Karisma tersenyum lebar setelah mengatakan apa yang baru saja dia lontarkan. Lelaki itu sungguh senang melihat wajah gadis cantik di depannya yang terkejut seperti itu.
Kini di depan Karisma, Nazmi terlihat begitu memikat dengan baju ketat yang dikenakannya. Sehingga lekuk tubuh sang pujaan hati terlihat sangat memukau indra penglihatan. Otak lelaki itu yang sudah tak waras malah ingin menuntut yang tidak-tidak untuk segera dipuaskan detik itu juga.
Senyumnya yang manis terlihat sedikit memicing. Matanya menatap lekat pada gadis jelita di depannya. Dia sungguh senang melihat ekspresi Nazmi. Terlihat gusar dengan apa yang dimintanya barusan.
Sedangkan Nazmi, gadis itu malah membeku seribu bahasa, matanya terbelalak kaget. Mulutnya kaku seolah tak tahu bagaimana caranya berucap dengan benar setelah apa yang dikatakan Karisma padanya.
"Ho-hotel? Ma-mau apa?" tanya Nazmi yang pikirannya sudah sangat kacau. Sungguh kini gadis itu malah berpikir apa yang akan diperbuat Karisma adalah hal yang pernah mereka lakukan waktu itu.
Karisma tersenyum lebar. "Mau apa pun itu, nanti lo bakal tahu sendiri. Sebaiknya lo harus bisa memenuhi hal tersebut, Naz. Kalau enggak, mungkin gue gak akan percaya sama kata-kata lo lagi," ujar Karisma yang mencoba untuk menguji kesetiaan perempuan itu.
Netra gadis itu masih membulat lebar. "Ta-tapi, seenggaknya lo bilang dulu mau apa kita di hotel, Ka, gue—"
"Mau apa pun itu terserah gue, kan, Naz? Yang jelas lo harus siapin semuanya. Hati lo, mental lo, tubuh lo, dan ... suara lo jangan sampai habis, ya?" lirih Karisma dengan suaranya yang menggoda membuat Nazmi semakin melotot.
"Ha-hah? Lo bercanda, kan, Ka? Apa yang lo pikirin sekarang, hah?" tanya Nazmi yang nada suaranya mulai meninggi dengan jantung berdegup kencang.
"Gue bilang mau apa pun itu terserah gue, kan? Mungkin aja, gue mau melanjutkan apa yang sudah kita lakukan waktu itu, Naz, masih ingat? Bukannya waktu itu lagi seru-serunya? Bukanya waktu itu lo yang minta untuk melakukan hal yang lebih? Oleh karena itu, mari kita selesaikan besok malam, Naz," ujar Karisma yang lagi-lagi membuat Nazmi terbelalak.
"Lo, pasti bercanda, Ka. Gak mungkin lo kayak gitu," ujar Nazmi sambil mencoba untuk tertawa renyah.
Karisma manggut-manggut. "Lo pikir gue bercanda, Naz? Kalau pun iya gue bercanda, mungkin sekarang gue bakal ketawa, tapi sekarang gue serius, Sayang. Gue pengin tahu apa lo beneran cinta sama gue atau enggak."
Nazmi mengernyitkan dahi. Senyumnya kecut, dengan gelengan kepala yang tak terima.
"Apa harus dengan itu, Ka? Kenapa harus melakukan itu untuk membuktikannya?" tanya Nazmi.
"Karena lo hanya diberi pilihan itu aja, Naz, jadi, mau atau enggak. Kesimpulan akhir kalau lo datang berarti lo cinta dan kalau lo enggak datang ... berarti enggak cinta. So simple, bukan?"
Nazmi menggelengkan kepalanya. "Ka, ayolah jangan kayak gitu. Ini tuh gila banget! Enggak mungkin, kan kita—"
"Apanya yang enggak mungkin, Naz? Setahu gue mungkin aja. Lo aja barusan habis ngelakuin itu sama Geri, kan? Jadi, kenapa enggak untuk yang kedua kalinya lo lakuin sama gue?" tawar Karisma dengan suara tegas.
Nazmi menatap tak percaya pada lelaki di depannya. Sungguh tidak pernah disangkanya bahwa Karisma akan meminta dirinya untuk berbuat hal seperti itu. Di hotel pula.
