Share

13. Survival

Penulis: C Kode R
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Hyaaa!” Dengan sekali tebasan di bagian leher. Seekor serigala langsung terjatuh di tanah. Dia terbaring lemas di atas kolam darahnya sendiri. Pada jalan yang kulewati ini dialah yang terakhir terlihat.

Pisau yang kugunakan sudah mencapai batasnya. Terlihat retakan di bagian bilahnya. Dengan alasan tersebut. Aku lantas membuangnya lalu menciptakan pisau yang baru.

Sudah cukup lama sejak aku meninggalkan kurungan tersebut. Matahari semakin tinggi, selain itu cuaca semakin panas tanpa adanya awan.

Rasa lapar dan haus semakin tak tertahankan. Monster yang terdapat di perut semakin keras menyuarakan protesnya. Meski begitu, tidak ada sesuatu yang dapat di makan. Swalayan ataupun toko makanan juga tidak ada.

Beberapa saat yang lalu. Aku juga sempat mencari di beberapa rumah penduduk. Anehnya, semua makanan lenyap tanpa sisa. Padahal tidak seharusnya para serigala itu memakannya.

“Kalau begitu”

Kemungkinan lain adalah masih ada orang lain y

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Fantasy World   14. Makhluk kecil yang tak berdaya

    Keesokan harinya. Aku terbangun sebelum sinar matahari tampak. Dengan keadaan gelap gulita. Aku mulai beraktivitas. Meski bilang begitu. aku sendiri bingung ingin melakukan apa. Dalam keadaan tanpa cahaya ini. tidak banyak yang dapat kulakukan. Dari luar, terdengar geraman serigala. Ketika aku mengintip dari jendela. Terlihat jumlah serigala yang sangat banyak. Membuatku tidak dapat keluar dari sini. Karena itu aku kembali melakukan berbagai eksperimen. Aku menciptakan setiap benda yang dapat kupikirkan atau aku imajinasikan. Makanan, peralatan, kain dll. Aku berhasil menciptakan berbagai barang. Dan berhasil menciptakan makanan kesukaanku, ubi jalar. Yang kemudian kurebus untuk dijadikan sarapan. Dengan peralatan yang sederhana, serta cara yang sederhana untuk memasaknya, tetapi mempunyai rasa yang lezat sudah cukup menjadi alasan mengapa makanan ini kusukai. Selama beberapa menit, aku merebus ubi yang kuciptakan. Terpikirkan olehku saat terakhir kal

  • Fantasy World   15. Malam Penuh Bahaya

    Ketika cahaya terakhir menghilang dari balik dedaunan yang lebat. Sekali lagi kegelapan malam kembali menyelimuti dunia. Saat ini kedua mataku tidak dapat melihat dengan jelas. Meski begitu aku tahu bahwa ada sesuatu yang sedang mendekat. Keadaan membuatku harus memaksakan kedua mataku untuk beradaptasi dengan kegelapan yang pekat ini. Perlahan suara langkah kaki terdengar, menginjak dedaunan kering yang berserakan di tanah. Bukan hanya dari satu dua arah saja, melainkan dari segala arah. Situasi ini membuatku kebingungan. Ketika mereka bersembunyi di balik pekatnya kegelapan. Itu membuatku tidak dapat memperkirakan dari arah mana mereka akan menyerang duluan. Tiba-tiba dari arah samping, aku menerima serangan. Dilihat dari bekas luka cakaran yang dihasilkan, sepertinya yang menyerangku adalah seekor serigala. Berbagai serangan dilancarkan oleh mereka. Tidak mau mengambil urutan, mereka menyerangku secara bersamaan. Aku berkali-kali mengayunkan pisau yang kupegang se

  • Fantasy World   16. Sifat Kemanusiaan

    Matahari telah terbit dari ufuk timur, pertarungan telah berakhir. Tubuhku terasa sangat lelah karena pertarungan semalaman. Pada sebuah batang pohon, aku menyandarkan tubuhku, kemudian duduk di sana sembari merilekskan badan. Aku melihat pada tangan kananku yang tidak dapat digerakkan. Tidak ada luka yang terlihat disana. Tampaknya tanganku terkilir. Tapi seharusnya dapat sembuh dengan cepat dengan regenerasi. Rasa lelah yang berlebihan berubah menjadi rasa kantuk yang perlahan menjadi semakin liar, mencoba menenggelamkanku ke dalam dunia mimpi. Tentu saja sangat sulit untuk melawannya. Tetapi sebelum terlelap terdengar suara yang menggema ke seluruh hutan “Ryan!” Karena terkejut oleh teriakan yang aku dengar. Mataku sedikit terasa segar, meski aku tidak berharap demikian. Tanpa menggerakkan anggota badan yang lain, aku menoleh ke arah sumber suara tadi. “Itu jelas suara manusia” begitulah kataku dalam hati. Meski begitu, aku tidak b

