau aku tidak akan sanggup lagi menatap wajah Awanku. Dan di saat genting – genting itu, aku hanya bisa berteriak di dalam hati, Awan, tolong selamatkan aku. Entah karena doaku atau memang takdir yang masih berpihak padaku, di saat – saat kritis tersebut. Awan benar – benar datang menyelamatkanku, di saat aku benar – benar putus asa denga
Keesokan harinya pasca kejadian, kuperhatikan Awan masih saja belum sadar dari pingsannya. Entah apa yang terjadi dengannya di alam bawah sadarnya, walau ia seperti orang tertidur, tapi sesekali kuperhatikan ia tampak gelisah seperti orang yang sedang mengalami mimpi buruk. Beberapa kali kucoba untuk mebangunkannya, tapi sampai saat ini ia masih belum juga sadar. Om Joe menepati janjinya, pagi ini ia juga datang menjenguk Awan. Tidak hanyak menjenguk, mungkin lebih tepatnya mengobati Awan. Karena pagi ini kuperhatikan ia mengoleskan sebuah cairan, entah apa. Kata om Joe itu adalah obat untuk mengobati luka luar dan dalam. Dan memang jika kuperhatikan, beberapa luka luar di tubuh Awan tampak cepat mengering. Sepertinya Om Joe sangat berpengalaman dalam mengobati luka luar seperti apa yang di derita oleh Awan saat ini. Om Joe hanya sebentar mampir, tidak lama setelah kepergian om Joe banyak dari teman – teman sekolah serta beberapa orang guru yang mampir menjenggukku. Menurut pihak sek
Setelah kepergian teman – temanku, aku naik kelantai atas. Rencananya mau melihat Awan terlebih dahulu, tapi baru kakiku menginjak tangga paling atas, kembali bel pintu depan kembali berbunyi. Loh, kok balik lagi, apa ada yang ketinggalan ya. pikirku heran, karena kukira teman – temanku kembali. "Loh, mamah ?", ucapku kaget begitu membuka pintu, ternyata mamah yang datang. "Hmnn anak gadis mamah", kata mamah sambil memelukku. Kami berpelukkan beberapa saat. "Loh, papah sama Ibu kok gak pulang mah ?", tanyaku heran. Baru kusadari hanya Mama yang datang seorang diri. "Hmnn, kebiasaan!. Mama datang bukannya di layani dulu, malah ditanya – tanya", kata Mama sambil melangkah ke dalam rumah. "Ihh mama mah gitu", kataku manja sambil mengikuti langkah Mama keruang tamu. Begitu duduk diruang tamu lama Mama menatapku lekat. "Kamu gak apa – apakan sayang ?", tanya Mama tiba – tiba, aku baru ingat kalau om Joe sudah menceritakan detail kejadian kemaren. "Iyah, gak apa – apa Mah", kata ku d
Awan teringat kejadian dimana dia koma dulu, jadi saat Ia sedang tidak sadarkan diri Angel mengambil kesempatan itu. Apa Ia sengaja menyelinap sendiri dan nekat masuk ke dalam kamarnya ? Tapi, apapun itu, Awan percaya jika Angel bisa melakukan itu. Angel cukup licik untuk trik seperti itu. Awan justru senang, ternyata ciuman pertama Angel masih dengan dirinya bukan cowok lain. Kalau tidak, Ia pasti akan cemburu dibuatnya."Hmn kenapa senyum-senyum?""Berarti sekarang kita sudah impas, karena kali ini Aku yang mencuri ciuman kedua mu. Jadi skornya satu-satu sekarang, xixixi."Baru saja mereka larut dengan kebahagiaan setelah berpisah sekian lama, terdengar himbauan untuk penumpang agar segera menaiki pesawat. Eskpresi Angel langsung berubah sendu."Pergilah." Kata Awan lembut dengan tatapan penuh cinta."Tapi..." Angel terlihat berat untuk melangkah pergi. Ia masih belum puas bersama Awan saat ini, Ia begitu mencintai Awan dan baru bertemu sebentar saja. Tapi harus segera pergi, Ange
