Apa yang ditakutkan Alfa sepertinya akan menjadi kenyataan. Meski dari luar nenek dan Isabella tampak bisa menerima kehadiran Vellza, tapi instingnya berkata lain.
“Kenapa Tuan terlihat murung? Apakah karena kedatangan nenek lampir itu?”“Ck, kau tau sekali jalan pikiranku,” ucap Alfa spontan.Dia bahkan sedang membenarkan posisi duduknya. “Sebenarnya ketakutan itu bukan untukku, tapi untuk wanita itu!” Ucap Alfa sambil menunjuk kamera yang mengarah tepat ke bilik tempat Vellza bekerja.Meski saat ini Vellza terlihat biasa saja, tapi ketakutan Alfa cukup beralasan. Pasalnya dulu saat mereka merekayasa kematian Isabella, Alfa benar-benar masuk dalam perangkap nenek. Dia bahkan hampir depresi karena cinta pertamanya itu dikabarkan meninggal. Akan tetapi, semua hanyalah kebohongan karena ternyata itu hanyalah bagian dari skenario Nenek Alfa agar dapat membantu mewujudkan keinginan Isabella agar bisa menjadi model profesional. Isabella tidak sepolos penampilannya. Di luar terlihat tidak berdaya dan lemah, tetapi sesungguhnya dia penuh tipu muslihat.Di sisi lain, ada seseorang yang terluka di sini, bahkan nenek justru mengorbankan cucu semata wayangnya yaitu Alfa Mahendra.Devon cukup paham dengan ketakutan sahabatnya itu, karena dia pula yang berhasil membawa Alfa bangkit sampai menjadi dirinya sendiri dan sukses hingga saat ini. Maka dari itu, Devon cukup ahli membaca situasi.“Tuan, saya akan membuat perlindungan sendiri untuk mengamankan Nona Vellza. Tuan tidak perlu khawatir.”“Aku percayakan Vellza padamu. Jangan sampai ada yang berani melukainya, meski hanya seujung kuku.”“Siap, Tuan.”Hari itu pekerjaan kantor Vellza cukup padat. Sehingga dia sampai mengabaikan suaminya sendiri. Beruntung Alfa tidak ambil pusing. Selama Vellza sibuk secara otomatis dia tidak akan kepikiran tentang sang nenek.Sementara itu di sebuah apartemen mewah, kini Isabella sedang uring-uringan karena Alfa menolak panggilan telepon darinya.Nenek Alfa yang melihat cucu kesayangannya terluka tentu saja marah besar dan mencoba menenangkan Isabella.“Sayang, kamu tidak usah khawatir. Apapun keinginanmu maka akan terwujud. Lagipula gadis ingusan seperti Vellza bukanlah tandinganmu.”Isabella tampak tersenyum senang dan bergelayut manja di lengan sang nenek, “Nenek, nenek kan tahu kalau aku tidak bisa hidup tanpa Alfa, jadi rasanya sangat sesak jika melihatnya bermesraan dengan wanita lain.”“Sudahlah, percayalah. Cepat atau lambat akan aku buat Alfa kembali bertekuk lutut padamu.”“Terima kasih, nenek.”Meskipun Vellza sedang sibuk, tapi pikirannya sedikit terganggu dengan pesan masuk yang baru saja diterima olehnya. Lagi dan lagi ibu tirinya kehabisan uang dan meminta uang kembali dalam jumlah yang lumayan besar.Raut cemas jelas terlihat di kelopak matanya. Rasanya ia ingin pergi ke dasar bumi agar ibunya tidak lagi menemukan keberadaannya.Saat Vellza sedang sibuk bermonolog, rupanya Nenek Alfa datang. Akan tetapi, Isabella tidak terlihat di sana. Raut wajahnya angkuh dan sama sekali tidak menoleh ke bilik Vellza.