Tak terlalu mencengangkan mengingat hujan teguh mengambil peran dalam tiap-tiap lembar cerita. Seolah semesta telah mengancang suasana yang tepat untuk insan bersuka duka.
***
"Aku ada kelas tambahan, Ra. Kayaknya bakal pulang sore banget." Suara di seberang telepon terdengar kecewa sekaligus lelah, tetapi pada akhirnya tetap juga berakhir pasrah.
Fira memindahkan ponsel dari telinga kanannya ke telinga kiri; berdiri dengan tatapan kosong di teras keramik Fakultas Teknik. Lantai yang dekat dengan paving block persegi panjang tersusun miring-miring sesekali terkena cipratan air yang jatuh terlalu tergesa-gesa dari langit. Setelah awan bertahan bergulung-gulung seharian dan angin yang bersitahan bertiup dingin, di siang itu hujan menjat
Pertengahan Oktober, 2021.Nyatanya membiarkan orang lain berbahagia tidak juga selalu membuat diri sendiri ikut bersuka.Hujan di atap fakultas tak lagi terdengar berdebam keras. Beberapa mahasiswa ada yang memutuskan menembus guyuran dengan terburu-buru, ada pula yang memilih menatap di samping pilar tinggi di depan gedung.Ketidaksengajaan itu melahirkan sesak yang berusaha ditahan dengan kepalan tangan kuat. Dua pasang mata dari depan pintu kaca fakultas menatap dengan manik berkilat kecewa. Pandangannya sayu begitu bersirobok dengan sepasang mahasiswa yang berusaha menembus hujan dengan sebuah payung.Ia hanya tidak mengerti, mengapa harus orang itu yang mendapatkannya? Ahh ... dia lupa, mungkin hanya kurang berusaha untuk mendapatkan sesuatu itu.Apakah begini rasanya punya rasa yang bahkan tak punya eksistensi untuk terlihat? Ia hanya ingin tahu jika
Senja tak pernah seindah yang dielukan mereka.Jingganya hanya sementara.Sebuah sekat tinggi yang datangnya pasti.Sebuah isyarat bahwa sesuatu yang indah pasti akan berakhir pergi. *** Awal Agustus, 2021. Pada saat suka kian tertanam makin tinggi, duka tak lagi jadi ancaman yang perlu dipikiri. Seharusnya, Fira punya intuisi lebih tajam, sebab hubungannya dengan Arya terlalu berjalan tanpa hambatan. Seperti badai besar yang dimulai dari heningnya ombak di lautan. Sayang sekali, apa pun jenis entitas di dunia ini pasti akan berakhir pergi. Bahkan untuk jenis bahagia bernama cinta sekalipun. Sebuah kanvas harap yang ia gantungkan begitu senja lahir memang menjadi nyata. Namun seharusnya Fira sadar, keindahan senja hanya mampir sesaat.
Ketika semesta turun tangan, manusia berlagak seolah bisa menghentikan. Padahal, menentang saja membuat takdir berubah kian menyakitkan.***Pertengahan Oktober, 2021.Aprilia Faranisa memercayai jika spekulasinya tak pernah salah. Skenario dalam kepalanya yang orang lain kira aneh, adalah sebuah kenyataan yang seharusnya memang terjadi. Seperti saat ini, tanpa sepengetahuan siapa pun, gadis itu memilih mengikuti ke mana Randi sebenarnya pergi.Gadis itu mungkin akan terlihat seperti orang yang kurang kerjaan jika ada yang mengetahui aksinya. Akan tetapi, ia hanya penasaran; dibarengi dengan hendak membuktikan apakah spekulasi yang dibuat kepalanya dapat dibenarkan.Asramanya sepi, April pikir mungkin para penghuninya masih terlelap sebelum kelas yang rata-rata
Ada terlalu banyak harap yang disematkan pada sesuatu yang terlalu mustahil digapai.Berlimpah asa yang digantung untuk membuat sesuatu menjadi tercapai.Akan tetapi, manusia sampai lalai.Bahwa ada sesuatu lain yang patut diinginkan agar jumpanya tak harus sampai menjadi sebuah perpisahan. *** — ditulis sembari mendengarkan komposisi milik Antonio Vivaldi - Summer (L'Estate), the 3rd Movement —Akhir Oktober, 2021. Memang terang, tetapi langit tak memunculkan warna birunya. Kilatan-kilatan mungkin belum berniat muncul, tetapi ada gemuruh lain yang seperti tengah memangku kegelisahan tanpa mau berbagi. Ada awan keabu-abuan imajinatif yang mengelilinginya
Harta yang sesungguhnya kita punya bukanlah materi, melainkan sebuah rasa sayang dari orang yang dikasihi.***Akhir Oktober, 2021.Sebenarnya April tidak bisa marah berlama-lama seperti ini pada sahabatnya. Ia hanya ingin Fira menyadari kesalahannya saja untuk beberapa hari. Akan tetapi, sudah seminggu dan April baru memulai kalimat pertamanya tadi pagi.Aprilia Faranisa memang marah, tetapi kasih sayangnya lebih banyak. Ia ingin memulai kata lebih dulu, tetapi tetap saja egonya meminta mengulur waktu lebih lama. Namun, untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun bersahabat, baru kali ini ia terlalu mengkhawatirkan Fira.Sore belum terlal
Ketika kita menunggu—baik agar harap segera terwujud atau hari yang buruk segera terlewat—waktu tak ubahnya bergerak kian melambat. Sedangkan untuk bahagia tersendiri, waktu seolah berlalu terlalu cepat.***Awal November, 2021.Semuanya terasa begitu hampa, sunyi, dan senyap ketika orang yang paling dekat dengan hati kita benar-benar pergi, mustahil berharap untuk dapat kembali. Hanya tinggal berharap memori yang terus melekat itu tidak mengganggu untuk menjalani hari-hari selanjutnya.Mentari baru saja terbit beberapa jam lalu. Tidak terlalu terik, tidak pula tertutup mega keabu-abuan, setia pada kehangatan. Rumah itu, setiap ruangan yang dilewati angin terasa begitu sunyi meskipun sese
And I might never get there,but I'm gonna try.If it's ten thousand hoursor the rest of my life. [1]***Pertengahan November, 2021.Terlampau panjang jarak yang diulur nyatanya malah makin membuat seseorang tergerus rasa percayanya. Meskipun sebelah sisi hatinya berkata jika sang kekasih baik-baik saja atau tetap pun menaruh setia yang sama, tetap saja ada sudut lain yang berkata sebaliknya. Bahkan ketika kita tahu bahwa seseorang yang sudah jelas baik-baik saja pun, tidak ada yang pernah berjalan dengan tepat semestinya.Malam masih terlalu dini, bahkan garis-garis jingga yang tergambar di balik jendela setengah terbuka itu masih tampak sediki
Pertengahan November, 2021."Done!" ucap salah seorang gadis setelah menekan tombol enter di laptopnya. Wajahnya berseri-seri, bersemangat, menatap satu-persatu di antara empat gadis lain yang duduk di sekelilingnya. "Salinannya juga udah aku kirim ke grupchat. Kalau ada yang mau ditambah atau revisi lagi, bilang aja."Sementara April sibuk kembali dengan laptopnya—mengerjakan tugas lain—teman-teman sekelompoknya saling berterimakasih lantas meninggalkannya sendirian. Gadis itu sengaja memilih tempat yang paling sudut, tidak terlalu berisik, dan lumayan jauh dari pandangan orang-orang. Tetapi seperti biasa, ia masih tetap bisa menatap air mancur di dekat taman walau tidak terlalu dekat.Jam makan siang hampir berlalu, langit