“Jangan-jangan apa?“ Elang menyahut dengan dahi mengerut.
“A-pa jangan-jangan Bapak mau menjadikan saya sugar baby?““Apa?“ Elang langsung tersedak, lalu terbatuk. Setelah itu menatap Adeera dengan nyalang.“Apa kamu pikir aku ini Om-om? Aku masih muda dan jika aku mau, bisa saja kusewa satu gadis berbeda setiap harinya. Tapi aku bukan lelaki seperti itu. Aku ini lelaki baik-baik,“ lanjutnya membuat Adeera mengerucutkan bibir.“Lalu, kenapa Anda memberikan gaji dan fasilitas selengkap itu pada saya?“ tanya Adeera.“Karena di sini, kamu harus bekerja sangat keras. Kamu harus bisa mencapai target, memperluas jaringan pasar dan ... Meningkatkan daya tarik pembeli,“ jawab Elang.“Gila!“ umpat Adeera dengan mata terbelalak.“Pekerjaan sebanyak itu harus saya kerjakan sendiri?“ sambungnya tak percaya. Elang mengangguk santai.“Apa kamu pi“Enggak usah segitunya ngelihatin aku. Nanti kalau kamu naksir, kamu juga yang ribet.“Ucapan Elang yang disertai senyuman geli membuat Adeera langsung melotot dan mencubit lengan kokoh itu.“Aw ... Kamu ini apa-apaan. Sakitlah.“ Elang menggerutu. Tapi Adeera malah tersenyum. Dalam hati merasa bangga pada sosok yang terkadang menyebalkan itu..Mobil berhenti tepat di depan pagar rumah Adeera. Gadis itu turun, diekori Elang yang matanya meliar ke sekeliling rumah yang tiba-tiba membuat kepalanya dilanda pusing.“Ini rumah kamu?“ tanyanya. Kali ini mata Elang memicing dan tangan berpegangan pada pilar kecil di teras rumah Adeera.“Iya, Pak. Bapak mau mampir dulu?“ balas Adeera. Elang hampir mengangguk, tapi urung karena pusing yang semakin menyerang kepalanya.“Bapak nggak apa-apa?“ Adeera langsung menaruh barang-barangnya di meja d
Adeera meninggalkan kantor dengan wajah bersimbah air mata Sementara Elang langsung menghampiri sang sekretaris dan meminta pendapatnya. Perempuan yang tak lagi muda itu jelas terkejut mendengar penuturan sang bos.“Pak Air memang keterlaluan. Pantas saja Mbak Adeera angkat kaki. Apa Bapak pikir pekerjaan itu mudah dan bisa dikerjakan seorang diri? Seharusnya Bapak membentuk team khusus untuk divisi baru ini. Kalau begini, Bapak sama saja melanggar visi dan misi perusahaan ini,“ cerocos sang sekretaris, panjang lebar. Membuat Elang mematung. Seketika rasa bersalah menyeruak di hatinya.Sekretarisnya benar. Apa yang ia perintahkan pada Adeera sudah melanggar visi dan misi yang dibuatnya. “Oh My ...“ Dia mengacak rambut dengan kedua tangannya dan mengusapnya kembali. Lalu kembali ke ruangannya.“Bagaimana bisa maju perusahaanmu, kalau kamu tak memerhatikan kesejahteraan karyawanmu, Lang?“ Dia bermonolog. Lalu memejamkan matanya sejenak. Sejurus kemudian, menghela napas panjang. Sete
“Saya harus pulang, Pak. Lain kali saja mampirnya. Assalamualaikum,“ ucapnya yang dijawab Anjas dengan suara pelan.Elang menepikan mobilnya. Lalu menelepon supir pribadi supaya menyusulnya. Tak tahan merasakan sakit, ia menjerit sambil memegangi kepala. Lalu membenturkannya ke kemudi.Sementara di kamarnya, Adeera mengerjap pelan dan terbelalak saat menyadari kalau dia berada di sebuah kamar.“Dimana aku?“ gumamnya sambil menyingkap selimut dan meraba pakaiannya. Lalu menghela napas lega, saat sadar kalau kini ia berada di kamarnya sendiri.“Sudah bangun rupanya.“Suara Anjas membuatnya beranjak duduk dan tersenyum bingung.“Perasaan tadi aku ...“ ucapnya ragu.“Tadi di mobil, tapi anak ayah pules banget tidurnya. Jadi Nak Elang—““Pak Air gendong aku?“ sela Adeera. Membuat Anjas tertawa geli.“Geer!“ serunya. Adeera mencebik.“Tadi Elang kasih tahu ayah. Suruh ayah angkat kamu,“ terang Anjas.Adeera membulatkan bibir. Sementara sudut hatinya merasa agak kecewa. Tapi segera dienyahka
