Beranda / Romansa / Frozen in Love / Terperangkap Perasaan [3]

Share

Terperangkap Perasaan [3]

Penulis: Indah Hanaco
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-27 13:00:58

Jeffry tak terlihat curiga. Wajahnya malah mengisyaratkan “oh, ternyata begitu” saat mendengar kalimat Quinn.

“Ayo masuk! Vi, kamu sudah kedinginan,” tukas Quinn. Violet menurut, mengekor Jeffry yang sudah berjalan lebih dulu. Sementara Quinn memilih menahan langkah dan menunggu Violet melewatinya.

Hati Violet menghangat tanpa terduga.

Lalu semuanya hanya samar-samar diingatnya. Sambutan Eirene yang antusias terutama saat melihat Jeffry. Keramahan Sheila yang segera memeluk Violet seakan mereka teman lama dan meminta gadis yang baru datang itu untuk tidur sekamar dengannya. Lalu, ada wajah-wajah asing teman Jeffry yang baru dua kali ditemui Violet. Ezra, Winston dan Rifka, Jo dan Elisa, serta Bertrand dan Devan. Semua berpasangan.

Violet merasa sulit untuk mengalihkan pandangannya dari Quinn. Lelaki itu paling jangkung di antara yang lain. Meski hanya mengenakan kaus polos berwarna biru tua dan celana longgar denim berwarna hitam,

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Frozen in Love   Terperangkap Perasaan [4]

    Dengan kesadaran yang rasanya mengapung, Violet menarik mangkuk milik Quinn. Tanpa diminta, Quinn mengambil irisan tomat. Sementara Violet mencari irisan-irisan kol. Mereka sibuk saling memindahkan bahan makanan yang tidak disukai ke mangkuk yang lain.“Hei, kamu makan sendirian? Aku juga kelaparan.” Jeffry ternyata menyusul ke dapur. Ada Eirene di belakangnya. Jeffry dan Eirene kemudian menarik kursi dan duduk di depan Violet serta Quinn.“Aku menemaninya makan,” kata Quinn tenang. Semangkuk soto lagi tersaji. Jeffry menawari Eirene, tapi perempuan itu menjawab bahwa dia sudah makan bersama yang lain.“Kalian sedang apa?” tanya Eirene heran tatkala melihat kekasihnya dan Violet bertukar mangkuk.Quinn yang menjawab. “Aku tidak suka kol, Violet memindahkan semua kol ke mangkuknya. Sementara Violet tidak suka tomat, jadi ada tambahan irisan tomat untukku.”Eirene dan Jeffry tak berusaha men

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-28
  • Frozen in Love   Terperangkap Perasaan [5]

    Saat itu Violet melihat Eirene duduk menempel di samping Quinn. Kepalanya diletakkan di bahu pria itu dengan santai. Ada yang tercubit di dada Violet. Pada detik itu juga dia baru merasakan jika sejak tadi tangan Jeffry menggenggam jemarinya.“Kalian belum menikah saja sudah berisik seperti ini. Ayolah Ezra, apa kamu yakin mau memancing? Aku tidak suka,” sergah Jo di saat keadaan kian memanas. Jeffry pun mendukungnya.Belakangan Violet merasa bahwa teman-temannya sangat menyayangi Sheila. Mereka membela gadis itu meski Ezra juga bagian dari lingkaran pertemanan. Tahu bahwa dirinya takkan menang, Ezra akhirnya menyerah.Alhasil, sejak pukul sembilan pagi mereka berjalan kaki ke lapangan voli mini yang letaknya tidak jauh dari vila. Berdekatan dengan lapangan tenis dan kolam renang indoor. Matahari Puncak yang diselimuti awan membuat suasana lebih nyaman. Tidak panas. Violet dan Rifka memilih untuk duduk di pinggir lapangan saja.

