Share

16 - Permohonan Yang Sia-sia

Penulis: Everdine37
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-09 20:27:17

"Markus temanku," jawabku setelah mengumpulkan secuil keberanian yang entah sempat hilang kemana.

Karena dari dulu Saverio selalu terlihat tenang, melihatnya semarah ini terus terang membuatku agak menciut.

Saverio masih menatapku penuh amarah, padahal berdiri saja ia masih harus bersangga pada kursi.

"Lalu apa maksudnya kamu akan jadian dengan Markus?" tanyanya lagi dengan nada menuntut. Dia juga masih tidak menampakkan niat akan mengembalikan ponselku dalam waktu dekat.

"Kalau kakak ingat, aku kan memang selalu bicara ngawur dengan Maxi."

"Jadi kamu juga masih dekat dengan Maxi?!"

"Tentu saja," jawabku tanpa rasa bersalah. Karena, memang ada yang salah dari kedekatanku dengan Maxi? Kan tidak. Apalagi aku dan Maxi sudah seperti dua anak kembar yang sulit dipisahkan.

Lagipula, karena aku dan Maxi sering meributkan banyak hal, aku bahkan tidak tau hal apa yang bakal membuat kami bermusuhan.

Saverio lantas
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Fur Lyra - Yang digariskan untuk hancur    17 - Ijinkan Aku Melawan

    Selanjutnya aku kembali menjalani hari-hariku seperti biasa.Kuliah, main, nonton. Dan nongkrong, tentu saja. "Bagaimana kalau Sabtu nanti makan all you can eat? Mumpung akhir pekan," usul Kina dengan semangat selagi kami jalan kaki menuju gerbang kampus. Dan tentu saja Kina tidak hanya bertanya padaku, melainkan--"Memang kenapa kalau akhir pekan?" Ada Maxi juga yang berjalan di sebelah kanan Kina. Kina berdecak. "Kalau akhir pekan seperti itu suka ada promo untuk mahasiswa. Kamu ini tidak pernah update ya?" Maxi mengendikkan bahu. "Aku kan makan tanpa lihat promo. Makan ya makan." "Astaga!" Kina menyenggolku yang jalan di sebelah kirinya. "Temanmu ini banyak gaya sekali." Aku tersenyum tipis. Begitulah. Maxi terkekeh. "Asal kamu tau, Lyra lah yang mengajariku banyak gaya seperti ini. Mentang-mentang sering ditraktir Kak Saverio, dia jadi orang yang kalau makan suka tidak lihat harga."

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-10
  • Fur Lyra - Yang digariskan untuk hancur    18 - Prioritas

    "Kamu pulang..." Saverio kembali bergumam lirih, seolah memastikan bahwa apa yang dikatakannya benar. Bahwa mau berapa kali pun dia mengatakan bahwa aku pulang, maka tidak ada yang membantahnya. Termasuk aku. Yang terisak keras di pelukannya. "Iya, aku pulang," sahutku tersedu. Saverio membawa langkah kami memasuki apartemennya dan menutup pintu di belakangku dengan mudah. Laki-laki itu lantas mengurai pelukan kami dan menatap wajahku lekat. Kedua tangan lebar dan hangat Saverio menangkup wajahku. Kedua ibu jarinya mengusap air mata yang masih bercucuran di pipiku. "Kamu disini," gumamnya. Matanya tampak berkaca-kaca. Tapi kemudian kusadari bahwa mataku-lah yang berkaca-kaca lagi. "Kamu tidak akan pergi lagi kan?" "Tidak." "Kamu tidak akan meninggalkan Kakak lagi kan?" Bertanya, seolah untuk memastikan bahwa kami bertemu bukanlah untuk berpisah lagi. Aku menggeleng, menangis lagi. "Aku mau disini... bers

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-14
  • Fur Lyra - Yang digariskan untuk hancur    19 - Panti Asuhan

    Mata kuliah Ilmu Gizi pagi ini selesai, kemudian berlanjut ke Dasar Boga sampai siang. Selama dua kelas itu aku berpisah dengan Kina karena dia mengambil mata kuliah yang berbeda. Namun tidak urung, Maxi mengirimiku pesan. 'Ayo makan siang di warung bebek bakar belakang kampus,' ketiknya. Aku menepi sebentar di tangga agar mahasiswa lain di belakangku bisa lewat, kemudian membalas, 'Lain kali saja, aku mau mengambil laptop untuk mengerjakan tugas' 'Kan bisa sambil makan siang,' balasnya. Aku buru-buru mengetik, 'Memangnya kamu bisa membiarkan mengerjakan tugas? Kamu kan selalu mengajakku nonton' 'Benar juga. *Lol* Ya sudah, kapan-kapan saja kalau begitu' 'Oke' Dan aku segera memesan ojek online untuk mengantarku ke kost yang banyak sekali mahasiswa keluar masuk dengan bebas. Mereka bahkan tidak akan peduli kalau aku tidak pulang ke tempat ini selama berhari-hari. Bahkan mungkin mereka tidak men

