Pilihannya jatuh pada sebuah kaus bergambar abstrak di bagian dada berwarna putih. Ia menaruh kaus tersebut di atas tempat tidur lalu menuju meja di dapur.
Tangannya meraih satu bungkusan tadi kemudian di taruhnya pada laci nakes di samping tempat tidur. Ia kembali menyiapkan beberapa camilan dan membuat burger dengan bahan-bahan yang sudah Nazmi bawa tadi.
Setelah semuanya siap, lelaki itu mengambil meja dorong dan menaruh semua makanannya di atas sana di pinggir tempat tidur. Berbarengan dengan itu, pintu kamar mandi terbuka.
“Sayang, burgernya udah jadi. Televisi juga udah gue nyalain tinggal lo cari aja filmnya gue gak sempet cari tadi,” ucapnya sembari menghampiri sang kekasih.
Wangi semerbak memenuhi rongga penciumannya membuat hasratnya memuncak terlebih gadis itu terlihat sangat cantik dan segar. Ia menatap wajah Nazmi yang begitu putih bersih kemudian menarik tubuhnya masuk ke dalam dekapan.
“Kenapa bisa lo
Tubuhnya tersentak, kedua matanya terbuka dengan jantung yang berdebar kencang. Ia menatap langit-langit kemudian mengembuskan napas panjang dan menutup matanya lagi sejenak.“Astaga,” ucapnya ketika ia menangkap sebuah wajah yang tengah menatapnya.“Kenapa, Ger?” tanya Nazmi yang menatap Geri penuh kebingungan.Ia merasakan miliknya berdenyut-denyut, tadi itu hanya mimpi ucap Geri dalam hatinya yang merasa kecewa.Geri hanya tersenyum menyembunyikan perasaannya kemudian memeluk Nazmi dan membuat dirinya berada di atas.“Sayang, gue mimpiin lo.”“Iya, lo ketiduran tadi. Filmnya baru aja selesai. Lo berisik banget sih dari tadi ah uh ah uh pelan.”Sontak wajah Geri terasa panas dan memerah. Ia menatap gadisnya yang tengah menatapnya. Bagaimana ia bisa memberitahu bahwa saat ini ia sangat menginginkannya?“Lo pengen banget ya?” tebak Nazmi seraya tersenyum
Matahari bersinar begitu terik ketika berada tepat di puncak kepala. Hiruk pikuk keramaian ditambah lalu lintas yang padat membuat terasa begitu panas.Dewa baru saja sampai di basecamp ketika ketiga anggota band yang diasuh olehnya tengah berkumpul di ruang tengah. Tubuhnya bersandar pada sofa single sembari memijat pelipis yang terasa berdenyut.Fauzan dan Karisma yang tengah bermain game online sekilas melirik Dewa yang begitu kusut. Sedangkan Farel menyambutnya dengan cukup baik.“Macet, Wa?” ucapnya basa basi membuat Dewa melirik Farel yang tengah tersenyum.Dewa hanya mengangguk kemudian kembali bersandar pada sofa single dan menutup matanya.“Gue tadi bikin es campur buat kita. Lo mau gue ambilin sekarang?”“Boleh. Gue juga laper tadi abis beli ayam geprek juga di jalan buat kita.”Lelaki dengan tubuh proporsional itu langsung bangkit menuju ruang makan dan diikuti oleh Farel.
