Selepas kepergian sahabat-sahabatnya, tampak Awan memandang Devi agak lain, menuntut penjelasan gadis tersebut. Tapi, gadis yang sedang dipandang itu malah senyum-senyum tanpa mengacuhkan tatapan yang menuntut dari Awan."Devi.. ?" panggil Awan lagi ketika mereka sudah duduk di ruang tamu yang ada di rumah utama. Devi yang dipanggil Awan malah duduk dengan santainya diujung Sofa dengan menyelonjorkan kakinya diatas pangkuan Awan. Begitulah kebiasaan Devi kalau sedang berdua dengan Awan, Ia tidak malu atau canggung sedikitpun, malah Ia terlihat senang bisa berbuat sesuka hatinya kalau sedang berdua saja dengan Awan, apalagi Awan tidak pernah menegurnya sedikitpun selagi masih dalam batas yang wajar, kecuali jika sedang ada orang lain bersama mereka, seperti halnya ketika bersama sahabat-sahabatnya tadi.Ya, Devi ditugaskan oleh Ayahnya untuk menemani Awan tinggal dirumah itu. Bukan tanpa alasan, Awan tinggal disitu. Karena Ia masih belum bisa sepenuhnya mengendalikan kekuatan gelap dal
Awan berjalan dengan tenang menuju mobil yang dikendarai oleh Angel, yang diparkirnya tepat 10 meter di depan gerbang kediamannya. Angel yang dari semula merasa dipusingkan dengan ketidakhadiran Awan di sekolah selama dua hari sejak kejadian dimana Ia diputuskan oleh Renata. Apalagi Awan diketahuinya sudah tidak tinggal lagi bersama keluarga Renata. Semula Angel merasa putus asa untuk mencari Awan, karena kalau benar Ia berada di dalam rumah Klan Atmaja, maka pasti itu akan sangat menyulitkan baginya untuk mendekati Awan. Entah bagaimana awalnya, Angel merasa Klan Atmaja sangat antipati terhadap keluarganya. Walau Ia sendiri merasa jika keluarganya tidak pernah ada masalah sama sekali dengan Klan Atmaja selama ini. Sampai Ia menemukan jawaban itu, Angel berusaha untuk mendekati Awan. Apalagi semenjak Ia tahu kalau hubungan Renata dan Awan berakhir, dengan sifat Angel yang keras dan apa yang diinginkannya, pasti akan didapatkannya. Ia akan berjuang keras untuk mendapatkan cintanya ters
"Setelah apa yang Kamu ucapkan waktu itu, Aku hanya menganggapnya sebagai angin lalu. Aku ini siapa ? hanya seorang pemuda Kampung biasa. Ibuku hanyalah seorang pembantu di keluarganya Renata." Awan mengucapkan semua itu dengan nada setenang mungkin. Namun, karena Angel belum menemukan korelasi antara jawaban Awan dengan pertanyaannya tadi, sehingga Ia lebih memilih diam dan mendengarkan apa yang Awan ucapkan selanjutnya."Hanya dalam beberapa bulan saja, sejak Aku berada di Kota ini. Semua yang terjadi padaku, seperti gelombang badai saja, datang silih berganti dan begutu cepatnya. Fakta tentang keluargaku, tentang keluarga Ren, tentang Kamu..""Aku.. ? Maksud Awan apa ?" Sela Angel penasaran. Apa maksud Awan, kehadiran dirinya juga memberi dampak seperti gelombang yang dimaksud Awan. Entah itu baik atau buruk, tapi dalam hati Angel berlonjak senang, karena itu artinya, kehadiran dirinya juga memberi pengaruh pada Awan. Perlahan sebuah senyum tipis tersungging di bibir tipisnya."Kok
Awan harus mengakui kelihaian Angel dalam membaca situasi, dan tentunya aksi Awan yang berperanan penting dalam membersihkan para pengkhianat di perusahaan keluarganya Renata tempo hari sudah diketahui oleh gadis itu."Tidak." Jawab Awan sambil menggelengkan kepalanya."Jika, Kamu sudah tahu apa yang sudah Kulakukan disana. Tentunya Kamu juga bisa membaca seperti apa keadaan perusahaan Wijaya saat ini."Angel mengerutkan keningnya, dalam hati Ia berpikir, apakah sudah sejauh itu Awan bisa mengetahui kondisi perusahaan keluarganya Renata ? Bukankah Awan baru sekali itu terlibat langsung dalam perusahaan ayahnya Renata?"Perusahaan Papa Agus sedang menuju kehancurannya. Apa yang telah Kulakukan sebelumnya, hanya bisa memberi nafas tambahan sesaat. Wijaya Grup sudah terlalu jauh jatuh ke dalam rencana besar perusahaan Sanjaya." Awan bersikap sangat tenang dan tidak menampakkan kekhawatirannya sedikitpun, sehingga membuat Angel tidak bisa membaca apa yang telah dan akan direncanakannya.
