Tuan Clinton menggerakkan layar ponsel seperti sedang memamerkan sesuatu penting. Firasat Gabriel mulai terasa tidak enak, apalagi ekspresi wajah kedua pengkhianat seperti tidak ada rasa dosa sama sekali. Tuan Clinton menggeser layar ponselnya santai, memperlihatkan sebuah panggilan video yang membuat Gabriel mengamuk sekarang.
“APA YANG ANDA LAKUKAN TERHADAPNYA?” pekik Gabriel mengamuk.
“Sudah saya katakan sebelumnya, ini baru pertempuran sebenarnya.”
“Jangan pernah berani berpikir bisa menyentuh tubuhnya, kalau sampai Anda melukainya, nyawa Anda akan saya habisi sekarang juga!”
“Tenang dulu, sebaiknya kita mendengarkan pernyataannya terlebih dahulu.”
“Awas saja sampai Anda menggores wajah putihnya, saya akan menggores wajah Anda sampai hancur!”
Tuan Clinton menyalakan mode speaker supaya suara Charlotte terdengar jelas dalam panggilan teleponnya. Wajahnya kini terlihat sedikit memar, menundukkan kepalanya lemas dalam kondisi tubuhnya
Saat para pengkhianat ditahan dan diseret paksa oleh beberapa pasukan dengan ketat, tatapan Tuan Clinton menajam memandangi Gabriel berlagak angkuh di hadapannya. “Apakah ini semua rencana Anda untuk menangkap saya? Anda tidak bertujuan melakukan pertarungan demi bisa membunuh saya?” “Benar sekali. Sebenarnya saya bertujuan melakukan pertempuran dengan Anda, hanya untuk mengulur waktu dan menakuti Anda. “Jadi, kalian sudah merencanakan ini semua bersama putra saya dari jauh-jauh hari?” “Iya, semua orang ingin menghancurkan hidup Anda, maka dari itu, kami merancang rencana ini dengan matang, supaya kotoran seperti Anda tidak akan menodai permadani istana lagi!” “Beraninya Anda berkata lancang seperti itu!” bentak Tuan Orlando ingin melawannya balik, tapi untung saja banyak pasukan menangkapnya.” “Mau dengar cerita sebenarnya? Jadi sebenarnya begini…” *** Kejadian sebelumnya… Sebelum menghadapi pe
Di antara semua orang yang sedang menunduk lemas di sebelah Alfred yang tubuhnya dalam kondisi terbaring, hanya Gabriel tidak menunjukkan rasa kesedihannya sama sekali. Sorot matanya tertuju pada tubuh Alfred yang sama sekali tidak berlumuran darah, walaupun terkena tembakan peluru. Bahkan dirinya masih bisa tersenyum santai. “Sudahlah sandiwaramu sebaiknya hentikan. Aku tahu sebenarnya kau tidak terkena peluru sama sekali,” lontar Gabriel. “Aish, aku ketahuan deh!” Alfred merutukki dirinya sendiri. Semua orang sekelilingnya terkejut, terutama Violet yang dari tadi bereaksi berlebihan langsung reaksinya berubah drastis. “Alfred, jangan bilang barusan kau menipu semua orang?” “Kau memang tidak berpikir panjang, Violet. Apakah kau lupa? Tubuhku sudah dilindungi rompi antipeluru.” Secara perlahan Alfred membangkitkan tubuhnya, memperlihatkan pelurunya hanya mengenai rompinya. Namun masih ada rasa sedikit takut pada Violet, dengan sigap ia
Tiga tembakan peluru tepat mengenai punggung lebar Pangeran saat memeluk wanitanya erat. Tubuhnya terasa lemas tiba-tiba hingga dirinya terjatuh. Bola mata Charlotte terbuka lebar memandanginya sekaligus menggigit bibir bawah dengan gemetar. Apalagi wajah Pangeran terlihat tidak berdaya, meski senyuman manis masih terpampang pada wajahnya. “G-abriel…Kenapa kau—” “Syukurlah…aku menyelamatkanmu…tepat waktu,” balas Gabriel masih bisa tertawa kecil sambil membelai rambut wanitanya dalam pelukan hangat, meski sempat syok karena tembakannya tiga kali. “Justru aku yang harus bertanya padamu! Kenapa kau…” Belum selesai melanjutkan pembicaraan, Charlotte kehilangan kesadaran akibat pengaruh obat suntikan, membuat buliran air mata Gabriel mulai berlinang pada kelopak mata. “Charlotte…sadarlah! Kau jangan meninggalkanku seperti ini!” Gabriel berusaha membangunkannya sambil menggoyangkan tubuhnya sangat lemas. Saat bersamaan, ketiga pria perkasa l