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-16
  • Fur Lyra - Yang digariskan untuk hancur    20 - Morning Glory

    Hari ini, sudah hampir sepuluh hari Saverio pemulihan di apartemen pasca rawat inap karena thypus dan tampaknya dia sudah mulai bosan setengah mati.Selama dua hari terakhir, Saverio hanya duduk di sofa dengan gurat bosan yang dia tunjukkan kalau ada aku, sembari fokus dengan layar iPad yang jadi teman setianya selama beberapa hari ini. Aku juga menyaksikan apa saja kegiatannya itu, yang tidak jauh-jauh dari laporan kantor dan kabar dari panti asuhan.Karena dia tidak punya kerjaan, Saverio seringkali menyibukkan dirinya untuk mengirim sesuatu ke panti selama setiap hari. Pagi hari dia mengirim susu, siang hari mengirim buah, dan sore hari mengirim puding.Tentu saja. Menghabiskan uang untuk anak panti yang jumlahnya bahkan tidak sampai sepuluh anak itu memang tidak berpengaruh sama sekali buat Saverio. Lalu karena fisik Saverio tampaknya sudah mulai prima lagi, maka aku juga sudah membolehkannya kembali ke kantor. Tentu

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-18
  • Fur Lyra - Yang digariskan untuk hancur    21 - Makan Malam Romantis

    Nanti malam tidak perlu memasak. Kita akan makan di luar. Kakak berhasil dapat tempat untuk kita.'Begitulah isi pesan teks Saverio saat sebelumnya aku bilang kalau aku perlu belanja untuk menyiapkan makan malam. Sejenak, aku mendiamkan pesan itu dan menatap piring batagorku. Rasanya ada yang mengganjal di hatiku mengenai isi pesan itu."Nanti malam bagaimana?" Kina bertanya tiba-tiba di antara keriuhan kantin fakultas yang agak ramai karena jam makan siang. Aku mengalihkan atensi dari sepiring batagor yang isinya tinggal separuh sekaligus memecah lamunanku tentang Saverio, dan juga mematikan ponselku, kemudian menatap Kina dengan kening berkerut. "Apanya yang nanti malam?" Kina berdecak, dia menyodorkan ponsel yang sedari tadi diperhatikannya. "Tentu saja nonton, apalagi? Yang kita bahas di kelas sejak tadi.""Aku tidak bisa," sahutku tanpa berpikir panjang, kemudian menyuap batagorku dengan cuek. Tentu saja, aku mau berpikir apal

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-20
  • Fur Lyra - Yang digariskan untuk hancur    22 - Laki-laki Yang Jatuh Cinta

    "Bagaimana hari Kakak di kantor?" Aku bertanya di tengah kegiatan makan malam romantis dadakan di balkon ini."Oh--" Saverio menelan makanannya sejenak, kemudian menjawab, "Tidak terlalu baik. Tapi itu hanya masalah sehari-hari di kantor."Ah iya. Dulu Saverio kerap kali bercerita kalau di kantor sedang ada sedikit masalah yang kadang membuatnya terlambat datang atau bahkan terpaksa membatalkan janji nonton denganku.Ayah juga kadang cerita pada Mama beberapa masalah kecil yang dilaluinya di kantor, yang tidak sengaja kudengar tentu saja.Terkadang, Mama juga kerap kali kelepasan membahas kalau dia sedang ada masalah di tempat kerjanya saat memarahiku karena aku pulang terlalu malam bersama Maxi.Jadi aku selalu menganggapnya sebagai 'masalah sehari-hari' sebagaimana yang dibilang Saverio barusan. Toh aku juga punya masalah sehari-hari di sekolah atau di kampus. Dan tentu saja, masalahku biasanya masih sesuai kapasitas remaja perempuan di

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-21
  • Fur Lyra - Yang digariskan untuk hancur    23 - Telepon Tengah Malam