"Yes or no, Nazmi. Cinta dan enggak cinta. Itu aja, gak ada yang lebih, dan itu akan terlihat saat lo datang atau enggak ke hotel," ujar Karisma. Tatapannya tajam pada Nazmi seperti menginginkan seluruh tubuh gadis itu untuk dilahapnya hingga habis.
Mulut Nazmi terbuka sedikit. Bibirnya yang tipis bergetar halus. "Gu-gue—"
"Lo kenapa? Enggak mau? Berarti lo emang cinta sama Geri, kan, Naz?" potong Karisma.
"Enggak gitu, Sayang. Itu tuh ... ayolah, Ka, please jangan itu syaratnya. Gue bisa ngasih lo yang lain asal enggak yang gitu," ujar Nazmi memohon.
Karisma menggelengkan kepalanya. Dia tetap yakin dengan apa yang diminta pada sang mantan kekasih.
"Kalau lo gak mau ke hotel, mari kita selesaikan sekarang, Naz," lirih Karisma yang lalu mendekatkan wajahnya ke arah gadis itu mencoba untuk menerkamnya.
"E-eh?" desis Nazmi dengan tubuh membeku.
Mereka saling bertatap. Jantung gadis itu berdegup kencang. 'Apa gue harus nurut sama apa mau lo, Ka? Apa ini cara satu-satunya buat buktiin kalau gue beneran cinta sama lo? Apa enggak ada cara lain? Apa harus gue kasih tubuh gue buat lo?' batin Nazmi dengan napas yang semakin tercekat.
Wajah lelaki itu semakin mendekat, bibir lembutnya mulai menyentuh bibir milik Nazmi untuk memberikan pagutan lembut padanya.
Senyum lelaki itu terukir tipis di wajah tampannya. Tatapan mata yang begitu tajam, seolah melihat seekor mangsa yang siap untuk dinikmati.
"Lo milik gue selamanya, Naz. Enggak akan ada yang bisa gantiin gue," bisik Karisma lembut membuat seluruh tubuh Nazmi melemas.
Lagi-lagi gadis itu hanya bisa terdiam. Menikmati belaian lembut yang dilakukan oleh Karisma. Tubuhnya, bahkan hati, dan otaknya seolah tidak ingin membantah sedikit pun atas apa yang dilakukan sang mantan kekasih.
Pagutan yang diberikan Karisma padanya disambut dengan hangat oleh Nazmi. Matanya mulai terpejam. Deru napasnya mulai cepat seperti gemuruh ombak di lautan.
"Lo cantik banget," bisik Karisma lagi yang mulai mengusap kepala gadis itu. Kemudian turun perlahan menyentuh pipi halus Nazmi.
Gadis itu terdiam. Menatap netra Karisma yang berkilauan. Bibirnya yang lembut masih terasa sama. Sangat membuatnya ketagihan untuk terus melumatnya dengan intens.
Seolah mengerti apa yang diinginkan Nazmi, Karisma semakin merapatkan tubuhnya. Menyentuh bibir mungil gadis itu lalu kembali melahapnya dengan rakus.
Jemari Karisma mulai tidak sabaran untuk segera menggerayangi tubuh gadis itu. Dengan cekatan, tangannya mulai mengusap punggung Nazmi. Mengelus dengan pelan hingga beralih pada bagian depan tubuh gadis itu. Bagian yang amat disenangi kaum lelaki.
Pipi Nazmi memerah ketika beberapa kali Karisma melalukan gerakan di kedua benda miliknya.
Tatapan mereka saling beradu. Seolah tak bisa mengucapkan apa pun lagi selain rasa cinta yang mendalam. Sebuah rasa yang berubah menjadi panas seiring perlakuan yang dilakukan Karisma.
"Hei, cantik, puasin gue sekarang," lirih Karisma sambil mendorong sedikit perempuan itu pada sandaran sofa.
Nazmi melotot. Napasnya sesak seolah kehabisan oksigen dalam parunya. Melihat seringai Karisma yang terlihat sangat agresif, membuat Nazmi gemetar.