Terlihat jelas dari sorot matanya bahwa ia tengah berbohong. Farel hanya mengangguk kemudian kembali meneruskan makannya sampai suatu panggilan masuk ke dalam ponsel milik sang manajer.Sontak Dewa melirik layar gawai miliknya dan melihat nama yang tertera di sana. Tangan kekarnya langsung menarik benda tipis berbentuk kotak karena tak ingin Farel melihat nama yang memanggilnya.“Gue angkat telepon dulu.” Ucap Dewa terlihat gugup kemudian beranjak pergi meninggalkan Farel sendiri.Sesampainya di sebuah kamar, Dewa menjawab panggilan tersebut yang sudah berdering berkali-kali. Ia mengembuskan napasnya panjang ketika mendengar suara yang sudah lama tidak ia dengar.“Hallo? Dewa! Lo kemana aja? Lo gak inget sama gue, huh? Apa jangan-jangan lo udah hapus nomor gue? Kenapa sih lo gak jawab chat gue padahal lo udah baca? Lo mau diemin gue? Memangnya lo gak kangen sama gue?”Sontak ia memutarkan bola matanya merasa je
Geri baru saja sampai di apartemennya dan langsung disambut pelukan hangat oleh sang kekasih. Lelaki mana yang tak merasa beruntung mendapatkan seorang gadis yang begitu cantik nan pengertian.Ia melingkarkan lengannya di leher Geri seraya melumat lembut bibir kekasihnya. Lelaki itu begitu senang akan penyambutan yang belum pernah ia alami sebelumnya.“Gimana tadi kerjanya, Sayang? Capek gak?” tanya Nazmi begitu lembut di telinga seraya mengusap dada bidang sang kekasih.“Tadi capek banget. Tapi setelah pulang dan ketemu lo jadi bikin semangat gue naik lagi,” bisiknya sembari mengusap pinggang Nazmi gang begitu mulus.Wajahnya melekat sangat dekat dengan senyum yang begitu menawan. Ia balas memakan bibir sang kekasih ketika Nazmi menyusup ke dalam celana Geri dan memijatnya penuh gairah membuat ia semakin bersemangat.“Ekhem, Sayang satu babak,” ucap Geri begitu berat sembari memangku tubuh kekasihnya menuju karpet berbulu di depan sofa panjang.“Uhhh, nanti aja. Makan dulu lo harus p
Gadis yang dikuncir satu itu hanya tersenyum, betapa ia merasakan perih yang tengah sang kakak alami saat ini. Buru-buru ia mengangguk pelan tak ingin mengecewakan Dewa meski perutnya sudah kenyang.Dewa kembali tersenyum kemudian membalikkan tubuh menyiapkan beberapa bahan di atas meja dan memanggang dagingnya. Perlahan Nazmi melangkahkan kaki jenjang miliknya kemudian memeluk erat tubuh sang kakak dati belakang.Sontak lelaki itu terdiam dengan aktivitasnya, ia mengusap lengan sang adik yang tidak biasanya seperti ini. Kepalanya sedikit menoleh ke arah kanan dan hanya terlihat puncak kepala Nazmi.“Kenapa, Naz? Lo ada masalah sama cowok lo? Sini cerita,” tanyanya lembut seraya kembali menyiapkan beberapa sayuran.Nazmi menggeleng masih dalam pelukannya. “Gue gak ada masalah, mungkin lo yang perlu cerita ke gue.”Sekali lagi Dewa terdiam ketika mendengar penuturan Nazmi. Suara daging yang tengah dipanggang ter
“Jaga ya ucapan lo, jangan seenaknya keluar.”Tatapan mata Nazmi begitu tajam pada lelaki di hadapannya. Karisma tak gentar ditatap seperti itu oleh sang mantan kekasih, baginya ia terlihat begitu manis.“Wow, kucing yang sangat cantik. Lo kok makin cantik dan seksi aja sih setelah pacaran sama Geri? Dia kasih lo apa aja sampai lo secantik dan semenggoda ini?” ucapnya seraya mendekati Nazmi lagi.“Sekarang denger kata-kata gue, Naz. Mungkin lo rasain, tapi apa bener lo sayang sama Geri? Sekali lagi gue tanya sama lo ya. Lo mau tidur sama dia karena inget sama gue kan? Lo sayangnya cuma sama gue kan? Bukan sama cowok blasteran itu?”Gadis itu tak menggubris kata-kata yang keluar dari mulut Karisma. Semakin ia pikirkan semakin ia bingung dengan dirinya sendiri, apa benar seperti itu yang dirasakannya pada Geri? Apa ini sebab ia masih berdegup kencang ketika melihat atau disentuh oleh sang mantan keka