“Ah, kenapa aku jadi memikirkan Isabella? Tunggu dulu, bukankah Isabella itu adalah wanita yang tempo hari fotonya aku temukan di laci kerja Alfa? Jangan-jangan mereka ….”Vellza lantas menutup mulutnya rapat-rapat. Kini dia menyadari jika Alfa mungkin saja akan segera meninggalkan dirinya dan kembali pada Isabella. Lantas, setelah itu dia tidak akan merepotkannya kembali.Vellza berpikir jika Isabella telah kembali, maka dia tidak perlu melanjutkan pernikahannya dengan Alfa. Baru setelah itu meminta perceraian dan bekerja keras untuk membayar hutangnya nanti pada Alfa. Merasa jika idenya cemerlang, Vellza menjadi senyum-senyum sendiri. Devon yang kebetulan melewati bilik Vellza terpaksa berhenti dan menegurnya, “Nona, apakah Anda baru menang lotre? Kenapa sedari tadi terlihat senang sekali?”“Ha-ah, tentu saja tidak. Tuan Devon kebanyakan main Tip Top kali?”“Enggak, cuma menebak aja. Kalau pun salah itu artinya hanya kebetulan belaka.”Setelah memastikan Nyonya mudanya baik-baik saja, kini Devon memilih pergi. Di sisi lain, Vellza akan melanjutkan rencananya mendekatkan Alfa dan Isabella. Meski sejujurnya ia tidak sadar hal itu akan membuat Alfa semakin marah.Isabella merasa cemas karena neneknya belum juga kembali dan memberikan kabar padanya. Rasanya tangannya terlalu gatal dan ingin segera mencari keberadaan Alfa, tetapi ia sudah berjanji tidak akan bertindak secara gegabah.“Apakah rencana nenek akan berhasil?”Isabella tampak menggigit bibir bawahnya.Kedatangannya kembali pada kehidupan Alfa memang hanya untuk membalaskan sakit hatinya karena sang kekasih yang diperjuangkan justru membuangnya. Bahkan membuat Isabella kehilangan pekerjaannya. Hidupnya terlalu penuh skandal dan konflik sehingga terkadang membuat Alfa jengah. Hal itu sudah lama diselidiki olehnya, maka dari itu Alfa menolak tegas kehadiran Isabella.Di sisi lain lebih tepatnya di ruang CEO, nenek bersama Alfa sedang berdebat sengit. Keduanya saling mempertahankan egonya, sehingga sama sekali tidak menemukan titik temu.“Jika nenek hanya kembali untuk meminta hal itu, aku minta maaf karena tidak bisa memenuhi keinginan nenek.”“Alfa, apa yang kamu katakan! Bisa-bisanya kamu mengabaikan permintaan mendiang kakek Isabella. Kita sudah berhutang banyak pada keluarganya, masa menikahi cucunya saja kamu tidak mampu!”“Nek, aku sudah menikah dan aku tidak suka poligami!”“Kata siapa kamu nenek suruh poligami? Nenek hanya meminta kamu menikah dengan Isabella sesaat setelah akta perceraian kamu dengan Vellza keluar!”“Tidak akan pernah ada kata cerai di dalam kamus hidupku! Sekali menikah, maka itulah pasangan seumur hidupku!”“Alfa! Jaga sikapmu! Jangan menjadi kacang yang lupa akan kulitnya!”Alfa tampak menghela nafas. Mencoba mengatur pemikirannya agar tidak terlalu terpancing akan umpan yang diberikan oleh neneknya. Akan tetapi, tindakan neneknya sudah terlalu jauh.‘Seharusnya aku mengirimnya ke benua antartika agar tidak bisa kembali. Sekali kembali justru membawa masalah. Dasar nenek lampir tidak berguna!’ Bisik Alfa di dalam hatinya.Vellza yang kebetulan hendak mengantarkan dokumen ke ruangan Alfa, seketika mematung di depan pintu. Rasanya Vellza tak mampu mendapatkan cerita yang sebenarnya begitu menyiksa batin. “Kenapa Alfa bisa mencintaiku sedalam ini? Bukankah melupakan cinta pertama itu sangat sulit?”Perasaan Vellza semakin campur aduk, bahkan ia hampir saja menyenggol vas guci yang bernilai sangat fantastis. Lalu dengan cepat Vellza segera pergi ke balkon untuk menghirup udara segar sementara waktu.“Apakah ini yang dinamakan kebetulan?”“Di saat aku terpuruk, Alfa justru memberikan kenyamanan.”Vellza menatap langit-langit dari atas sana. Mencoba mencerna takdirnya. Hembusan nafas semakin terdengar tidak beraturan. Teriknya sinar matahari tak mengurangi keinginan Vellza untuk berlama-lama di sana.Kedatangan nenek Alfa memang untuk menghancurkan hubungan yang telah apa bangun dengan Vellza. Akan tetapi, ia tidak bisa mengetahui jika Alfa benar-benar mencintai istrinya saat ini.Vellza berdiri di balkon, menikmati udara segar sambil mencoba meredakan perasaannya yang campur aduk. Ia tak bisa tidak bertanya-tanya apakah ini semua hanya kebetulan belaka. Di saat Vellza sedang terpuruk, Alfa justru memberikan kenyamanan dan dukungan yang tak terduga. Ia menatap langit-langit, mencoba mencerna takdirnya. Nafasnya semakin tak beraturan, namun terik matahari tak mengurangi keinginannya untuk berlama-lama di sana.Kedatangan nenek Alfa seolah datang untuk menghancurkan hubungan yang telah terjalin antara Vellza dan Alfa. Namun, Vellza tak bisa memastikan apakah Alfa benar-benar mencintai istrinya saat ini. Ketidakpastian itu memberatkan hati Vellza, membuatnya terombang-ambing antara bertahan atau melepaskan.Saat angin lembut menyapu wajahnya, Vellza membuat keputusan. Ia akan menghadapi Alfa dan mencari kebenaran, meski mungkin itu akan menyakitkan. Percakapan yang akan datang akan menentukan arah hubungan mereka dan kebahagiaan Vellza sendiri.Dengan pandangan yang penuh tekad, Vellza melangkah kembali ke dalam ruangan, siap menghadapi apa pun yang menantinya. Tanpa ia sadari, seseorang telah memperhatikan sejak lama. Namun, Vellza sama sekali tidak terusik. Mungkin saja Vellza hanya fokus pada kelanjutan pernikahannya tanpa tahu jika sebenarnya keberadaannya saat ini mungkin saja terancam.“Kurang ajar! Berani sekali dia mengacaukan hubungan yang sudah lama tertulis jelas! Seharusnya dia sadar diri dan tidak membuat onar!”Pria itu menoleh pada pengawal di belakangnya, “Bereskan masalah ini secapatnya!”“Baik, Tuan. Dengan senang hati!”Ternyata orang itu adalah Kakek Alfa. Dia sengaja bersembunyi dan selalu mengawasi Alfa dari kejauhan. Akan tetapi, dia pula yang memilihkan Vellza sebagai calon istri Alfa tanpa sepengetahuan dirinya.Hal ini dilakukan untuk menjaga semua aset yang akan menjadi milik Alfa pada akhirnya. Dia begitu senang melihat perubahan signifikan yang ditujukan pada Vellza. Ternyata, diam-diam Alfa mulai perhatian pada Vellza.Saat ini, Kakek Alfa sangat tahu jika Vellza tidak akan mungkin bisa menyelesaikan masa lalu Alfa bersama Isabella. Maka dari itu dia memutuskan untuk ikut campur.“Kenapa lama sekali?” ucap sang kakek pada asistennya itu.“Maaf, Tuan. Tadi Tuan Alfa memberikannya banyak pekerjaan di kantor sehingga cukup sulit untuk membawanya kemari!”Vellza yang tidak paham dengan kondisi saat itu hanya bisa mematung di tempatnya. Wajahnya menunduk karena ia takut salah dalam bersikap. Apalagi di perjalanan tadi Vellza sudah cukup banyak mendapatkan penjelasan dari a