    Usai makan malam, kami membereskan balkon bersama. Di tengah kegiatan itu, aku menyetel musik-musik indie yang rasanya nyaman sekali diputar di saat seperti ini. Malam santai, balkon di ketinggian gedung apartemen, vibes langit malam Jakarta, dan musik indie. Menyenangkan sekali menikmati semua perpaduan itu setelah hari yang melelahkan di kampus dan jalanan Jakarta yang banyak macetnya.Aku bergabung dengan Saverio untuk membereskan lilin lampu mungil dan menaruhnya di kardus yang dipegang laki-laki itu. Kemudian, bersama Saverio, kami mengangkut meja dan kursi kembali ke ruang makan. Hal yang tidak kusangka adalah, bahwa perabot itu cukup berat rupanya."Kakak, padahal aku sama sekali tidak masalah makan malam di dalam," kataku, kembali mengawali pembicaraan.Saverio masih menatapku, menunggu kalimatku selanjutnya yang bilang,"Kakak kan baru sembuh dari tipes. Mengangkut perabot begini sendirian bisa melelahka

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-22
  • Fur Lyra - Yang digariskan untuk hancur    24 - Bertambah Dewasa

    Secara singkat, apa yang terjadi semalam dimana Saverio bertelepon dengan orang yang pembicaraannya membuatku penasaran, segera saja aku melupakan hal itu keesokan paginya.Karena hal pertama yang menyapaku di pagi hari itu begitu membuka mata adalah, sesuatu yang agak berat melingkari pinggangku dan sesuatu yang hangat terasa menghangatkan punggungku.Aku berbalik, membuat Saverio yang tadinya tidur seraya memelukku dari belakang ikut membuka mata dengan berat. "Pagi, Lyra," sapanya dengan suara serak. Sesaat kemudian, matanya sudah terpejam lagi.Aku tersenyum kecil, membalas, "Pagi juga. Sejak kapan Kakak ada di kamarku?" Karena seingatku, sesudah kami minum semalam, aku dan Saverio berlalu ke kamar masing-masing.Karena masih mengantuk, aku langsung tidur lagi dan tidak menyadari apalagi yang terjadi setelah itu. Sekedar mimpi Saverio datang saja tidak.Saverio melenguh sebentar, menjawab dengan suara pelan yang lebih mirip igauan saat tidur, "Jam dua pagi

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-30

Bab terbaru

  • Fur Lyra - Yang digariskan untuk hancur    26 - Impian Yang Fana

    Meski baru kenal, Ibu benar soal satu hal. Bahwa aku berbagi kebahagiaan lewat masakan. Itu salah satu filosofi memasak yang kupelajari di kampus, yang membuatku memiliki motivasi dan memasak dengan bahagia untuk Saverio. Melalui filosofi, kita memang jadi lebih memaknai sesuatu yang ada di hadapan dibanding tidak mengetahui maknanya sama sekali.Sekarang, aku bahkan berbagi kebahagiaan yang lebih luas dengan anak-anak panti.Dan melihat mereka makan dengan lahap, sembari tertawa bahagia melihat potongan buah yang dibalut cokelat, aku juga bahagia.Dan Saverio benar. Berbagi seperti ini, membuatku merasa lebih baik. "Vivi, udangnya tambah lagi ya," ujarku pada seorang anak perempuan pemalu yang duduk di sebelah kananku di kursi makan.Vivi mengangguk malu-malu. Aku mengambilkan sepotong besar udang goreng rambutan untuk menemani nasinya yang belum habis. "Sama supnya juga ya."Lagi-lagi Vi

  • Fur Lyra - Yang digariskan untuk hancur    25 - Baby Saviera

    Ketika semuanya selesai, aku membereskan dapur dan langsung mandi. Acara bersih-bersihnya saja sampai satu jam lebih, jadi aku tidak heran ketika aku dan Saverio sudah siap keluar ketika hari beranjak senja. Langit cakrawala di luar warnanya sudah seperti es krim favoritku, kuning ke oranye ke kemerahan.Terakhir, aku menyemprotkan parfum ke sekitar leher dan pergelangan tangan, bertepatan dengan Saverio yang juga baru selesai menerima telepon di balkon.Aku mengamati Saverio. Laki-laki itu juga sudah ganti pakaian yang lebih santai dengan celana bahan yang merupakan celana wajib dan kaos Polo warna hitam. Dan rambutnya rapi seperti biasa dengan potongan cepak.Aku sendiri hanya mengenakan celana jeans dan blouse warna merah muda, cukup rapi dan sopan untuk dipakai berkunjung ke panti asuhan.Aku membawa satu box berukuran sedang berisi gorengan yang tadi kumasak dan masih menguarkan aroma menggiurkan, sementara Saverio me