Kepala sang Pangeran menunduk pasrah, melihat kondisi istri tercintanya terbaring tidak sadarkan diri. Tangisannya terisak sambil terus menggenggam tangannya, hingga air mata kesedihannya menetes pada pipi lembut istrinya yang terluka. Menit demi menit berlalu, setelah menunggu sekian lama hingga hari sudah gelap hingga perutnya sedikit lapar, tiba-tiba ia merasakan sentuhan lembut dan hangat pada kepalanya yang penuh kasih sayang. Kepalanya langsung terangkat ringan, memandangi senyuman indah kembali terukir pada wajah sang kekasih. “Gabriel…” lirihnya lemas. “Charlotte, akhirnya kau tersadar juga. Aku telah menunggumu terbangun dari tadi.” Melepas kebahagiaannya, Gabriel langsung memeluk istrinya erat selama beberapa detik sambil mengusap rambut panjangnya lembut. Mendapat perlakuan manis seperti ini sangat menenangkan hati Charlotte, namun mengingat kejadian saat penembakan, dirinya sedikit trauma langsung melepas pelukannya dan meraba punggung lebar suami
Drrt…drrt… Baru saja Gabriel ingin memasukkan sesendok makanan, tiba-tiba sebuah ponsel bergetar di atas meja. Helaan napas kasar dihembuskan dari rongga mulutnya, lalu mengambil ponselnya yang sangat mengganggu momen kemesraan mereka. Apalagi yang menghubunginya adalah sekretaris pribadinya sendiri. Secara terpaksa ia menggeser layar ponselnya. “Ada apa kau meneleponku? Kau menggangguku saja!” “Gabriel, ini sudah malam, bukankah sebaiknya kau kembali ke istana? Raja dan Ratu mencemaskanmu.” Gabriel langsung menatap jam tangan mewahnya, baru menyadari sekarang sudah larut malam. “Jadinya bagaimana? Ngomong-ngomong, apakah Charlotte sudah sadar?” Sebenarnya batas kesabaran Gabriel mulai habis. Apalagi sekretarisnya ini hobinya selalu mengganggu momen kemesraan di saat tidak tepat. Ingin mengomelinya tapi takut wanitanya nanti ketakutan mengamati kegarangannya karena masalah kecil. “Kalau seandainya dia belum sa
Saat istrinya sudah tertidur lelap, Gabriel menyelimuti seluruh tubuhnya sampai menutupi lehernya. Sebelum itu, ia mendaratkan kecupan manisnya pada pipi istrinya sambil mengelus kepalanya lembut dengan pandangan berbinar. “Tidur yang nyenyak, Sayang. Aku akan menemanimu sepanjang malam di sini,” bisik Gabriel pelan supaya tidak membangunkannya. Lalu, Gabriel membaringkan tubuhnya di sofa, menyelimuti tubuhnya menggunakan selimut tebal yang sudah disediakan khusus untuknya sambil menatap istrinya sedang tidur cantik dari kejauhan. Karena kamar ini adalah kamar yang paling luas di antara semua kamar di rumah sakit ini, sehingga baginya sangat jauh untuk menjangkau istrinya sambil tertidur di sofa. Tangan kanannya berusaha menggapainya, namun ia hanya bisa membayangkannya sedang mengelus kepalanya setiap malam ketika tidur bersama di rumah khusus kerajaan. Matahari bersinar terang menembus kaca jendela kamar, sehingga membangunkan Charlotte dari mimpi indahnya.