Kedua matanya membulat melihat wajah asli sang pengirim kotak misterius. Begitu juga dengan Fauzan, Karisma dan Farel. Mereka seperti syok benar-benar tak berekspektasi dugaan mereka menjadi kenyataan.“Lo?” lirih Dewa kemudian menyipitkan kedua matanya.Farel melepaskan cengkraman tangannya kemudian sosok itu bangkit berdiri. Tiga pasang mata menatapnya tanpa berkedip menunggu sosok misterius itu menjelaskan tujuannya selama ini.“Iya gue, kenapa? Kalian kaget?”“Ahahahaha, lo konyol? Apa yang lo lakuin, Brengsek?” sindir Karisma yang dimakan api amarah.Lelaki itu hampir saja membogem pipi sosok misterius yang baru saja mereka ungkap. Namun Farel dan Fauzan menahannya.“Kenapa kalian tahan Si Preman ini buat mukul gue?” tanyanya seraya menatap wajah Farel dan Fauzan.“Mending lo jelasin ke kita deh, Han apa sebenarnya rencana lo kirim kotak misterius itu selama ini?” tanya
“Ka, gak ada salahnya kita kasih kesempatan kedua ke dia. Lagi pula kesempatan kedua ini gak akan semudah waktu pertama kali dia gabung kan?”“Maksud lo?”“Ya lo pikir mudah bagi dia buat perbaiki segalanya? Enggak lah. Ini tuh bisa dibilang kayak ngulang tapi sekaligus lo perbaiki sesuatu yang udah rusak. Paham?Karisma menatap sorot mata Fauzan yang berbinar ia sungguh tak percaya dengan pikiran Fauzan yang seperti itu. Sedangkan Farel dan Dewa mengangguk-angguk cukup mengerti dengan logika yang disampaikan oleh lelaki berbaju cokelat tersebut.“Oke jadi gitu mungkin dari Fauzan. Gimana menurut lo Han?”“Ya kalau gue sih gak masalah mau training lagi juga. Asal gue bisa diterima lagi sama kalian.”“Oke kalau gitu. Kalau menurut lo gimana, Ka?”Karisma mulai menarik napas dalam menatap Handy yang tengah menatapnya juga. Lelaki itu mendelik tajam lalu mena
“Kok lo ada di sini?” Tanyanya di sela isak tangis.“Apa itu penting?”“Uhhh, Kak ...” Rengeknya sembari beranjak kemudian menghambur pada dekapan sang kakak.Dewa yang tak mengerti apa yang terjadi pada sang adik hanya terdiam sembari erat membalas pelukannya. Tangan besar itu mengusap kepala Nazmi yang tenggelam dalam dada bidang kakaknya.“Hmm, gue udah tahu ada yang gak beres makanya ke sini. Ada masalah apa sama Geri?”Ia menggelengkan kepala kemudian menengadah. Matanya sembab, lingkaran hitam itu kini nampak jelas terlihat. Skleranya berubah menjadi merah begitu juga dengan hidung dan wajah cantiknya.“Dia menghilang udah dua minggu ...”“Hah? Emang awalnya ada masalah apa?”“Dia diambil cewek lain. Gue kalah buas, Kak ...” Rengeknya yang membuat Dewa malah sedikit tertawa mendengar penuturan dari mulut kecil sang adik.Ia terus mengusap kepala bayi kecil yang tengah merengek padanya. Dirinya tahu Nazmi masih begitu polos, bukannya langsung marah, Dewa malah tak percaya jika Ge
Perlahan Nazmi membuka kelopak mata yang terasa berat. Ia menyapu keadaan sekitar yang terasa asing baginya. Aroma kopi khas tercium memenuhi rongga hidung membuatnya sedikit mengenal dimana keberadaannya saat ini.Ia menoleh ke samping kanan ketika sebuah suara menyapanya dengan lembut. Kejadian beberapa saat lalu kembali terekam jelas dalam benaknya.“Gimana perasaan lo sekarang?”“Uhm, gue haus ...”Segera ia meraih secangkir minuman dari atas nakas dan menyodorkannya pada Nazmi yang tengah bersandar pada tumpukan bantal.“Makasih.” Ucapnya sembari mengembalikan cangkir tersebut.“Apa yang terjadi? Lo gak terlihat baik-baik aja. Beberapa kali gue hubungi lo gak bisa.”Seketika tangisnya kembali pecah, melihat hal tersebut seseorang yang bernama Karisma langsung meraih tisu dan menyerahkannya pada Nazmi.“Gue udah nyerah sama semuanya, Ka ... Gue lelah sama semua ini ... Gue capek ... Huhuhu ...”“Uhh, Naz. Apa yang terjadi sama lo? Kenapa lo kayak gini?”“Geri ninggalin gue sama ce