"Nona Elektra." Sapa seorang pemuda dengan tanda codet di keningnya, menghampiri Elektra yang saat itu sedang duduk di ruang VIP di lantai dua."Ilham.. Bagaimana kondisi Adikku saat ini ?" tanya Elektra sembari melihat pertarungan maut yang sedang berlangsung diatas ring yang terdapat dilantai satu, dimana Awan sedang menggila diatas ring tersebut. Menghadapi lawan beda Negara yang terkenal dengan beladiri muay thai nya itu, Awan terlihat sangat bersemangat, atau lebih tepatnya sisi liar Awan yang semakin menggila. Ini adalah pertarungan keduanya malam ini, setelah 3 malam berturut-turut Ia selalu datang dan menantang lawan yang bisa mengimbangingnya. Padahal, para petarung yang datang bertarung di ring yang sedang di tonton oleh Elektra saat ini adalah para petarung pilihan. Tidak sembarangan petarung yang bisa bertarung diatas arena itu, karena biasanya mereka telah di seleksi ketat melalui kelompoknya masing-masing. Baik dari Klan, Perguruan, geng jalanan ataupun kelompok mafia.I
BaaaammmSebuah pukulan yang sangat cepat, bahkan tanpa bisa diikuti oleh pandangan mata orang biasa, tiba-tiba tubuh Elektra sudah terhempas ke dinding ring, membuat getaran pada dinding berbunyi cukup kencang. Semua penonton langsung hening seketika melihat kejadian yang super cepat itu.Elektra sendiri merasakan kedua tangannya menjadi kebas, untung saja Ia sempat menangkis pukulan cepat tersebut. Jika tidak, mungkin dadanya sudah kena dengan telak oleh serangan kuat barusan.Elektra tidak bisa bernafas lega begitu saja, karena serangan susulan Awan kembali menghujaminya.Wosshh wosshhhKali ini serangan Awan berhasil dihindari Elektra. Tahu kalau serangan Awan bertumpu pada kecepatan, membuat Elektra yang merupakan murid terbaiknya Usman sang mantan Seven Devil, merasa diatas angin. Kecepatan geraknya dan kelincahan Elektra membuat Awan semakin brutal menyerangnya, namun tidak satupun serangannya yang berhasil mengenai Elektra. Dan itu membuat Awan semakin kalap, dan semakin berna
Didalam ruangan, sudah ada Elektra dan Om Haris yang menjadi penanggung jawab klub malam itu."Kamu gak apa-apa Ra ?" tanya Haris yang mengkhawatirkan kondisi Elektra, dan hanya dia yang berani memanggil nama asli Noura di klub tersebut."Gak apa-apa Paman. Tapi, Aku tidak menyangka jika Awan yang sedang berada di sisi lain dirinya akan se-mengerikan itu.""Tapi, Kamu bisa mengimbanginya dan bahkan lebih banyak memasukan pukulan padanya. Gerakan terakhirmu tadi sungguh luar biasa. Paman saja tidak bisa melihat seranganmu itu." Sanjung Haris."Paman Salah! Justru, kalau Awan tidak sadar di detik terakhir itu dan membelokan pukulannya, mungkin Aku sudah terluka parah saat ini." Jawab Noura jujur sambil membayangkan detik-detik serangan terakhir Awan tadi. Jelas pukulan terakhir Awan saat itu bukannya meleset tapi sengaja Ia belokkan. Mungkin saat itulah Awan tersadar dan berhasil mengendalikan tubuhnya kembali."Astaga! Apa benar Awan sudah sekuat itu ? Kecepatanmu yang bahkan sudah men
