Beranda / Romansa / Frozen in Love / Hari-Hari di Bawah Titik Nol [2]

Share

Hari-Hari di Bawah Titik Nol [2]

Penulis: Indah Hanaco
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-16 13:30:16

Saat berada di keramaian, entah di toko buku atau menyusuri aneka pertokoan dan mal, mata Violet selalu mencari-cari. Berharap dia akan menemukan Quinn di antara ribuan manusia lainnya. Namun sayang, harapannya sirna dan punah tanpa pernah terwujud.

Padahal, jika saja dia sedikit bernyali, Violet hanya perlu menelepon Quinn atau mendatangi The Suite. Dia yakin, Quinn bukan tipe orang yang akan menolak bicara dengannya atau malah mengusir Violet. Namun, gadis itu tak sanggup melakukannya. Meski Violet sendiri tak terlalu paham apa yang dicemaskannya. Mungkinkah Violet gentar jika pada akhirnya dia terpaksa menyerah pada kata hati yang terpaksa diabaikannya selama ini?

“Akhirnya kamu memilih Jeff?” Rifka menautkan ujung-ujung alisnya ketika berhadapan dengan Violet. “Kukira, kamu akan lebih bijak mengambil keputusan. Quinn lebih tepat untukmu, Vi. Apa tidak ada orang yang pernah mengatakan itu?” ucapnya blak-blakan

Violet tersentak. Dia bar

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Frozen in Love   Hari-Hari di Bawah Titik Nol [3]

    “Kamu mau dibelikan sesuatu? Kamu harus makan lagi supaya tidak mirip tengkorak hidup begitu,” komentar Kelly. “Mau pesan apa? Atau mau ikut dengan kami untuk makan malam?” desaknya lagi.Setelah menimbang-nimbang, Violet akhirnya menjawab, “Aku pengin nasi tutug oncom, di warung yang....”“Aku tahu,” tukas Kelly. “Nanti kubelikan.”Sepeninggal kedua temannya, Violet segera masuk ke kamarnya. Gadis itu langsung menuju kamar mandi setelah meletakkan tas dan sepatu. Tubuh Violet terasa lemas. Dia tahu pasti apa penyebabnya. Selain beban pekerjaan yang sedang tinggi, jam tidur dan porsi makannya pun luar biasa kacau. Belakangan ini, Violet lebih sering terjaga cukup lama sebelum matanya terpejam. Nafsu makan yang menurun pun membuatnya tak bisa menyantap makanan dalam porsi yang biasa.Setelah mandi, Violet berbaring menelentang di ranjang. Dia sengaja tak mengunci pintu karena sewaktu-waktu Wynona

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-17
  • Frozen in Love   Hari-Hari di Bawah Titik Nol [4]

    Quinn pun sama santainya saat memberikan argumennya. “Kamu hampir selalu menolak apa pun yang kubawa. Menurutmu, barang-barangmu jauh lebih bagus. Seleraku payah, kan? Makanya, aku tidak membelikanmu apa pun.”Jika menuruti kata hatinya, ingin sekali Violet membela Quinn. Selera Quinn payah? Yang benar saja! Namun dia tahu, tidak ada gunanya melakukan hal itu. Tidak penting apa pun pendapat dunia tentang Quinn, Violet selalu punya penilaian tersendiri.“Astaga, ini anak malah melamun. Habiskan dulu makananmu itu, Vi!” sergah Kelly.Namun Violet memilih untuk menyerah. Lidahnya bukan pengecap yang baik sejak dia tak lagi melihat Quinn. “Rasanya betul-betul tidak enak.” Violet meletakkan piring ke atas nakas lagi. Lalu, dia meraih gelas berisi air putih yang disiapkan Wynona.“Apa?” Kelly membelalak. “Tadi siapa yang meminta dibelikan nasi tutug oncom?”“Aku. Tapi kukira rasanya enak.