Vellza yang ketakutan benar-benar menutup kedua matanya dengan rapat. Terlihat dia sangat ketakutan, tapi aroma mint yang ia hirup menyadarkan dirinya jika yang barusan ditabrak adalah Alfa."Astaga, maafkan aku, Alfa. Tadi aku ketakutan dan tidak tau harus bersikap apa ....”DegRupanya Alfa mengecup bibir Vellza yang sedari tadi berbicara tanpa henti. Sorot mata tajam Alfa mampu menghipnotis Vellza dalam beberapa detik.“Bernafas bodoh!”Ucapan Alfa menyadarkan dia untuk tetap bernafas. Dengan bodohnya, Vellza menghirup udara sebanyak-banyaknya seolah takut kehilangan oksigen.‘Gadis nakal, rupanya kamu belum pernah ciuman? Seperti ini saja sudah tidak bernafas.’Dengan tanpa rasa bersalah, Alfa justru meninggalkan Vellza yang masih terbengong. Vellza merutuki sikapnya yang membiarkan Alfa mencuri ciuman pertamanya. Sialnya, Vellza justru mengusap bekas bibir Alfa yang tertinggal di bibirnya.‘Rasanya manis, apakah begini rasanya ciuman?’Sejena
Berbeda dengan Vellza yang merasa canggung, Alfa justru merasa tidak ada orang di dalam ruangan itu. Sehingga ia bebas melakukan apapun, seperti saat mandi yang mengharuskan seseorang tidak memakai pakaian meski sehelai benang. Di luar kamar Alfa, Isabella meraung-raung seperti orang gila. Posisinya masih berada di luar kamar Alfa. Dia merasa kedatangannya sama sekali tidak dihargai dan justru dihalangi oleh Devon sang asisten. Merasa kesal ia pun mencoba berteriak dan bersikap seolah-olah menjadi orang gila di sana. Tentu saja Alfa merasa tidak nyaman buru-buru menyelesaikan ritual mandinya. Sebelum keluar, salah satu tangan Alfa meraih jubah mandi lalu memakainya. Tidak lupa menyuruh Vellza untuk mandi di sana.“Cepatlah mandi! Aku tidak mau sekretarisku sampai telat datang kantor!”“Ck, bukankah kita sudah telat! Dasar bos omes!” Umpat Vellza kesal.Meskipun kesal, Vellza melakukan semua perintah suaminya itu. Lagipula saat ini ia sudah merasa nyaman, setida
“Asem!” Pekik Vellza tak tertahan.Bagaimanapun dia adalah wanita biasa yang punya jantung dan masih bernafas. Sehingga wajar jika Vellza kaget ketika Alfa tiba-tiba muncul di hadapannya. Alfa tergelak melihat mimik wajah Vellza yang sudah seperti bom atom siap meledak. Semerah kepiting rebus yang hendak disantap.“Bisa nggak sih, nggak usah ngagetin kayak gitu! Kayak setan aja!” Omel Vellza tak terkendali.“Wajah kamu lucu banget, tau!”Tanpa sadar Vellza menggembungkan pipinya dan sukses membuat Alfa tertawa lepas. Jika Alfa bahagia, hal yang sama juga dirasakan oleh Devon. Binar kebahagiaan terpancar jelas di wajah Alfa sehingga membuat Devon sangat bersyukur. Pada akhirnya sahabatnya bisa kembali seperti dulu dan memiliki kehidupan yang sewajarnya selayaknya manusia normal.Perubahan sikap dan perilaku Alfa terlihat jauh lebih baik setelah Alfa menikah dengan Vellza. Wanita pilihan sang kakek memang tidak pernah salah. Ditambah lagi latar belakang Vellza bukanlah dari keluarga ka
