Seorang pria tua memandang teduh seorang pemuda yang sedang terbaring tidak sadarkan diri diatas sebuah kasur putih, ditangannya tampak terpasang cairan infus serta alat-alat medis yang mengontrol kondisi tubuhnya, hanya bunyi mesin tersebut yang masih menandakan kalau si Pemuda masih hidup.Pria tua tersebut memiliki tubuh yang tegap serta kharisma yang kuat, walau separoh rambutnya sudah dipenuhi oleh uban, tapi wibawanya sama sekali tidak berkurang. Hanya dengan melihatnya saja, sudah membuat orang sungkan dan menaruh hormat karena wibawanya yang kuat."Bagaimana kondisi Awan Kek ?" Tanya Elektra aka Noura dengan suara pelan, seakan tidak ingin membangunkan Awan yang sedang dirawat. Pemuda yang sedang terbaring dikasur putih rumah sakit tersebut adalah Saktiawan Sanjaya, setelah peristiwa yang sangat menegangkan semalam, kini Awan terbaring koma. Namun anehnya, luka yang dideritanya akibat pertarungan malam sebelumnya, sama sekali hilang dan tidak berbekas. Ia terlihat seperti oran
Sementara itu, diruang terpisah yang masih berstatus ruang VIP di rumah sakit tersebut, tampak seorang gadis juga terbaring lemah. Wajah cantiknya terlihat sangat pucat, tubuhnya juga terlihat semakin lemah karena penyakit yang dideritanya. Dalam ketidaksadarannya, Renata merintih kesakitan dan bibir tipisnya berulang kali hanya mengucap satu nama, "Awan,"."Ren, ini Mama. Bangun Nak!" ucap Ibunya yang selalu setia menemani disampingnya. Sejak kejadian penyerangan Karta malam itu, Ren jatuh tidak sadarkan diri. Psikisnya ikutan drop begitu melihat kejadian mengerikan yang terjadi tepat di depan matanya, kejadian saat Bu Arini menyemburkan darah karena serangan Karta, Awan yang sampai hilang kendali. Sejak malam itu, Renata jatuh pingsan. Fisiknya semakin lemah dari hari ke hari. Kedua orang tuanya sudah mengupayakan segala cara agar anak gadis satu-satunya tersebut bisa pulih seperti sediakala. Namun tekanan dalam pikirannya membuat fisik Renata semakin lemah dan tak berdaya. Dokter D
Hari itu Aku nekat mengundang Awan ke dalam ruang VIP keluarga kami, sengaja kubuka rahasia tentang siapa Ayahnya pada Awan. Ternyata, tebakanku benar! Kalau Awan sama sekali tidak tahu siapa Ayahnya selama ini. Ia terlihat sangat syok namun tidak juga bisa membantah pernyataanku. Aku tidak bisa membayangkan apa yang dirasakan oleh Awan saat itu, hidup tanpa tahu tentang siapa Ayahnya sama sekali, itu pasti akan berat. Waktu itu, aku membayangkan Awan akan menemui Ayahnya dan om Kelvin akan menerima Awan dan Ibunya dalam keluarga besar Sanjaya. Aku pasti akan jadi wanita pertama yang mendukung jika hal tersebut terealisasi, karena aku yang mulai sayang pada Awan. Dibanding kakaknya, Hadi Sanjaya yang telah dijodohkan oleh Kakek denganku, namun aku tegas-tegas menolaknya, karena Hadi adalah tipe lelaki yang hanya bisa memanfaatkan harta kekayaan orang tuanya, dia sama sekali tidak membuatku tertarik, bahkan setelah beberapa kali pertemuan kami.Aku sangat bersemangat menantikan hari di
