Home / Romansa / Fixing The Shattered / 26 – Menghilang

Share

26 – Menghilang

Author: miss.possan
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Darah di mana-mana.

Anna menjerit saat melihat dapur itu penuh darah. Ia panik saat melihat sesosok tubuh yang ambruk dengan sebuah pisau yang tertancap di dadanya.

Anna menangkupkan tangannya pada wajahnya dan menangis sekencang-kencangnya ketika melihat ibunya yang sudah terkapar dalam keadaan mengenaskan.

Anna menyaksikan detik demi detik saat ibunya meregang nyawa, mengerang dengan napas yang tercekat, melemah hingga akhirnya tidak ada satu hembusan napas pun yang membuat dada ibunya bergerak lagi.

Itu adalah detik-detik paling mengerikan dalam hidupnya, sekaligus yang paling merusak jiwanya.

Gadis itu bisa melihat dengan jelas, perlahan-lahan, cahaya kehidupan yang ada di mata ibunya itu meredup lalu menghilang.

Berulang kali ia mencoba membangunkan ibunya yang kini tidak bergerak itu, tetapi semua usahanya sia-sia belaka. Anna menunduk sambil menangis tersedu-sedu hingga

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Fixing The Shattered   27 – Day One, Strange Place

    “Mama, kenapa kau meninggalkanku dengan cara seperti ini?” Ibunya terlihat sangat cantik dengan gaun putih itu. Ia memegangi wajah Anna-nya yang telah lama tidak ia lihat. “Kau sudah banyak menderita, Sayang.” “Aku ingin ikut mama,” kata Anna dengan mata berkaca-kaca. “Kau tidak marah pada mama?” “Bagaimana aku bisa marah dengan mama?” “Aku sangat mencintai ayah Jonas.” Kata ibunya sambil berpaling. “Hubungan kami akan menghalangi hubunganmu dengan Jonas.” Anna menangis terisak. “Aku tidak peduli lagi tentang itu, Ma.” “Tapi kau harus peduli. Karena semua ini salahmu,” kata ibunya yang dengan mata yang berubah menjadi kelam dan gaun putih itu berubah menjadi hitam pekat. Seketika seluruh dunia berputar-putar dan membuat kepala Anna menjadi pusing. Ia membuka matanya hanya untuk mendapati cahaya putih berpendar yang berhamburan k

    Last Updated : 2024-10-29
  • Fixing The Shattered   28 – Day Two, Defying Gravity

    Tangan Rian sudah menjelajah ke seluruh tubuh Anna. Ia yang ketakutan bukan kepalang mencoba melepaskan diri, tetapi tangan dan kakinya diikat di ujung ranjang. Tubuhnya bagian atasnya tidak tertutup apapun, sedangkan Rian masih berpakaian lengkap, berada di sana menggenggam sebuah ikat pinggang kulit. “Aku tidak bisa menerima penolakkanmu.” Kata Rian sebelum sesuatu yang tajam dengan cepat membuat kulit perut Anna memerah dan ia berteriak kesakitan. Mata pria itu menghitam, wajahnya menjadi sangat beringas. “Pelacur!” Serunya sebelum ia mencambuk lagi. “Sakit!!! Jangan!” Teriak Anna. “Ku mohon, jangan!” Dari kantongnya, Rian lalu mengeluarkan sebuah pisau dapur yang persis seperti pisau yang ia lihat pernah tertancap di dada ibunya. “Kau sudah jadi gadis yang sangat nakal.” Desisnya sebelum menghujamkan pisau itu tepat di jantungnya. “Jangan!!!” Teriak Anna dengan histeris saat semua

    Last Updated : 2024-10-29
  • Fixing The Shattered   29 – Day Three, Caged and Obsessed

    Sesuatu yang salah telah terjadi saat Rian tidak melihat Anna di mana-mana. Matanya menjelajah seluruh ruang outdoor itu untuk mencari sosok wanitanya itu. Sialan, umpatnya dalam hati. Apa dia kabur? Dalam beberapa detik saja, umpatan itu berubah jadi kepanikan saat Rian menyadari sosok manusia yang sudah mencapai dasar. Dengan tergesa-gesa, ia berenang menuju dasar dan menarik tubuh Anna hingga mencapai permukaan air lalu mengangkat tubuhnya di pinggir kolam. Anna terduduk sambil terbatuk-batuk dengan keras, menyemburkan semua air yang masuk dalam rongga pernapasannya. “Keluarkan Anna…” katanya dengan napas terengah-engah sambil mengelus punggung Anna. Setelah rongga pernapasan Anna sedikit lega, Rian membantunya berdiri, menyelimutinya dengan jubah mandi lalu membawanya kembali ke kamarnya dengan langkah yang lemah. “Kau itu bodoh,” kata Rian dengan suara pelan. Akibat rencananya itu, ia bahkan tidak dapat lagi mengin