Saat Alfa dan Vellza melenggang masuk ke dalam perusahaan, mereka melihat neneknya yang murka. Namun, Alfa justru terlihat santai dan tenang dalam menghadapinya. Dia memahami bahwa neneknya mungkin masih merasa kesal dan tidak setuju dengan keputusannya untuk memperbaiki hubungan dengan Vellza.Devon yang berjalan mengekor di belakangnya hanya bisa terpaku, tetapi tidak mau bersikap sok tau sebelum Alfa memberikan perintah padanya. Devon pun mempercepat langkahnya agar tidak tertinggal sambil sesekali menoleh pada Nenek Alfa.Nenek Alfa mengepalkan tangannya, menunjukkan rasa kekesalannya, sementara Alfa tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh reaksi neneknya. Dia tahu bahwa ini adalah langkah yang dia yakini benar untuk dirinya dan Vellza. Dari dalam mobil yang terparkir di dekatnya, seorang lelaki tua tersenyum senang saat melihat kekesalan mantan istrinya. Dia merasa lega bahwa sang cucu tidak mewarisi kebodohan dan kesalahan di masa lalu mereka.
Meskipun Vellza merasa tidak nyaman dengan pandangan orang-orang dan gosip pernikahan antara Alfa dan Isabella, dia tidak membiarkan hal itu merusak kepercayaan dirinya. Dia memilih untuk tetap tenang dan menjaga sikap yang baik.Setelah isu kedekatan antara Vellza dan Alfa, rupanya masih ada gosip terbaru yaitu berita pernikahan antara Alfa dan Isabella yang dibawa oleh neneknya. Vellza semakin merasa tidak nyaman dengan pandangan orang-orang.Alfa sebenarnya merasa geram, Devon pun juga, tapi mereka ingin melihat sampai dimana Nenek Alfa bersikap. Isabella yang kembali populer satu step di atas Vellza begitu senang karena akhirnya bisa menang.Sementara itu, Alfa dan Devon merasa geram dengan sikap nenek Alfa yang terus mempertegas isu pernikahan tersebut. Mereka berdua memutuskan untuk menghadapi situasi ini dengan sabar dan melihat sampai sejauh mana nenek Alfa akan bersikap.Kali ini Isabella meminta Vellza untuk bertemu dan makan siang bersama. Meskipun Vellza ada banyak keraguan
Meskipun Isabella sudah meminta maaf, entah mengapa masih ada yang mengganjal di dalam hati. Rasanya ada sesuatu yang sedang menantinya di depan sana.“Kenapa aku merasa jika Isabella tidak tulus dan masih merencanakan hal buruk lagi?” gumam Vellza sambil berjalan menuju kantin.Vellza yang merasa lapar lebih memilih untuk pergi ke kantin. Sementara Alfa dan neneknya masih berada di ruangan Isabella untuk menunggunya. Mereka masih merasa tidak bisa meninggalkan Isabella karena selama ia berada di Indonesia akan menjadi tanggung jawabnya.Entah mengapa ketika Vellza berada di ruangan Isabella hatinya terasa panas. Terlebih melihat Alfa sangat perhatian pada Isabella membuat jantungnya hampir meledak. Perasaannya menjadi cemas dan seperti ingin marah-marah saat melihat tangan Alfa bersentuhan dengan tangan Isabella. Meskipun begitu Vellza menampik perasaannya karena ia merasa jika itu hanya halusinasinya saja. Padahal kenyataannya Vellza memang cem