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-18
  • Frozen in Love   Bersamamu Melupakan Dunia [1]

    Violet mengutuk tak sopan saat matanya dipaksa membuka. Suara ketukan di pintu seperti bom yang bertalu-talu tanpa jeda. Padahal rasanya dia baru saja tertidur setelah menangis cukup lama ditemani oleh Kelly dan Wynona. Kini, tak cuma ketukan di pintu saja yang menjadi sumber keributan, ponselnya pun ikut berbunyi nyaring.Tanpa melihat siapa yang menelepon, Violet langsung mematikan gawainya. Dia bersiap ingin melanjutkan tidur. Namun ketukan kembali terdengar. Kini suaranya bahkan lebih kencang. Jangankan Violet, sudah pasti seisi tempat indekos ini ikut terbangun karena suara yang begitu berisik.“Siapa manusia tak berperasaan ini?” keluh Violet dengan kelopak mata terasa menempel. Seolah menjawab pertanyaan yang dilisankannya dengan lirih itu, Violet mendengar namanya dipanggil. Itu suara Kelly, disusul oleh Wynona. Untuk apa mereka membangunkannya sepagi ini? Bukankah hari ini kalender berwarna merah? Selain itu, Kelly dan Wynona tahu kondisinya

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-19
  • Frozen in Love   Bersamamu Melupakan Dunia [2]

    Gadis itu lega karena Quinn hanya mengangguk dan tidak mengingatkan Violet bahwa dirinyalah yang tak ingin lagi bertemu lelaki itu. Bukankah itu yang diucapkan Violet saat kali terakhir mereka bertemu? Dia yang mengusir Quinn dari hidupnya, memutuskan pertemanan mereka karena mengikuti keinginan Jeffry.“Kenapa kamu tidak memakai sandal? Dan kenapa ke luar sepagi ini?” Giliran Quinn yang ingin menuntaskan rasa ingin tahunya.Violet menatap kakinya yang telanjang. Saat itu, dia baru menyadari ada rasa sakit di beberapa bagian. Mungkin karena menginjak batu atau sesuatu yang keras. Namun dia sama sekali tak peduli. Melihat wajah Quinn lain, pantas ditebus dengan rasa nyeri di telapak kakinya karena nekat keluar kamar tanpa mengenakan alas kaki.Violet mengaku, “Aku terburu-buru. Tidak sempat memakai sandal. Kelly dan Wynona mengetuk kamarku bermenit-menit, memberi tahu kalau ada mobilmu di sini. Kata mereka, sudah sejak pukul empat. Benarkah? Ken

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-20
  • Frozen in Love   Bersamamu Melupakan Dunia [3]

    “Memangnya kenapa? Kamu keberatan, ya? Bukankah kamu sudah berjanji akan memberiku satu hari ini?” Quinn mengingatkan.Violet geleng-geleng kepala. “Jarak Bogor-Cipanas itu lebih dari empat puluh kilometer lho, Quinn. Dan kita ke sana cuma untuk makan bubur ayam? Aku yakin, sebelum sampai di Bogor lagi, kita berdua sudah kelaparan lagi.”Quinn memberi usul konyol. “Bagaimana kalau kita beli sekaligus dengan gerobaknya untuk memastikan kamu tidak kelaparan? Percayalah, ini bubur ayam yang sangat enak, Vi!”Violet menatap pria itu dengan bibir cemberut. “Awas saja kalau tidak sepadan dengan perjalanan yang harus kita tempuh. Empat puluhan kilometer hanya untuk makan bubur ayam.”“Kamu boleh menyumpahiku sepuasmu jika rasa si bubur ayam ini memang tidak sesuai dengan promosiku,” usul Quinn dengan senyum merekah di bibir. Lelaki itu menyalakan mesin mobil. “Ini benar-benar enak, Vi. Kamu tak ak

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-21
  • Frozen in Love   Bersamamu Melupakan Dunia [4]

    “Kalau kamu masih mengantuk, tidur saja, Vi! Kita masih punya....” Quinn melirik arlojinya. “... hmmm... sekitar lima belas jam lagi. Sampai jam 10 malam waktuku, kan?”“Iya. Aku tidak akan tidur karena memang tidak mengantuk,” respons Violet.Violet tidak ingin tertidur meski hanya sedetik. Baginya, lima belas jam itu terlalu singkat. Lima belas jam itu akan segera berlalu tanpa terasa. Dan dia tak ingin melewatkannya dengan penyesalan. Karena entah kapan lagi kesempatan ini akan kembali. Bahkan, sangat mungkin dirinya dan Quinn tidak akan bersua lagi.Wajah Jeff melintas mendadak. Violet diselubungi rasa bersalah, tapi dia segera mendepak perasaan itu. Andai apa yang dilakukannya hari ini adalah kejahatan dan mendapat hukuman berat, dia tidak keberatan untuk menjalaninya. Tanpa mengeluh.“Kenapa ponselmu dimatikan?” Quinn keheranan melihat Violet tiba-tiba meraih telepon genggamnya.Violet menyahut,

