POV Radit Bruumm bruumm. Gue sedikit mengeraskan bunyi knalpot motor Aerox kesayangan gue begitu sampai di depan sebuah rumah sederhana yang terletak dipinggir kota Bandung. Sebuah rumah semi permanen, dengan pekarangan yang cukup luas. Tampak beberapa pemuda yang sedang nongkrong depan bengkel yang ada didepan rumah tersebut menatap gue dengan tajamnya."Anjinggg. Gue bakar juga tuh motor lama-lama", teriak seorang pemuda bercodet di kening kirinya begitu keluar dari dalam bengkel."Hehehe, pa kabar bang Ilham ?", jawab gue santai sambil menghampiri bang Ilham kakak sepupu gue. Kami salaman sambil pelukan ala anak jalanan. Beberapa pemuda yang menatap Gue tajam sebelumnya jadi tampak agak santai begitu tahu kalau gue adalah kenalannya bang Ilham.Bang Ilham ini adalah sepupu jauh Gue, masih ada hubungan sodaraan dari jalur bapak. Kebetulan ia adalah salah salah satu pentolan dari geng motor Tarik Jabrig. Dan rumahnya ini biasa dijadikan tempat nongkrong anggota geng motornya."Taik d
"Bapak Atmaja sendiri sebagai pendirinya merupakan veteran perang jaman kemerdekaan, beliau adalah orang yang gila perang, ditambah dengan julukannya sebagai jawara yang jago silat dan olah kanuragan, waktu jaman perang dulu, tidak terhitung sudah berapa penjajah dan pemberontak yang tumbang ditangan beliau, saking banyaknya korban yang telah dibunuhnya, tidak terhitung sudah!. Namun sejak Indonesia merdeka, beliau seperti kehilangan satu-satunya hal yang benar-benar paling dia senangi, yaitu perang, darah dan kekerasan. Akhirnya, dengan kebesaran nama beliau waktu jaman perang sebagai 'patriot pembantai', beliau merekrut mantan pasukannya waktu masih bertugas dahulu, yang punya kegemaran sama dengan beliau. Akhirnya beliau membentuk kelompok bawah tanah dibawah nama besar Atmaja, yang kerjaannya sebagai pembunuh bayaran, merampok, memperkosa dan hal-hal keji lainnya. Hanya dalam waktu singkat beliau berhasil membuat nama kelompoknya sangat ditakuti kala itu. Sampai akhirnya beliau men
"Itu semua belum selesai, sisi positif dari sifat om Jhon yang gemar bertarung adalah beliau membentuk geng jalanan, beliau mengumpulkan para preman dan pemuda pengangguran dimasa itu, beliau membentuk sebuah geng jalanan, saat itu orang yang punya motor belum sebanyak sekarang. Jadi lebih tepat nya disebut sebagai geng jalanan daripada geng motor, sampai anggotanya sangat banyak dari seluruh daerah yang mengikutinya karena satu visi dengan beliau. Kebalikannya dari kelompok Atmaja yang ia pimpin, ia membentuk geng jalanan justru untuk menjauhkan kejahatan dari jalanan. Begal, rampok tidak ada berani berkeliaran di kota ini, karena om Jhon dan anggota geng jalanan bentukannya, tidak akan segan-segan untuk menindak mereka yang melakukan kejahatan. Semua geng jalanan satu komando dibawah kendali om Jhon. Walau demikian, antara geng jalanan dan kelompok bawah tanah Atmaja tidak pernah terjadi konflik, malah beliau bisa menyatukan keduanya, walau ia di hormati dan lebih dikenal namanya dib