  • Fantasy World   17. Fight And Survive Or Give Up And Die

    Tanpa ragu Nossal berlari menjauh dari Luna dan yang lain. Di belakangnya dia di ikuti oleh suatu makhluk yang aneh tetapi kuat. Melewati pepohonan Nossal terus berlari. Ketika dia melihat ke belakang. Makhluk itu menggunakan sebuah helm. Penampilannya sepenuhnya tampak seperti kesatria. Dengan di tutupi dengan armor berwarna abu-abu. Dia terlihat seperti seorang kesatria di film yang berlatar kerajaan. Nossal kembali fokus pada keadaan sekitar. Tidak ada monster lain yang berkeliaran, tempat luas yang dikelilingi pepohonan, serta matahari dapat menerangi sekitar. Benar-benar tempat cocok yang untuk bertarung. Nossal berhenti tepat di tengah tempat itu. Tetapi tidak dengan makhluk itu. Dia terus berlari mendekat lalu mengayunkan gadanya. Tetapi serangan itu dapat di hindari dengan baik oleh Nossal. Gerakan makhluk itu cukup lambat. Tampaknya dia terbebani oleh armornya sendiri. Tidak lama dari serangan pertamanya. Dia melancarkan serangan selanjutnya. Tetapi sekali l

  • Fantasy World   18. Musuh Yang Baik

    Klontang! Dari yang awalnya memakai baju zirah tebal. Sekarang dia hanya menggunakan pakaian yang telah lusuh. Suara zirah terakhir jatuh ke tanah menandakan pertarungan akan kembali berlanjut. Kami bertiga kembali mengambil posisi. Hanya Luna saja yang masih terduduk di atas tanah. Sepertinya dia sudah tidak bisa ikut bertarung. Saat kami masih sibuk mencemaskan Luna. Tanpa peringatan makhluk itu menerjang dengan cepat ke arah kami, tepatnya ke arah Nossal. Gerakannya sangat cepat hingga membuat Nossal terlambat bereaksi. Sebuah pukulan dilancarkan olehnya mengincar kepalaku. Meski terlambat bereaksi, Nossal masih dapat menahannya dengan bagian punggung tangan kirinya. Tetapi karena posisi bertahannya tidak sempurna, di tambah kekuatan makhluk itu yang besar membuat itu sia-sia. Alhasil Nossal terpukul hingga terpental ke belakang. Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Leon mengarahkan pisaunya ke arah makhluk itu mencoba menusuknya. Bukannya waspad

  • Fantasy World   19. Alasan Yang Di Sembunyikan

    Saat aku tersadar, aku berada di sebuah kegelapan. Melihat sekeliling, aku perlahan berjalan. Tiba-tiba di depanku muncul sebuah cahaya menyilaukan. Di ikuti suara keramaian yang samar-samar. Di antara suara tersebut terdengar suara yang familiar di telingaku“Kalau kau ingin menjadi teman kami. Kau harus menarik saklar itu terlebih dahulu.”“Iya, benar. Jika tidak, kami tidak mengakui mu sebagai teman kami.”Cahaya tadi perlahan meredup, membuat padanganku menjadi jelas. Aku melihat beberapa anak kecil yang sedang bermain di sebuah ruangan yang seharusnya tidak boleh di masuki. Seorang anak maju ke depan. Sosoknya menjadi pusat perhatianku.Dia maju sembari mengulurkan tangannya. Dengan ragu-ragu dia meraih tuas yang ada di depannya“Hentikan!”Aku berusaha menghentikannya tetapi tidak dapat kulakukan. Suaraku tidak terdengar olehnya.Meski terlihat kesulitan, anak kecil itu sekuat tenaga menarik t