POV AuthorSeorang pria tua menatap seorang wanita yang dengan seriusnya menatap seorang pemuda yang terbaring tidak sadarkan diri di dalam sebuah ruang VIP di salah satu rumah sakit yang terkenal di Kota tersebut. Kakek yang juga merupakan ketua Klan Atmaja tersebut, menatap heran dengan tingkah gadis tersebut. Walau ia sudah berulang kali menyuruh pengawalnya untuk mengusir secara halus perempuan tersebut untuk pergi, namun ia tetap bersikukuh untuk tetap berada disana. Walau hanya bisa menatap dari balik kaca, ia tetap berdiri disana. Entah apa yang dipikirkan oleh anak dari keluarga Tanuwijaya tersebut. Matanya menyiratkan rasa cinta dan kesedihan yang mendalam pada cucu kakaknya tersebut. Aidil Fikri memperhatikan dalam diam dan berdiri tidak jauh di belakangnya Angel, tanpa seorangpun yang menyadari keberadaannya. Walau ia sendiri tidak suka dengan keluarga besar Tanuwijaya karena hubungan mereka dengan keluarga Sanjaya, yang notabene adalah keluarga Ayah kandungnya Awan. Namun
Aku belum bisa tenang, sebelum berjumpa dengan Awan. Dari pembicaraan Dokter Donna dengan Papa dan Mama saat aku bersitirahat tadi, aku bisa tahu kalau Awan juga di rawat di rumah sakit ini. Tapi, kenapa ia tidak menemuiku ? atau jangan-jangan, Awan dalam kondisi yang parah sehingga membuatnya tidak bisa menjengukku ? Oh Tuhan, semoga tidak terjadi apa dengan Awanku. Ibu juga, kenapa ia tidak ada disisiku seperti biasanya ? apa jangan-jangan, Ibu terluka parah kena pukulan orang itu ? memikirkan keduanya, membuatku semakin ingin untuk mengetahui kondisi Awan dan Ibu. Akhirnya, aku paksakan membuka selang oksigen dari hidungku. Namun saat akan membuka selang infus dari tangan, aku tidak berani. Dari kecil, aku paling takut dengan yang namanya jarum. Jadi terpaksa kutenteng tabung infus tersebut, lalu berjalan keluar ruangan.Walau dengan langkah tertatih, kucoba untuk mencari informasi ruangan tempat Awan dirawat. Untungnya, dari perawat yang jaga sore itu, aku berhasil mengetahui ruan
Kejadian malam itu, membuatku baru sadar tentang peringatan yang pernah disampaikan oleh Ayah sebelumnya. Karta yang bertindak curang dan hendak berniat membunuh Awan, justru dihadang oleh Bibiku dengan menjadikan tubuhnya sebagai tameng. Bibi terluka parah akibat pukulan Karta, dan itu membuat Awan jadi sangat menggila. Matanya terlihat memerah seperti orang kesurupan, tatapannya nanar dan tidak bisa lagi membedakan mana lawan dan mana kawan. Lawan yang sebelumnya membuat Awan dan Ayahku kesulitan, hanya dalam sekali pukul membuat mereka tewas seketika. Itu benar-benar gila, kekuatan dan kecepatannya sangat mengerikan. Semua orang yang ada dalam ruangan sampai terpana melihat ke arahnya. Sempat muncul ketakutan dalam diriku, kalau sampai Awan yang tidak dalam kontrol diri tersebut menyerang salah satu dari kami. Untungnya, aura yang kuat dari Karta membuat Awan teralihkan dan menyerangnya.Panggilan Bibiku berhasil mengembalikan kesadaran Awan waktu itu. Entah apa jadinya, jika Awan
Apa yang kurasakan tadi hanya delusi semata, kepalaku terasa mau pecah memikirkan semuanya. Saat seperti itu, Aku kembali mendengar sebuah suara yang tidak asing lagi bagiku dan suaranya terdengar sangat nyata, "AWANNN, BERJANJILAH SUATU SAAT KAMU AKAN KEMBALI, AKU DISINI MENUNGGUMU.""Nisa ?""Nisa ? Kamu kah itu ?""Nisa, Kamu dimana ?""Siapapun yang ada disana, tolong jawab Aku ?"Tanyaku seperti orang Gila.Tidak! aku sedang tidak berhayal. Suara Nisa terdengar sangat jelas ditelingaku. Bagaimana mungkin ini hanya mimpi ?"ARGGGHHHHHHH...." Aku berteriak sekeras-kerasnya untuk melampiaskan rasa frustasiku.Setelah berteriak sekencang-kencangnya, aku merasakan sedikit kelegaan. Akhirnya semua terasa hening kembali.Aku seakan kehabisan tenaga, Aku telah mencapai titik akhir pengharapanku. Percuma, Aku berusaha, bagaimanapun caranya! Aku terperangkap dalam kegelapan yang membuatku tidak tahu lagi membedakan, apa Aku sudah mati atau masih hidup. Semua yang kulihat dan kurasakan hany