“Kamu yakin mau makan di sini?“ tanya Elang saat mobil mewahnya berhenti di depan kios mie ayam bakso Ujang Pangestu.“Kok gitu nanyanya?“ Adeera mengernyit bingung.“Enggak apa-apa. Cuma tempatnya kurang nyaman.“Elang menjawab jujur sambil menatap ruangan yang hanya dihiasi sebuah tv di salahsatu sudut dan kipas angin yang putarannya sudah lamban.“Di sini gerah, Deer,“ lanjutnya.“Tapi makanan di sini enak-enak. Nanti kamu coba sendiri deh.“Mata Elang melebar dan satu alisnya langsung terangkat.“Aku nggak yakin bisa makan di tempat seperti ini,“ lirihnya sambil masuk lebih dulu. Lalu duduk di bangku yang terlihat paling bersih di pandangannya.“Kalau nanti kamu nggak selera, biar aku saja yang habiskan,“ sahut Adeera dengan bibir mencebik.“Dasar maruk!“ Elang mencibir dan membuat Adeera tertegun sejenak. Teringat pada Elangnya.“Aku nggak maruk, kok. Kalau dulu sih iya, maruk banget aku. Mungkin kamu bakal pingsan lihat badan dan porisi makan aku yang dulu,“ ujarnya.“Kamu yang
Elang berteriak dalam tidurnya. Bayangan kejadian enam tahun ke belakang terus menghantui. Membuat dirinya dilanda gelisah.Mimpi itu seperti film yang tengah diputar. Di dalam mimpi itu, Elang bahagia bukan main saat mendapatkan pertama kali mendapat order senilai tiga miliyar. Orderan yang diperoleh dari negeri Jiran untuk tujuh unit rumah joglo.Ingin memuaskan pelanggan pertamanya, Elang pun gegas melajukan mobilnya ke tempat pembuatan rumah joglo. Di tengah perjalanan, ponselnya berdering. Sebuah panggilan masuk dari Reynan. Segera ia memasang headset bluetooth dan menjawab panggilan itu.“Ya, Rey. Apa kabar?“ tanyanya.“Gue baik, Lang. Lu sendiri gimana? Sehat?““Sehat dong.“Elang menjawab agak ragu, karena akhir-akhir ini kepalanya sering terasa sakit. Bahkan ada masa dimana pandangannya mengabur. Membuatnya kesulitan melihat. Belum lagi tubuh yang seringkali diserang demam hingga menggigil. Tapi ia selalu berafirmasi positif dan berpikir semua itu efek kelelahan saja. Menging
Adeera tak dapat membendung kesedihannya. Perlahan air matanya mengalir deras. Membuat pandangannya mengabur.“Gue nggak niat lukain lu, Rey. Tapi gue lelah. Gue lelah dicemburui, gue lelah dikekang, gue lelah dituduh tanpa bukti. Lu nggak pernah mau memahami gue. Dan sekarang entah kenapa gue lebih nyaman berada di dekat Airlangga. Walau dia kadang kasar, nyebelin, tapi dia bisa mengobati kerinduan gue sama Elang. Gue rindu Elang, gue cinta Lo, Rey. Tapi bodohnya, sekarang gue malah nyaman sama Airlangga. Rasanya ada yang kurang saat dia nggak ada. Tolol emang! Plin-plan!“ gerutunya pelan.Air mata Adeera tak berhenti mengalir dan berhasil mengambil alih atensi supir. Lelaki paruh baya itu menyodorkan kotak tisu. Adeera pun langsung menerimanya.“Makasih, Pak.““Sama-sama, Neng. Sok aja mau nangis mah, nggak usah malu-malu. Oh iya, kalau boleh Bapak kasih saran, sebaiknya Neng terima lelaki yang nerima Neng