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-28
  • Frozen in Love   Terperangkap Perasaan [6]

    Udara makin dingin, tapi Violet merasakan hatinya menghangat. Tanpa sadar, dia melihat ke arah lapangan voli dan mendapati wajah menawan Quinn yang berkeringat dan memerah. Lelaki itu ternyata cukup ahli bermain voli.“Kenapa kamu tidak percaya?”Rifka menyergah dengan suara rendah. “Dari bahasa tubuh, Nona! Aku melihat sendiri bagaimana dia mengajakmu makan malam sementara Jeffry malah asyik mengobrol dengan Eirene. Dia juga yang menyalakan perapian karena khawatir kamu kedinginan.”Violet tak bisa menyangkal kalau wajahnya kembali memanas. “Bukankah semua orang memang kedinginan?” dia balik bertanya.Rifka menggeleng. “Tapi dia memperhatikanmu! Dia memintamu mendekat ke perapian, kan? Makanya aku mengira kalau kalian teman lama. Setidaknya....” Rifka berdeham.“Apa?” Violet penasaran. Rifka menggelengkan kepalanya. “Katakan saja apa yang sudah di ujung lidahmu itu, Rif! Ada a

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-29
  • Frozen in Love   Terperangkap Perasaan [7]

    “Kamu nggak mau ke dokter saja, Sheil?” tanya Winston. “Takutnya....”“Nggak usah,” potong Sheila. “Ini memang cuma terkilir, kok! Tapi memang sakitnya lumayan parah.”Eireen angkat bicara, “Memangnya, ada terkilir yang tidak sakit? Tetap saja nyerinya setengah mati.”“Dan Sheila bolak-balik mengaduh untuk menyiksa Ezra,” ucap Jo sambil tertawa. Sheila tak membantah sama sekali. Artinya lagi, gadis itu membenarkan dugaan Jo.Violet tidak tahu apakah semua orang memiliki kecenderungan seperti Sheila? Menggunakan cinta untuk “memberi pelajaran” pada kekasihnya? Mungkinkah selama ini Ezra menunjukkan cinta yang sangat besar pada kekasihnya dan justru membuat Sheila besar kepala? Ataukah Violet saja yang terlalu jauh mengambil kesimpulan?Yang Violet tahu, dia tidak seperti itu. Ataukah belum? Mungkinkah jika menemukan seseorang yang dia yakini tak akan meninggalkannya

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-29
  • Frozen in Love   Terperangkap Perasaan [8]

    Dari tempatnya berdiri, Violet bisa melihat kota Cipanas di kejauhan dengan latar belakang perbukitan. Jalan yang dipenuhi kendaraan tampak berkelok-kelok indah di bawah sana. Jika malam tiba, pasti pemandangannya akan lebih bagus lagi.“Vi,” seseorang memanggil. Violet berbalik dan melihat Rifka tersenyum dan melambai. Gadis itu memberi isyarat ke arah kursi panjang dari rotan yang sudah ditambahi bantalan busa supaya nyaman untuk diduduki.“Kenapa kamu malah ke sini?” tegur Violet.“Aku akan menemanimu sampai kamu tidak sendirian,” gumam Rifka. Violet tersenyum kecil.“Terima kasih, Rif. Tapi, aku tidak apa-apa, kok!. Aku ke sini karena ingin melihat pemandangan di luar sana. Tidak kusangka, ternyata bagus sekali,” puji Violet.Hujan kembali turun. Angin dingin menerpa, tapi Violet tak takut akan menggigil. Dia sudah melapisi kausnya dengan sweater tebal dan celana panjang yang hangat. Perl

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-30
  • Frozen in Love   Hari-Hari Penuh Embusan Angin [1]

    Acara di Puncak itu sama sekali tak menarik bagi Violet. Untungnya ada Quinn yang membuat gadis itu terhindar dari perasaan bosan. Dia memiliki teman dan tak sampai merasa tersisih. Jika tidak, mungkin Violet akan memilih pulang ke tempat indekosnya di hari kedua. Omong kosong dengan segala “supaya lebih akrab karena sudah lama tidak bertemu” atau “reuni tak resmi” yang didengungkan Jeffry dan teman-temannya. Nyatanya, masing-masing orang sibuk dengan kegiatan dan dirinya sendiri-sendiri.Violet merasakan ikatan yang tak terucapkan bersama Quinn. Satu-satunya yang melihat itu adalah Rifka. Dan tanpa ragu perempuan itu membisikkan beberapa kalimat menjelang perpisahan mereka.“Kurasa, kamu harus jujur pada diri sendiri, Vi. Coba tanya hatimu, telaah semua perasaanmu lagi baik-baik. Karena menurutku, kamu tidak membutuhkan Jeffry. Kamu membutuhkan orang lain,” cetus Rifka suatu kali. Gadis itu bicara pada Violet saat mereka hanya

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-03
  • Frozen in Love   Hari-Hari Penuh Embusan Angin [2]