"Inyiak, apakah kamu membenciku dan pendahuluku ?""Aku tahu, permintaan maaf saja tidak akan cukup menghapus kebencian dalam hatimu. Aku siap menanggung semua kesalahan yang telah dilakukan oleh pendahuluku padamu dan keturunanmu." Ucapku pasrah. Aku bisa memahami apa yang dilakukan oleh Kakek buyutku dulu yang tidak ingin bergantung pada kemampuan penunggu gunung merapi, namun Aku juga bisa menerima kemarahan dan kebencian oleh Inyiak pada keluarga kami, karena merasa dikhianati dan dicampakkan, ibarat kata pepatah 'Habis manis, Sepah dibuang'. Apalagi, dengan keadaanku sekarang ini! Pernah hidup dan menghirup udara di kehidupan ini, pernah bertemu dengan orang-orang yang kusayangi dan orang-orang yang menjadikanku keluarga mereka, aku sudah sangat puas, nikmat mana lagi yang bisa kudustakan."Rrr.."Mata Inyiak terlihat menghilang.SlinggggMata yang semula menghilang, kini berada persis 2 jengkal di depanku. Bisa kurasakan panas nafas Inyiak menerpa wajahku."Ternyata ramalan itu
Awan teringat kejadian dimana dia koma dulu, jadi saat Ia sedang tidak sadarkan diri Angel mengambil kesempatan itu. Apa Ia sengaja menyelinap sendiri dan nekat masuk ke dalam kamarnya ? Tapi, apapun itu, Awan percaya jika Angel bisa melakukan itu. Angel cukup licik untuk trik seperti itu. Awan justru senang, ternyata ciuman pertama Angel masih dengan dirinya bukan cowok lain. Kalau tidak, Ia pasti akan cemburu dibuatnya."Hmn kenapa senyum-senyum?""Berarti sekarang kita sudah impas, karena kali ini Aku yang mencuri ciuman kedua mu. Jadi skornya satu-satu sekarang, xixixi."Baru saja mereka larut dengan kebahagiaan setelah berpisah sekian lama, terdengar himbauan untuk penumpang agar segera menaiki pesawat. Eskpresi Angel langsung berubah sendu."Pergilah." Kata Awan lembut dengan tatapan penuh cinta."Tapi..." Angel terlihat berat untuk melangkah pergi. Ia masih belum puas bersama Awan saat ini, Ia begitu mencintai Awan dan baru bertemu sebentar saja. Tapi harus segera pergi, Ange
"Tentu saja, Aku menyayanginya." Jawab Awan dengan yakin."Kalau begitu, kakak harus bergegas menyusulnya sekarang.""Hah, maksudnya?""Karena 3 setengah jam lagi pesawat Kak Angel akan berangkat menuju Inggris dari Bandara Soetta. Kak Angel telah memutuskan untuk melanjutkan studinya disana.""Apa? Kenapa kamu tidak bilang daritadi kalau Angel akan berangkat." Ucap Awan panik. Lalu bergegas pergi, tanpa menunggu penjelasan Raysha lebih lanjut.Dalam pikirannya saat ini adalah Angel, dalam hati Ia berulang kali merutuki kebodohannya selama ini. Ini salahnya juga, kenapa tidak menemui Angel sebelumnya. Dia tahu Angel berkarakter keras, kalau sudah memiliki kemauan, pasti Ia akan mewujudkannya.Selama ini, Awan hanya menyimpulkan sendiri jika Angel hanya sibuk dengan dunia sendiri. Tanpa Ia sadari, jika Angel melakukan semua itu untuk dirinya."Lihat akibat sikap keras kepalamu, membuat kita menjadi jauh seperti ini." Gumam Awan kesal.Semula Awan hendak meminjam mobilnya Devi, karena k