"Tentu saja, Aku menyayanginya." Jawab Awan dengan yakin."Kalau begitu, kakak harus bergegas menyusulnya sekarang.""Hah, maksudnya?""Karena 3 setengah jam lagi pesawat Kak Angel akan berangkat menuju Inggris dari Bandara Soetta. Kak Angel telah memutuskan untuk melanjutkan studinya disana.""Apa? Kenapa kamu tidak bilang daritadi kalau Angel akan berangkat." Ucap Awan panik. Lalu bergegas pergi, tanpa menunggu penjelasan Raysha lebih lanjut.Dalam pikirannya saat ini adalah Angel, dalam hati Ia berulang kali merutuki kebodohannya selama ini. Ini salahnya juga, kenapa tidak menemui Angel sebelumnya. Dia tahu Angel berkarakter keras, kalau sudah memiliki kemauan, pasti Ia akan mewujudkannya.Selama ini, Awan hanya menyimpulkan sendiri jika Angel hanya sibuk dengan dunia sendiri. Tanpa Ia sadari, jika Angel melakukan semua itu untuk dirinya."Lihat akibat sikap keras kepalamu, membuat kita menjadi jauh seperti ini." Gumam Awan kesal.Semula Awan hendak meminjam mobilnya Devi, karena k
"Kamu mau meminta apa?" Tanya Awan melihat keraguan Karin."Apa Kamu sudah bisa move on dari Kak Nata dan menemukan penggantinya?"Pertanyaan Karin semakin membuat Awan binggung, Awal dia ingin meminta sesuatu, lalu malah bertanya. Apa korelasi pertanyaannya dengan permintaan yang akan diajukan Karin padanya.Awan berpikir sesaat, move on dari Renata? Jelas bayangan Renata masih begitu kental dihatinya. Bagaimana Ia akan bisa melupakannya? Kenangan yang ditorehkan Renata dalam hatinya begitu dalam hingga sulit baginya untuk menghapusnya begitu saja. Bahkan setiap Awan pergi ke Kota ini, kesedihan selalu menyelimutinya sepanjang waktu.Lalu, apakah Ia sudah menemukan penggantinya? Siapa, Annisa? Memang Ia mencintainya, tapi Ia belum ingin memikirkannya saat ini. Angel? Walau Ia semakin sering mengiriminya pesan dan telponnya yang tidak pernah diangkatnya, Awan mulai ragu dengan masa depannya bersama Angel karena sikap Angel sebelumnya."Move on, aku sedang berusaha. Untuk pengganti Ren
"Yaah, bisa gak sih kalau waktu berhenti sampai disini saja? Aku pengen bareng kalian terus." Ucap Veby sedih."Seandainya pun bisa, mungkin kita semua tidak akan pernah menjadi dewasa. Bukankah itu lama-lama akan membuat kita bosan? Justru dengan adanya waktu yang berjalan, kenangan hari ini dan sebelumnya akan menjadi kenangan terindah dalam diri kita masing-masing. Saat kita menyongsong masa depan dan kita bertemu lagi dengan diri kita yang sudah dewasa, bukankah itu jauh lebih indah?""Benar apa yang diucapkan Awan! Biarkan kenangan indah persahabatan kita, terukir abadi dalam hati. Yang perlu kita lakukan adalah memenuhi janji yang kita buat hari ini, lima tahun lagi kita akan bertemu kembali dengan masing-masing impian kita dan dengan diri kita yang lebih dewasa." Ucap Lina menanggapi."Iya, mari kita berjanji. Lima tahun lagi kita akan berkumpul dengan impian kita masing-masing." Kata Siska."Lima tahun lagi, kita akan berkumpul kembali." Ikrar yang lainnya penuh semangat."Loh
"Aw aw.. Sakit Vi.""Hahaha,, Hajar Vi."Teriak Siska senang begitu melihat Novi dan Radit yang mengaduh kena jeweran Devi."Aduh duh sakit, Vi. Lepasin.""Kebiasaan kalian berdua nih yah, mau ikut meluk Awan apa mau ngambil kesempatan?" Ujar Devi galak."Yah, kan sekalian gitu Vi." Balas Radit ngeles."Jewer aja terus Vi, kalau perlu sampai sampai putus telinganya. Emang tuh si Radit." Shiren ikut mengompori."Ciiee yang mentang-mentang udah bubaran jadi sengit gitu." Ledek Lina sambil tertawa."Wkwkwk, Shiren senang banget melihat Radit menderita sekarang."Yang lain malah ikut menertawakan Radit dan Shiren, sampai ketika Sherla mengalihkan topi pada Awan lagi, "Awan, kamu kemana aja selama ini?" Tatapan Sherla masih sama dengan yang dulu. Begitu tahu Renata meninggal saja, Sherla adalah orang yang paling bersedih. Dia sedih dengan meninggalnya Renata dan lebih sedih lagi karena Ia tahu jika Awan adalah yang paling kehilangan Renata saat itu. Ia tahu jika perasaannya tidak mendapat