POV AwanPagi ini, entah jam berapa. Sayup-sayup aku menangkap sebuah langkah kaki lembut melangkah perlahan dan naik keatas tempat tidurku. Lampu yang biasa kumatikan saat tidur, ditambah dengan kesadaran yang belum terkumpul sepenuhnya membuatku membiarkan sejauh mana keberanian pemilik kaki tersebut untuk melakukan apa yang diinginkannya. Aku merasakan kasur sebelahku agak tertekan karena orang tersebut semekin mendekat kearah tempatku sedang tidur saat ini. Perlahan kurasakan tangan lembutnya mengusap kepalaku kemudian turun ke wajahku. Kurasakan jari-jari lembutnya mengusap pipiku, perlahan namun pasti kurasakan hembusan nafasnya menghangat menerpa wajahku, dan...Cuuppp"Sayang, bangun", bisiknya lembut ditelingaku yang kemudian dilanjutkan dengan mencium daun telingaku lembut. Namun karena melihat reaksiku yang masih biasa seperti orang tertidur, dia jadi semakin gemas sendiri, akhirnya ia kembali mencium bibirku dengan sedikit melumatnya."Hmnnppmhh.. Awaaannn, kamu nakal ihh,
Baru masuk kedalam mobil, Ren mendekat sambil mengendus mendekatkan hidungnya kearahku. Degh, ada apalagi ini ? apa Ren akan menciumku lagi ? oh tidaakk, pikirku antara senang dan khawatir. Khawatir karena di depan ada pak Usman yang lagi duduk di kursi supir, apa tanggapanya nanti kalau melihat anak majikannya menciumku tiba-tiba di dalam mobil, apa gak runyam nantinya, apalagi kalau sempat dilaporkan ke Papah Agus atau Bu Lina. Makin parah dah tuh."Hmnn, kok parfumnya gak dipakai ?", kata Ren tiba-tiba sambil menatapku tajam.Eh, dia nanyain parfum ternyata. Hadoh, iya aku lupa memakai parfum yang dibelikan Ren waktu itu."berhenti dulu pak!", kata Ren pada pak Usman yang mau menjalan mobilnya."Eh, kenapa Non ? ada yang ketinggalan kah ?", tanya Pak Usman mengentikan mobil."Bentar yah pak", kata Ren yang tiba-tiba turun dan berlari kecil masuk kedalam rumah."Ada yang ketinggalan mas Awan ?", tanya pak Usman padaku."Tau tuh pak, Ren", kataku singkat.Pas Usman tampak tersenyum ke
Saat sampai di kelas, Karin kulihat masih marah sepertinya. Walau aku sudah berusaha senyum ramah padanya ketika masuk, karena kursinya di depan, jadi aku harus melewatinya untuk sampai ke tempat dudukku. Lagi-lagi dia sengaja melengah ke arah lain begitu bertatapan denganku. Aku tak habis pikir, apa salahku padanya. Sampai dia segitunya padaku."Hai..", Sapaku pada sahabat-sahabatku yang duduk dibelakang."Hmnn cerah banget aura loe hari ini bray", kata Novi menyambutku dengan candanya."Maklum, ada yang lagi kasmaran", kata Radit di sebelahnya."Iya yah, mang beda aura orang yang lagi kasmaran itu", balas si Novi geleng-geleng kepala.Aku hanya tersenyum saja melihat canda sahabat-sahabatku ini, mereka mang selalu membuat suasana jadi ramai. Begitu aku duduk di kursiku."Nih" kata Sherla menyerahkan selembar kertas padaku."Apa ni la ?", tanyaku heran memegang kertas yang diberikan Sherla padaku."Tugas dari bu Shinta. Katanya agak telat masuknya. Jadi disuruh ngerjain tugas dahulu",
40 menit kemudian aku sudah selesai mengerjakan semua soal yang ada dilembar soal. Total 40 soal aku jawab dengan lancar. Aku menyerahkan lembar jawabanku pada bu shinta, selanjutnya bu Shinta, bu Maya dan pak Tomo bergantian memeriksa jawabanku."Gimana pak, sesuai kata saya sebelumnya kan ?", kata bu Shinta sambil tersenyum cerah pada pak Tomo. Aku yang masih belum mengerti maksud pemanggilan bu Shinta dan test yang diberikannya barusan hanya bisa diam dan menyimak.Tampak pak Tomo dan bu Maya saling pandang sambil tersenyum."Oke kalau begitu dia layak untuk jadi salah satu persertanya, bagaimana menurut anda Bu Maya ?", kata pak Tomo yakin sambil menanyakan pendapat bu Maya."Saya setuju pak Tomo", jawab bu Maya sependapat dengan pak Tomo.Peserta? Wait, apa ini ada hubungannya dengan keterlambatan bu Shinta masuk ke kelas kami tadi pagi, katanya habis mengikuti rapat tentang olimpiade. Oh aku jadi paham sekarang, ternyata aku di panggil untuk ikut acara tersebut."Oke, kalau begit
