-Gue udah di apartemen kok, Ger. Gak usah jemput gue tadi pulang sama Dewa.-
Ia membuang napas kasar setelah membaca keseluruhan isi pesan teks yang baru saja kekasihnya kirim. Apakah Nazmi sama sekali tidak merindukannya? Bahkan kekasihnya tak memintanya untuk datang.
-Lo udah makan?-
Nazmi yang tengah online masih belum membaca pesannya. Entah apa yang tengah perempuan itu lakukan namun berhasil membuatnya berpikiran buruk.
-Naz? Gue bawain makanan ya!-
Akhirnya setelah beberapa menit menunggu Nazmi membalas pesannya itu meski sedikit singkat seperti tak ingin ngobrol dengannya.
-Gak usah. Gue kenyang.-
-Naz lo kenapa sih?-
Geri menekan tombol send setelah frustasi hanya mendapatkan balasan seperti itu saja dari kekasihnya.
“Argghhhh sialan!” Umpat Geri ketika Nazmi sudah tak lagi online di aplikasi chat nya.
Lelaki itu semakin risau saja karena Nazmi tak biasanya seperti ini. Apakah ad
“Gue di apartemen.”Tiba-tiba saja sebuah perasaan buruk menelisik dalam sanubari. Sambungan telepon dimatikan setelah Fauzan mengatakan bahwa ia hendak menemuinya dan membicarakan hal ini secara langsung.Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang dikatakan oleh Hana tadi pagi adalah sebuah kebohongan? Bagaimana bisa Hana berbohong, jelas dari matanya yang sembab gadis itu tengah terluka oleh Fauzan.Resah ia menunggu kedatangan Fauzan di tengah gulita rumah apartemen miliknya. Hujan masih turun sangat deras di luar sana. Beberapa kali dirinya melihat room chat dengan Fauzan yang masih belum terlihat tanda-tanda lelaki itu sudah sampai di apartemen padahal sudah hampir setengah jam.Jarak dari tempatnya sekarang jika ia berada di base camp tidak akan lebih dari setengah jam. Namun, darimana lelaki itu pergi menuju kediamannya? Dia hanya membuatnya gelisah saja.Tak berselang lama, bunyi denting bel nyaring terdengar di seisi ruangan. Segera Nazmi bangkit dan membukakan pintu. Itu adalah F
“Lo pengen?”“Pengen banget. Tapi gue gak tahu harus gimana.” Ujarnya dengan suara sedikit bergetar.Hana malah tersenyum kemudian mendekat dan mengusap dada bidang Geri. Lelaki itu membusungkan dadanya merasakan desiran halus menjalar yang membuatnya semakin ingin menyalurkan hasrat terpendamnya.“Mau sama gue?”Geri sedikit tersentak kaget mendengar ucapan Hana. Ia tak mengangguk tak juga menggelengkan kepala. Dirinya hanya terdiam menatap Hana yang begitu memesona. Andai saja di hadapannya saat ini adalah Nazmi mungkin tak usah ditawari ia sudah menghabisinya sejak tadi.“Gue ada tempat nyaman banget. Lo mau ke sana?”Lelaki itu masih terdiam antara akal sehat dan hatinya terus meronta ingin segera dilampiaskan. Kedua alisnya saling bertautan, Geri hanya menunduk tak menjawab apa pun.“Gak akan baik-baik aja kalau lo diemin, Ger. Itu malah semakin menyiksa lo.&rdqu
Pria yang mengenakan handuk di bagian pinggang mengusap-usap rambutnya yang basah. Ia baru saja keluar dari kamar mandi ketika terkejut mendapati seorang gadis sudah berada di kamarnya saat ini.Gerakannya melambat tat kala perempuan itu tengah mengenakan microwave yang berada di sana. Kepalanya menoleh ketika mendengar suara pintu kamar mandi terbuka kemudian menyunggingkan senyum manis.“Lo udah mandi? Gue bawain sup buat lo. Masih pening gak?” Tanyanya penuh dengan antusias sembari membuat suatu minuman entah apa itu.Lelaki yang tengah telanjang dada hanya mengangguk sembari kebingungan bagaimana bisa dia berada di sana. Perempuan yang mengenakan pakaian casual tersebut mendekat pada Geri kemudian menyodorkan secangkir teh yang masih hangat.Asapnya mengepul dan tercium aroma khas teh yang begitu menyegarkan. Padahal ini tengah hari dan ia berniat untuk minum yang dingin setelah tadi tak sempat menyegarkan tenggorokannya kare