Semua kata yang dihafalnya seolah hilang begitu saja dari kepala. 'Lo mau apa sih, Ka? Kenapa gue mendadak diam begini? Kenapa gue malah mempersilakan lo untuk menikmati gue?' batin Nazmi, tatapannya masih lekat pada wajah tampan di depannya.
"Udah siap? Gue buka sekarang ya, Naz ... gue pengin lihat dengan jelas seluruhnya bagian tubuh lo," pinta Karisma yang masih dengan suara begitu rendah.
***
Bersambung ....
Nazmi menelan salivanya. Otaknya sungguh telah terblokir dengan semua belaian lembut dari Karisma. Gadis itu menutup mata kala tubuh lelaki itu kini tepat berada di atasnya."Sepertinya kita langsung mulai aja, Naz, gue udah enggak tahan." Karisma memegang celana pendeknya untuk segera diturunkan.Gadis itu terbelalak. Wajahnya terlihat panik kala menangkap sinyal aneh dari Karisma yang nampaknya serius akan melakukan hal keji tersebut padanya.Gemuruh dadanya semakin memuncak. Perih dan terasa sangat menusuk di bagian ulu hatinya. Satu kecupan berhasil mendarat mulus di kening Nazmi."Enggak akan sakit, Sayang. Rasanya sama kayak waktu itu kok, tapi mungkin gak akan sesakit waktu itu," bisik Karisma lalu melanjutkan pagutannya.Benda milik Karisma yang enggan dilihat Nazmi kini sudah mencuat keluar, menempel pada bagian tubuh gadis itu. Pagutan hangat kembali menyerbu Nazmi seiring tangan Karisma yang mulai aktif memegangi miliknya untuk segera menerob
Nazmi hanya diam menatap pada mantan kekasihnya yang kini malah dia sendiri takut untuk berucap padanya. Dia membisu, tak tahu harus mengatakan apa lagi ketika dikatakan demikian.Apakah benar dirinya masih mencintai Karisma, sang mantan kekasih atau malah harus bersama Geri, sosok lelaki yang baru dikenalnya.Sebenarnya Geri bukan orang asing untuk Nazmi, namun kehadiran Geri selama ini hanyalah sebagai partner kerja bila ada pemotretan majalah saja. Couple idol yang selalu didamba-dambakan akan menjadi couple sungguhan di dunia nyata.Selepas mengakhiri hubungan dengan Karisma beberapa bulan lalu, kedekatan mereka menjadi lebih intens. Meski tak banyak yang mengetahui hubungan keduanya, namun tetap saja mereka bisa dibilang sangat dekat.Selalu berandai-andai, bila saja saat itu Karisma tidak mengkhianati cintanya pada Nazmi mungkin semuanya tidak akan menjadi begini. Andai saja Karisma tidak memilih Nea waktu itu, mungkin hubungannya dengan Nazmi masih ber
"Maafin gue, Ka ...," lirih Nazmi yang malah terus menerus mengatakan hal tersebut.Karisma melirik ke arah perempuan di sampingnya. Senyumnya merekah meski terlihat begitu tipis. Bola matanya berbinar menatap lekat pada Nazmi yang juga menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca.Tangan lelaki itu terjulur menggenggam dengan lembut pada gadis itu. "Gue sayang sama lo, Naz. Gue gak mau kalau sampai lo dimiliki oleh Geri atau siapa pun itu. Masa bodo orang lain mau bilang apa. Mau bilang gue nekatlah, begolah, atau apa pun itu, terserah mereka yang penting lo bisa jadi milik gue lagi, Naz. Mau rintangannya seberat apa pun, sebesar apa pun gue bakal lalui sekali pun itu harus berhadapan sama Dewa lagi. Kayak dulu."Nazmi tak bisa berucap apa pun lagi. Netranya kembali memanas yang diiringi dengan gemuruh dalam dada perempuan itu."Gue juga sama pengin lo jadi milik gue lagi, tapi ... apa mungkin itu bakal bisa, Ka? Gue ... gak yakin. Kayaknya bakalan sulit u