POV Author"Bajingann", teriak Awan begitu melihat di depan matanya sendiri Renata dibekap dan diculik oleh Bowie dan gengnya yang kemudian di bawa paksa menggunakan mobil Van berwarna hitam. Dari kejauhan Awan dan teman-temannya mendengar teriakan minta tolong dari Renata. Tanpa berpikir panjang Awan langsung berlari kearah Renata dengan penuh emosi. Melihat hal itu membuat Radit kembali teringat dengan kata-kata abang sepupunya, Ilham. Kalau Awan bukan sekedar orang 'biasa' yang hanya bermodal nekat dan Radit jadi semakin yakin kalau Awan mempunyai kelebihan dalam dirinya sehingga membuat dia tanpa gentar akan menghajar siapapun yang berani mengusik dirinya atau orang-orang disekitarnya.Melihat hal itu membuat Radit ikut menyusul Awan dengan mengambil sepeda motornya terlebih dahulu yang ada diparkiran."Nov, loe dan yang lain temui bang Ilham di warung yang ada di belakang sekolah, biasanya dia ngumpul disitu. Bilangin keadaan darurat. Ceritakan tentang apa yang terjadi disini, CEP
Awan teringat kejadian dimana dia koma dulu, jadi saat Ia sedang tidak sadarkan diri Angel mengambil kesempatan itu. Apa Ia sengaja menyelinap sendiri dan nekat masuk ke dalam kamarnya ? Tapi, apapun itu, Awan percaya jika Angel bisa melakukan itu. Angel cukup licik untuk trik seperti itu. Awan justru senang, ternyata ciuman pertama Angel masih dengan dirinya bukan cowok lain. Kalau tidak, Ia pasti akan cemburu dibuatnya."Hmn kenapa senyum-senyum?""Berarti sekarang kita sudah impas, karena kali ini Aku yang mencuri ciuman kedua mu. Jadi skornya satu-satu sekarang, xixixi."Baru saja mereka larut dengan kebahagiaan setelah berpisah sekian lama, terdengar himbauan untuk penumpang agar segera menaiki pesawat. Eskpresi Angel langsung berubah sendu."Pergilah." Kata Awan lembut dengan tatapan penuh cinta."Tapi..." Angel terlihat berat untuk melangkah pergi. Ia masih belum puas bersama Awan saat ini, Ia begitu mencintai Awan dan baru bertemu sebentar saja. Tapi harus segera pergi, Ange
"Tentu saja, Aku menyayanginya." Jawab Awan dengan yakin."Kalau begitu, kakak harus bergegas menyusulnya sekarang.""Hah, maksudnya?""Karena 3 setengah jam lagi pesawat Kak Angel akan berangkat menuju Inggris dari Bandara Soetta. Kak Angel telah memutuskan untuk melanjutkan studinya disana.""Apa? Kenapa kamu tidak bilang daritadi kalau Angel akan berangkat." Ucap Awan panik. Lalu bergegas pergi, tanpa menunggu penjelasan Raysha lebih lanjut.Dalam pikirannya saat ini adalah Angel, dalam hati Ia berulang kali merutuki kebodohannya selama ini. Ini salahnya juga, kenapa tidak menemui Angel sebelumnya. Dia tahu Angel berkarakter keras, kalau sudah memiliki kemauan, pasti Ia akan mewujudkannya.Selama ini, Awan hanya menyimpulkan sendiri jika Angel hanya sibuk dengan dunia sendiri. Tanpa Ia sadari, jika Angel melakukan semua itu untuk dirinya."Lihat akibat sikap keras kepalamu, membuat kita menjadi jauh seperti ini." Gumam Awan kesal.Semula Awan hendak meminjam mobilnya Devi, karena k