“Maksud lo apa?” Tanyanya sembari menatap Hana yang juga tengah menatapnya tajam.Perempuan itu tak langsung menjawab pertanyaan lelaki di hadapannya saat ini. Ia kembali mendekat pada Geri kemudian duduk di pangkuan lelaki itu. Sembari mengusap wajah Geri yang terlihat kesal, ia tersenyum senang.“Misalnya kayak gini, gue pengen duduk di atas lo, cium lo, peluk lo, atau apa pun itu lo harus terima dan gak boleh nentang.”“Hah? Lo pikir gue selemah itu?” Tanyanya sembari berusaha melepaskan tubuh Hana yang tengah memeluknya erat.“Ya terserah lo aja sih kecuali kalau lo mau ini terkirim ke cewek lo.”Ia mengambil ponselnya di atas meja kemudian memperlihatkan sebuah video syur dirinya dengan Geri semalam. Bukan hanya Hana yang ternyata berada di atasnya tetapi kondisinya sudah berbalik. Bagaimana bisa ia melakukan itu dan bahkan tak ingat sama sekali?“Hana!” Teriaknya
Irama napas Geri naik turun, tangannya menggenggam erat pergelangan tangan Nazmi membuat perempuan itu sedikit kesakitan. Nazmi tak kunjung menjawab, ia menatap mata Geri dengan netranya yang berkaca-kaca.“Lepas ...” Ujarnya sembari berusaha melepaskan cengkraman tangan sang kekasih.“Seburuk apa gue sekarang di mata lo? Kesalahan besar apa yang gue perbuat sampai lo buang gue kayak gini, Naz?!”Geri kembali berteriak kemudian mendorong Nazmi menuju tempat tidur dan membuatnya berbaring di sana. Napas Nazmi ikut tak beraturan, sebenarnya saat ini ia benar-benar takut pada Geri. Lelaki itu sudah di luar kendali.Perempuan dengan rambut yang diikat kuda menelan ludah menatap Geri yang terlihat sangat marah dan putus asa. Bola mata lelaki di atasnya yang tengah mencengkram kedua tangannya terlihat berair dengan napas yang juga tak beraturan.“Marah lo itu gak jelas dan gak berdasar. Coba kasih tahu gue alas
Suara mesin pemindai harga terdengar nyaring di telinga. Udara dingin nan sunyi sedari tadi sudah memeluk seisi ruangan mini market karena hujan lebat baru saja turun di luar sana ditambah pendingin ruangan di sana.Sekali lagi seorang gadis yang tengah mengantre untuk membayar melihat beberapa barang belanjaannya yang berada di keranjang merah. Ia seperti tengah mengingat-ingat barangkali ada yang tertinggal atau tidak.Kebetulan malam itu tak begitu banyak pengunjung jadi ia tidak perlu berlama-lama untuk membayar. Setelah orang di depannya mendapatkan uang kembalian, ia segera menaruh beberapa barang belanjaan di atas meja.Sang kasir menyebutkan nominal ia untuk membayar. Gadis tersebut segera merogoh dompet yang sebelumnya ia taruh di saku jaket yang dikenakan olehnya. Tiba-tiba saja jantungnya berdegup kencang, ia mulai panik karena dompet yang seingatnya ditaruh di saku jaket menghilang begitu saja.“Uhhh sebentar, saya lupa naro dompet.” Ucapnya pada sang kasir yang seperti ke