Karena tak sabar dan pesannya yang tertunda terkirim, ia segera melakukan panggilan pada sang kekasih. Namun, beberapa kali ia meneleponnya tak ada jawaban dan hanya terdengar nada sambung yang tak kunjung menjawab.-Geri?-Ia melihat satu centang putih pada pesan yang baru saja terkirim. Bahkan lelakinya tidak mengaktifkan data seluler. Apakah ia tengah bersama dengan Hana?Segera dirinya menelepon tanpa menggunakan aplikasi. Malah operator yang menjawab karena nomornya tidak aktif. Nazmi semakin gundah, pikirannya kacau. Ia sama sekali tak mengerti mengapa begitu tepat di saat seperti ini kekasihnya malah menghilang begitu saja?Tiba-tiba Nazmi terpikir untuk menghubungi Hana. Segera ia mengirimkan beberapa foto yang didapatkannya dari Fauzan. Tak lama perempuan itu terpantau online, Nazmi pun segera melakukan panggilan.“Lo tega banget sama gue, Han. Lo bohongin gue selama ini?”“Ahahahaha. Akhirnya gue ketahuan?”“Apa? Jadi bener semuanya? Lo bohongin gue dan ambil cowok gue?”“Na
“Gue di apartemen.”Tiba-tiba saja sebuah perasaan buruk menelisik dalam sanubari. Sambungan telepon dimatikan setelah Fauzan mengatakan bahwa ia hendak menemuinya dan membicarakan hal ini secara langsung.Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang dikatakan oleh Hana tadi pagi adalah sebuah kebohongan? Bagaimana bisa Hana berbohong, jelas dari matanya yang sembab gadis itu tengah terluka oleh Fauzan.Resah ia menunggu kedatangan Fauzan di tengah gulita rumah apartemen miliknya. Hujan masih turun sangat deras di luar sana. Beberapa kali dirinya melihat room chat dengan Fauzan yang masih belum terlihat tanda-tanda lelaki itu sudah sampai di apartemen padahal sudah hampir setengah jam.Jarak dari tempatnya sekarang jika ia berada di base camp tidak akan lebih dari setengah jam. Namun, darimana lelaki itu pergi menuju kediamannya? Dia hanya membuatnya gelisah saja.Tak berselang lama, bunyi denting bel nyaring terdengar di seisi ruangan. Segera Nazmi bangkit dan membukakan pintu. Itu adalah F
-Ger, jangan lupa makan siang.-Tak ada jawaban dari pesan yang dikirimkan oleh Nazmi beberapa jam yang lalu. Di luar, hujan turun begitu deras. Gadis yang tengah duduk di dekat jendela besar menghadap ke luar menatap rintik hujan yang sedari tadi turun membasahi bumi.Ia menghela napas panjang setelah membaca pesannya. Padahal Geri terpantau online beberapa kali dalam beberapa waktu lalu namun, lelaki itu tak kunjung membalasnya.“Apa dia marah sama gue karena gak jadi ketemu tadi?” Gumamnya yang mulai putus asa sembari menggenggam ponsel di tangan kanan.Nazmi kembali teringat kejadian beberapa jam lalu ketika membatalkan sepihak pertemuan singkat antara dirinya dengan sang kekasih. Semua itu terjadi karena Hana yang tiba-tiba menelepon dan menyuruhnya untuk datang ke sebuah kafe.Setibanya di sebuah kafe yang masih sepi, Nazmi langsung tahu bahwa gadis yang tengah duduk memunggungi pintu masuk di sudut ruangan adalah Hana. Terlihat dari gaya berpakaian dirinya yang begitu korean lo