“Serius kita temenan?“ tanya Elang, tak percaya.“Iya. Tapi kamu sendiri udah tau kan, aku udah ada pacar. Jadi kamu jangan macem-macem,“ kata Deera sambil menatap Elang sungguh-sungguh.“Em ... Macem-macem gimana maksudnya?“ Elang pura-pura tak paham.“Maksudmu, takutnya aku ganggu hubungan kalian? Begitu?“ sambungnya dengan perasaan tak karuan, karena jelas itu tujuannya. Ia mau merebut Adeera dengan cara elegan.“Heem ...“ Adeera tersenyum kaku, “ta-kutnya gitu.““Oh ... Kamu tenang aja, Deer. Kamu bukan tipeku. Tipeku cewek yang bohay tapi pake baju tertutup. Lagian aku sudah punya gebetan. Walau enggak pacaran, aku yakin kami berjodoh,“ sahut Elang dengan tatapan dalam. Mendengar hal itu, Adeera merasa pasokan oksigen di dadanya berkurang. Kriteria yang disebutkan Elang, jelas tak ada di dirinya. Ia yang sekarang bertubuh langsing cenderung kurus dan belum mengenakan pakaian tertutup.Adeera menghela napas kasar, balas menatap Elang dengan jantung yang berdebar kencang.“Kamu ng
Elang mengajak Adeera menghampiri pengurus panti. Walau canggung, Adeera menurut. Lalu senyumnya merekah saat pengurus panti menyambut dengan ramah.Bahkan pipinya terasa menghangat mendengar pertanyaan salah seorang dari mereka.“Ini calon istrinya, Nak?“Elang tak langsung menjawab. Malah melirik pada Adeera yang menahan grogi.“Bukan, Bu,“ jawabnya.Senyuman Adeera langsung sirna. Hatinya terasa seperti diremas. Entah kenapa, ia merasa kecewa dengan jawaban lelaki itu.“Belum jodoh, tapi insya Allah jodohnya Nak Elang.“Suara Ibu ketua panti membuat keduanya saling bersitatap untuk sesaat. Kemudian tertawa canggung.“Yaudah ayo masuk ke ruang tengah. Anak-anak sudah nunggu,“ lanjutnya.Mereka pun mengangguk, lalu mengikuti para pengurus panti yang sudah berjalan lebih dulu. Adeera mematung sejenak, melihat ruangan luas itu sud
”Maafkan aku, Ay ...” ucap Reynan tertunduk.”Aku nggak butuh maafmu. Aku butuh kejujuranmu. Katakan semuanya padaku, Reynan!” seru Adeera dengan suara tertahan karena emosi yang meluap.”Akan kuceritakan semuanya, Ay.” Reynan menatap Adeera lekat-lekat.”Dari awal kamu kesulitan berkomunikasi dengannya, aku dan Elang masih bertukar kabar. Kami masih sering berbagi cerita. Termasuk aku yang menceritakan perasaanku padamu, Ay. Termasuk program diet kamu.Dia juga sengaja nggak menghubungimu karena dia sudah menitipkanmu padaku. Dan terakhir ...”Reynan menarik napas sejenak. Menatap Adeera yang tampak tak sabar menunggu ucapannya.”Dan yang terakhir, aku menelponnya saat kita jadian. Aku memberitahunya kalau kamu menerimaku,” lanjut Reynan seraya menelan salivanya kasar.”Lalu?” tanya Adeera tak sabar.”Elang kecelakaan.” Reynan menjawab dengan kepala tertunduk.”Apa?!” Adeera memekik tertahan sambil memegang dadanya yang berdegup kencang.”Dia kecelakaan tunggal, Ay. Dan setelah itu k
”Ma-maksudnya gimana, Ay?” tanya Reynan, dengan mata membulat sempurna.”Kita seperti dulu, Rey. Sebelum jadi sepasang kekasih,” jawab Adeera. Membuat Reynan susah payah menelan salivanya.”Jangan bercanda, Ay!” serunya frustasi.”Aku nggak bercanda, Rey. Aku serius,” ujar Adeera. Membuat hati Reynan luluh-lantak. Kepalanya menggeleng pelan, sementara bibirnya perlahan melengkung walau tipis.”Enggak, Ay. Aku enggak mau. Jangan minta putus, aku mohon,” ucapnya dengan suara bergetar.”Minta yang lain saja, Ayy. Tapi jangan minta putus,” lanjutnya. Adeera menatapnya lekat-lekat. Ada sedikit rasa iba melihat siluet kecewa yang membentang di bibir lelaki itu. Namun ia juga sudah tak kuat jika terus bertahan di sisi lelaki itu.”Please, Ay ... Minta saja yang lain. Tapi jangan minta putus.”Adeera menghela napas dalam-dalam. Menatap sang kekasih dengan tangan bersedekap di meja.”Kalau begitu, aku minta kamu terima kehadiran Airlangga di kehidupanku. Aku rasa, aku butuh dia,” paparnya. Me