"Ada kabar apa Pak Kim ?" Tanya Kelvin Sanjaya via telefon yang saat itu sedang berada di salah satu kamar hotel mewah miliknya yang berada di Los Angeles."Rencana Kita untuk perusahaan Wijaya sudah sampai 90%. Tinggal menunggu perintah Anda, apa perlu langsung di eksekusi ?" Tanya orang kepercayaan Kelvin tersebut dari seberang telefon."Slow saja. Jangan terlalu terburu, biarkan semuanya berjalan senatural mungkin.""Baik Pak, kalau memang begitu keinginan anda. Satu lagi..""Ya, katakan saja.""Mengenai pemuda yang kemarin membongkar rencana Kita." Ucap Kim terdengar ragu."Kenapa Dia ?""Pemuda yang mengaku memakai nama Anda..""Terus ?" Suara Kelvin sangat tenang membuat Kim jadi ragu untuk mengungkapkan rencananya."Apa perlu Kita menyingkirkannya ? atau Anda sudah punya rencana tersendiri untuknya ?" Tanya Kim dengan sangat hati-hati.Kelvin diam sejenak, Ia type orang yang selalu merencanakan dengan matang setiap langkah yang akan diambilnya."Kim.""Eh iya Bos ?" Kim terliha
Awan teringat kejadian dimana dia koma dulu, jadi saat Ia sedang tidak sadarkan diri Angel mengambil kesempatan itu. Apa Ia sengaja menyelinap sendiri dan nekat masuk ke dalam kamarnya ? Tapi, apapun itu, Awan percaya jika Angel bisa melakukan itu. Angel cukup licik untuk trik seperti itu. Awan justru senang, ternyata ciuman pertama Angel masih dengan dirinya bukan cowok lain. Kalau tidak, Ia pasti akan cemburu dibuatnya."Hmn kenapa senyum-senyum?""Berarti sekarang kita sudah impas, karena kali ini Aku yang mencuri ciuman kedua mu. Jadi skornya satu-satu sekarang, xixixi."Baru saja mereka larut dengan kebahagiaan setelah berpisah sekian lama, terdengar himbauan untuk penumpang agar segera menaiki pesawat. Eskpresi Angel langsung berubah sendu."Pergilah." Kata Awan lembut dengan tatapan penuh cinta."Tapi..." Angel terlihat berat untuk melangkah pergi. Ia masih belum puas bersama Awan saat ini, Ia begitu mencintai Awan dan baru bertemu sebentar saja. Tapi harus segera pergi, Ange
"Tentu saja, Aku menyayanginya." Jawab Awan dengan yakin."Kalau begitu, kakak harus bergegas menyusulnya sekarang.""Hah, maksudnya?""Karena 3 setengah jam lagi pesawat Kak Angel akan berangkat menuju Inggris dari Bandara Soetta. Kak Angel telah memutuskan untuk melanjutkan studinya disana.""Apa? Kenapa kamu tidak bilang daritadi kalau Angel akan berangkat." Ucap Awan panik. Lalu bergegas pergi, tanpa menunggu penjelasan Raysha lebih lanjut.Dalam pikirannya saat ini adalah Angel, dalam hati Ia berulang kali merutuki kebodohannya selama ini. Ini salahnya juga, kenapa tidak menemui Angel sebelumnya. Dia tahu Angel berkarakter keras, kalau sudah memiliki kemauan, pasti Ia akan mewujudkannya.Selama ini, Awan hanya menyimpulkan sendiri jika Angel hanya sibuk dengan dunia sendiri. Tanpa Ia sadari, jika Angel melakukan semua itu untuk dirinya."Lihat akibat sikap keras kepalamu, membuat kita menjadi jauh seperti ini." Gumam Awan kesal.Semula Awan hendak meminjam mobilnya Devi, karena k
"Kamu mau meminta apa?" Tanya Awan melihat keraguan Karin."Apa Kamu sudah bisa move on dari Kak Nata dan menemukan penggantinya?"Pertanyaan Karin semakin membuat Awan binggung, Awal dia ingin meminta sesuatu, lalu malah bertanya. Apa korelasi pertanyaannya dengan permintaan yang akan diajukan Karin padanya.Awan berpikir sesaat, move on dari Renata? Jelas bayangan Renata masih begitu kental dihatinya. Bagaimana Ia akan bisa melupakannya? Kenangan yang ditorehkan Renata dalam hatinya begitu dalam