Waktu seakan cepat berlalu, sudah satu minggu semenjak Dewa berbicara empat mata dengan sang adik. Perempuan itu nampaknya sangat antusias dengan pernikahan kakaknya. Setelah beberapa jam berbincang, Nazmi akhirnya mendapatkan keputusan bahwa ia akan menikahi kekasihnya, Geri tepat satu bulan setelah pernikahan sang kakak berlangsung.Jika Karisma bertanya padanya lagi, mungkin kali itu dia akan menjawabnya dengan tegas bahwa dirinya tak mau kembali pada hubungan yang sudah lama terbengkalai bersama Karisma. Akhir-akhir ini Geri memang sangat sulit ditemui dan ngobrol melalui aplikasi pun sangat jarang. Meski begitu, perasaannya pada Geri malah semakin besar.Ia berniat untuk berbicara secara langsung perihal dirinya yang juga setuju untuk menikah dengan Geri ketika lelaki itu sudah tak sesibuk sekarang.Pagi itu matahari tidak bersinar seperti hari-hari sebelumnya. Nazmi yang sudah dua hari tidak ada jadwal photo shoot hanya berbaring di kamar seharian sembari berselancar di akun sos
Karisma terdiam mendengar jawaban Nea. Entah perempuan itu tengah merayunya saja atau memang kenyataan dari hatinya mengatakan hal seperti itu.“Memang apa yang bikin lo pengen dapetin gue lagi?”“Ya lo tahu, gak ada cowok di luar sana yang bisa bikin gue puas selain lo.”“Huh? Lo tidur sama cowok lain lagi?”Tawa renyah Nea memenuhi indra pendengarannya membuat Karisma sedikit terkejut mengapa perempuan itu tertawa. Ya, sebelumnya Nea memang pernah tidur dengan beberapa pria namun, setelah dengannya perempuan itu berterus terang hanya ‘melayani’ kekasihnya saja.“Gak lah. Makanya gue cari lo.”“Lo emang terlalu jujur.”“Mau pesen sesuatu?”“Hmm gimana kalau kita nge-club. Udah lama juga gak ke sana bareng lo, ya untuk merayakan pertemuan kita lagi aja.”Nea memgangguk cepat mendengar ajakan Karisma. Menurutnya itu adalah ide yang sangat bagus. Dengan begitu mungkin ia bisa perlahan mengambil hati lelaki yang dulu sempat meninggalkannya.Di sisi lain, hujan yang sedari tadi turun deng
“Huft. Lo butuh waktu berapa lama lagi sih, Naz? Lo berharap gue kasih lo waktu lagi terus lo lupa lagi gitu?”“Bukan gitu, Ka ... tapi emang akhir-akhir ini bikin gue mikir dan bingung banget.”“Apa sih yang lo pertimbangin? Geri? Laki-laki itu bahkan sekarang udah gak peduli sama lo kan?”Nazmi menggelengkan kepala, perasaannya resah meski sebenarnya ia berpikir demikian juga. Mengapa Karisma seperti membaca pikirannya saat ini? Apa lelaki itu tahu sesuatu tentang kekasihnya?“Jangan ngomong sembarangan tentang Geri, Ka. Dia gak seperti apa yang ada dalam benak lo.”“Really? Lo tahu dia lebih dari apa yang terlihat, huh?”“Ka ... kalau emang semua ini ada hubungannya sama Geri, terus apa salah gue kalau gue minta waktu buat mikirin lagi?”“Naz, realistis dong. Kapan terakhir kali lelaki bajingan itu kabarin lo? Sedangkan gue tiap hari chat lo meski respons lo dingin. Lo gak lihat perjuangan gue?”Gadis yang semakin resah kini menatap Karisma dengan netra yang terasa panas. Memang be
Selang beberapa minggu dari putusnya Fauzan dengan sang kekasih, Nazmi yang tengah asyik berselancar di akun sosial media miliknya sedikit terkejut karena mendapati postingan dari lelaki tersebut.-Indahnya bersamamu, kekasihku (love) (hug) (kiss)-Setelah membaca caption dari foto Fauzan yang tengah merangkul seorang gadis dan gadis itu memberikan kecupan di pipinya ia kembali menatap gambar tersebut. Banyak sekali komentar pada gambar yang baru saja beberapa menit lalu ia unggah. Ada yang pro dan juga kontra ada juga yang membandingkannya dengan mantannya terdahulu.Segera Nazmi menangkap layar postingan beserta captionnya untuk ia bagikan pada gadis dalam foto tersebut. Ia masuk pada room chat dirinya dengan seseorang beranama Hana. Ya, gadis di postingan itu adalah Hana, sahabat dekatnya.Ia mengirimkan tangkapan layar tersebut sembari mengetik beberapa kata untuknya.-Astaga! Hana lo jadian sama Fauzan? Kok bisa sih? Lo gak kasih tahu gue! T_T-Hana yang tengah online sontak saja