Adeera menatap jam digital di atas nakas. Sudah jam satu siang, dan selama itu Adeera tak melakukan aktifitas apapun selain rebahan dan drakoran. Ia mulai bosan dan ingin menghubungi Elang. Tapi ponselnya mati. Lucunya lagi, di rumah sebesar itu, Adeera tak menemukan satu pun charger. Tadi, Adeera sudah meminta pada Narsih. Tapi ponsel mereka ternyata beda. Narsih masih menggunakan ponsel keypad, yang hanya bisa digunakan untuk menelepon dan SMS saja.Adeera merasa heran pada wanita itu. Kenapa tak terbawa arus kecanggihan teknologi? Kenapa tak menggunakan ponsel pintar? Tapi jawaban wanita itu langsung membuat bibirnya mengatup.“Hape itu hanya melenakan, Neng. Sementara saya sudah tua. Daripada waktu luang kita digunakan haha hihi nonton tiktok, mending banyakin ibadah saja.“Adeera mendengkus kasar. Lalu memilih keluar kamar. Mengitari ruang tamu, berpindah ke ruang tengah dan berakhir di dapur saat perutnya melilit minta diisi. Ia pun membuka lemari pendingin dan tudung saji, tapi
Elang bergidik ngeri mendengar penuturan Vino tentang Herlan. Lelaki yang dulu pernah jadi gurunya itu ternyata punya gurita bisnis di bidang prostitusi dan narkoba. Selain punya rumah prostitusi bertopeng tempat karoke, Herlan ternyata memiliki banyak anak buah. Termasuk di institusi kepolisian.Untuk memperkuat bukti, Vino akan mengali lagi lebih dalam supaya nantinya Herlan tak mampu beralibi. Bahkan tak mampu tuk sekadar mengangkat kepala.“Atur saja sesukamu, Vin. Pokoknya kamu harus kuliti habis kasus Herlan. Pastikan juga kasus ini di up di media sosial dan berita nasional. Batasi juga pergerakan anak buahnya. Kalau kamu berhasil, saya akan kasih kamu bonus,“ ujar Elang menggebu-gebu.“Siap, Bos.“Elang menghela napas. Lalu berjalan ke balkon kamarnya sambil menyesap segarnya angin malam.“Kamu pantas dihukum, Herlan. Aku yakin, kamu sudah banyak merugikan orang terutama hawa. Kamu juga menyelewengkan hukum. Sekarang, nikmati hidupmu, Herlan. Sebelum aku menjebloskanmu ke jeruj
“Mixue?“Adeera yang tengah fokus pada layar komputer, terbelalak seketika saat sebuah cup dingin tiba-tiba menyentuh pipinya. Dengan cepat, ia mendongak dan memutar bola mata melihat Elang tersenyum cengengesan.“Dasar Jahil!“ umpatnya dengan bibir mengerucut.“Cepat ambil, mumpung masih dingin,“ kata Elang.Adeera terdiam sesaat. Memandangi eksrim itu dengan sudut bibir yang berkedut.“Ini buat aku?“ tanyanya. “Bukan, tapi buat kelinci!“ Elang menjawab ketus dan asal.Adeera sontak melotot dan merebutnya dengan segera.“Sayang banget kalo buat kelinci,“ katanya sambil mencicipi eskrim asal negeri Thailand itu.“Enak banget, dingin seger,“ katanya sambil memejamkan mata dan tiba-tiba saja bayangan Elang melintas di pikirannya.Ia ingat betul lelaki itu sering membawakan minuman serupa untuknya. Sejurus kemudian, air matanya menetes. Rindu itu semakin tumbuh subur di dalam hatinya. Walau ada Airlangga sang bos, tapi tetap saja tak mengurangi kerinduannya pada Elang.“Hei, kok malah na