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-22
  • Frozen in Love   Suara Hati [1]

    Violet menunggu Quinn dengan perasaan nyaman yang masih terus bertahan. Tak ada kecemasan bahwa dia sudah melakukan sesuatu yang berlebihan meski mungkin apa yang terjadi agak tak masuk akal. Namun dia tak mau memikirkan hal-hal lain yang bisa membuat perasaan Violet berubah tak tenang.Namun saat teringat teman-temannya di rumah indekos, gadis itu buru-buru menyalakan ponselnya. Dia tak mau Kelly dan yang lain panik jika dia seharian penuh tak bisa dihubungi dan malah pulang malam. Karena itu, Violet mengirimkan pesan pada Kelly.“Kel, setelah ini aku akan mematikan ponsel seharian penuh. Aku akan bersama Quinn sampai malam. Tolong jangan lapor polisi, ya.”Setelah pesannya terkirim, Violet kembali mematikan gawainya. Dia sengaja tidak menunggu balasan dari Kelly. Yang terpenting, Violet sudah memberi kabar supaya teman-temannya tidak bingung.Quinn luar biasa memesona meski hanya mengenakan pakaian standar. Tubuh jangkungnya t

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-24
  • Frozen in Love   Suara Hati [2]

    Keduanya nyaris tak henti tersenyum atau bertukar tawa. Hawa panas Jakarta yang menyengat kulit sama sekali tidak dipedulikan. Keringat yang mengucur pun diabaikan. Mereka mirip dua anak kecil yang sedang bersenang-senang, seakan hidup akan berlangsung selamanya. Seolah hari-hari akan selalu sama. Penuh bahagia dan kegembiraan.“Kamu tidak mengantuk, Quinn?” Violet benar-benar khawatir. Bagaimanapun, Quinn sama sekali belum memejamkan mata sejak kemarin. Tentu saja Violet tak mau terjadi sesuatu pada lelaki ini. Apalagi, Quinn masih harus menyetir dan menolak untuk digantikan.“Tidak. Tenang Vi, aku baik-baik saja. Sama sekali tidak mengantuk,” akunya. “Kalau aku merasa tidak sanggup untuk terus menyetir, aku pasti akan berhenti di rest area atau memintamu menggantikanku. Aku tidak akan mencelakai kita berdua.”Mobil yang dikendarai Quinn itu masih berada di jalan tol, dalam perjalanan pulang menuju Bogor. Hari sudah mul

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-25

Bab terbaru

  • Frozen in Love   Epilog

    Wynona memasuki masa berkabung karena patah hati tanpa air mata atau kesedihan yang berlarut-larut. Kendati berpisah dari David setelah hubungan selama sembilan tahun, tetap saja bukan hal yang mudah untuk dihadapi. Akhir hubungan mereka begitu tak menyenangkan karena sikap David dan keluarganya. Namun Wynona makin yakin dia sudah mengambil keputusan yang tepat.Ada beberapa sebab, tak cuma melulu “dosa” David saja, melainkan juga kesalahan Wynona. Sejak malam itu, David bahkan tak berusaha menghubungi Wynona lagi. Lelaki itu seolah menghilang begitu saja. Sembilan tahun yang mereka miliki bersama-sama, tak penting. Wynona pun tampaknya dianggap bukan lagi perempuan yang pantas untuk diperjuangkan.Sementara dari sisinya, Wynona kian yakin bahwa perasaannya pada David sudah benar-benar tawar. Hatinya sudah berubah. Gadis itu tak keberatan disalahkan karena seolah memberi peluang pada Leon untuk masuk dalam hidupnya.Dia tak akan menampik hal itu. Nam

  • Frozen in Love   Mengikuti Kata Hati [3]

    Kata-kata yang dilontarkan orangtua Leon itu membuat Wynona benar-benar merasa dihargai. Dia tak bisa mencegah rasa haru menusuk-nusuk dadanya. Namun. Tentu saja dia tak boleh menangis lagi di sini. Sudah cukup air mata yang ditumpahkannya hari ini.“Wyn, mau main ludo atau halma?” Suara erangan terdengar dari berbagai arah sebagai respon untuk kata-kata Anton. Lelaki itu menunjukkan ekspresi tak berdosa saat membela diri. “Papa kan belum pernah main ular tangga dengan Wynona.”“Tolong Pa, kreatiflah sedikit. Setiap tamu selalu diajak main halma atau ludo. Apa tidak ada yang lain?” gerutu Trisa. Lalu, perempuan itu bicara pada tamunya. “Wyn, kapan kamu bisa mengirim daftar belanjaan untuk minggu depan? Lebih cepat lebih baik, kan?”“Iya Kak, aku akan menyiapkan daftarnya secepatnya. Besok atau paling telat lusa,” janji Wynona.Trisa mengangguk senang. “Mungkin sehari sebelum acara, akan leb