Setelah mengalami kecelakaan, dengan terpaksa Vellza harus dirawat di rumah sakit. Meskipun lukanya tidak seberapa, tetapi Alfa menginginkan pengobatan yang terbaik untuk Vellza dan bersikeras memaksanya tinggal.“Kalau sakit, kenapa justru ngotot untuk ceoat keluar dari rumah sakit?”‘Ya, suka-suka gue, lah. Memangnya kamu siapa gue?’ ucap Vellza di dalam hatinya.Sementara itu Alfa yang baru selesai rapat, masih terlihat mimik wajah serius di sana sedang menatapnya tajam.“Kenapa diam? Masih suka menyanggah dan keras kepala?”Tentu saja hati Vellza bersungut-sungut akan hal itu. Bukannya kata sayang atau ucapan perhatian, ia justru mendapatkan tekanan batin.Beruntung Devon datang tepat waktu dan bisa mencairkan suasana. Alfa sebenarnya sangat khawatir pada Vellza, sayang ia tidak bisa berucap halus padanya. Apalagi beban pikirannya terlalu dalam dan tidak ada tempat berbagi sama seperti di saat Vellza sehat.Jika Vellza merasa uring-uringan karena Alf
Namun, apa yang diharapkan Vellza tak seindah bayangan. Nyatanya Kenzo berhasil membuat pandangan Alfa terhadapnya berubah. Alfa bahkan percaya dengan semua perkataan dari Kenzo ketimbang istrinya sendiri. "Aku tak pernah menyangka jika kamu berubah, Sayang. Setelah apa yang aku perbuat selama ini nyatanya kamu hanyalah sebuah barang transaksi!" ucap Alfa ketus lalu meninggalkan Vellza sendiri.Setelah apa yang mereka perbuat semalam, manisnya cinta tak berarti apapun. Semua musnah ketika Kenzo mengirimkan beberapa video ke ponsel Alfa. Vellza tak tau apa yang terekam di sana. Hanya kilatan amarah terpancar jelas di wajah Alfa.Di kediaman Kenzo, tawa penuh keceriaan terdengar memenuhi ruangan yang bernuansa gold. Suara tawa itu seolah menyatu dengan gemerincing perhiasan dan mengisi ruangan dengan kehangatan. Kenzo, tuan rumah yang kaya raya, terlihat bahagia di tengah kerumunan tamu yang bergembira. Sementara itu, Devon, pelayan setia Kenzo, m
Vellza tak menyangka jika Tuhan masih memberikan kesempatan kedua padanya. Alfa yang ia kira sudah meninggal kini tertidur pulas di samping tubuhnya. Tanpa pakaian dan hanya berlapiskan selimut tebal yang menutup tubuh polos mereka."Tuhan, aku mohon jangan kau ambil kebahagiaan ini lagi. Aku sangat mencintai Alfa," ucap Vellza lirih sambil menyentuh selimut miliknya.Vellza sangat takut jika harus berpisah kembali dengan Alfa. Pasalnya banyak orang yang ingin melengserkan posisinya sebagai pemegang saham terbesar di perusahaan Alfa. Sebelumnya Alfa memang telah membuat Vellza mempunyai kedudukan tinggi yang sama dengannya karena meminimalisir kejadian tak terduga. Buktinya, Alfa sempat kecelakaan dan dikabarkan meninggal. Hal itu tentu dimanfaatkan oleh oknum tak bertanggung jawab untuk merebut perusahaan Alfa.Maka dari itu, dari saran dan bantuan Devon semua aset miliknya masih aman. Apalagi pewaris semua kekayaan Alfa sudah beralih atas nama Noah. Putra satu-satunya bersama Vellza