Tiba-tiba seseorang juga datang berkunjung, sehingga suasana kamar ini menjadi semakin ramai. Namun, tamu yang satu ini adalah tamu sangat spesial baginya. Tatapan matanya terlihat sangat bahagia, menyambut ibunya datang mengunjunginya setelah sekian lama. Bernama Tiana, yang berpenampilan sama seperti sebelumnya setelah sekian lama tidak bertemu. “Ibu…” lirihnya. “Putriku, ibu sangat merindukanmu.” Sang ibu langsung memeluk putrinya hangat dengan tangisan haru. “Aku juga sangat merindukanmu ibu selama ini. Aku sangat mencemaskan keadaan ibu saat aku tidak berada di rumah.” “Ibu selama ini baik-baik saja. Lagipula ayahmu juga sudah pulang dari perjalanan bisnisnya.” Memang sang ayah melakukan perjalanan bisnis yang cukup lama di luar negeri, sehingga saat terjadinya insiden kecelakaan pesawat, wajar jika ia tidak menghadiri upacara penghormatannya. Selain itu, untung juga Charlotte belum menikah sungguhan di katedral, kalau seandainya ia menik
Tamu lainnya yang hendak menjenguk Charlotte di rumah sakit yaitu Agnes dan Harvey. Saat Harvey bersiap merapikan penampilannya terlebih dahulu, kekasihnya menghembuskan napasnya lesuh sambil memainkan kuku jarinya, seperti dirinya belum siap mental bertemu dengan Pangeran. Apalagi selama ini ia menganggap bahwa Pangeran sungguh telah tiada sejak insiden kecelakaan pesawat. Secara spontan Harvey menggenggam tangannya, mengulas senyuman hangat merupakan satu-satunya cara menghibur hati kekasihnya semakin membaik. “Apakah kau masih belum siap bertemu Gabriel?” “Harvey, menurutmu apakah Gabriel akan membenciku? Apalagi pertemuan terakhirku dengannya sangat tidak enak dilihat, aku yang menyebabkan pertengkarannya dengan tunangannya.” “Jangan berpikiran seperti itu. Aku yakin dia akan memaafkanmu. Lagipula dia pasti sudah melupakannya karena kejadian itu sudah sangat lama.” “Aku berharap sih begitu. Aku hanya bisa menerima tegurannya nanti, terutam
Kejutan yang dimaksud sang Pangeran sebelumnya adalah sebuah video romantis mengenai perjalanan hubungan cintanya sejak berteman hingga memiliki seorang anak. Masih di puncak menara luas, Pangeran dan istrinya menyaksikan video editannya sambil menimang putranya yang terlihat mulai mengantuk. Sambil menikmati wine juga sebagai pelengkap merayakannya. Berdurasi selama beberapa menit, tidak hanya tampilan foto kemesraan mereka saja dan video-video berkaitan aktivitas romantis, tapi diselipkan juga ungkapan isi hati Pangeran setiap kali video itu bergilir dan disertai backsound kumpulan lagu romantis favorit mereka. Yang lebih mengharukan lagi, video kejutan itu ditutupi dengan video acara pernikahan mereka yang berlangsung dari pemberkatan di gereja hingga pesta dansa, dengan backsound lagu ciptaannya sendiri untuk istri tercinta berjudul “Love Charlotte”. Manik mata Charlotte semakin berkaca-kaca, tidak bisa menahan rasa bahagianya l
Seketika pertandingan berakhir, mengamati sang pemenang yang berhak membawa pulang medali emas, dengan cepat Charlotte membangkitkan tubuhnya bertepuk tangan meriah menyorakki suaminya yang menjadi pemenang dalam perlombaan ini. Sedangkan sang Ratu juga turut bahagia mengetahui putranya memenangkan perlombaan, langsung mendekap tubuh menantunya hangat. “Ibu…Gabriel berhasil!” sorak Charlotte girang. “Sudah ibu duga sejak awal, suamimu pasti berjuang demi dirimu, Charlotte. Ibu sangat bangga pada kalian berdua.” Sedangkan yang berhasil meraih medali perak dan perunggu adalah Alfred dan Harvey. Meski Alfred tidak berhasil meraih posisi pertama, tetap saja Violet sudah sangat bersyukur bahkan masih sempat memberi selamat kepada Charlotte. Begitu juga Agnes yang awalnya percaya diri suaminya akan menang, ia tetap menerima pencapaian yang berhasil diraih suaminya dengan lapang dada. Ketiga sahabat Charlotte menghampiri Charlotte untuk memberi selamat sambil saling