Selang beberapa minggu dari putusnya Fauzan dengan sang kekasih, Nazmi yang tengah asyik berselancar di akun sosial media miliknya sedikit terkejut karena mendapati postingan dari lelaki tersebut.-Indahnya bersamamu, kekasihku (love) (hug) (kiss)-Setelah membaca caption dari foto Fauzan yang tengah merangkul seorang gadis dan gadis itu memberikan kecupan di pipinya ia kembali menatap gambar tersebut. Banyak sekali komentar pada gambar yang baru saja beberapa menit lalu ia unggah. Ada yang pro dan juga kontra ada juga yang membandingkannya dengan mantannya terdahulu.Segera Nazmi menangkap layar postingan beserta captionnya untuk ia bagikan pada gadis dalam foto tersebut. Ia masuk pada room chat dirinya dengan seseorang beranama Hana. Ya, gadis di postingan itu adalah Hana, sahabat dekatnya.Ia mengirimkan tangkapan layar tersebut sembari mengetik beberapa kata untuknya.-Astaga! Hana lo jadian sama Fauzan? Kok bisa sih? Lo gak kasih tahu gue! T_T-Hana yang tengah online sontak saja
“Huft. Lo butuh waktu berapa lama lagi sih, Naz? Lo berharap gue kasih lo waktu lagi terus lo lupa lagi gitu?”“Bukan gitu, Ka ... tapi emang akhir-akhir ini bikin gue mikir dan bingung banget.”“Apa sih yang lo pertimbangin? Geri? Laki-laki itu bahkan sekarang udah gak peduli sama lo kan?”Nazmi menggelengkan kepala, perasaannya resah meski sebenarnya ia berpikir demikian juga. Mengapa Karisma seperti membaca pikirannya saat ini? Apa lelaki itu tahu sesuatu tentang kekasihnya?“Jangan ngomong sembarangan tentang Geri, Ka. Dia gak seperti apa yang ada dalam benak lo.”“Really? Lo tahu dia lebih dari apa yang terlihat, huh?”“Ka ... kalau emang semua ini ada hubungannya sama Geri, terus apa salah gue kalau gue minta waktu buat mikirin lagi?”“Naz, realistis dong. Kapan terakhir kali lelaki bajingan itu kabarin lo? Sedangkan gue tiap hari chat lo meski respons lo dingin. Lo gak lihat perjuangan gue?”Gadis yang semakin resah kini menatap Karisma dengan netra yang terasa panas. Memang be
“Kok lo ada di sini?” Tanyanya di sela isak tangis.“Apa itu penting?”“Uhhh, Kak ...” Rengeknya sembari beranjak kemudian menghambur pada dekapan sang kakak.Dewa yang tak mengerti apa yang terjadi pada sang adik hanya terdiam sembari erat membalas pelukannya. Tangan besar itu mengusap kepala Nazmi yang tenggelam dalam dada bidang kakaknya.“Hmm, gue udah tahu ada yang gak beres makanya ke sini. Ada masalah apa sama Geri?”Ia menggelengkan kepala kemudian menengadah. Matanya sembab, lingkaran hitam itu kini nampak jelas terlihat. Skleranya berubah menjadi merah begitu juga dengan hidung dan wajah cantiknya.“Dia menghilang udah dua minggu ...”“Hah? Emang awalnya ada masalah apa?”“Dia diambil cewek lain. Gue kalah buas, Kak ...” Rengeknya yang membuat Dewa malah sedikit tertawa mendengar penuturan dari mulut kecil sang adik.Ia terus mengusap kepala bayi kecil yang tengah merengek padanya. Dirinya tahu Nazmi masih begitu polos, bukannya langsung marah, Dewa malah tak percaya jika Ge
Perlahan Nazmi membuka kelopak mata yang terasa berat. Ia menyapu keadaan sekitar yang terasa asing baginya. Aroma kopi khas tercium memenuhi rongga hidung membuatnya sedikit mengenal dimana keberadaannya saat ini.Ia menoleh ke samping kanan ketika sebuah suara menyapanya dengan lembut. Kejadian beberapa saat lalu kembali terekam jelas dalam benaknya.“Gimana perasaan lo sekarang?”“Uhm, gue haus ...”Segera ia meraih secangkir minuman dari atas nakas dan menyodorkannya pada Nazmi yang tengah bersandar pada tumpukan bantal.“Makasih.” Ucapnya sembari mengembalikan cangkir tersebut.“Apa yang terjadi? Lo gak terlihat baik-baik aja. Beberapa kali gue hubungi lo gak bisa.”Seketika tangisnya kembali pecah, melihat hal tersebut seseorang yang bernama Karisma langsung meraih tisu dan menyerahkannya pada Nazmi.“Gue udah nyerah sama semuanya, Ka ... Gue lelah sama semua ini ... Gue capek ... Huhuhu ...”“Uhh, Naz. Apa yang terjadi sama lo? Kenapa lo kayak gini?”“Geri ninggalin gue sama ce