“Sudah siap?“ tanya Adeera saat masuk ke ruangan Elang.“Sudah,“ jawab Elang sambil tersenyum tipis.“Hanya saja moodku lagi nggak baik,“ lanjutnya dalam hati.Hari ini mereka berdua ada agenda bertemu dengan klien baru yang bersinggungan dengan divisi Adeera.“Kamu kok kayak nggak semangat gitu?“ ujar Adeera sambil menatap wajah Elang yang tampak kuyu.“Emang nggak semangat. Klien yang ini sangat merepotkan dan manja. Modal sedikit aja banyak gaya. Pake pengen meeting di restoran mahal segala,“ jawab Elang sambil bangkit berdiri dan merapikan penampilan.“Harus semangat dong. Mereka punya banyak koneksi termasuk di bea cukai. Sayang banget kalau kita melewatkannya,“ sahut Adeera sambil tersenyum.“Iya, Ibu Adeera. Yaudah ayo!“Mereka pun langsung bertolak ke restoran di sebuah hotel bintang lima. Sepanjang perjalanan, mereka membahas rancangan pr
“Bagaimana kalau kita main-main dulu, Deer?“ gumamnya pelan.Elang mengulas senyum menyeringai. Lalu dengan suara lembut ia membangunkan Adeera. Membuat gadis itu membuka mata dengan bibir mengerucut.“Suaramu mirip demit, Lang!“ celetuknya. Di saat itu juga ia baru menyadari sesuatu. Ia sudah sangat lancang memanggil sang bos dengan panggilan Elang. “Lancang Lu, Deer,“ gumamnya lirih. Matanya membeliak seketika melihat Elang yang menatapnya dengan mata memicing.“Kamu bilang apa barusan?“ tanya Elang.“Yang mana?“ Adeera tersenyum kaku.“Yang tadi. Apa kamu bilang? Suaraku mirip demit?“ Elang memastikan.Adeera mengangkat jari telunjuk dan jari tengah. Ia berusaha santai, walau sebenarnya gugup juga karena kini wajah mereka hanya berjarak beberapa senti saja.“Kita di mana?“ Adeera mencoba memecah kegugupan yang menyelimuti diri. E
Elang mengajak Adeera menghampiri pengurus panti. Walau canggung, Adeera menurut. Lalu senyumnya merekah saat pengurus panti menyambut dengan ramah.Bahkan pipinya terasa menghangat mendengar pertanyaan salah seorang dari mereka.“Ini calon istrinya, Nak?“Elang tak langsung menjawab. Malah melirik pada Adeera yang menahan grogi.“Bukan, Bu,“ jawabnya.Senyuman Adeera langsung sirna. Hatinya terasa seperti diremas. Entah kenapa, ia merasa kecewa dengan jawaban lelaki itu.“Belum jodoh, tapi insya Allah jodohnya Nak Elang.“Suara Ibu ketua panti membuat keduanya saling bersitatap untuk sesaat. Kemudian tertawa canggung.“Yaudah ayo masuk ke ruang tengah. Anak-anak sudah nunggu,“ lanjutnya.Mereka pun mengangguk, lalu mengikuti para pengurus panti yang sudah berjalan lebih dulu. Adeera mematung sejenak, melihat ruangan luas itu sud
“Serius kita temenan?“ tanya Elang, tak percaya.“Iya. Tapi kamu sendiri udah tau kan, aku udah ada pacar. Jadi kamu jangan macem-macem,“ kata Deera sambil menatap Elang sungguh-sungguh.“Em ... Macem-macem gimana maksudnya?“ Elang pura-pura tak paham.“Maksudmu, takutnya aku ganggu hubungan kalian? Begitu?“ sambungnya dengan perasaan tak karuan, karena jelas itu tujuannya. Ia mau merebut Adeera dengan cara elegan.“Heem ...“ Adeera tersenyum kaku, “ta-kutnya gitu.““Oh ... Kamu tenang aja, Deer. Kamu bukan tipeku. Tipeku cewek yang bohay tapi pake baju tertutup. Lagian aku sudah punya gebetan. Walau enggak pacaran, aku yakin kami berjodoh,“ sahut Elang dengan tatapan dalam. Mendengar hal itu, Adeera merasa pasokan oksigen di dadanya berkurang. Kriteria yang disebutkan Elang, jelas tak ada di dirinya. Ia yang sekarang bertubuh langsing cenderung kurus dan belum mengenakan pakaian tertutup.Adeera menghela napas kasar, balas menatap Elang dengan jantung yang berdebar kencang.“Kamu ng