    Quinn membelikan popcorn manis yang rasanya –mendadak- luar biasa nikmat. Tadinya pria itu ingin membelikan hamburger yg outlet-nya bersebelahan dengan popcorn. Namun Violet menolak mentah-mentah.“Rasanya tidak enak dan harganya mahal,” tolak gadis itu. “Cuma buang-buang uang.”“Uangku masih cukup, Vi,” Quinn mengedipkan mata dengan gaya santai. Karena hal sederhana itu, Violet tiba-tiba saja sampai lupa cara bernapas karenanya.“Kita ke sini mau nonton, bukan piknik. Jadi, makannya nanti saja. Aku tidak kelaparan, kok!” kata Violet setelah terdiam beberapa saat.“Oke. Kalau begitu, kamu tidak boleh menolak popcorn, ya?” putus Quinn. Sebelum Violet merespons, lelaki itu sudah beranjak meninggalkannya. Tujuannya jelas, membeli popcorn. Violet hanya memandangi punggung Quinn sembari mengulum senyum.Saat di bioskop Violet bertanya-tanya, ba

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-03
  • Frozen in Love   Hari-Hari Penuh Embusan Angin [3]

    “Apa kamu sekarang sudah berubah jadi pengangguran, Quinn? Kok bisa bolak-balik muncul di kantorku?” tanya Violet, bercanda. “Padahal ini hari Jumat. Kamu pasti sibuk sekali karena menjelang akhir pekan. Memangnya tamu The Suite tidak perlu diurus? Atau, kamu sudah bosan menjadi residence manager? Kalau iya, aku bersedia menggantikanmu, lho!”Quinn tertawa kecil. Entah mengapa, Violet menilai lelaki itu lebih menawan jika sedang tersenyum atau tertawa. “The Suite akan baik-baik saja, kok! Kemarin aku sudah bekerja keras, pulang ke mes setelah lewat tengah malam. Karena ada pekerjaan yang harus dituntaskan. Hari ini, Kakek memberi sedikit dispensasi. Sebenarnya aku malah diminta untuk libur hari ini. Tapi kutolak. Aku tetap datang ke hotel walau sudah diusir sejak tengah hari. Akhirnya, aku pulang. Hal pertama yang kuingat adalah kamu. Makanya, ketimbang cuma bengong di mes, aku memilih datang ke sini.”Uraian panjang lelaki

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-04

Bab terbaru

  • Frozen in Love   Epilog

    Wynona memasuki masa berkabung karena patah hati tanpa air mata atau kesedihan yang berlarut-larut. Kendati berpisah dari David setelah hubungan selama sembilan tahun, tetap saja bukan hal yang mudah untuk dihadapi. Akhir hubungan mereka begitu tak menyenangkan karena sikap David dan keluarganya. Namun Wynona makin yakin dia sudah mengambil keputusan yang tepat.Ada beberapa sebab, tak cuma melulu “dosa” David saja, melainkan juga kesalahan Wynona. Sejak malam itu, David bahkan tak berusaha menghubungi Wynona lagi. Lelaki itu seolah menghilang begitu saja. Sembilan tahun yang mereka miliki bersama-sama, tak penting. Wynona pun tampaknya dianggap bukan lagi perempuan yang pantas untuk diperjuangkan.Sementara dari sisinya, Wynona kian yakin bahwa perasaannya pada David sudah benar-benar tawar. Hatinya sudah berubah. Gadis itu tak keberatan disalahkan karena seolah memberi peluang pada Leon untuk masuk dalam hidupnya.Dia tak akan menampik hal itu. Nam

  • Frozen in Love   Mengikuti Kata Hati [3]

    Kata-kata yang dilontarkan orangtua Leon itu membuat Wynona benar-benar merasa dihargai. Dia tak bisa mencegah rasa haru menusuk-nusuk dadanya. Namun. Tentu saja dia tak boleh menangis lagi di sini. Sudah cukup air mata yang ditumpahkannya hari ini.“Wyn, mau main ludo atau halma?” Suara erangan terdengar dari berbagai arah sebagai respon untuk kata-kata Anton. Lelaki itu menunjukkan ekspresi tak berdosa saat membela diri. “Papa kan belum pernah main ular tangga dengan Wynona.”“Tolong Pa, kreatiflah sedikit. Setiap tamu selalu diajak main halma atau ludo. Apa tidak ada yang lain?” gerutu Trisa. Lalu, perempuan itu bicara pada tamunya. “Wyn, kapan kamu bisa mengirim daftar belanjaan untuk minggu depan? Lebih cepat lebih baik, kan?”“Iya Kak, aku akan menyiapkan daftarnya secepatnya. Besok atau paling telat lusa,” janji Wynona.Trisa mengangguk senang. “Mungkin sehari sebelum acara, akan leb