  • Fur Lyra - Yang digariskan untuk hancur    24 - Bertambah Dewasa

    Secara singkat, apa yang terjadi semalam dimana Saverio bertelepon dengan orang yang pembicaraannya membuatku penasaran, segera saja aku melupakan hal itu keesokan paginya.Karena hal pertama yang menyapaku di pagi hari itu begitu membuka mata adalah, sesuatu yang agak berat melingkari pinggangku dan sesuatu yang hangat terasa menghangatkan punggungku.Aku berbalik, membuat Saverio yang tadinya tidur seraya memelukku dari belakang ikut membuka mata dengan berat. "Pagi, Lyra," sapanya dengan suara serak. Sesaat kemudian, matanya sudah terpejam lagi.Aku tersenyum kecil, membalas, "Pagi juga. Sejak kapan Kakak ada di kamarku?" Karena seingatku, sesudah kami minum semalam, aku dan Saverio berlalu ke kamar masing-masing.Karena masih mengantuk, aku langsung tidur lagi dan tidak menyadari apalagi yang terjadi setelah itu. Sekedar mimpi Saverio datang saja tidak.Saverio melenguh sebentar, menjawab dengan suara pelan yang lebih mirip igauan saat tidur, "Jam dua pagi

  • Fur Lyra - Yang digariskan untuk hancur    23 - Telepon Tengah Malam

    Usai makan malam, kami membereskan balkon bersama. Di tengah kegiatan itu, aku menyetel musik-musik indie yang rasanya nyaman sekali diputar di saat seperti ini. Malam santai, balkon di ketinggian gedung apartemen, vibes langit malam Jakarta, dan musik indie. Menyenangkan sekali menikmati semua perpaduan itu setelah hari yang melelahkan di kampus dan jalanan Jakarta yang banyak macetnya.Aku bergabung dengan Saverio untuk membereskan lilin lampu mungil dan menaruhnya di kardus yang dipegang laki-laki itu. Kemudian, bersama Saverio, kami mengangkut meja dan kursi kembali ke ruang makan. Hal yang tidak kusangka adalah, bahwa perabot itu cukup berat rupanya."Kakak, padahal aku sama sekali tidak masalah makan malam di dalam," kataku, kembali mengawali pembicaraan.Saverio masih menatapku, menunggu kalimatku selanjutnya yang bilang,"Kakak kan baru sembuh dari tipes. Mengangkut perabot begini sendirian bisa melelahka

  • Fur Lyra - Yang digariskan untuk hancur    22 - Laki-laki Yang Jatuh Cinta

    "Bagaimana hari Kakak di kantor?" Aku bertanya di tengah kegiatan makan malam romantis dadakan di balkon ini."Oh--" Saverio menelan makanannya sejenak, kemudian menjawab, "Tidak terlalu baik. Tapi itu hanya masalah sehari-hari di kantor."Ah iya. Dulu Saverio kerap kali bercerita kalau di kantor sedang ada sedikit masalah yang kadang membuatnya terlambat datang atau bahkan terpaksa membatalkan janji nonton denganku.Ayah juga kadang cerita pada Mama beberapa masalah kecil yang dilaluinya di kantor, yang tidak sengaja kudengar tentu saja.Terkadang, Mama juga kerap kali kelepasan membahas kalau dia sedang ada masalah di tempat kerjanya saat memarahiku karena aku pulang terlalu malam bersama Maxi.Jadi aku selalu menganggapnya sebagai 'masalah sehari-hari' sebagaimana yang dibilang Saverio barusan. Toh aku juga punya masalah sehari-hari di sekolah atau di kampus. Dan tentu saja, masalahku biasanya masih sesuai kapasitas remaja perempuan di