"Kamu mau meminta apa?" Tanya Awan melihat keraguan Karin."Apa Kamu sudah bisa move on dari Kak Nata dan menemukan penggantinya?"Pertanyaan Karin semakin membuat Awan binggung, Awal dia ingin meminta sesuatu, lalu malah bertanya. Apa korelasi pertanyaannya dengan permintaan yang akan diajukan Karin padanya.Awan berpikir sesaat, move on dari Renata? Jelas bayangan Renata masih begitu kental dihatinya. Bagaimana Ia akan bisa melupakannya? Kenangan yang ditorehkan Renata dalam hatinya begitu dalam hingga sulit baginya untuk menghapusnya begitu saja. Bahkan setiap Awan pergi ke Kota ini, kesedihan selalu menyelimutinya sepanjang waktu.Lalu, apakah Ia sudah menemukan penggantinya? Siapa, Annisa? Memang Ia mencintainya, tapi Ia belum ingin memikirkannya saat ini. Angel? Walau Ia semakin sering mengiriminya pesan dan telponnya yang tidak pernah diangkatnya, Awan mulai ragu dengan masa depannya bersama Angel karena sikap Angel sebelumnya."Move on, aku sedang berusaha. Untuk pengganti Ren
"Yaah, bisa gak sih kalau waktu berhenti sampai disini saja? Aku pengen bareng kalian terus." Ucap Veby sedih."Seandainya pun bisa, mungkin kita semua tidak akan pernah menjadi dewasa. Bukankah itu lama-lama akan membuat kita bosan? Justru dengan adanya waktu yang berjalan, kenangan hari ini dan sebelumnya akan menjadi kenangan terindah dalam diri kita masing-masing. Saat kita menyongsong masa depan dan kita bertemu lagi dengan diri kita yang sudah dewasa, bukankah itu jauh lebih indah?""Benar apa yang diucapkan Awan! Biarkan kenangan indah persahabatan kita, terukir abadi dalam hati. Yang perlu kita lakukan adalah memenuhi janji yang kita buat hari ini, lima tahun lagi kita akan bertemu kembali dengan masing-masing impian kita dan dengan diri kita yang lebih dewasa." Ucap Lina menanggapi."Iya, mari kita berjanji. Lima tahun lagi kita akan berkumpul dengan impian kita masing-masing." Kata Siska."Lima tahun lagi, kita akan berkumpul kembali." Ikrar yang lainnya penuh semangat."Loh
"Aw aw.. Sakit Vi.""Hahaha,, Hajar Vi."Teriak Siska senang begitu melihat Novi dan Radit yang mengaduh kena jeweran Devi."Aduh duh sakit, Vi. Lepasin.""Kebiasaan kalian berdua nih yah, mau ikut meluk Awan apa mau ngambil kesempatan?" Ujar Devi galak."Yah, kan sekalian gitu Vi." Balas Radit ngeles."Jewer aja terus Vi, kalau perlu sampai sampai putus telinganya. Emang tuh si Radit." Shiren ikut mengompori."Ciiee yang mentang-mentang udah bubaran jadi sengit gitu." Ledek Lina sambil tertawa."Wkwkwk, Shiren senang banget melihat Radit menderita sekarang."Yang lain malah ikut menertawakan Radit dan Shiren, sampai ketika Sherla mengalihkan topi pada Awan lagi, "Awan, kamu kemana aja selama ini?" Tatapan Sherla masih sama dengan yang dulu. Begitu tahu Renata meninggal saja, Sherla adalah orang yang paling bersedih. Dia sedih dengan meninggalnya Renata dan lebih sedih lagi karena Ia tahu jika Awan adalah yang paling kehilangan Renata saat itu. Ia tahu jika perasaannya tidak mendapat
Setelah berlalu beberapa hari, Mikha tampak sudah mulai bersikap seperti biasa. Tidak hanya itu, sekarang Ia bahkan tampak jauh lebih ceria dan bersemangat dari sejak Ia pertama datang. Mungkin karena tingkat hubungannya dengan Awan yang sudah lebih intim, membuatnya lebih bisa terbuka dalam segala hal. Sepanjang periode itu, Angel juga sudah berulang kali mencoba untuk menghubungi Awan. Tapi, Awan sedang enggan untuk menanggapinya saat ini. Bahkan notifikasi pesan masuknya sudah ribuan dan tidak ada satupun yang ditanggapi Awan.Alasan utamanya bukan karena apa yang dilihat Awan ketika di Resto sebelumnya, tapi karena sikap Angel sendiri yang tampak enggan untuk bertemu dengannya selama ini. Sehingga Awan pun mulai meragukan kelanjutan hubungannya dengan Angel.Tepat disaat Ia melihat-lihat hp-nya, sebuah notifikasi muncul. Ternyata itu adalah pesan dari sahabatnya, Sherla. Ternyata Ia memberi kabar tentang acara perpisahan mereka yang akan berlangsung 2 hari ke depan. Cukup lama j