  • Frozen in Love   Mengikuti Kata Hati [2]

    “Tidak apa-apa. Walau sebenarnya aku ke sini cuma ingin bertemu Om, Tante, dan Kakak,” sahut Wynona. “Agak pesimis juga awalnya, karena menurut Leon, Kakak nggak tinggal di sini.”Trisa tersenyum lebar. “Begitulah kalau menjadi anak perempuan satu-satunya. Kalau aku nggak datang selama beberapa hari, pasti ada yang menelepon. Kalau tidak Mama, Papa, kadang asisten rumah tangga. Ada saja alasan yang diajukan. Yang terbanyak sih, Nadya. Padahal, mereka itu merindukanku,” kelakarnya.“Hahah, aku jadi sangat iri. Aku juga anak perempuan satu-satunya tapi tak ada yang merindukanku seperti itu.”Trisa menatap Wynona sungguh-sungguh. “Aku justru yang iri dengan kemampuan memasakmu, Wyn! Aku semur hidup cuma bisa memasak nasi goreng. Itu pun menggunakan bumbu instan. Kemampuan memasakku nol besar. Padahal Mama jago di dapur. Dan kami terbiasa dimanjakan dengan masakannya.”Setelah kembali ke ruang tamu,

  • Frozen in Love   Mengikuti Kata Hati [1]

    Wynona hampir menabrak dada seseorang saat membalikkan tubuh. Sendok kayu yang dipegangnya, jatuh ke lantai. Tangan kanannya memegang dadaku, seakan dengan begitu rasa kaget gadis itu akan berkurang jauh.“Syukurlah kamu baik-baik saja,” gumamnya dengan ekspresi lega tergambar jelas. Leon pasti tidak pernah tahu kalau Wynona pun tak kalah lega melihatnya.“Kamu mengagetkanku,” bibir Wynona cemberut. Dia hendak berjongkok memungut sendok kayu, tapi Leon bergerak lebih cepat dan menaruh benda itu di wastafel.“Dapurnya indah. Aku suka,” puji Wynona. “Sebentar, aku harus memindahkan mi-nya dulu.”“Butuh mangkuk besar?” Leon membuka sebuah pintu kabinet di bagian atas dan mengeluarkan sebuah mangkuk kaca transparan. “Apakah ini cukup?”Wynona mengangguk. Dengan gerakan hati-hati, dia menyusun mi, kol, dan telur rebus yang sudah dipotong-potong. Saat hendak menua

  • Frozen in Love   Keraguan [5]

    David menatap Wynona tak percaya. Kemarahan tergambar di setiap gerak tubuhnya. “Putus? Kenapa kamu terlalu cepat mengambil keputusan?”Gadis itu menggeleng. “Ini bukan keputusan yang terburu-buru. Selama ini, aku hanya tidak berani mengakui kenyataan.”“Wynona!”Gadis itu menatap wajah David dengan perasaan campur aduk. Betapa lelaki ini pernah membuat hati Wynona berpesta karena cintanya. Betapa David pernah menjadi orang terpenting dalam hidup gadis itu. Betapa Wynona pernah sangat ingin mengubah dirinya agar menjadi sosok paling diinginkan dalam hidup lelaki ini. Itulah kuncinya, pernah. Artinya, itu sudah berlalu lama, sebelum gadis itu akhirnya diterpa kesadaran. Terlambat, tapi Wynona tidak menilainya sebagai sebuah kefatalan. Dia tidak menyesali semuanya. Gadis itu hanya menganggap semua ini sebagai proses panjang yang mendewasakan.“Wyn, jangan cuma karena masalah ini, hubungan kita m

  • Frozen in Love   Keraguan [4]