"Enggak usah ikut campur dengan apa yang gue lakuin ke Nazmi! Itu semua bukan urusan lo!" teriak Dewa yang berhasil meninju rahang kiri lelaki di depannya hingga tersungkur."Berengsek! Kurang ajar lo!" geram Karisma mencoba bangkit sambil memegangi rahangnya yang terasa kaku."Lo pantas dapat itu, Ka! Cowok mesum kayak lo emang pantas mati aja!" hujat Dewa yang bersiap memasang kembali kuda-kudanya. Mengepal tangan dengan kuat.Nazmi bergetar melihat kedua lelaki yang tengah beradu mulut di depannya. Bibirnya bungkam dengan lidah kelu, sama sekali tak bisa berucap."Kurang ajar!!" teriak Karisma yang melayangkan tinjunya ke arah Dewa, namun tidak tepat sasaran karena Dewa berhasil mengelak dari pukulan Karisma."Segitu aja, Ka? Payah! Nih dari gue! Pergi ke neraka lo! Iblis!" hardik Dewa."Cukup!" teriak Nazmi sangat kencang membuat bogem Dewa hanya melayang di udara kosong.Tubuh kedua lelaki itu seperti ter-setting dengan sendirinya karen
Dering ponsel menyeruak masuk mengganggu kegaduhan yang ditimbulkan Nazmi. Di tengah tangisnya yang kian memuncak, isak yang semakin dalam beradu dengan nada ponsel yang berkebalikan. Ceria.Gadis yang matanya sudah sembab itu perlahan memelankan suaranya. Membuka kedua telapak tangan yang digunakan untuk menyembunyikan wajah sendunya. Padahal tidak usah melakukan hal tersebut pun tidak jadi masalah karena tidak ada yang bisa melihat wajahnya saat ini.Dadanya naik turun amat dalam. Menarik oksigen kian rakus, namun yang terambil hanya sebagian saja. Buktinya isi dalam rongga dadanya masih terasa sesak. Mungkin bukan karena kurang oksigen, melainkan karena perlakuan sang kakak padanya beberapa waktu lalu.Mata bundarnya menatap dengan saksama pada benda persegi yang menuntut ingin segera diambil. Bibir mungil bergetar sambil menggigit ujungnya sedikit karena berniat menghentikan isak yang semakin mendalam."Naz? Gue denger suara hape lo bunyi. Siapa yan
Nazmi melotot pada lelaki yang mendekapnya. Langsung saja ia dorong lelaki mesum itu menjauh darinya."Otak lo gak pernah berubah dari dulu, Ka! Pasti aja kotor!" sindir Nazmi dengan delikan mata, namun terdapat senyuman malu-malu mau di balik wajahnya.Karisma kembali terkekeh kecil. Segera gadis itu ia rengkuh kembali. Didekapnya erat agar tawanannya itu tidak lepas. Dikecupnya berulang kali pipi Nazmi sambil membelai rambut panjang gadis seksi dalam buaiannya.Meski hanya beberapa kali saja menempelkan bibir pada kulit halus gadis itu malah sudah cukup membuat Karisma bergairah dibuatnya. Bak cacing kepanasan ingin segera diredakan."Kenapa? Lo keberatan sama pikiran mesum gue? Wajar kali cowok punya pikiran gitu, Sayang," goda Karisma, masih dengan tatapan nakal.Otaknya kini malah kembali dirasuki setan mesum yang terus menggangunya bila dekat dengan Nazmi.Malah kini lelaki itu merasakan sesuatu dari bagian tubuhnya mulai sensitif, ingin men
Tatapan keduanya saling beradu, tajam, lebih dari sebilah pisau yang baru diasah. Hati masing-masing dari mereka saling beradu argumen, namun tak kunjung tersampaikan."Sebaiknya lo jauhi Nazmi atau gue yang bikin kalian jauh," ancam Dewa, masih dengan tatapan tajam.Seolah tak gentar dengan tatapan tajam dari Dewa, Karisma malah membalasnya dengan wajah datar diiringi senyum sinis. "Silakan lo lakukn aja itu, yang jelas pastinya Nazmi enggak mau pisah sama gue," turur Karisma dengan percaya diri.Dewa mulai meradang, tangannya mengepal sangat kuat. "Sejauh mana lo lakuin hal berengsek itu sama Nazmi, Ka?" bentak Dewa menatap tajam pada lawan bicaranya.Tangannya kini mencengkram kuat jemari tangan yang satunya. Ingin sekali dia meninju wajah sombong milik Karisma lalu membuatnya lenyap detik itu juga."Lo tanya sejauh mana yang udah gue lakuin sama Nazmi, Wa?" Senyum Karisma seolah menecmooh si kakak Nazmi yang galak itu.Tanpa memberi jawa