Mikha memikirkan hendak menerima tawaran dari Mpok Rina. Awan sudah membaca gelagat Mikha, sehingga Ia cepat bicara, "Mikha akan tinggal bersama saya, Mpok."Mikha dan Mpok Rina sama terkejut dengan pernyataan Awan barusan."Maaf, Mas ini siapa yah?" Mpok Rina bertanya dengan menyimpan kecurigaan pada Awan. Ia melihat Awan semenjak tadi dan bahkan menemani mereka sampai ke tempat pemakaman. Cuma karena Ia fokus pada Mikha sebelumnya, sehingga tidak menghiraukan keberadaan Awan."Ia teman saya, Mpok. Namanya, Awan. Ia juga yang telah menyelamatkan Mikha sebelumnya." Mika khawatir jika Mpok Rina akan mencurigai Awan tidak baik, sehingga Ia cepat menjelaskan siapa Awan untuk menghindari kesalahpahaman."Oh, begitu. Terimakasih banyak, Nak. Kamu telah menyelamatkan Mikha, kasihan Ia sudah tidak punya siapa-siapa lagi sekarang." Ujar Mpok Rina ramah dan telah mengubah penilaiannya terhadap Awan."Tidak usah sungkan, Mpok. Mikha juga teman saya, sudah kewajiban saya menolong seorang teman.
2 jam kemudian, Awan dan Mikha sudah sampai disalah satu daerah pinggiran Ibu Kota. Disana Awan baru sadar, betapa besarnya ketimpangan antara lingkungan Apartemen yang ditinggalinya dengan tempat yang sedang dilaluinya bersama Mikha sekarang. Kebanyakan bangunan yang ada disini bersifat semi permanen dan bahkan ada sebagian rumah yang hanya berdindingkan seng dan kardus bekas.Ditambah jumlah penduduk yang begitu padat membuat tempat ini sebenarnya sangat tidak layak untuk dihuni.Menurut keterangan Mikha, rata-rata mereka yang tinggal disana adalah pendatang yang datang dari luar daerah untuk mengadu nasib di ibu kota. Tapi, karena biya hidup yang begitu tinggi sehingga mereka hanya sanggup untuk menyewa rumah-rumah liar seperti itu.Belum lagi, resiko digusur oleh satpol PP yang bisa datang kapan saja.Awan dan Mikha melewati beberapa gang, sebelum menuju salah satu rumah yang sangat-sangat sederhana. Itu adalah rumah kontrakan Mikha, namun herannya rumah itu begitu sepi. Mikha me
Karena situasinya yang sudah tenang dan mencair diantara mereka, tapi karena pelukan Mikha yang sekarang sudah tenang dan tidak takut lagi seperti sebelumnya. Belum lagi, kenyataan jika kulit mereka bersentuhan secara langsung, justru membuat Awan yang tidak tenang jadinya. Bagaimanapun Ia masih muda, memeluk wanita cantik dalam keadaan terbuka membuat begitu hasratnya mudah tergoda."Hmnn.. itunya bangun lagi." Tunjuk Mikha malu begitu sadar bagian bawah tubuh Awan bergerak. Ia tidak menyangka jika benda yang semalam telah mengoyaknya itu akan kembali terbangun, sehingga wajah Mikha kembali tersipu."Hmn, dia terbangun karena dipeluk wanita cantik.""Apaan sih." Ucap Mikha tersipu sambil mencubit pelan pinggang Awan.Setelah Mikha tertidur pulas disampingnya, Awan bergegas mencari informasi tentang geng Kapak Merah melalu jaringannya di Klan Atmaja. Bukan hal yang sulit untuk mencari informasi tentang gengster manapun dalam Negeri, karena Ia sendiri sudah punya kendaraan besar Klan