    Last Updated : 2024-10-29
  • Fixing The Shattered   30 – Day Four, Upright Piano

    Tubuh Anna membeku saat ia mendengar kata obsesi keluar begitu saja dari mulut Rian yang terlihat tenang-tenang saja. Pikirannya mulai berkelana dan sedikit berhalusinasi kalau Rian akan melakukan sesuatu yang tidak ia inginkan. Bahwa Rian akan membuatnya celaka. Beranikah Rian berbuat begitu padanya? Jika ia berani menculik Anna, maka yang lainnya seharusnya bukan menjadi soal yang kecil untuk Rian. Ia meletakkan sumpitnya dekat kotak makanannya dan berhenti makan. “Ada apa? Apa ini tidak enak?” Anna menggeleng dengan tatapan kosong. “Rian… apa kau akan menyakitiku?” “Menyakiti bagaimana?” “Menyakitiku… apa kau tidak tahu apa artinya? Apa kau bolos pelajaran bahasa Indonesia?” tanya Anna dengan tatapan tajam pada Rian. Rian terkekeh sambil mengambil suapan terakhir dari kotak makanannya. “Kau jangan suka membayangkan yang macam-macam tentangku. Di sini, kau adalah kekasihku dan aku akan memperlakukanmu seperti ra

    Last Updated : 2024-10-29
  • Fixing The Shattered   31 – Day Five, Canon in D

    Anna kembali berada di dalam rumah lamanya. Adegan itu kembali berulang dihadapannya dan berlangsung dengan sangat mengerikan. Kali ini ia berada di ambang pintu saat melihat seorang pria tinggi berkulit putih sedang menikam ibunya berkali-kali dengan kejam. Darah ibunya sudah bersimbah ke mana-mana, di lemari pendingin, meja makan, kompor, penanak nasi, bahkan hingga ke lemari piring. Ibunya berusaha melarikan diri dari pria asing itu, tetapi pria itu kuat dan jauh lebih cepat. “Anna… lari…” bisik ibunya sambil melambaikan tangannya agar Anna cepat menjauh. “Dia akan menyakitimu… Dia… Dia akan menyakitimu...” Dengan sisa tenaga yang ia miliki, ibunya telah mendekati ambang pintu. Anna sendiri membeku di tempat dengan wajah sangat shock. Tetapi sebelum ibunya bisa meraih Anna, ia akhirnya tersungkur pada bacokan terakhir yang ia terima di punggungnya. Dan tepat

    Last Updated : 2024-10-29
  • Fixing The Shattered   32 – Day Six, Red Dress

    Keesokan harinya, ketika Anna sudah bangun, ia mendapati kalau dirinya kali ini sendirian. Hari itu tidak seperti biasanya karena Rian meninggalkannya lama sekali. Tapi ia tetap menyiapkan makan pagi dan siang untuk Anna dengan meninggalkan dua makanan berbeda untuknya di atas meja itu pagi tadi. Waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam. Ia telah mandi dan mengenakan pakaian lainnya. Ia memakai sebuah kaus putih garis hitam, dan celana pendek di atas lutut. Ia menyisir rambutnya hingga rapi, tetapi ia tidak dapat melihat pantulan dirinya sendiri di cermin karena benda itu tidak ada. Ia memastikan diri bahwa dirinya sekarang sangat jelek sekali. Ia terus menerus menyisir rambutnya dengan kasar hingga beberapa helai rambut yang rontok jatuh berantakkan di lantai. Anna melempar sisir itu ke ujung ruangan sambil berteriak frustasi. Ia kembali mulai menangisi nasibnya yang bertahan di sini dalam keadaan diculik. Anna tidak bisa menghubungi Paman Rudy dan juga Darryl.