Perhatian! BAB ini mengandung konten dewasa 21+ atau 25+Bagi yang merasa masih di bawah umur atau belum berkategori usia yang disebut di atas, harap bijak dalam memilih bacaan.Sangat tidak disarankan bagi yang di bawah 21 tahun untuk membaca konten dalam BAB ini. Terima kasih sudah menjadi pembaca yang bijak. Happy Reading!!***Semerbak wangi vanila memenuhi kamar gadis cantik yang tengah mematut dirinya di depan cermin. Dia kembali mendekatkan wajahnya beberapa senti ke depan pantulan kaca yang membentuk wajah cantiknya.Beberapa kali Nazmi memoleskan lipstik merah muda pada bibirnya yang mungil. Terlihat begitu menawan membuat siapa pun ingin menyicipi bibir manis milik Nazmi."Udah cantik kok, Sayang," ujar sebuah suara membuat Nazmi menengok ke arah tersebut.Senyum gadis itu merekah membuat si pemilik suara juga ikut tersenyum lebar."Mau ke mana? Sepagi ini udah cantik banget," ucapnya lagi. Kini tubuhnya mendeka
“Kok lo ada di sini?” Tanyanya di sela isak tangis.“Apa itu penting?”“Uhhh, Kak ...” Rengeknya sembari beranjak kemudian menghambur pada dekapan sang kakak.Dewa yang tak mengerti apa yang terjadi pada sang adik hanya terdiam sembari erat membalas pelukannya. Tangan besar itu mengusap kepala Nazmi yang tenggelam dalam dada bidang kakaknya.“Hmm, gue udah tahu ada yang gak beres makanya ke sini. Ada masalah apa sama Geri?”Ia menggelengkan kepala kemudian menengadah. Matanya sembab, lingkaran hitam itu kini nampak jelas terlihat. Skleranya berubah menjadi merah begitu juga dengan hidung dan wajah cantiknya.“Dia menghilang udah dua minggu ...”“Hah? Emang awalnya ada masalah apa?”“Dia diambil cewek lain. Gue kalah buas, Kak ...” Rengeknya yang membuat Dewa malah sedikit tertawa mendengar penuturan dari mulut kecil sang adik.Ia terus mengusap kepala bayi kecil yang tengah merengek padanya. Dirinya tahu Nazmi masih begitu polos, bukannya langsung marah, Dewa malah tak percaya jika Ge
Perlahan Nazmi membuka kelopak mata yang terasa berat. Ia menyapu keadaan sekitar yang terasa asing baginya. Aroma kopi khas tercium memenuhi rongga hidung membuatnya sedikit mengenal dimana keberadaannya saat ini.Ia menoleh ke samping kanan ketika sebuah suara menyapanya dengan lembut. Kejadian beberapa saat lalu kembali terekam jelas dalam benaknya.“Gimana perasaan lo sekarang?”“Uhm, gue haus ...”Segera ia meraih secangkir minuman dari atas nakas dan menyodorkannya pada Nazmi yang tengah bersandar pada tumpukan bantal.“Makasih.” Ucapnya sembari mengembalikan cangkir tersebut.“Apa yang terjadi? Lo gak terlihat baik-baik aja. Beberapa kali gue hubungi lo gak bisa.”Seketika tangisnya kembali pecah, melihat hal tersebut seseorang yang bernama Karisma langsung meraih tisu dan menyerahkannya pada Nazmi.“Gue udah nyerah sama semuanya, Ka ... Gue lelah sama semua ini ... Gue capek ... Huhuhu ...”“Uhh, Naz. Apa yang terjadi sama lo? Kenapa lo kayak gini?”“Geri ninggalin gue sama ce