Karena tak sabar dan pesannya yang tertunda terkirim, ia segera melakukan panggilan pada sang kekasih. Namun, beberapa kali ia meneleponnya tak ada jawaban dan hanya terdengar nada sambung yang tak kunjung menjawab.-Geri?-Ia melihat satu centang putih pada pesan yang baru saja terkirim. Bahkan lelakinya tidak mengaktifkan data seluler. Apakah ia tengah bersama dengan Hana?Segera dirinya menelepon tanpa menggunakan aplikasi. Malah operator yang menjawab karena nomornya tidak aktif. Nazmi semakin gundah, pikirannya kacau. Ia sama sekali tak mengerti mengapa begitu tepat di saat seperti ini kekasihnya malah menghilang begitu saja?Tiba-tiba Nazmi terpikir untuk menghubungi Hana. Segera ia mengirimkan beberapa foto yang didapatkannya dari Fauzan. Tak lama perempuan itu terpantau online, Nazmi pun segera melakukan panggilan.“Lo tega banget sama gue, Han. Lo bohongin gue selama ini?”“Ahahahaha. Akhirnya gue ketahuan?”“Apa? Jadi bener semuanya? Lo bohongin gue dan ambil cowok gue?”“Na
“Gue di apartemen.”Tiba-tiba saja sebuah perasaan buruk menelisik dalam sanubari. Sambungan telepon dimatikan setelah Fauzan mengatakan bahwa ia hendak menemuinya dan membicarakan hal ini secara langsung.Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang dikatakan oleh Hana tadi pagi adalah sebuah kebohongan? Bagaimana bisa Hana berbohong, jelas dari matanya yang sembab gadis itu tengah terluka oleh Fauzan.Resah ia menunggu kedatangan Fauzan di tengah gulita rumah apartemen miliknya. Hujan masih turun sangat deras di luar sana. Beberapa kali dirinya melihat room chat dengan Fauzan yang masih belum terlihat tanda-tanda lelaki itu sudah sampai di apartemen padahal sudah hampir setengah jam.Jarak dari tempatnya sekarang jika ia berada di base camp tidak akan lebih dari setengah jam. Namun, darimana lelaki itu pergi menuju kediamannya? Dia hanya membuatnya gelisah saja.Tak berselang lama, bunyi denting bel nyaring terdengar di seisi ruangan. Segera Nazmi bangkit dan membukakan pintu. Itu adalah F
-Ger, jangan lupa makan siang.-Tak ada jawaban dari pesan yang dikirimkan oleh Nazmi beberapa jam yang lalu. Di luar, hujan turun begitu deras. Gadis yang tengah duduk di dekat jendela besar menghadap ke luar menatap rintik hujan yang sedari tadi turun membasahi bumi.Ia menghela napas panjang setelah membaca pesannya. Padahal Geri terpantau online beberapa kali dalam beberapa waktu lalu namun, lelaki itu tak kunjung membalasnya.“Apa dia marah sama gue karena gak jadi ketemu tadi?” Gumamnya yang mulai putus asa sembari menggenggam ponsel di tangan kanan.Nazmi kembali teringat kejadian beberapa jam lalu ketika membatalkan sepihak pertemuan singkat antara dirinya dengan sang kekasih. Semua itu terjadi karena Hana yang tiba-tiba menelepon dan menyuruhnya untuk datang ke sebuah kafe.Setibanya di sebuah kafe yang masih sepi, Nazmi langsung tahu bahwa gadis yang tengah duduk memunggungi pintu masuk di sudut ruangan adalah Hana. Terlihat dari gaya berpakaian dirinya yang begitu korean lo
Waktu seakan cepat berlalu, sudah satu minggu semenjak Dewa berbicara empat mata dengan sang adik. Perempuan itu nampaknya sangat antusias dengan pernikahan kakaknya. Setelah beberapa jam berbincang, Nazmi akhirnya mendapatkan keputusan bahwa ia akan menikahi kekasihnya, Geri tepat satu bulan setelah pernikahan sang kakak berlangsung.Jika Karisma bertanya padanya lagi, mungkin kali itu dia akan menjawabnya dengan tegas bahwa dirinya tak mau kembali pada hubungan yang sudah lama terbengkalai bersama Karisma. Akhir-akhir ini Geri memang sangat sulit ditemui dan ngobrol melalui aplikasi pun sangat jarang. Meski begitu, perasaannya pada Geri malah semakin besar.Ia berniat untuk berbicara secara langsung perihal dirinya yang juga setuju untuk menikah dengan Geri ketika lelaki itu sudah tak sesibuk sekarang.Pagi itu matahari tidak bersinar seperti hari-hari sebelumnya. Nazmi yang sudah dua hari tidak ada jadwal photo shoot hanya berbaring di kamar seharian sembari berselancar di akun sos
Karisma terdiam mendengar jawaban Nea. Entah perempuan itu tengah merayunya saja atau memang kenyataan dari hatinya mengatakan hal seperti itu.“Memang apa yang bikin lo pengen dapetin gue lagi?”“Ya lo tahu, gak ada cowok di luar sana yang bisa bikin gue puas selain lo.”“Huh? Lo tidur sama cowok lain lagi?”Tawa renyah Nea memenuhi indra pendengarannya membuat Karisma sedikit terkejut mengapa perempuan itu tertawa. Ya, sebelumnya Nea memang pernah tidur dengan beberapa pria namun, setelah dengannya perempuan itu berterus terang hanya ‘melayani’ kekasihnya saja.“Gak lah. Makanya gue cari lo.”“Lo emang terlalu jujur.”“Mau pesen sesuatu?”“Hmm gimana kalau kita nge-club. Udah lama juga gak ke sana bareng lo, ya untuk merayakan pertemuan kita lagi aja.”Nea memgangguk cepat mendengar ajakan Karisma. Menurutnya itu adalah ide yang sangat bagus. Dengan begitu mungkin ia bisa perlahan mengambil hati lelaki yang dulu sempat meninggalkannya.Di sisi lain, hujan yang sedari tadi turun deng
“Huft. Lo butuh waktu berapa lama lagi sih, Naz? Lo berharap gue kasih lo waktu lagi terus lo lupa lagi gitu?”“Bukan gitu, Ka ... tapi emang akhir-akhir ini bikin gue mikir dan bingung banget.”“Apa sih yang lo pertimbangin? Geri? Laki-laki itu bahkan sekarang udah gak peduli sama lo kan?”Nazmi menggelengkan kepala, perasaannya resah meski sebenarnya ia berpikir demikian juga. Mengapa Karisma seperti membaca pikirannya saat ini? Apa lelaki itu tahu sesuatu tentang kekasihnya?“Jangan ngomong sembarangan tentang Geri, Ka. Dia gak seperti apa yang ada dalam benak lo.”“Really? Lo tahu dia lebih dari apa yang terlihat, huh?”“Ka ... kalau emang semua ini ada hubungannya sama Geri, terus apa salah gue kalau gue minta waktu buat mikirin lagi?”“Naz, realistis dong. Kapan terakhir kali lelaki bajingan itu kabarin lo? Sedangkan gue tiap hari chat lo meski respons lo dingin. Lo gak lihat perjuangan gue?”Gadis yang semakin resah kini menatap Karisma dengan netra yang terasa panas. Memang be
Selang beberapa minggu dari putusnya Fauzan dengan sang kekasih, Nazmi yang tengah asyik berselancar di akun sosial media miliknya sedikit terkejut karena mendapati postingan dari lelaki tersebut.-Indahnya bersamamu, kekasihku (love) (hug) (kiss)-Setelah membaca caption dari foto Fauzan yang tengah merangkul seorang gadis dan gadis itu memberikan kecupan di pipinya ia kembali menatap gambar tersebut. Banyak sekali komentar pada gambar yang baru saja beberapa menit lalu ia unggah. Ada yang pro dan juga kontra ada juga yang membandingkannya dengan mantannya terdahulu.Segera Nazmi menangkap layar postingan beserta captionnya untuk ia bagikan pada gadis dalam foto tersebut. Ia masuk pada room chat dirinya dengan seseorang beranama Hana. Ya, gadis di postingan itu adalah Hana, sahabat dekatnya.Ia mengirimkan tangkapan layar tersebut sembari mengetik beberapa kata untuknya.-Astaga! Hana lo jadian sama Fauzan? Kok bisa sih? Lo gak kasih tahu gue! T_T-Hana yang tengah online sontak saja