"Kamu mau meminta apa?" Tanya Awan melihat keraguan Karin."Apa Kamu sudah bisa move on dari Kak Nata dan menemukan penggantinya?"Pertanyaan Karin semakin membuat Awan binggung, Awal dia ingin meminta sesuatu, lalu malah bertanya. Apa korelasi pertanyaannya dengan permintaan yang akan diajukan Karin padanya.Awan berpikir sesaat, move on dari Renata? Jelas bayangan Renata masih begitu kental dihatinya. Bagaimana Ia akan bisa melupakannya? Kenangan yang ditorehkan Renata dalam hatinya begitu dalam hingga sulit baginya untuk menghapusnya begitu saja. Bahkan setiap Awan pergi ke Kota ini, kesedihan selalu menyelimutinya sepanjang waktu.Lalu, apakah Ia sudah menemukan penggantinya? Siapa, Annisa? Memang Ia mencintainya, tapi Ia belum ingin memikirkannya saat ini. Angel? Walau Ia semakin sering mengiriminya pesan dan telponnya yang tidak pernah diangkatnya, Awan mulai ragu dengan masa depannya bersama Angel karena sikap Angel sebelumnya."Move on, aku sedang berusaha. Untuk pengganti Ren
"Yaah, bisa gak sih kalau waktu berhenti sampai disini saja? Aku pengen bareng kalian terus." Ucap Veby sedih."Seandainya pun bisa, mungkin kita semua tidak akan pernah menjadi dewasa. Bukankah itu lama-lama akan membuat kita bosan? Justru dengan adanya waktu yang berjalan, kenangan hari ini dan sebelumnya akan menjadi kenangan terindah dalam diri kita masing-masing. Saat kita menyongsong masa depan dan kita bertemu lagi dengan diri kita yang sudah dewasa, bukankah itu jauh lebih indah?""Benar apa yang diucapkan Awan! Biarkan kenangan indah persahabatan kita, terukir abadi dalam hati. Yang perlu kita lakukan adalah memenuhi janji yang kita buat hari ini, lima tahun lagi kita akan bertemu kembali dengan masing-masing impian kita dan dengan diri kita yang lebih dewasa." Ucap Lina menanggapi."Iya, mari kita berjanji. Lima tahun lagi kita akan berkumpul dengan impian kita masing-masing." Kata Siska."Lima tahun lagi, kita akan berkumpul kembali." Ikrar yang lainnya penuh semangat."Loh
"Aw aw.. Sakit Vi.""Hahaha,, Hajar Vi."Teriak Siska senang begitu melihat Novi dan Radit yang mengaduh kena jeweran Devi."Aduh duh sakit, Vi. Lepasin.""Kebiasaan kalian berdua nih yah, mau ikut meluk Awan apa mau ngambil kesempatan?" Ujar Devi galak."Yah, kan sekalian gitu Vi." Balas Radit ngeles."Jewer aja terus Vi, kalau perlu sampai sampai putus telinganya. Emang tuh si Radit." Shiren ikut mengompori."Ciiee yang mentang-mentang udah bubaran jadi sengit gitu." Ledek Lina sambil tertawa."Wkwkwk, Shiren senang banget melihat Radit menderita sekarang."Yang lain malah ikut menertawakan Radit dan Shiren, sampai ketika Sherla mengalihkan topi pada Awan lagi, "Awan, kamu kemana aja selama ini?" Tatapan Sherla masih sama dengan yang dulu. Begitu tahu Renata meninggal saja, Sherla adalah orang yang paling bersedih. Dia sedih dengan meninggalnya Renata dan lebih sedih lagi karena Ia tahu jika Awan adalah yang paling kehilangan Renata saat itu. Ia tahu jika perasaannya tidak mendapat
Setelah berlalu beberapa hari, Mikha tampak sudah mulai bersikap seperti biasa. Tidak hanya itu, sekarang Ia bahkan tampak jauh lebih ceria dan bersemangat dari sejak Ia pertama datang. Mungkin karena tingkat hubungannya dengan Awan yang sudah lebih intim, membuatnya lebih bisa terbuka dalam segala hal. Sepanjang periode itu, Angel juga sudah berulang kali mencoba untuk menghubungi Awan. Tapi, Awan sedang enggan untuk menanggapinya saat ini. Bahkan notifikasi pesan masuknya sudah ribuan dan tidak ada satupun yang ditanggapi Awan.Alasan utamanya bukan karena apa yang dilihat Awan ketika di Resto sebelumnya, tapi karena sikap Angel sendiri yang tampak enggan untuk bertemu dengannya selama ini. Sehingga Awan pun mulai meragukan kelanjutan hubungannya dengan Angel.Tepat disaat Ia melihat-lihat hp-nya, sebuah notifikasi muncul. Ternyata itu adalah pesan dari sahabatnya, Sherla. Ternyata Ia memberi kabar tentang acara perpisahan mereka yang akan berlangsung 2 hari ke depan. Cukup lama j