Seiring waktunya berjalan, keluarga kecil sang Pangeran terus terlihat harmonis, bahkan saat dilanda kesibukan mengurus urusan kerajaan, tetap saja hubungan antara orang tua dan anak semakin dekat. Setiap kali Pangeran dan istrinya bepergian mengadakan pertemuan, pangeran kecil dirawat ibunya Charlotte, karena tidak ingin mengandalkan pengasuh. Apalagi takut terjadi sesuatu pada anak mereka jika dirawat orang lain. Seperti biasa sang Pangeran mengajak istrinya pergi berkuda di tempat pacuan kuda khusus keluarga kerajaan. Tapi, kali ini mereka melakukannya saat hari biasa, karena besok Pangeran harus berpartisipasi dalam turnamen berkuda. Sebelum mengajak kuda putihnya yang suka cemburu, Gabriel memberinya makan wortel berkualitas tinggi supaya tidak mengambek di tengah jalan. “Ngomong-ngomong Sayang, apakah White bisa diajak kerjasama besok?” tanya Charlotte sedikit ragu, mengingat White terkadang memberontak. “Tenang saja, sejak dulu dia bisa diandal
Waktu terus berjalan tanpa hentinya, semua orang dalam negeri ini masih hidup dengan damai tanpa adanya gangguan apapun. Terutama semua kerabat dekat Gabriel dan Charlotte, kini mereka menjalani kehidupan bahagia mereka masing-masing. Seperti halnya Harvey dan Agnes kini hidup mereka semakin terasa bahagia seiring waktu berjalan, karena mereka sekarang adalah sepasang suami istri sama seperti halnya dengan dua pasangan lainnya yang sudah menikah lebih awal. Karena hari ini adalah hari libur, seperti biasa Harvey mengajak istrinya menuju sebuah pusat perbelanjaan elit untuk keluarga bangsawan membelikan banyak masker wajah untuk mereka berdua. Apalagi melihat Harvey yang memborong banyak masker wajah dengan merk mahal, hingga Agnes menganga berdiri mematung. “Harvey, bukankah ini kebanyakan?” Mata Agnes terbelalak sempurna. “Wajahmu harus terlihat berkilauan saat kau sekarang menjadi istriku. Maka dari itu, aku sengaja membelikan semua masker mahal unt
Detik demi detik terus berjalan. Tidak terasa sang Pangeran dan istrinya menjalin kehidupan rumah tangganya beberapa bulan. Tidak hanya mereka yang selalu menjalani kehidupan mereka dengan bahagia, semua kerabatnya yang telah memiliki pasangan masing-masing juga tidak kalah bahagia. Apalagi agen rahasia kerajaan juga telah menikah dengan wanita paling dicintainya. Saat ini, usia kandungan memasuki masa dua bulan. Bisa dikatakan berat badan Charlotte semakin bertambah, namun perutnya belum terlihat terlalu buncit. Segala aktivitas yang ia lakukan mulai berkurang, mengingat peringatan dokter kandungan demi kesehatan bayi mungil dalam kandungan. Yang bisa dilakukannya selama mengandung bayinya adalah bersantai di sofa menonton TV sambil mengemil cookies favoritnya sendirian. Sebenarnya kegiatan Pangeran juga tidak terlalu banyak belakangan ini, namun terkadang ia harus meninggalkannya sendirian untuk melaksanakan kewajibannya demi kerajaan Godnation. Mengadakan