    Last Updated : 2024-10-29
  • Fixing The Shattered   33 – Day Seven, Romantic Proposal

    Keesokan harinya, Anna bangun tidur tanpa Rian lagi di sisinya. Ia menemukan semangkuk bubur yang terletak di atas meja dengan sebuah catatan. “Aku akan pergi beberapa jam, aku akan kembali setelah makan siang. Makan siangmu ada di plastik hitam. Maaf, aku tidak membeli dari restoran. Tapi dengan kotak ini, kau bisa makan makanan panas. Aku memiliki kejutan untukmu sore nanti.” Dengan kesal, ia duduk di atas kursi itu meletakkan kedua tangannya di atas meja lalu menangis sejadi-jadinya. Ia hampir saja menepis mangkuk itu dari meja, tapi perutnya yang kelaparan itu mencegahnya. Setelah mengambil sendok, Anna lalu makan dengan air mata yang tidak berhenti mengalir hingga bubur itu terasa lebih asin. Sepanjang pagi itu, ia menangis terus-terusan hingga kepalanya sakit dan akhirnya tertidur lelap sampai siang. Saat masih dalam alam tidurnya, tubuhnya terguncang-guncang. Tidurnya mulai terganggu dan matanya pelan-pelan terbuka. Ria

    Last Updated : 2024-10-29
  • Fixing The Shattered   34 – Dikonsumsi Kegelapan

    Telah lebih dari 3 hari sejak Anna hilang, polsisi belum juga menemukannya. Hal itu membuat Jonas jadi tidak sabaran dan gampang emosi. Ia sempat marah-marah di kantor polisi karena kerja mereka yang terkesan lamban. Ketika mereka melihat CCTV di pub di mana Anna terakhir kali terlihat, posisi Anna benar-benar sangat di tepi video. Sayangnya pria yang membawa Anna tidak ikut terekam dalam video. Para saksi mata juga tidak memberi informasi yang membantu. Demikian CCTV di luar pub, tidak bisa memberi informasi yang berarti. Di hari yang sama Anna menghilang, terdapat demo besar-besaran yang dilakukan buruh yang terjadi tidak di waktu yang biasanya. Sehingga polisi banyak dikerahkan untuk mengamankan demo yang berujung rusuh tersebut. “Kami juga sedang menghadapi banyak kasus lainnya pak. Mohon bersabar. Kami akan tetap kabari anda jika kami punya kabar terbaru,” kata polisi yang melayani Jonas pada saat itu. Dengan kesal, Jonas menelepon Gina, dan ia m

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Fixing The Shattered   Epilog

    Satu tahun kemudian… Matahari pagi membangunkan Anna dan Jonas yang tertidur lelap di atas kasur di sebuah ruangan yang bukan milik mereka. “Selamat pagi sayang,” kata Jonas pada Anna sambil menggosok matanya. “Selamat pagi,” jawab Anna dengan mengusap wajahnya. Keduanya terlihat kusut setelah melalui malam yang panjang. Bagaimana tidak? Mereka pulang ke rumah Paman Rudy bersama juga dengan Gina dan mereka mengobrol hingga pukul 2 dini hari. Anna menoleh pada jam dinding yang menunjukkan pukul 8 pagi. Ketika Anna hendak turun untuk membuat kopi untuk Jonas, Jonas tiba-tiba menghentikannya. “Aku ingin menyapa Joanna dulu,” kata Jonas. Anna tersenyum lalu kembali duduk di samping Jonas yang segera duduk dan mengarahkan wajahnya pada perut Anna yang kini terlihat membuncit karena telah ada sosok manusia kecil yang bermukim dalam perutnya selama 5 bulan ini. “Hai Joanna, ini Papamu. Selamat pa

  • Fixing The Shattered   58 – Malam Pertama

    Tiga bulan kemudian… Jreng… suara gitar yang tak beraturan terdengar dari sebuah ruangan yang ada di tengah rumah tersebut diikuti oleh suara anak-anak kecil tertawa cekikikan, menandakan kalau para pelaku keributan itu lebih dari satu orang. Jonas mencari anak yang bernama Dina itu ke ruangan yang dipenuhi dengan instrumen gitar dan menemukan Dina, saudara kembar Dina yang bernama Doni, dan Vika sedang memainkan gitar dengan sembarangan. “Hayo, kalian sedang apa?” tanya Jonas sambil bersedekap. Dina dan Vika terkejut dan mereka berdiri dengan tegang, sementara Doni langsung buru-buru meletakkan gitar itu pada stand yang ada di dekat mereka. Wajah mereka terlihat cemas dan takut dan sambil melirik satu sama lain. Jonas melepas tangannya dan berjongkok, “Doni, Dina, kalian sudah dijemput oleh mama kalian.” Doni dan Dina langsung sumringah dan menghampiri Jonas, menyalaminya dan pamit padanya secara bersamaan, “bye