  • Frozen in Love   Mengikuti Kata Hati [2]

    “Tidak apa-apa. Walau sebenarnya aku ke sini cuma ingin bertemu Om, Tante, dan Kakak,” sahut Wynona. “Agak pesimis juga awalnya, karena menurut Leon, Kakak nggak tinggal di sini.”Trisa tersenyum lebar. “Begitulah kalau menjadi anak perempuan satu-satunya. Kalau aku nggak datang selama beberapa hari, pasti ada yang menelepon. Kalau tidak Mama, Papa, kadang asisten rumah tangga. Ada saja alasan yang diajukan. Yang terbanyak sih, Nadya. Padahal, mereka itu merindukanku,” kelakarnya.“Hahah, aku jadi sangat iri. Aku juga anak perempuan satu-satunya tapi tak ada yang merindukanku seperti itu.”Trisa menatap Wynona sungguh-sungguh. “Aku justru yang iri dengan kemampuan memasakmu, Wyn! Aku semur hidup cuma bisa memasak nasi goreng. Itu pun menggunakan bumbu instan. Kemampuan memasakku nol besar. Padahal Mama jago di dapur. Dan kami terbiasa dimanjakan dengan masakannya.”Setelah kembali ke ruang tamu,

  • Frozen in Love   Mengikuti Kata Hati [1]

    Wynona hampir menabrak dada seseorang saat membalikkan tubuh. Sendok kayu yang dipegangnya, jatuh ke lantai. Tangan kanannya memegang dadaku, seakan dengan begitu rasa kaget gadis itu akan berkurang jauh.“Syukurlah kamu baik-baik saja,” gumamnya dengan ekspresi lega tergambar jelas. Leon pasti tidak pernah tahu kalau Wynona pun tak kalah lega melihatnya.“Kamu mengagetkanku,” bibir Wynona cemberut. Dia hendak berjongkok memungut sendok kayu, tapi Leon bergerak lebih cepat dan menaruh benda itu di wastafel.“Dapurnya indah. Aku suka,” puji Wynona. “Sebentar, aku harus memindahkan mi-nya dulu.”“Butuh mangkuk besar?” Leon membuka sebuah pintu kabinet di bagian atas dan mengeluarkan sebuah mangkuk kaca transparan. “Apakah ini cukup?”Wynona mengangguk. Dengan gerakan hati-hati, dia menyusun mi, kol, dan telur rebus yang sudah dipotong-potong. Saat hendak menua

  • Frozen in Love   Keraguan [5]

    David menatap Wynona tak percaya. Kemarahan tergambar di setiap gerak tubuhnya. “Putus? Kenapa kamu terlalu cepat mengambil keputusan?”Gadis itu menggeleng. “Ini bukan keputusan yang terburu-buru. Selama ini, aku hanya tidak berani mengakui kenyataan.”“Wynona!”Gadis itu menatap wajah David dengan perasaan campur aduk. Betapa lelaki ini pernah membuat hati Wynona berpesta karena cintanya. Betapa David pernah menjadi orang terpenting dalam hidup gadis itu. Betapa Wynona pernah sangat ingin mengubah dirinya agar menjadi sosok paling diinginkan dalam hidup lelaki ini. Itulah kuncinya, pernah. Artinya, itu sudah berlalu lama, sebelum gadis itu akhirnya diterpa kesadaran. Terlambat, tapi Wynona tidak menilainya sebagai sebuah kefatalan. Dia tidak menyesali semuanya. Gadis itu hanya menganggap semua ini sebagai proses panjang yang mendewasakan.“Wyn, jangan cuma karena masalah ini, hubungan kita m

  • Frozen in Love   Keraguan [4]