hingga sulit baginya untuk menghapusnya begitu saja. Bahkan setiap Awan pergi ke Kota ini, kesedihan selalu menyelimutinya sepanjang waktu.Lalu, apakah Ia sudah menemukan penggantinya? Siapa, Annisa? Memang Ia mencintainya, tapi Ia belum ingin memikirkannya saat ini. Angel? Walau Ia semakin sering mengiriminya pesan dan telponnya yang tidak pernah diangkatnya, Awan mulai ragu dengan masa depannya bersama Angel karena sikap Angel sebelumnya."Move on, aku sedang berusaha. Untuk pengganti Ren
"Yaah, bisa gak sih kalau waktu berhenti sampai disini saja? Aku pengen bareng kalian terus." Ucap Veby sedih."Seandainya pun bisa, mungkin kita semua tidak akan pernah menjadi dewasa. Bukankah itu lama-lama akan membuat kita bosan? Justru dengan adanya waktu yang berjalan, kenangan hari ini dan sebelumnya akan menjadi kenangan terindah dalam diri kita masing-masing. Saat kita menyongsong masa depan dan kita bertemu lagi dengan diri kita yang sudah dewasa, bukankah itu jauh lebih indah?""Benar apa yang diucapkan Awan! Biarkan kenangan indah persahabatan kita, terukir abadi dalam hati. Yang perlu kita lakukan adalah memenuhi janji yang kita buat hari ini, lima tahun lagi kita akan bertemu kembali dengan masing-masing impian kita dan dengan diri kita yang lebih dewasa." Ucap Lina menanggapi."Iya, mari kita berjanji. Lima tahun lagi kita akan berkumpul dengan impian kita masing-masing." Kata Siska."Lima tahun lagi, kita akan berkumpul kembali." Ikrar yang lainnya penuh semangat."Loh
"Aw aw.. Sakit Vi.""Hahaha,, Hajar Vi."Teriak Siska senang begitu melihat Novi dan Radit yang mengaduh kena jeweran Devi."Aduh duh sakit, Vi. Lepasin.""Kebiasaan kalian berdua nih yah, mau ikut meluk Awan apa mau ngambil kesempatan?" Ujar Devi galak."Yah, kan sekalian gitu Vi." Balas Radit ngeles."Jewer aja terus Vi, kalau perlu sampai sampai putus telinganya. Emang tuh si Radit." Shiren ikut mengompori."Ciiee yang mentang-mentang udah bubaran jadi sengit gitu." Ledek Lina sambil tertawa."Wkwkwk, Shiren senang banget melihat Radit menderita sekarang."Yang lain malah ikut menertawakan Radit dan Shiren, sampai ketika Sherla mengalihkan topi pada Awan lagi, "Awan, kamu kemana aja selama ini?" Tatapan Sherla masih sama dengan yang dulu. Begitu tahu Renata meninggal saja, Sherla adalah orang yang paling bersedih. Dia sedih dengan meninggalnya Renata dan lebih sedih lagi karena Ia tahu jika Awan adalah yang paling kehilangan Renata saat itu. Ia tahu jika perasaannya tidak mendapat
Setelah berlalu beberapa hari, Mikha tampak sudah mulai bersikap seperti biasa. Tidak hanya itu, sekarang Ia bahkan tampak jauh lebih ceria dan bersemangat dari sejak Ia pertama datang. Mungkin karena tingkat hubungannya dengan Awan yang sudah lebih intim, membuatnya lebih bisa terbuka dalam segala hal. Sepanjang periode itu, Angel juga sudah berulang kali mencoba untuk menghubungi Awan. Tapi, Awan sedang enggan untuk menanggapinya saat ini. Bahkan notifikasi pesan masuknya sudah ribuan dan tidak ada satupun yang ditanggapi Awan.Alasan utamanya bukan karena apa yang dilihat Awan ketika di Resto sebelumnya, tapi karena sikap Angel sendiri yang tampak enggan untuk bertemu dengannya selama ini. Sehingga Awan pun mulai meragukan kelanjutan hubungannya dengan Angel.Tepat disaat Ia melihat-lihat hp-nya, sebuah notifikasi muncul. Ternyata itu adalah pesan dari sahabatnya, Sherla. Ternyata Ia memberi kabar tentang acara perpisahan mereka yang akan berlangsung 2 hari ke depan. Cukup lama j