  • Fixing The Shattered   57 – Seperti Tidur

    Satu minggu setelah pernikahan Anna dan Jonas, semua orang akhirnya kembali ke Balikpapan. Jonas dan Darryl sempat cemas pada keadaan ayahnya karena beliau sempat berkata sakit pinggang dan hampir tidak bisa berjalan, sehingga harus menggunakan kursi roda untuk bisa turun dari pesawat. Tanpa menunda, Jonas dan Anna langsung membawa Paman Jonathan ke rumah sakit terdekat. Paman Jonathan menerima perawatan di sana kurang lebih selama satu minggu untuk memulihkan kondisinya yang kelelahan akibat acara. Anna sempat kuatir pada Paman Rudy juga, tetapi lelaki tangguh itu jelas tidak apa-apa dan menuruhnya fokus pada Paman Jonathan yang terlihat lebih lemah dari biasanya. Di rumah sakit, Darryl, Jonathan dan Michelle akan menjaga ayahnya secara bergantian tanpa kenal lelah. Sedangkan Anna akan membawakan makanan dan pakaian ganti untuk mereka setiap harinya. Ketika Paman Jonathan diizinkan pulang, Jonas menyuruh Michelle untuk menyiapkan kamar untuk

  • Fixing The Shattered   56 – Tamu Tak Diundang

    “Kenapa wanita itu bisa ada di sini?” tanya Anna saat melihat nyonya Vina duduk di sana seraya menampilkan wajah angkuhnya dan dengan gaun pendek yang tidak cocok dengan usianya. Seketika, perasaan bahagianya langsung sirna, digantikan dengan perasaan takut yang sama sekali tidak menyenangkan. Dengan pakaian minim itu, wanita ini lebih mirip seorang PSK dari pada orang kaya. Nyonya Vina menoleh pada mereka. Jelas, ada yang salah pada wanita ini. Anna dan Jonas sedikit tercengang dengan penampilan Nyonya Vina yang terkesan kusut dan berantakan. Rambutnya terlihat memutih, kerutan di wajahnya terlihat tambah banyak dan beliau terlihat lebih kurus. Nyonya Vina berjalan ke arah Anna dan Jonas. “Halo…” “Halo,” jawab Anna. “Jangan kuatir, oke?” kata Jonas mencoba menenangkan Anna, lalu memalingkan pandangannya pada Nyonya Vina. “Selamat malam, Nyonya. Ada yang bisa kami bantu?” Nyonya Vina menunduk untuk menelan salivanya, la

  • Fixing The Shattered   55 – Wedding Day

    10 hari kemudian Akhirnya pernikahan itu terjadi juga. Konsep yang mereka pilih adalah konsep pernikahan di taman berumput hijau yang menghadap laut, di mana taman itu masih ada dalam area hotel yang sekelilingnya dipenuhi pepohonan rindang dan lampu-lampu temaram yang bergelantungan. Awalnya Anna ingin menikah di pantai, tetapi urung karena ada potensi gelombang tinggi. Jonas melihat kalau taman itu bukanlah tempat yang buruk, dan memutuskan memilih menikah di sana. Venue utama tersebut terbagi dua. Sebelah kanan digunakan untuk resepsi, sebelah kiri digunakan untuk acara pernikahan. Di area acara pernikahan sendiri telah tersusun kursi-kursi yang terletak di sisi kiri dan sisi kanan, dan menyisakan satu jalan di tengah yang akan dilalui oleh pengantin Acara berlangsung tepat pukul 5 sore menjelang senja yang akan dilanjutkan dengan makan malam di area resepsi yang terdapat gazebo yang digunakan sebagai panggung untuk para perf