Setelah berlalu beberapa hari, Mikha tampak sudah mulai bersikap seperti biasa. Tidak hanya itu, sekarang Ia bahkan tampak jauh lebih ceria dan bersemangat dari sejak Ia pertama datang. Mungkin karena tingkat hubungannya dengan Awan yang sudah lebih intim, membuatnya lebih bisa terbuka dalam segala hal. Sepanjang periode itu, Angel juga sudah berulang kali mencoba untuk menghubungi Awan. Tapi, Awan sedang enggan untuk menanggapinya saat ini. Bahkan notifikasi pesan masuknya sudah ribuan dan tidak ada satupun yang ditanggapi Awan.Alasan utamanya bukan karena apa yang dilihat Awan ketika di Resto sebelumnya, tapi karena sikap Angel sendiri yang tampak enggan untuk bertemu dengannya selama ini. Sehingga Awan pun mulai meragukan kelanjutan hubungannya dengan Angel.Tepat disaat Ia melihat-lihat hp-nya, sebuah notifikasi muncul. Ternyata itu adalah pesan dari sahabatnya, Sherla. Ternyata Ia memberi kabar tentang acara perpisahan mereka yang akan berlangsung 2 hari ke depan. Cukup lama j
Mikha memikirkan hendak menerima tawaran dari Mpok Rina. Awan sudah membaca gelagat Mikha, sehingga Ia cepat bicara, "Mikha akan tinggal bersama saya, Mpok."Mikha dan Mpok Rina sama terkejut dengan pernyataan Awan barusan."Maaf, Mas ini siapa yah?" Mpok Rina bertanya dengan menyimpan kecurigaan pada Awan. Ia melihat Awan semenjak tadi dan bahkan menemani mereka sampai ke tempat pemakaman. Cuma karena Ia fokus pada Mikha sebelumnya, sehingga tidak menghiraukan keberadaan Awan."Ia teman saya, Mpok. Namanya, Awan. Ia juga yang telah menyelamatkan Mikha sebelumnya." Mika khawatir jika Mpok Rina akan mencurigai Awan tidak baik, sehingga Ia cepat menjelaskan siapa Awan untuk menghindari kesalahpahaman."Oh, begitu. Terimakasih banyak, Nak. Kamu telah menyelamatkan Mikha, kasihan Ia sudah tidak punya siapa-siapa lagi sekarang." Ujar Mpok Rina ramah dan telah mengubah penilaiannya terhadap Awan."Tidak usah sungkan, Mpok. Mikha juga teman saya, sudah kewajiban saya menolong seorang teman.
2 jam kemudian, Awan dan Mikha sudah sampai disalah satu daerah pinggiran Ibu Kota. Disana Awan baru sadar, betapa besarnya ketimpangan antara lingkungan Apartemen yang ditinggalinya dengan tempat yang sedang dilaluinya bersama Mikha sekarang. Kebanyakan bangunan yang ada disini bersifat semi permanen dan bahkan ada sebagian rumah yang hanya berdindingkan seng dan kardus bekas.Ditambah jumlah penduduk yang begitu padat membuat tempat ini sebenarnya sangat tidak layak untuk dihuni.Menurut keterangan Mikha, rata-rata mereka yang tinggal disana adalah pendatang yang datang dari luar daerah untuk mengadu nasib di ibu kota. Tapi, karena biya hidup yang begitu tinggi sehingga mereka hanya sanggup untuk menyewa rumah-rumah liar seperti itu.Belum lagi, resiko digusur oleh satpol PP yang bisa datang kapan saja.Awan dan Mikha melewati beberapa gang, sebelum menuju salah satu rumah yang sangat-sangat sederhana. Itu adalah rumah kontrakan Mikha, namun herannya rumah itu begitu sepi. Mikha me
Karena situasinya yang sudah tenang dan mencair diantara mereka, tapi karena pelukan Mikha yang sekarang sudah tenang dan tidak takut lagi seperti sebelumnya. Belum lagi, kenyataan jika kulit mereka bersentuhan secara langsung, justru membuat Awan yang tidak tenang jadinya. Bagaimanapun Ia masih muda, memeluk wanita cantik dalam keadaan terbuka membuat begitu hasratnya mudah tergoda."Hmnn.. itunya bangun lagi." Tunjuk Mikha malu begitu sadar bagian bawah tubuh Awan bergerak. Ia tidak menyangka jika benda yang semalam telah mengoyaknya itu akan kembali terbangun, sehingga wajah Mikha kembali tersipu."Hmn, dia terbangun karena dipeluk wanita cantik.""Apaan sih." Ucap Mikha tersipu sambil mencubit pelan pinggang Awan.Setelah Mikha tertidur pulas disampingnya, Awan bergegas mencari informasi tentang geng Kapak Merah melalu jaringannya di Klan Atmaja. Bukan hal yang sulit untuk mencari informasi tentang gengster manapun dalam Negeri, karena Ia sendiri sudah punya kendaraan besar Klan