Di sisi lain, sepasang kekasih lainnya juga saling bermesraan. Namun, bedanya kali ini mereka tidak berkencan di manapun. Penampilan Alfred sudah terlihat sempurna, bersiap ingin bertemu dengan calon mertuanya langsung. Sejak hari lamaran, Alfred dan Violet sudah merencanakan pertemuannya serta melakukan reservasi restoran bintang lima terlebih dahulu. Penampilan ibunya Violet kini tidak kalah cantik dengan putrinya, dengan balutan gaun elegan walaupun terlihat sederhana. Sebenarnya dirinya sedikit bingung dengan rencana putrinya tiba-tiba mengajak makan malam tiba-tiba. Sambil menunggu kedatangan Alfred, ibunya Violet terus bermondar-mandir di ruang tamu seperti sedang menyetrika baju. Melihat tingkah ibunya sangat memusingkan, Violet beranjak dari sofa sejenak menghentikan aksinya. “Ibu sebaiknya menunggu sabar saja,” usulnya pelan. “Sebenarnya ibu sangat penasaran dengan kalian, kenapa kalian tiba-tiba ingin mengadakan makan malam bersama? Padahal
Lucas memperlihatkan agenda hariannya pada sang Pangeran melalui layar tab. Reaksi Pangeran langsung memutar bola matanya bermalasan, karena dirinya sebenarnya malas menjalani tugasnya kembali menjadi Pangeran negeri ini. “Aku malas melakukannya, lebih baik aku di istana selama seharian bersama istriku.” “Sayang,” panggil Charlotte manis. Secara spontan Gabriel merangkul pundaknya mesra, sorot matanya terfokus padanya. “Semakin manis kau memanggilku, aku juga akan memperlakukanmu semakin manis juga.” “Sayang, sebaiknya kau pergi bertugas saja. Jangan menetap di sini terus,” saran Charlotte lembut. “Tidak mau, nanti siapa yang akan menemanimu di sini. Kalau terjadi sesuatu padamu, gimana nantinya. Lagipula kunjungan ini juga tidak terlalu penting.” “Memangnya hari ini kau ada kunjungan ke mana?” “Ke panti asuhan untuk membaca dongeng.” “Oh, kalau hanya ke panti asuhan, sudah pasti aku ingin ikut denganmu
Tidak terasa kini hari sudah gelap. Usai menyantap makan malam, sepasang pengantin baru melanjutkan aktivitasnya lagi di dalam kamar mereka. Sejak memasuki masa hamil, sikap Charlotte sedikit kekanak-kanakan suka merengek pada suaminya. Apalagi sekarang ia duduk sendirian di ranjang luas, menunggu sang Pangeran selesai membersihkan dirinya sampai sedikit bosan. Baru saja lima menit berlalu, entah kenapa rasanya ia sudah merindukannya dan ingin melihat wajahnya dalam durasi lama. Kedua kakinya merapat di ranjang, lututnya digunakan untuk menopang kepalanya sambil merenungkannya dengan wajah cemberut. “Aku merindukanmu, Sayang. Jangan mandinya terlalu lama,” gumamnya lesuh. Tak lama kemudian, terdengar suara pintu kamar mandi terbuka lebar. Dengan cepat kepalanya terangkat ringan sambil memandangi suaminya terlihat sangat menyegarkan dalam kondisi rambutnya basah dan dada bidangnya yang kekar. Sorot matanya terpaku padanya saat ini, tanpa disadari senyuman ceri
Jantung Violet kini berdebar kencang hingga tidak bisa mengendalikan air matanya terus membasahi pipinya. Pada akhirnya setelah menunggu lama, dirinya dilamar langsung oleh pria dicintainya walaupun hubungan asmara mereka baru berjalan hampir dua bulan. Tanpa perlu berpikir lama, Violet mengangguk pelan, mengukir senyuman bahagia pada wajahnya sambil menggenggam buket bunga erat. “Tentu saja aku bersedia menikah denganmu. Aku tidak sabar menjadi pendamping hidupmu nanti. Aku sangat mencintaimu, Alfred.” Violet mengungkapnya lantang dengan penuh percaya diri. Alfred memakaikan cincin lamaran pada jari manis kekasihnya sambil membangkitkan tubuhnya perlahan. “Aku juga mencintaimu, Violet. Mulai sekarang statusmu adalah tunanganku dan menjadi milikku.” “Terima kasih sudah bersedia menerimaku sebagai tunanganmu.” Secara spontan mereka saling menautkan bibir mereka bersamaan, melakukan ciuman manisnya untuk merayakan momen terindah dalam hidup mere