Niat hati ingin merajut asa dengan Vellza karena kebaikan hatinya. Sayang, semua rencananya gagal karena suami Vellza ternyata masih hidup. Tentu hal itu membuat Keanu marah besar. Jelas ia cemburu, semua asa yang ingin ia rajut harus pupus ketika Vellza kembali bersama Alfa."Kurang ajar! Kenapa dia justru masih hidup? Bukankah semua sudah jelas jika waktu itu dia meninggal!"Tampak jika Keanu marah besar. Tangannya mengepal, urat-urat di tangan terlihat menonjol. Bahkan hembusan nafasnya terdengar naik turun. Jika saja ada barang di hadapannya, sudah dipastikan akan hancur saat itu juga.Mendengar keributan dari kamar kakaknya, Melly bergegas naik. Gaya centil ciri khas pembawaan Melly tak pernah bisa membuat sang kakak marah dalam waktu lama. Maka dari itu, Melly berniat untuk langsung memberikan surprise padanya. Setidaknya sang kakak tidak lagi marah-marah.Tanpa mengetuk pintu, Melly langsung menerobos masuk. Melihat kakaknya berdiri mematun
"Kalau cinta tuh bilang aja, napa pake gengsi segala, sih!"ujar Vellza sambil tertawa, merespons komentar konyol Alfa.Alfa juga ikut tertawa, menatap Vellza dengan penuh cinta. Mereka berdua memang memiliki awal yang tidak biasa dalam percintaan mereka, bermula dari sebuah transaksi hutang piutang. Namun, seiring berjalannya waktu, mereka berdua saling mengenal dan menemukan kecocokan satu sama lain."Lagian aku tuh sadar diri, aku bukan tipe kamu."Sepasang suami istri itu saling tertawa satu sama lain. Awal percintaan mereka bukanlah sebuah kisah manis, tapi berawal dari sebuah transaksi hutang piutang. Bahkan Alfa mempunyai sebuah trauma yang mendalam pada seorang wanita. Awalnya, Alfa memiliki trauma yang mendalam terhadap seorang wanita, namun kehadiran Vellza dalam hidupnya membawa perubahan yang besar. Meskipun Vellza juga memiliki luka emosional dari masa lalunya, Alfa berusaha menyembuhkan luka itu dengan cinta dan pengertian.
"Keanu ..." panggil Vellza terkejut. Bagaimana tidak terkejut apalagi saat ini Alfa ada di sana juga."Iya, sayang. Aku datang kemari untuk memastikan apakah kamu benar-benar masih mencintai mantan suamimu atau aku?" tanya Keanu dengan nada ketus.Vellza merasa terjepit dalam situasi yang rumit. Dia merasakan kebingungan dan kekhawatiran di dalam hatinya. Semua ini adalah salah paham yang terjadi, dan sekarang semakin memanas dan berpotensi menyulut konflik yang lebih besar.Sebenarnya Vellza bebas memilih, tapi semuanya terlambat. Salah paham yang terjadi kali ini pasti akan lebih berkelanjutan dan semakin runyam.Alfa yang semula hendak memeluk istrinya justru kembali melepaskan niatnya dan ikut berbalik menghadap Keanu. Senyum yang ŵ terukir, kini sirna sudah. Berganti dengan sorot mata tajam yang siap mengoyak siapapun yang berniat merebut Velkza sari"Hei, Tuan Keanu yang terhormat. Apa kabar?""Ck, kamu kira kita pernah ber
Melihat kepergian Noah dengan wajah sedih, tentu membuat Devon mendapatkan PR besar. Bagaimana pun Devon mempunyai kewajiban baru kali ini. Ia tidak akan membiarkan Noah bersedih.Alfa akhirnya sadar dan berterima kasih pada Devon karena telah merawatnya sampai sembuh. Alfa juga bahagia karena Noah masih mengenalinya.“Sayang, kemarilah!”“Papa ….”Noah dengan senang hati memeluk papanya. Ia merasa bahagia karena papanya kembali. Itu artinya ia tidak akan khawatir kalau kehilangan sosok ibunya. Apalagi saat ini ibunya sedang bersama Keanu. Lelaki asing yang tidak disukainya."Kamu masih ingat papa, sayang?""Tentu, Pa. Kenapa Noah harus lupa?"Alfa akhirnya sadar dan berterima kasih pada Devon karena telah merawatnya sampai sembuh. Alfa juga bahagia karena Noah masih mengenalinya.“Sayang, kemarilah!”“Papa ….”Noah dengan senang hati memeluk papanya. Ia merasa bahagia karena papanya kembali. Itu artinya ia tidak akan khawatir kalau kehilangan sosok ibunya. Apalagi saat ini ibunya seda
