Hari itu, suasana di kantor terasa berbeda. Para karyawan terlihat ceria dan penuh semangat. Mereka berkumpul di area pantry, saling berbicara dan tertawa. Keputusan rapat hari ini telah memberikan dampak yang positif bagi mereka. Devon, yang masih terpesona dengan kehadiran kekasihnya, Anna, tersenyum bahagia.
Saat Devon sedang duduk di meja kerjanya, Anna tiba-tiba muncul dengan senyum manis di wajahnya. "Hai, sayang," sapanya sambil mencium pipi Devon. "Aku punya kejutan untukmu. Ayo, kita makan siang bersama!"Devon terkejut dan senang sekaligus. Dia segera menutup laptopnya dan mengikuti Anna ke luar kantor. Mereka berjalan berdua dengan tangan tergenggam, saling bercanda dan tertawa. Meskipun suasana kantor sedang ramai, mereka terasa seperti berada dalam dunia sendiri.Mereka memilih restoran favorit mereka, sebuah tempat yang tenang dan romantis. Meja mereka dikelilingi oleh bunga-bunga segar dan lilin-lilin kecil yang memberikan suasana yang inDi dalam kamar miliknya, Vellza menatap foto pernikahannya dengan Alfa.“Hai, lelaki pilihan ibu tiriku. Ternyata rencana Tuhan begitu indah. Tidak terasa kita sudah melewati sejauh ini bersama.”Namun, Vellza teringat ancaman ibu tirinya yang mendesak ia agar meminta uang dengan nominal fantastis pada Alfa. Jika Vellza menolak maka ayahnya yang akan menjadi korban. Rupanya uang dua milyar itu akan digunakan ibu tirinya pergi ke luar negeri dan meninggalkan ayahnya yang sedang sakit.Mengetahui itu, Vellza memutuskan untuk pergi menemui ibunya. Tidak lupa mengambil sejumlah uang dari brankar milik Alfa lalu menuliskan sebuah surat padanya.Dengan kedua mata yang terus penuh air mata penyesalan, Vellza mendekati ranjang Alfa dan meminta maaf di sana. Vellza memutuskan untuk pergi dini hari agar Alfa tidak curiga.Di tengah kebahagiaan mereka, takdir tiba-tiba menguji kekuatan cinta Alfa dan Vellza. Suatu pagi, Alfa terbangun dengan perasaa
Alfa merasa hatinya hancur ketika melihat Vellza terbaring lemah di rumah sakit. Ia tahu bahwa tanggung jawabnya sebagai suami adalah untuk membantu Vellza pulih baik secara fisik maupun mental. Namun, Alfa juga menyadari bahwa ia memiliki tanggung jawab karir yang tidak bisa diabaikan. Bekerja sebagai seorang milyader muda yang sibuk dan memiliki banyak aset yang harus ia tangani dalam sekali waktu.Alfa dengan perasaan cemas memegang tangan istrinya dengan penuh cinta, "Vellza, sayang, aku akan selalu ada di sampingmu selama proses pemulihanmu. Aku berjanji." Vellza yang masih merasakan tubuhnya lemas mencoba merespon ucapan suaminya. Ia tidak mau membebani pikiran Alfa lebih banyak. "Terima kasih, Alfa. Aku tahu kamu tanggung jawab karir yang penting. Jangan khawatir, aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk pulih. Setidaknya aku bisa membantumu lagi di kantor.”“Jangan pikir terlalu berat. Fokus saja pada kesehatanmu.”Vellza mera
Kini, dengan kaki yang cedera, Vellza memakai crutch untuk membantunya berjalan. Meskipun Alfa menyarankan agar menggunakan kursi roda untuk menghindari kelelahan, Vellza tetap memilih crutch agar kakinya tetap lemas. Ada ketakutan yang menghantuinya, yaitu rasa khawatir bahwa jika terlalu lama menggunakan kursi roda, ia akan kehilangan kemampuan untuk berjalan. "Bukankah di setiap kesulitan pasti ada jalan?" ucap Alfa dengan bijak. "Ada, tapi kalau kamu nggak berusaha, hasilnya sama aja," balas Vellza, merenungkan kata-kata Alfa. Perkataan Alfa membuat Vellza sadar akan dirinya sendiri. Sejak kehilangan sosok ibu, Vellza telah berubah menjadi lebih introvert dan tampak acuh pada dirinya sendiri. Dulu, dia adalah seorang gadis yang tangguh dan riang gembira, namun kini dia merasa kehilangan jati dirinya. Sikap Vellza yang tertutup dan introvert membuatnya sulit menerima kehadiran ibu tirinya setelah ayahnya menikah lagi. Apalagi dia datang dan