    “Wyn,” David menjajari langkah kekasihnya. Sementara Wynona berusaha berjalan lebih cepat. Dia hampir mencapai pintu gerbang ketika David berhasil meraih lenganku.“Apa kamu tidak mendengarku?” tanyanya marah. Ekspresinya berubah keras.“Aku cuma ingin pulang. Aku tidak mau dihina lagi.”David menggelengkan kepalanya. “Mama hanya ingin tahu tentang kamu.”Wynona menatap David dengan tajam. Andai bisa, dia ingin mengguncang tubuhnya David dan meniupkan kesadaran di benaknya agar lelaki ini melihat fakta yang sebenarnya.“Vid, mamamu tidak menyukaiku. Sampai kapan pun akan tetap seperti itu. Percayalah, tidak akan ada yang berubah. Dan aku tidak nyaman diperlakukan seperti tadi.”David masih memegang lengan Wynona. “Aku tidak mengizinkanmu pulang. Nanti aku akan mengantarmu, Wyn! Sekarang, ayo kita masuk ke dalam lagi,” ajaknya.Wynona menggeleng tegas seraya melepa

  • Frozen in Love   Keraguan [3]

    Wynona tersenyum kecil menanggapi gurauannya. David nyaris tidak pernah antusias menikmati masakanku. Gadis itu mengitari ruang tamu yang luas itu dengan tatapannya. Ada belasan perempuan paruh baya yang bergaya trendi. Juga ada beberapa gadis muda yang usianya tak jauh beda dengan Wynona. Aneka aroma parfum mahal menyengat hidung. Membuat campuran aneh yang memusingkan kepala Wynona. Semua orang sibuk berbincang seraya menikmati aneka makanan yang tampak lezat. Gadis itu tidak melihat kehadiran ayah dan saudara David lainnya.Irene mendekat ke arah Wynona, Sofia, dan David yang duduk di sebuah sofa panjang. Perempuan itu memilih sofa tunggal di depan mereka. Wynona baru ingat, dia sama sekali tidak diperkenalkan dengan tamu yang ada.“Ma, coba cicipi ini.” Sofia menyodorkan sepotong kecil pie yang dibawa Wynona. Irene menggigit ujungnya sedikit. Entah mengapa, Wynona menjadi tegang karenanya.“Enak,” ujarnya. Namun dia menolak m

  • Frozen in Love   Keraguan [2]

    Wynona mendesah. “Kukira kamu akan memberiku usul yang masuk akal. Kamu kan tahu apa yang terjadi padaku saat resepsi? Kenapa kamu masih bisa mengusulkan ini?”“Wyn, aku tidak ingin melihatmu sedih atau terluka. Akan tetapi, ada kalanya kita harus berhadapan dengan kepahitan untuk mengetahui apa sebenarnya kebenaran di baliknya. Kalau kamu tidak mau bertemu mamanya David, apa masalah kalian akan selesai? Bukannya malah membuat semuanya menjadi makin rumit?”Wynona mengerutkan alis. “Aku tidak mengerti maksudmu.”Gadis itu mendengar suara tawa ringan di seberang.“Menghindar pasti lebih mudah. Tapi, apa kamu tidak penasaran ingin tahu bagaimana sebenarnya sikap keluarga David? Maksudku, mamanya. Kamu butuh kesempatan untuk bisa menilai dengan objektif. Dan menurutku, ini saat yang tepat.”Wynona tercenung mendengarnya. Keheningan menyergap selama sesaat.Leon bicara lagi. “Sebenarnya

  • Frozen in Love   Keraguan [1]

    Wynona masih berada di dalam kepungan kabut membingungkan sebagai efek dari kata dan tindakan Leon. Dia masih belum bisa berpikir dengan jernih untuk tahu apa yang sebenarnya diinginkan. Semuanya serba membingungkan. Seakan Wynona berada di sebuah labirin paling rumit di dunia.Lalu, David menghubunginya setelah berhari-hari menghilang tanpa kabar. “Wyn, apa kamu baik-baik saja?” tanyanya penuh perhatian.“Ya,” dusta Wynona sembari menggigit bibir.“Aku minta maaf untuk berbagai masalah di antara kita. Tapi aku ingin menyelesaikannya satu per satu.” Jeda beberapa detik. “Mama ingin bertemu denganmu. Nanti malam bisa?”Wynona benar-benar tak siap dengan permintaan itu. “Nanti malam?”“Iya. Apa kamu tidak bisa? Ada pekerjaan?”“Aku....”Jawaban Wynona belum tuntas tapi sudah menukas dan mendesak. “Tolong luangkan waktu, ya? Aku tidak enak kalau har

DMCA.com Protection Status