Karena tak sabar dan pesannya yang tertunda terkirim, ia segera melakukan panggilan pada sang kekasih. Namun, beberapa kali ia meneleponnya tak ada jawaban dan hanya terdengar nada sambung yang tak kunjung menjawab.-Geri?-Ia melihat satu centang putih pada pesan yang baru saja terkirim. Bahkan lelakinya tidak mengaktifkan data seluler. Apakah ia tengah bersama dengan Hana?Segera dirinya menelepon tanpa menggunakan aplikasi. Malah operator yang menjawab karena nomornya tidak aktif. Nazmi semakin gundah, pikirannya kacau. Ia sama sekali tak mengerti mengapa begitu tepat di saat seperti ini kekasihnya malah menghilang begitu saja?Tiba-tiba Nazmi terpikir untuk menghubungi Hana. Segera ia mengirimkan beberapa foto yang didapatkannya dari Fauzan. Tak lama perempuan itu terpantau online, Nazmi pun segera melakukan panggilan.“Lo tega banget sama gue, Han. Lo bohongin gue selama ini?”“Ahahahaha. Akhirnya gue ketahuan?”“Apa? Jadi bener semuanya? Lo bohongin gue dan ambil cowok gue?”“Na
“Gue di apartemen.”Tiba-tiba saja sebuah perasaan buruk menelisik dalam sanubari. Sambungan telepon dimatikan setelah Fauzan mengatakan bahwa ia hendak menemuinya dan membicarakan hal ini secara langsung.Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang dikatakan oleh Hana tadi pagi adalah sebuah kebohongan? Bagaimana bisa Hana berbohong, jelas dari matanya yang sembab gadis itu tengah terluka oleh Fauzan.Resah ia menunggu kedatangan Fauzan di tengah gulita rumah apartemen miliknya. Hujan masih turun sangat deras di luar sana. Beberapa kali dirinya melihat room chat dengan Fauzan yang masih belum terlihat tanda-tanda lelaki itu sudah sampai di apartemen padahal sudah hampir setengah jam.Jarak dari tempatnya sekarang jika ia berada di base camp tidak akan lebih dari setengah jam. Namun, darimana lelaki itu pergi menuju kediamannya? Dia hanya membuatnya gelisah saja.Tak berselang lama, bunyi denting bel nyaring terdengar di seisi ruangan. Segera Nazmi bangkit dan membukakan pintu. Itu adalah F
-Ger, jangan lupa makan siang.-Tak ada jawaban dari pesan yang dikirimkan oleh Nazmi beberapa jam yang lalu. Di luar, hujan turun begitu deras. Gadis yang tengah duduk di dekat jendela besar menghadap ke luar menatap rintik hujan yang sedari tadi turun membasahi bumi.Ia menghela napas panjang setelah membaca pesannya. Padahal Geri terpantau online beberapa kali dalam beberapa waktu lalu namun, lelaki itu tak kunjung membalasnya.“Apa dia marah sama gue karena gak jadi ketemu tadi?” Gumamnya yang mulai putus asa sembari menggenggam ponsel di tangan kanan.Nazmi kembali teringat kejadian beberapa jam lalu ketika membatalkan sepihak pertemuan singkat antara dirinya dengan sang kekasih. Semua itu terjadi karena Hana yang tiba-tiba menelepon dan menyuruhnya untuk datang ke sebuah kafe.Setibanya di sebuah kafe yang masih sepi, Nazmi langsung tahu bahwa gadis yang tengah duduk memunggungi pintu masuk di sudut ruangan adalah Hana. Terlihat dari gaya berpakaian dirinya yang begitu korean lo
Waktu seakan cepat berlalu, sudah satu minggu semenjak Dewa berbicara empat mata dengan sang adik. Perempuan itu nampaknya sangat antusias dengan pernikahan kakaknya. Setelah beberapa jam berbincang, Nazmi akhirnya mendapatkan keputusan bahwa ia akan menikahi kekasihnya, Geri tepat satu bulan setelah pernikahan sang kakak berlangsung.Jika Karisma bertanya padanya lagi, mungkin kali itu dia akan menjawabnya dengan tegas bahwa dirinya tak mau kembali pada hubungan yang sudah lama terbengkalai bersama Karisma. Akhir-akhir ini Geri memang sangat sulit ditemui dan ngobrol melalui aplikasi pun sangat jarang. Meski begitu, perasaannya pada Geri malah semakin besar.Ia berniat untuk berbicara secara langsung perihal dirinya yang juga setuju untuk menikah dengan Geri ketika lelaki itu sudah tak sesibuk sekarang.Pagi itu matahari tidak bersinar seperti hari-hari sebelumnya. Nazmi yang sudah dua hari tidak ada jadwal photo shoot hanya berbaring di kamar seharian sembari berselancar di akun sos
Karisma terdiam mendengar jawaban Nea. Entah perempuan itu tengah merayunya saja atau memang kenyataan dari hatinya mengatakan hal seperti itu.“Memang apa yang bikin lo pengen dapetin gue lagi?”“Ya lo tahu, gak ada cowok di luar sana yang bisa bikin gue puas selain lo.”“Huh? Lo tidur sama cowok lain lagi?”Tawa renyah Nea memenuhi indra pendengarannya membuat Karisma sedikit terkejut mengapa perempuan itu tertawa. Ya, sebelumnya Nea memang pernah tidur dengan beberapa pria namun, setelah dengannya perempuan itu berterus terang hanya ‘melayani’ kekasihnya saja.“Gak lah. Makanya gue cari lo.”“Lo emang terlalu jujur.”“Mau pesen sesuatu?”“Hmm gimana kalau kita nge-club. Udah lama juga gak ke sana bareng lo, ya untuk merayakan pertemuan kita lagi aja.”Nea memgangguk cepat mendengar ajakan Karisma. Menurutnya itu adalah ide yang sangat bagus. Dengan begitu mungkin ia bisa perlahan mengambil hati lelaki yang dulu sempat meninggalkannya.Di sisi lain, hujan yang sedari tadi turun deng
“Huft. Lo butuh waktu berapa lama lagi sih, Naz? Lo berharap gue kasih lo waktu lagi terus lo lupa lagi gitu?”“Bukan gitu, Ka ... tapi emang akhir-akhir ini bikin gue mikir dan bingung banget.”“Apa sih yang lo pertimbangin? Geri? Laki-laki itu bahkan sekarang udah gak peduli sama lo kan?”Nazmi menggelengkan kepala, perasaannya resah meski sebenarnya ia berpikir demikian juga. Mengapa Karisma seperti membaca pikirannya saat ini? Apa lelaki itu tahu sesuatu tentang kekasihnya?“Jangan ngomong sembarangan tentang Geri, Ka. Dia gak seperti apa yang ada dalam benak lo.”“Really? Lo tahu dia lebih dari apa yang terlihat, huh?”“Ka ... kalau emang semua ini ada hubungannya sama Geri, terus apa salah gue kalau gue minta waktu buat mikirin lagi?”“Naz, realistis dong. Kapan terakhir kali lelaki bajingan itu kabarin lo? Sedangkan gue tiap hari chat lo meski respons lo dingin. Lo gak lihat perjuangan gue?”Gadis yang semakin resah kini menatap Karisma dengan netra yang terasa panas. Memang be
Selang beberapa minggu dari putusnya Fauzan dengan sang kekasih, Nazmi yang tengah asyik berselancar di akun sosial media miliknya sedikit terkejut karena mendapati postingan dari lelaki tersebut.-Indahnya bersamamu, kekasihku (love) (hug) (kiss)-Setelah membaca caption dari foto Fauzan yang tengah merangkul seorang gadis dan gadis itu memberikan kecupan di pipinya ia kembali menatap gambar tersebut. Banyak sekali komentar pada gambar yang baru saja beberapa menit lalu ia unggah. Ada yang pro dan juga kontra ada juga yang membandingkannya dengan mantannya terdahulu.Segera Nazmi menangkap layar postingan beserta captionnya untuk ia bagikan pada gadis dalam foto tersebut. Ia masuk pada room chat dirinya dengan seseorang beranama Hana. Ya, gadis di postingan itu adalah Hana, sahabat dekatnya.Ia mengirimkan tangkapan layar tersebut sembari mengetik beberapa kata untuknya.-Astaga! Hana lo jadian sama Fauzan? Kok bisa sih? Lo gak kasih tahu gue! T_T-Hana yang tengah online sontak saja