Orang menangis bukan berarti mereka lemah, tetapi telah kuat dalam waktu yang terlalu lama._____Melihat mobilnya hampir celaka membuat Vellza sedikit syok. Apalagi kalau Alfa sampai panik, sudah pasti mereka akan celaka. Beruntung Alfa cukup lihai dalam berkendara sehingga saat ini mereka masih selamat.“Kamu nggak apa-apa ‘kan, Sayang?” tanya Alfa memastikan kondisi Vellza yang masih terlihat syok.Nafasnya masih memburu dan kembang kempis. Terlihat sorot matanya terlihat kosong dan panik, sehingga Alfa benar-benar cemas akan keadaan istrinya.“Sayang, kamu nggak apa-apa, kan?”“Eh, enggak, kok. Syukurlah kalau kita masih selamat,” ucap Vellza lega.“Iya, tapi beneran kamu nggak apa-apa?”Vellza mengangguk sambil tersenyum. Bahkan ia memegang tangan Alfa dan mengusapnya perlahan.Setelah kejadian kecelakaan mobil yang mengejutkan itu, Alfa dan Vellza merasa perlu mengambil langkah-langkah untuk menjaga ke
Semakin hari, kondisi Vellza semakin membaik. Usahanya sebanding dengan hasil dan tingkat rajinnya dalam mengikuti semua terapi yang dijadwalkan oleh dokter.“Yeay, akhirnya aku bisa berjalan lagi. Sayang, lihatlah kesini!” Teriak Vellza dengan riang gembira.Alfa yang semula sedang memainkan ponsel sejenak menghentikan panggilan telepon dan membalas lambaian tangan istrinya seraya tersenyum. Alfa merasa beruntung bisa berada di sisi Vellza. Setiap harinya, dia menyaksikan Vellza berjuang untuk sembuh dan dia selalu ada di sana untuk mendukungnya. Alfa merasa bangga melihat semangat dan kegigihan Vellza. Dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia tidak akan membiarkan Vellza mengalami kesakitan lagi.Entah mengapa sejak kedatangan Vellza. Ia merasa memiliki dunia baru. Dunia yang telah lama ia tinggalkan lebih tepatnya sejak kakeknya berpisah dengan sang nenek. Keceriaan itu menghilang bersama dengan semua kenangan yang telah hancur, hingga Vell
Setiap manusia berhak bahagia, begitu pula dengan Devon. Kini Devon siap menata masa depannya. Di sisi lain, Alfa dan Vellza sedang menikmati makan malam romantis.Alfa benar-benar membuat Vellza menjadi seorang wanita paling bahagia. Bagaimana tidak jika saat ini semua perhatian Alfa tertuju padanya.Cinta mereka terjadi tanpa kesengajaan, tapi saling terhubung satu sama lain. “Alfa, terima kasih untuk jamuan malam malam romantis ini.”“Sama-sama, Sayang. Apapun yang terjadi hari ini semuanya tidak gratis. Aku menunggumu di kamar,” ucap Alfa sambil mengerling nakal.Vellza berharap jika Alfa tidak akan pernah meninggalkannya lagi. Saat ini keluarga Vellza hanya tertinggal satu orang yaitu suaminya sendiri, Alfa Mahendra.Meski bunga-bunga cintanya baru bermekaran, Vellza tetap bersyukur. Apalagi Alfa menerima semua kelebihan maupun kekurangan Vellza.Malam itu, Alfa dan Vellza berjalan kembali ke kamar mereka dengan tangan yang
Jika Vellza dan Alfa masih berbahagia atas kenaikan tingkat hubungan kisah cinta mereka, lain lagi dengan Devon yang semakin disibukkan dengan rutinitas pekerjaan.Dia harus buru-buru menyelesaikan semua pekerjaan yang telah diberikan Alfa padanya. Hari itu dia pun telah mengajukan cuti satu hari pada atasannya.“Siapa?” Tanya Vellza sambil menuangkan minuman untuk Alfa.“Devon minta cuti satu hari untuk memperingati seratus hari kematian Anna.”“Ya Tuhan, tidak terasa sudah seratus hari rupanya.”Vellza kembali duduk dan merebahkan punggungnya dengan nyaman. Dia terlihat menghela nafas panjangnya. Meski tidak terlalu dekat, tapi ia bisa merasakan kesedihan Devon saat ini. Masih tergambar jelas ketika Vellza kecil harus kehilangan ibunya.Alfa yang mengerti kesedihan Vellza langsung mendekatinya. “Kamu kenapa, kangen ibu?”Vellza mengangguk.Vellza menatap Alfa dengan mata yang penuh air mata. "Ya, Alfa. Aku merindukan ib
Hari-hari berlalu, dan cinta Alfa untuk Vellza semakin besar. Mereka berdua rutin melakukan olahraga setiap malam, sehingga Vellza merasakan perubahan yang signifikan dalam hidupnya. Namun, pada suatu pagi, Vellza merasakan rasa mual yang luar biasa hebat. Setiap kali Vellza hendak pergi ke kamar mandi, aroma sabun yang biasanya menyegarkan malah membuat perutnya terasa kacau. Rasanya seolah-olah ada sesuatu yang mengaduk-aduk perutnya, dan Vellza merasa ingin muntah.“Kenapa aroma sabunnya beda? Emangnya kamu ganti ya, Sayang?”Alfa yang masih berbaring segera menyandarkan punggungnya ke dashboard ranjang. “Enggak, tuh. Itu aroma sabun yang biasanya, kok. Emangnya kenapa?”“Baunya menyengat banget, aku pengen muntah terus, nih,” protes Vellza sambil memegang perutnya.Rasa tidak nyaman itu pun benar-benar membuat Vellza lemas. Sudah lebih dari tiga kali dia muntah. Alfa pun semakin cemas dengan keadaan istrinya.“Sebentar, Saya