  • Fixing The Shattered   54 – White Dress

    Tiga Bulan Kemudian Singkat cerita, Anna shock mendengar berita kepergian Rian. Namun, saat itu, dia sudah jauh lebih tegar. Anna begitu menyesal karena ia tidak bisa menemui Rian untuk terakhir kalinya dan berkata kalau ia telah benar-benar memaafkan Rian. Pak Hendri dan juga Silvanna tidak bersedia memberitahu di mana Rian dimakamkan. Bahkan setelah Anna memaksa, mereka tetap bungkam. “Ini adalah amanat Rian pada kami,” kata Silvanna saat menjelaskan kenapa mereka tidak memberitahunya. “Rian tidak ingin kau temui lagi. Kau harus melanjutkan hidupmu.” Hal itu membuat hati Anna jadi penuh sesak karena rasa bersalah. Namun Silvanna benar, Anna harus melanjutkan hidupnya dengan mengingat seluruh kebaikan Rian. Kejadian ini membuka mata hati Anna, bahwa tidak ada orang yang terlahir dengan hati yang jahat. Tanpa sadar, Rian telah mengajarkan Anna banyak hal. Bahwa kata “jahat” hanyalah sebuah kata yang digunakan orang-orang

  • Fixing The Shattered   53 – Telepon Terakhir

    Orang yang pertama tahu tentang lamaran Jonas adalah Rona yang kebetulan mampir ke apartemen Gina untuk menjenguk Anna. Tetapi Anna menyuruhnya untuk tidak memberitahukannya pada Gina karena Anna akan memberitahukan mereka malam nanti. Jonas kemudian memberitahu Michelle dan ayahnya kalau dia dan Anna telah bertunangan dan disambut bahagia oleh mereka, meski Paman Jonathan akhirnya lupa lagi kalau Anna dan Jonas sekarang sudah dewasa dan akan menikah. “Jonas, kau kah itu? Kenapa badanmu besar sekali?” kata Paman Jonathan sambil memperhatikan Jonas dengan kaca matanya yang tebal. “Papa, aku sudah dewasa sekarang. Ini calon istriku,” kata Jonas saat Anna melambaikan tangannya pada Paman Jonathan. Di mata Paman Jonathan, mereka selalu menjadi anak SMP yang lugu. Jonas dan Anna hanya tertawa melihat Paman Jonathan yang kebingungan lalu mengingat lagi kalau mereka kini sudah dewasa. Anna merahasiakan ini semua sampai mereka dapat berkumpul bersama-

  • Fixing The Shattered   52 – Tanpa Berlutut

    Buat kalian yang bingung guys kenapa bab ini diulang, ada plot hole yang harus aku perbaiki mulai bab 48. Jadi ini ngga diulang ya guys, tapi digeser dikit heheh. Enjoy… Tidak ada satu pun informasi yang didapat Anna dan Jonas, para perawat dan tenaga medis, semuanya berkata tidak tahu. Ketika Anna dan Jonas kembali ke apartemen, Anna memutuskan untuk menelepon Pak Hendri dan Silvanna. Di sini, Anna sudah tahu, kalau semua orang bersepakat terhadap sesuatu. Hingga kini, Anna tidak tahu Rian masih hidup atau tidak. Bukannya mendoakan dan meragukan kuasa Tuhan, tetapi tubuh Rian pasti terlalu lemah untuk bertahan tanpa sokongan tenaga medis dan oksigen. Saat ini, Anna berdiri di dekat pintu balkon, sedang melamun dengan pikiran yang kosong. Jonas muncul di belakangnya sambil membawa dua gelas cokelat panas. Dia menyerahkan salah satu gelas yang ada di tangannya dan Anna menyambut gelas

  • Fixing The Shattered   51 – Pertemuan Singkat

    “Kalau kau mau, kita tidak usah masuk. Kita bisa lihat dia dari luar,” ucap Jonas sambil menggenggam tangan Anna dengan erat. Begitu mendengar bahwa Rian telah sadar, Anna dan Jonas memutuskan untuk datang ke rumah sakit keesokan harinya. Anna berhenti sebentar tepat di depan ruang ICU itu. Napasnya menderu dengan cepat. Jonas memperhatikannya dan mempererat genggamannya. “Apa kau baik-baik saja? Kita bisa pulang jika kau berubah pikiran.” Anna menggeleng, mencoba menepis gejala serangan panik yang mulai datang. “Aku ingin masuk.” Jonas lalu menunggu di luar tepat di dekat jendela kamar Rian. Ia memperhatikan Rian yang sudah kurus kering itu dengan mata memicing, urat-urat lehernya mencuat di balik kulitnya dengan jelas. Tangannya terkepal waspada. Dengan perlahan, Anna berjalan mendekati Rian yang terbaring lemah dan masih menggunakan oksigen. Bibirnya terlihat kering dan wajahnya masih pucat. Di sebelahnya terlihat Silvanna yang sedang membe

DMCA.com Protection Status