Bangun dari tidur panjang membuat Alfa sedikit linglung. Apalagi setelah tidur panjang, Alfa merasakan kerinduan yang mendalam pada sosok istri tercinta."Velza, dimana kamu?" panggil Alfa dengan suara lembut, mencari sosok yang sudah lama tidak ia jumpai.Devon mendengar suara familiar berasal dari kamar. Buru-buru dia datang dan mengecek kondisi Alfa. Air matanya tumpah saat tahu jika atasannya sudah siuman.Bangun dari tidur panjang, Alfa merasa sedikit linglung. "Alfa, kamu sudah siuman! Kamu sudah kembali!" seru Devon bersuka cita. Alfa, masih sedikit bingung, melihat wajah Devon yang penuh emosi. Dia merasa terharu dan bersyukur atas kehadiran Devon yang selalu setia menjaga dan merawatnya selama dia dalam keadaan tidak sadar."Dimana aku?""Rumah sakit."Seketika ingatannya membawa Alfa pada sebuah kecelakaan hebat. Di sana ia sampai tak sadarkan diri karena hebatnya benturan itu hingga wajahnya terasa
Apa yang dikhawatirkan Devon terbukti. Selama ini Keanu tampak baik pada Vellza dan Noah itu hanyalah sebuah topeng. Nyatanya, dia yang merencanakan kecelakaan Alfa."Itu tidak mungkin, Dev. Aku yakin jika Keanu tidak sepicik itu hanya demi mendapatkan cintaku.""Benarkah? Jika memang demikian kamu mau apa? Aku yakin jika Alfa tau, ia pasti akan sangat kcewa padamu, Vellza.""Aku mohon padamu, Dev. Jangan katakan apapun pada Alfa."Devon sama sekali tidak menghiraukan rengekan Vellza. Baginya, Vellza yang dulu sama sekali tidak sama dengan wanita di hadapannya itu. Seringkali Devon mendapati Vellza yang sangat rapuh dan mudah sekali terpengaruh keadaan. Padahal dulu Devon sempat kagum padanya karena Vellza wanita tangguh dan cerdas.Devon, dengan tatapan yang tajam, melihat Vellza yang tampak rapuh dan terpengaruh oleh situasi. Dia merasa sedih melihat wanita tangguh dan cerdas yang pernah dia kagumi berubah menjadi seperti ini.
Kematian Alfa yang mendadak telah meninggalkan luka yang mendalam pada semua orang, termasuk Vellza dan Noah. Mereka merasa terpukul dan berduka, terutama karena Noah sedang dalam masa tumbuh kembang dan sangat membutuhkan sosok ayah. "Kita semua merasa kehilangan Alfa, terutama Noah. Dia sangat membutuhkan sosok ayah di masa tumbuh kembangnya."Devon berdiri di belakang Vellza masih tak percaya jika sahabat serta atasannya itu telah meninggal. Kecelakaan pesawat membuat semua penumpang di dalamnya meninggal termasuk Alfa."Vellza, apa kamu telah menyelidiki kebenarannya?" tanya Devon hati-hati.Devon, yang masih sulit mempercayai kenyataan bahwa Alfa telah meninggal, mencoba untuk mencari kejelasan dari Vellza. Dia bertanya dengan hati-hati apakah Vellza telah menyelidiki kebenaran di balik kecelakaan pesawat tersebut. "Vellza, apakah kamu telah menyelidiki kebenaran di balik kecelakaan ini? Aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi."