“Ger, lo dari mana aja sih? Ditunggu dari tadi pagi baru muncul hampir tengah hari?”
“Ya gue kan bilang tempatnya jauh jadi pasti bakalan lama di jalan. Terus sekarang dimana photo shoot nya?”
Mereka bercengkrama sembari jalan beriringan menuju sebuah ruangan yang dipimpin oleh sang manajer. Lelaki berbadan tinggi tegap melepaskan jaket yang ia kenakan ketika sampai di bagian make up artist.
Di sana terlihat ada beberapa model perempuan yang tengah didandani. Sebagian dari mereka tengah mengobrol dan membuat gaduh ruangan yang tak begitu luas.
“Di lantai 5. Lo bakalan dipasangin sama salah satu model di agensi sebelah. Gak masalah kan?”
“Ukh. Cewek lagi?”
Sang manajer hanya mengangguk sembari di tangannya membawa beberapa catatan dari atasan mereka yang mengontrak Geri.
Lelaki itu menghentikan aktivitas kemudian duduk menghadap cermin besar yang sudah terdapat lampu di sana
Suara khas sebuah permainan online terdengar nyaring di kamar. Seorang lelaki tengah bersandar pada tumpukan bantal sembari memainkan ponselnya. Di samping lelaki tersebut meringkuk seorang perempuan dibalut selimut yang menutupi tubuhnya.Nampaknya gadis itu tengah memeluk lelakinya yang asyik barmain game online. Sampai suatu ketika perempuannya menggeliat dan menengadah menatap wajah kekasihnya.“Baby, kamu gak ngantuk memangnya?” Tanya suara seksi yang terdengar serak.“Huh?”“Kamu gak tidur, Honey?” Ujarnya sembari mengecup dagu kekasihnya.“Gak ...” Jawabnya singkat masih asyik memainkan ponsel miliknya.Ia tak bergeming, mulai mengusap dada bidang lelakinya yang hanya mengenakan kaus polos. Tangan jahilnya mulai memainkan sesuatu di bawah sana milik sang kekasih.“Baby, masih lama mainnya?”“Enggak, Honey. Bentar lagi.”“Ummh, aku kebelet.”Lelaki itu masih bergeming, ia terlalu asyik memainkan permainan online di smart phone kesayangannya dan malah seakan mengabaikan sang keka
Matahari beranjak hendak pergi ke peraduannya. Sudah hampir satu jam gadis itu menunggu sang kekasih di lobi sebuah gedung satu lantai tempat ia berpose sedari tadi.Harap-harap cemas, dirinya berulang kali mengecek ponsel namun masih tak ada kabar dari sang kekasih, Geri. Mungkinkah dia masih sibuk di sana? Wajar saja jika ia masih belum mengecek ponselnya karena sepengalaman dirinya tak bisa bermain ponsel ketika tengah berpose.Cahaya mentari menerobos masuk membuat garis panjang dari kaca jendela besar di hadapannya. Ia malah memainkan sinar panjang itu mengenakan kaki yang beralaskan sandal sepatu.Seketika Nazmi teringat akan satu momen ketika ia break ke dua untuk makan siang. Entah dari mana munculnya dan entah tahu dari mana, tiba-tiba saja Karisma datang menghampirinya yang tengah makan siang di sebuah kafe dekat gedung pemotretan.“Naz?”“Huh? Kok lo bisa ada di sini?”“Kaget ya, Sayang?
Mata yang biasanya menatap dengan tajam kini terlihat sedikit kekecewaan di sana. Ia sekali lagi membaca pesan singkat yang dikirimkan sang kekasih beberapa menit sebelumnya.“Dia beneran sama Dewa, kan?” Desisnya sembari mengusap layar ponsel.Last seen muncul pada room chat dirinya dengan pujaan hati. Entah mengapa perasaan curiga menggerayangi hatinya dan membuat ia overthinking.“Ger?” Sapa sebuah suara yang sudah sangat familier di telinganya.Ia menoleh setelah mengirimkan satu pesan teks pada sang kekasih, hati-hati, ujarnya. Senyumnya mengembang meski tak begitu hangat melihat gadis yang mengenakan pakaian mini seperti biasanya.“Eh lo belum pulang?” Tanyanya kemudian menaruh gawai ke dalam saku celana miliknya.“Belum. Lo masih di sini aja?” Di akhir kalimat ia sedikit menoleh ke sekitar tempat parkir padahal sudah beberapa belas menit lalu ia berpamitan untuk pulang terl
“Lo pernah gak sih kepikiran selingkuh?” Tanya Hana.Sorot matanya terlihat menelisik dalam mata samping sang lelaki yang tengah terdiam. Mulutnya mengatup masih bergeming. Tiba-tiba ia tersenyum kemudian menggelengkan kepala.“Gue gak pernah berpikiran untuk nyakitin Nazmi, Han. Bagi gue dia satu-satunya cewek yang bisa gue percaya. Dapetin dia itu kayak lo menang jackpot. Dia include banget.”“Cantiknya, manisnya, manjanya, gemesinnya, marahnya, ngomelnya, nangisnya, takutnya, semua yang ada di diri dia gue suka banget dan bikin gue jatuh cinta karena dia limited banget. Mungkin Cuma satu atau dua cewek di alam ini yang kayak dia.”“Lo beruntung banget dapetin dia.”“Ya memang gue yang paling beruntung karena punya cewek kayak dia.”Hana tersenyum mendengar temannya terus dipuji seperti itu. Dalam benaknya ia berimajinasi kalau saja dirinya yang berada di posisi Nazm
Keduanya langsung bersitatap, Geri terlihat sangat gugup sedangkan Hana hanya tersenyum. Jika ia mengatakan dress tersebut bukan untuk gadis yang saat ini bersamanya justru akan terkesan aneh.Seperti menyadari sesuatu, sang pegawai toko tersebut memasang ekspresi menyesal kemudian meminta maaf.“Maafkan saya Tuan Nyonya karena sudah lancang mengatakan hal demikian.” Ujarnya sembari menunduk tak mampu menatap kliennya.“Sebenarnya kami membeli itu untuk hadiah.” Ujar Hana yang akhirnya membuka suara.Geri mengangguk kemudian menambahkan. “Iya. Jadi kami sebisa mungkin memilih yang terbaik.”“Ahh begitu. Pilihan anda sudah sangat baik dan tepat. Biar saya bungkuskan terlebih dahulu.”Mereka mengangguk kemudian menuju kasir untuk membayar harga dress itu. Sebenarnya ia sama sekali tak tahu range harga pakaian wanita di toko tersebut. Terlebih sejauh mata memandang tak ada tag harga
“Naz, gue balik dulu, ya? Sore nanti ada job di tempat kemarin.”“Huh? Kok ngedadak banget sih?”“Iya, atasan yang kemarin hubungi manajer gue lagi. Katanya dia suka sama gaya gue. Semoga bisa dapet kontrak eks ya?”Gadis yang tengah mengeringkan rambutnya mengenakan hairdryer tersenyum menatap wajah Geri yang tampan. Ia kemudian mengangguk dan mematikan mesin pengering rambut tersebut.Geri mulai menaruh ponselnya di atas meja kemudian mengenakan kaus yang sebelumnya bertelanjang dada.Matahari sudah berada di puncak kepala kala itu. Permainan semalam penuh membuat tubuhnya lemas dan harus beristirahat cukup lama.“Hati-hati, Sayang.” Ujar Nazmi manja seraya memeluk tubuh sang kekasih.Lelaki bertubuh proporsional membalas pelukan pujaan hatinya. Ia mengusap kepala Nazmi kemudian mengecup puncak kepala.“Thank you. Lo selalu bikin gue seneng dan bahagia
Kaki jenjang nan mulus melangkah menuju lemari berukuran relatif besar di samping meja rias. Ia membuka kedua pintunya perlahan memerhatikan gaun mana yang hendak dipakai olehnya.Beberapa helai dress bermacam motif dan warna tergantung rapi di dalam sana. Jemari tangan kanan yang lentik itu menguasap-usap dagu sedangkan tangan kirinya menjadi tumpuan.“Tiap kali mau pergi pasti bingung pake yang mana.” Lirihnya kemudian mulai menyentuh beberapa pakaian.“Ukh, padahal kebanyakan belum dipake tapi kok rasanya bingung sih?”Kedua alisnya terangkat ke atas, ia masih belum bisa memutuskan hendak memakai yang mana nanti malam. Netra bundarnya kembali menyapu gaun malam yang sangat cantik di hadapannya.“Navy atau ungu tua?”Ia mengambil dua potong dress seksi dengan dua warna yang baru saja disebut. Kakinya melangkah menuju cermin panjang untuk melihat tubuhnya lebih cocok memakai yang mana.
“Gimana? Nazmi mau dateng?”Pertanyaan beberapa puluh menit sebelumnya terus terekam jelas dalam benaknya. Kini ia sudah berada di hadapan Hana yang tengah melahap makan malam yang baru saja datang.Geri melirik gadis berpakaian rapi dan cantik di depannya, ia tersenyum simpul kemudian melirik ponsel di hadapannya yang tak kunjung mendapatkan notifikasi dari sang kekasih.“Kok lo gak makan sih?” Tanya gadis itu setelah melihat Geri hanya terdiam memerhatikannya yang tengah makan.“Huh? Gue mau makan kok ini.”Lelaki berparas tampan tersebut mulai memotong steak medium yang dipesan olehnya. Setelah memasukkan satu potong daging ke dalam mulut, disusul dua potong kentang goreng kemudian menguyahnya.“Lo kepikiran Nazmi, ya?”“Iya. Mau gimana lagi, gue rasa dia lebih butuh istirahat banget dibanding makan sama kita.”“Gak usah sedih gitu. Toh lo
“Kok lo ada di sini?” Tanyanya di sela isak tangis.“Apa itu penting?”“Uhhh, Kak ...” Rengeknya sembari beranjak kemudian menghambur pada dekapan sang kakak.Dewa yang tak mengerti apa yang terjadi pada sang adik hanya terdiam sembari erat membalas pelukannya. Tangan besar itu mengusap kepala Nazmi yang tenggelam dalam dada bidang kakaknya.“Hmm, gue udah tahu ada yang gak beres makanya ke sini. Ada masalah apa sama Geri?”Ia menggelengkan kepala kemudian menengadah. Matanya sembab, lingkaran hitam itu kini nampak jelas terlihat. Skleranya berubah menjadi merah begitu juga dengan hidung dan wajah cantiknya.“Dia menghilang udah dua minggu ...”“Hah? Emang awalnya ada masalah apa?”“Dia diambil cewek lain. Gue kalah buas, Kak ...” Rengeknya yang membuat Dewa malah sedikit tertawa mendengar penuturan dari mulut kecil sang adik.Ia terus mengusap kepala bayi kecil yang tengah merengek padanya. Dirinya tahu Nazmi masih begitu polos, bukannya langsung marah, Dewa malah tak percaya jika Ge
Perlahan Nazmi membuka kelopak mata yang terasa berat. Ia menyapu keadaan sekitar yang terasa asing baginya. Aroma kopi khas tercium memenuhi rongga hidung membuatnya sedikit mengenal dimana keberadaannya saat ini.Ia menoleh ke samping kanan ketika sebuah suara menyapanya dengan lembut. Kejadian beberapa saat lalu kembali terekam jelas dalam benaknya.“Gimana perasaan lo sekarang?”“Uhm, gue haus ...”Segera ia meraih secangkir minuman dari atas nakas dan menyodorkannya pada Nazmi yang tengah bersandar pada tumpukan bantal.“Makasih.” Ucapnya sembari mengembalikan cangkir tersebut.“Apa yang terjadi? Lo gak terlihat baik-baik aja. Beberapa kali gue hubungi lo gak bisa.”Seketika tangisnya kembali pecah, melihat hal tersebut seseorang yang bernama Karisma langsung meraih tisu dan menyerahkannya pada Nazmi.“Gue udah nyerah sama semuanya, Ka ... Gue lelah sama semua ini ... Gue capek ... Huhuhu ...”“Uhh, Naz. Apa yang terjadi sama lo? Kenapa lo kayak gini?”“Geri ninggalin gue sama ce
Karena tak sabar dan pesannya yang tertunda terkirim, ia segera melakukan panggilan pada sang kekasih. Namun, beberapa kali ia meneleponnya tak ada jawaban dan hanya terdengar nada sambung yang tak kunjung menjawab.-Geri?-Ia melihat satu centang putih pada pesan yang baru saja terkirim. Bahkan lelakinya tidak mengaktifkan data seluler. Apakah ia tengah bersama dengan Hana?Segera dirinya menelepon tanpa menggunakan aplikasi. Malah operator yang menjawab karena nomornya tidak aktif. Nazmi semakin gundah, pikirannya kacau. Ia sama sekali tak mengerti mengapa begitu tepat di saat seperti ini kekasihnya malah menghilang begitu saja?Tiba-tiba Nazmi terpikir untuk menghubungi Hana. Segera ia mengirimkan beberapa foto yang didapatkannya dari Fauzan. Tak lama perempuan itu terpantau online, Nazmi pun segera melakukan panggilan.“Lo tega banget sama gue, Han. Lo bohongin gue selama ini?”“Ahahahaha. Akhirnya gue ketahuan?”“Apa? Jadi bener semuanya? Lo bohongin gue dan ambil cowok gue?”“Na
“Gue di apartemen.”Tiba-tiba saja sebuah perasaan buruk menelisik dalam sanubari. Sambungan telepon dimatikan setelah Fauzan mengatakan bahwa ia hendak menemuinya dan membicarakan hal ini secara langsung.Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang dikatakan oleh Hana tadi pagi adalah sebuah kebohongan? Bagaimana bisa Hana berbohong, jelas dari matanya yang sembab gadis itu tengah terluka oleh Fauzan.Resah ia menunggu kedatangan Fauzan di tengah gulita rumah apartemen miliknya. Hujan masih turun sangat deras di luar sana. Beberapa kali dirinya melihat room chat dengan Fauzan yang masih belum terlihat tanda-tanda lelaki itu sudah sampai di apartemen padahal sudah hampir setengah jam.Jarak dari tempatnya sekarang jika ia berada di base camp tidak akan lebih dari setengah jam. Namun, darimana lelaki itu pergi menuju kediamannya? Dia hanya membuatnya gelisah saja.Tak berselang lama, bunyi denting bel nyaring terdengar di seisi ruangan. Segera Nazmi bangkit dan membukakan pintu. Itu adalah F
-Ger, jangan lupa makan siang.-Tak ada jawaban dari pesan yang dikirimkan oleh Nazmi beberapa jam yang lalu. Di luar, hujan turun begitu deras. Gadis yang tengah duduk di dekat jendela besar menghadap ke luar menatap rintik hujan yang sedari tadi turun membasahi bumi.Ia menghela napas panjang setelah membaca pesannya. Padahal Geri terpantau online beberapa kali dalam beberapa waktu lalu namun, lelaki itu tak kunjung membalasnya.“Apa dia marah sama gue karena gak jadi ketemu tadi?” Gumamnya yang mulai putus asa sembari menggenggam ponsel di tangan kanan.Nazmi kembali teringat kejadian beberapa jam lalu ketika membatalkan sepihak pertemuan singkat antara dirinya dengan sang kekasih. Semua itu terjadi karena Hana yang tiba-tiba menelepon dan menyuruhnya untuk datang ke sebuah kafe.Setibanya di sebuah kafe yang masih sepi, Nazmi langsung tahu bahwa gadis yang tengah duduk memunggungi pintu masuk di sudut ruangan adalah Hana. Terlihat dari gaya berpakaian dirinya yang begitu korean lo
Waktu seakan cepat berlalu, sudah satu minggu semenjak Dewa berbicara empat mata dengan sang adik. Perempuan itu nampaknya sangat antusias dengan pernikahan kakaknya. Setelah beberapa jam berbincang, Nazmi akhirnya mendapatkan keputusan bahwa ia akan menikahi kekasihnya, Geri tepat satu bulan setelah pernikahan sang kakak berlangsung.Jika Karisma bertanya padanya lagi, mungkin kali itu dia akan menjawabnya dengan tegas bahwa dirinya tak mau kembali pada hubungan yang sudah lama terbengkalai bersama Karisma. Akhir-akhir ini Geri memang sangat sulit ditemui dan ngobrol melalui aplikasi pun sangat jarang. Meski begitu, perasaannya pada Geri malah semakin besar.Ia berniat untuk berbicara secara langsung perihal dirinya yang juga setuju untuk menikah dengan Geri ketika lelaki itu sudah tak sesibuk sekarang.Pagi itu matahari tidak bersinar seperti hari-hari sebelumnya. Nazmi yang sudah dua hari tidak ada jadwal photo shoot hanya berbaring di kamar seharian sembari berselancar di akun sos