Mikha memikirkan hendak menerima tawaran dari Mpok Rina. Awan sudah membaca gelagat Mikha, sehingga Ia cepat bicara, "Mikha akan tinggal bersama saya, Mpok."Mikha dan Mpok Rina sama terkejut dengan pernyataan Awan barusan."Maaf, Mas ini siapa yah?" Mpok Rina bertanya dengan menyimpan kecurigaan pada Awan. Ia melihat Awan semenjak tadi dan bahkan menemani mereka sampai ke tempat pemakaman. Cuma karena Ia fokus pada Mikha sebelumnya, sehingga tidak menghiraukan keberadaan Awan."Ia teman saya, Mpok. Namanya, Awan. Ia juga yang telah menyelamatkan Mikha sebelumnya." Mika khawatir jika Mpok Rina akan mencurigai Awan tidak baik, sehingga Ia cepat menjelaskan siapa Awan untuk menghindari kesalahpahaman."Oh, begitu. Terimakasih banyak, Nak. Kamu telah menyelamatkan Mikha, kasihan Ia sudah tidak punya siapa-siapa lagi sekarang." Ujar Mpok Rina ramah dan telah mengubah penilaiannya terhadap Awan."Tidak usah sungkan, Mpok. Mikha juga teman saya, sudah kewajiban saya menolong seorang teman.
2 jam kemudian, Awan dan Mikha sudah sampai disalah satu daerah pinggiran Ibu Kota. Disana Awan baru sadar, betapa besarnya ketimpangan antara lingkungan Apartemen yang ditinggalinya dengan tempat yang sedang dilaluinya bersama Mikha sekarang. Kebanyakan bangunan yang ada disini bersifat semi permanen dan bahkan ada sebagian rumah yang hanya berdindingkan seng dan kardus bekas.Ditambah jumlah penduduk yang begitu padat membuat tempat ini sebenarnya sangat tidak layak untuk dihuni.Menurut keterangan Mikha, rata-rata mereka yang tinggal disana adalah pendatang yang datang dari luar daerah untuk mengadu nasib di ibu kota. Tapi, karena biya hidup yang begitu tinggi sehingga mereka hanya sanggup untuk menyewa rumah-rumah liar seperti itu.Belum lagi, resiko digusur oleh satpol PP yang bisa datang kapan saja.Awan dan Mikha melewati beberapa gang, sebelum menuju salah satu rumah yang sangat-sangat sederhana. Itu adalah rumah kontrakan Mikha, namun herannya rumah itu begitu sepi. Mikha me
Karena situasinya yang sudah tenang dan mencair diantara mereka, tapi karena pelukan Mikha yang sekarang sudah tenang dan tidak takut lagi seperti sebelumnya. Belum lagi, kenyataan jika kulit mereka bersentuhan secara langsung, justru membuat Awan yang tidak tenang jadinya. Bagaimanapun Ia masih muda, memeluk wanita cantik dalam keadaan terbuka membuat begitu hasratnya mudah tergoda."Hmnn.. itunya bangun lagi." Tunjuk Mikha malu begitu sadar bagian bawah tubuh Awan bergerak. Ia tidak menyangka jika benda yang semalam telah mengoyaknya itu akan kembali terbangun, sehingga wajah Mikha kembali tersipu."Hmn, dia terbangun karena dipeluk wanita cantik.""Apaan sih." Ucap Mikha tersipu sambil mencubit pelan pinggang Awan.Setelah Mikha tertidur pulas disampingnya, Awan bergegas mencari informasi tentang geng Kapak Merah melalu jaringannya di Klan Atmaja. Bukan hal yang sulit untuk mencari informasi tentang gengster manapun dalam Negeri, karena Ia sendiri sudah punya kendaraan besar Klan