    “Wyn,” David menjajari langkah kekasihnya. Sementara Wynona berusaha berjalan lebih cepat. Dia hampir mencapai pintu gerbang ketika David berhasil meraih lenganku.“Apa kamu tidak mendengarku?” tanyanya marah. Ekspresinya berubah keras.“Aku cuma ingin pulang. Aku tidak mau dihina lagi.”David menggelengkan kepalanya. “Mama hanya ingin tahu tentang kamu.”Wynona menatap David dengan tajam. Andai bisa, dia ingin mengguncang tubuhnya David dan meniupkan kesadaran di benaknya agar lelaki ini melihat fakta yang sebenarnya.“Vid, mamamu tidak menyukaiku. Sampai kapan pun akan tetap seperti itu. Percayalah, tidak akan ada yang berubah. Dan aku tidak nyaman diperlakukan seperti tadi.”David masih memegang lengan Wynona. “Aku tidak mengizinkanmu pulang. Nanti aku akan mengantarmu, Wyn! Sekarang, ayo kita masuk ke dalam lagi,” ajaknya.Wynona menggeleng tegas seraya melepa

  • Frozen in Love   Keraguan [3]

    Wynona tersenyum kecil menanggapi gurauannya. David nyaris tidak pernah antusias menikmati masakanku. Gadis itu mengitari ruang tamu yang luas itu dengan tatapannya. Ada belasan perempuan paruh baya yang bergaya trendi. Juga ada beberapa gadis muda yang usianya tak jauh beda dengan Wynona. Aneka aroma parfum mahal menyengat hidung. Membuat campuran aneh yang memusingkan kepala Wynona. Semua orang sibuk berbincang seraya menikmati aneka makanan yang tampak lezat. Gadis itu tidak melihat kehadiran ayah dan saudara David lainnya.Irene mendekat ke arah Wynona, Sofia, dan David yang duduk di sebuah sofa panjang. Perempuan itu memilih sofa tunggal di depan mereka. Wynona baru ingat, dia sama sekali tidak diperkenalkan dengan tamu yang ada.“Ma, coba cicipi ini.” Sofia menyodorkan sepotong kecil pie yang dibawa Wynona. Irene menggigit ujungnya sedikit. Entah mengapa, Wynona menjadi tegang karenanya.“Enak,” ujarnya. Namun dia menolak m

  • Frozen in Love   Keraguan [2]

    Wynona mendesah. “Kukira kamu akan memberiku usul yang masuk akal. Kamu kan tahu apa yang terjadi padaku saat resepsi? Kenapa kamu masih bisa mengusulkan ini?”“Wyn, aku tidak ingin melihatmu sedih atau terluka. Akan tetapi, ada kalanya kita harus berhadapan dengan kepahitan untuk mengetahui apa sebenarnya kebenaran di baliknya. Kalau kamu tidak mau bertemu mamanya David, apa masalah kalian akan selesai? Bukannya malah membuat semuanya menjadi makin rumit?”Wynona mengerutkan alis. “Aku tidak mengerti maksudmu.”Gadis itu mendengar suara tawa ringan di seberang.“Menghindar pasti lebih mudah. Tapi, apa kamu tidak penasaran ingin tahu bagaimana sebenarnya sikap keluarga David? Maksudku, mamanya. Kamu butuh kesempatan untuk bisa menilai dengan objektif. Dan menurutku, ini saat yang tepat.”Wynona tercenung mendengarnya. Keheningan menyergap selama sesaat.Leon bicara lagi. “Sebenarnya

  • Frozen in Love   Keraguan [1]

    Wynona masih berada di dalam kepungan kabut membingungkan sebagai efek dari kata dan tindakan Leon. Dia masih belum bisa berpikir dengan jernih untuk tahu apa yang sebenarnya diinginkan. Semuanya serba membingungkan. Seakan Wynona berada di sebuah labirin paling rumit di dunia.Lalu, David menghubunginya setelah berhari-hari menghilang tanpa kabar. “Wyn, apa kamu baik-baik saja?” tanyanya penuh perhatian.“Ya,” dusta Wynona sembari menggigit bibir.“Aku minta maaf untuk berbagai masalah di antara kita. Tapi aku ingin menyelesaikannya satu per satu.” Jeda beberapa detik. “Mama ingin bertemu denganmu. Nanti malam bisa?”Wynona benar-benar tak siap dengan permintaan itu. “Nanti malam?”“Iya. Apa kamu tidak bisa? Ada pekerjaan?”“Aku....”Jawaban Wynona belum tuntas tapi sudah menukas dan mendesak. “Tolong luangkan waktu, ya? Aku tidak enak kalau har

DMCA.com Protection Status