Karisma terdiam mendengar jawaban Nea. Entah perempuan itu tengah merayunya saja atau memang kenyataan dari hatinya mengatakan hal seperti itu.“Memang apa yang bikin lo pengen dapetin gue lagi?”“Ya lo tahu, gak ada cowok di luar sana yang bisa bikin gue puas selain lo.”“Huh? Lo tidur sama cowok lain lagi?”Tawa renyah Nea memenuhi indra pendengarannya membuat Karisma sedikit terkejut mengapa perempuan itu tertawa. Ya, sebelumnya Nea memang pernah tidur dengan beberapa pria namun, setelah dengannya perempuan itu berterus terang hanya ‘melayani’ kekasihnya saja.“Gak lah. Makanya gue cari lo.”“Lo emang terlalu jujur.”“Mau pesen sesuatu?”“Hmm gimana kalau kita nge-club. Udah lama juga gak ke sana bareng lo, ya untuk merayakan pertemuan kita lagi aja.”Nea memgangguk cepat mendengar ajakan Karisma. Menurutnya itu adalah ide yang sangat bagus. Dengan begitu mungkin ia bisa perlahan mengambil hati lelaki yang dulu sempat meninggalkannya.Di sisi lain, hujan yang sedari tadi turun deng
“Huft. Lo butuh waktu berapa lama lagi sih, Naz? Lo berharap gue kasih lo waktu lagi terus lo lupa lagi gitu?”“Bukan gitu, Ka ... tapi emang akhir-akhir ini bikin gue mikir dan bingung banget.”“Apa sih yang lo pertimbangin? Geri? Laki-laki itu bahkan sekarang udah gak peduli sama lo kan?”Nazmi menggelengkan kepala, perasaannya resah meski sebenarnya ia berpikir demikian juga. Mengapa Karisma seperti membaca pikirannya saat ini? Apa lelaki itu tahu sesuatu tentang kekasihnya?“Jangan ngomong sembarangan tentang Geri, Ka. Dia gak seperti apa yang ada dalam benak lo.”“Really? Lo tahu dia lebih dari apa yang terlihat, huh?”“Ka ... kalau emang semua ini ada hubungannya sama Geri, terus apa salah gue kalau gue minta waktu buat mikirin lagi?”“Naz, realistis dong. Kapan terakhir kali lelaki bajingan itu kabarin lo? Sedangkan gue tiap hari chat lo meski respons lo dingin. Lo gak lihat perjuangan gue?”Gadis yang semakin resah kini menatap Karisma dengan netra yang terasa panas. Memang be
Selang beberapa minggu dari putusnya Fauzan dengan sang kekasih, Nazmi yang tengah asyik berselancar di akun sosial media miliknya sedikit terkejut karena mendapati postingan dari lelaki tersebut.-Indahnya bersamamu, kekasihku (love) (hug) (kiss)-Setelah membaca caption dari foto Fauzan yang tengah merangkul seorang gadis dan gadis itu memberikan kecupan di pipinya ia kembali menatap gambar tersebut. Banyak sekali komentar pada gambar yang baru saja beberapa menit lalu ia unggah. Ada yang pro dan juga kontra ada juga yang membandingkannya dengan mantannya terdahulu.Segera Nazmi menangkap layar postingan beserta captionnya untuk ia bagikan pada gadis dalam foto tersebut. Ia masuk pada room chat dirinya dengan seseorang beranama Hana. Ya, gadis di postingan itu adalah Hana, sahabat dekatnya.Ia mengirimkan tangkapan layar tersebut sembari mengetik beberapa kata untuknya.-Astaga! Hana lo jadian sama Fauzan? Kok bisa sih? Lo gak kasih tahu gue! T_T-Hana yang tengah online sontak saja