Mikha memikirkan hendak menerima tawaran dari Mpok Rina. Awan sudah membaca gelagat Mikha, sehingga Ia cepat bicara, "Mikha akan tinggal bersama saya, Mpok."Mikha dan Mpok Rina sama terkejut dengan pernyataan Awan barusan."Maaf, Mas ini siapa yah?" Mpok Rina bertanya dengan menyimpan kecurigaan pada Awan. Ia melihat Awan semenjak tadi dan bahkan menemani mereka sampai ke tempat pemakaman. Cuma karena Ia fokus pada Mikha sebelumnya, sehingga tidak menghiraukan keberadaan Awan."Ia teman saya, Mpok. Namanya, Awan. Ia juga yang telah menyelamatkan Mikha sebelumnya." Mika khawatir jika Mpok Rina akan mencurigai Awan tidak baik, sehingga Ia cepat menjelaskan siapa Awan untuk menghindari kesalahpahaman."Oh, begitu. Terimakasih banyak, Nak. Kamu telah menyelamatkan Mikha, kasihan Ia sudah tidak punya siapa-siapa lagi sekarang." Ujar Mpok Rina ramah dan telah mengubah penilaiannya terhadap Awan."Tidak usah sungkan, Mpok. Mikha juga teman saya, sudah kewajiban saya menolong seorang teman.
2 jam kemudian, Awan dan Mikha sudah sampai disalah satu daerah pinggiran Ibu Kota. Disana Awan baru sadar, betapa besarnya ketimpangan antara lingkungan Apartemen yang ditinggalinya dengan tempat yang sedang dilaluinya bersama Mikha sekarang. Kebanyakan bangunan yang ada disini bersifat semi permanen dan bahkan ada sebagian rumah yang hanya berdindingkan seng dan kardus bekas.Ditambah jumlah penduduk yang begitu padat membuat tempat ini sebenarnya sangat tidak layak untuk dihuni.Menurut keterangan Mikha, rata-rata mereka yang tinggal disana adalah pendatang yang datang dari luar daerah untuk mengadu nasib di ibu kota. Tapi, karena biya hidup yang begitu tinggi sehingga mereka hanya sanggup untuk menyewa rumah-rumah liar seperti itu.Belum lagi, resiko digusur oleh satpol PP yang bisa datang kapan saja.Awan dan Mikha melewati beberapa gang, sebelum menuju salah satu rumah yang sangat-sangat sederhana. Itu adalah rumah kontrakan Mikha, namun herannya rumah itu begitu sepi. Mikha me
Karena situasinya yang sudah tenang dan mencair diantara mereka, tapi karena pelukan Mikha yang sekarang sudah tenang dan tidak takut lagi seperti sebelumnya. Belum lagi, kenyataan jika kulit mereka bersentuhan secara langsung, justru membuat Awan yang tidak tenang jadinya. Bagaimanapun Ia masih muda, memeluk wanita cantik dalam keadaan terbuka membuat begitu hasratnya mudah tergoda."Hmnn.. itunya bangun lagi." Tunjuk Mikha malu begitu sadar bagian bawah tubuh Awan bergerak. Ia tidak menyangka jika benda yang semalam telah mengoyaknya itu akan kembali terbangun, sehingga wajah Mikha kembali tersipu."Hmn, dia terbangun karena dipeluk wanita cantik.""Apaan sih." Ucap Mikha tersipu sambil mencubit pelan pinggang Awan.Setelah Mikha tertidur pulas disampingnya, Awan bergegas mencari informasi tentang geng Kapak Merah melalu jaringannya di Klan Atmaja. Bukan hal yang sulit untuk mencari informasi tentang gengster manapun dalam Negeri, karena Ia sendiri sudah punya kendaraan besar Klan