  • Fur Lyra - Yang digariskan untuk hancur    21 - Makan Malam Romantis

    Nanti malam tidak perlu memasak. Kita akan makan di luar. Kakak berhasil dapat tempat untuk kita.'Begitulah isi pesan teks Saverio saat sebelumnya aku bilang kalau aku perlu belanja untuk menyiapkan makan malam. Sejenak, aku mendiamkan pesan itu dan menatap piring batagorku. Rasanya ada yang mengganjal di hatiku mengenai isi pesan itu."Nanti malam bagaimana?" Kina bertanya tiba-tiba di antara keriuhan kantin fakultas yang agak ramai karena jam makan siang. Aku mengalihkan atensi dari sepiring batagor yang isinya tinggal separuh sekaligus memecah lamunanku tentang Saverio, dan juga mematikan ponselku, kemudian menatap Kina dengan kening berkerut. "Apanya yang nanti malam?" Kina berdecak, dia menyodorkan ponsel yang sedari tadi diperhatikannya. "Tentu saja nonton, apalagi? Yang kita bahas di kelas sejak tadi.""Aku tidak bisa," sahutku tanpa berpikir panjang, kemudian menyuap batagorku dengan cuek. Tentu saja, aku mau berpikir apal

  • Fur Lyra - Yang digariskan untuk hancur    20 - Morning Glory

    Hari ini, sudah hampir sepuluh hari Saverio pemulihan di apartemen pasca rawat inap karena thypus dan tampaknya dia sudah mulai bosan setengah mati.Selama dua hari terakhir, Saverio hanya duduk di sofa dengan gurat bosan yang dia tunjukkan kalau ada aku, sembari fokus dengan layar iPad yang jadi teman setianya selama beberapa hari ini. Aku juga menyaksikan apa saja kegiatannya itu, yang tidak jauh-jauh dari laporan kantor dan kabar dari panti asuhan.Karena dia tidak punya kerjaan, Saverio seringkali menyibukkan dirinya untuk mengirim sesuatu ke panti selama setiap hari. Pagi hari dia mengirim susu, siang hari mengirim buah, dan sore hari mengirim puding.Tentu saja. Menghabiskan uang untuk anak panti yang jumlahnya bahkan tidak sampai sepuluh anak itu memang tidak berpengaruh sama sekali buat Saverio. Lalu karena fisik Saverio tampaknya sudah mulai prima lagi, maka aku juga sudah membolehkannya kembali ke kantor. Tentu

  • Fur Lyra - Yang digariskan untuk hancur    19 - Panti Asuhan

    Mata kuliah Ilmu Gizi pagi ini selesai, kemudian berlanjut ke Dasar Boga sampai siang. Selama dua kelas itu aku berpisah dengan Kina karena dia mengambil mata kuliah yang berbeda. Namun tidak urung, Maxi mengirimiku pesan. 'Ayo makan siang di warung bebek bakar belakang kampus,' ketiknya. Aku menepi sebentar di tangga agar mahasiswa lain di belakangku bisa lewat, kemudian membalas, 'Lain kali saja, aku mau mengambil laptop untuk mengerjakan tugas' 'Kan bisa sambil makan siang,' balasnya. Aku buru-buru mengetik, 'Memangnya kamu bisa membiarkan mengerjakan tugas? Kamu kan selalu mengajakku nonton' 'Benar juga. *Lol* Ya sudah, kapan-kapan saja kalau begitu' 'Oke' Dan aku segera memesan ojek online untuk mengantarku ke kost yang banyak sekali mahasiswa keluar masuk dengan bebas. Mereka bahkan tidak akan peduli kalau aku tidak pulang ke tempat ini selama berhari-hari. Bahkan mungkin mereka tidak men

  • Fur Lyra - Yang digariskan untuk hancur    18 - Prioritas

    "Kamu pulang..." Saverio kembali bergumam lirih, seolah memastikan bahwa apa yang dikatakannya benar. Bahwa mau berapa kali pun dia mengatakan bahwa aku pulang, maka tidak ada yang membantahnya. Termasuk aku. Yang terisak keras di pelukannya. "Iya, aku pulang," sahutku tersedu. Saverio membawa langkah kami memasuki apartemennya dan menutup pintu di belakangku dengan mudah. Laki-laki itu lantas mengurai pelukan kami dan menatap wajahku lekat. Kedua tangan lebar dan hangat Saverio menangkup wajahku. Kedua ibu jarinya mengusap air mata yang masih bercucuran di pipiku. "Kamu disini," gumamnya. Matanya tampak berkaca-kaca. Tapi kemudian kusadari bahwa mataku-lah yang berkaca-kaca lagi. "Kamu tidak akan pergi lagi kan?" "Tidak." "Kamu tidak akan meninggalkan Kakak lagi kan?" Bertanya, seolah untuk memastikan bahwa kami bertemu bukanlah untuk berpisah lagi. Aku menggeleng, menangis lagi. "Aku mau disini... bers

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status