  • Fantasy World   20. Kelompok Pertama

    Cerita di mulai setelah hari perubahan. Sejak hari itu, kami berlatih untuk menguasai kekuatan aneh yang kami dapatkan. Dari segala arah kami terkepung oleh berbagai monster. Hanya sekolah kami satu-satunya tempat yang tidak dapat di masuki oleh monster itu, sebuah shelter bagi kami. Meski begitu, kami membutuhkan makanan dan beberapa kebutuhan lain untuk bertahan hidup3 hari berlalu. Keadaan semakin memburuk. Cadangan makanan di dalam sekolah habis tak tersisa meski kami berpuasa dan hanya makan sekali dalam sehari.Pada saat itu beberapa murid sudah dapat menggunakan kekuatannya. Pada hari selanjutnya terbentuklah kelompok yang memiliki tujuan mencari bahan makanan di luar area shelter. Tetapi atas perintah kepala sekolah anggota kelompok itu hanya boleh di isi oleh murid kelas 8 dan 9 saja.Meski begitu tidak banyak orang berani masuk ke kelompok itu. Dari total 300 murid kelas 8 dan 9. Hanya 23 orang saja yang bergabung.Akhirnya pa

  • Fantasy World   21. Kepedulian

    Hanya dengan sekali serangan, Luna mengalahkan skeleton pemanah itu. Setelah itu, dia segera menyusul Leon serta lainnya yang tengah bertarung dengan skeleton berpedang Tidak seperti skeleton pemanah yang lemah. Skeleton berpedang yang mereka lawan tampak lebih kuat. Pergerakannya yang lincah, serta pedangnya yang tajam menyulitkan kami. Jika kami salah bergerak bisa saja kami tertebas olehnya Luna yang baru saja sampai langsung melancarkan bola api. Tetapi dapat dihindari oleh skeleton itu. Dengan amarah yang meledak-ledak Ryan menyerang skeleton itu secara membabi-buta. Dia dapat memojokkan skeleton itu. Meski monster itu kuat. Kami masih unggul dalam jumlah. Pukulan Ryan berkali-kali di tahan oleh monster itu dengan pedangnya. Dengan di bantu oleh Leon yang menyerangnya dari belakang, skeleton itu tampak kesulitan menghadapi mereka berdua. Berusaha menjauh dari mereka berdua. Skeleton itu melompat jauh ke belakang. Tetapi dengan sigap Rudy membuat

Bab terbaru

  • Fantasy World   58. Di Ambang Kelaparan: Tugas Berat di SMA Batik 1

    “Dia adalah Nossal… Nossal Kalamithi.”“Nossal? Hmm… Maksudmu dia? Mengapa kamu berpikir demikian?”“Dia—”Sebelum Luna lanjut bercerita mengenai Nossal, Venda menghentikannya. “Luna, sebaiknya kamu jangan menceritakan hal tersebut kepadaku. Nossal berusaha menyembunyikan masa lalunya dan tidak ingin diketahui oleh siapa pun. Seandainya aku mengetahui masa lalunya, aku harap dia sendiri yang menceritakannya.Mendengar nasihat temannya, Luna tidak jadi menceritakan masa lalu Nossal. Tetapi tampaknya Venda tidak menyangkal bahwa masa lalu Nossal lebih buruk dari apa yang ia alami.“Mari kita kembali; anak laki-laki pasti sudah bosan menunggu.”“Kamu benar; sebaiknya kita bergegas.”Mereka berdua segera beranjak dari tempat itu dan kembali. Venda, yang berjalan di belakang Luna, menatap bagian belakang Luna.“Padahal kamu selalu menyuruhku

  • Fantasy World   57. Jalinan Pertemanan Yang Semakin Erat

    Di malam hari yang gelap, hanya ada cahaya bulan redup yang menyinari jalan setapak, sementara suara angin yang lembut menyelusup reruntuhan kota menciptakan suasana yang tenang dan damai. Venda, Ryan, dan Rudy menunggu Nossal yang berjuang untuk meyakinkan Luna untuk kembali.“Kira-kira Nossal berhasil tidak ya membawa Luna kembali?”“Aku percaya padanya”“Sepertinya kamu benar. Kita harus percaya padanya, bukankah begitu, Ven?”Menggosok matanya yang masih terlihat lembap, Venda setuju dengan kedua temannya.“Ya, mereka pasti kembali. Di sinilah kita, menunggu dan akan menyambut mereka.”Tidak berselang lama, dari kejauhan tampak sosok Nossal dan Luna yang berjalan pelan mendekati mereka bertiga. Mereka berdua berjalan seolah mereka sedang dalam perjalanan sepulang sekolah. Melihat Nossal berhasil membawa kembali Luna bersamanya, Ryan melompat dan mengayunkan tangannya ke atas, kemudian berse

  • Fantasy World   56. Cahaya Harapan yang Terkurung

    Di dalam Akademi Tunas Harapan, di area tempat penahanan anak kelas 6 SD Tunas Harapan.Di antara anak-anak kecil yang sedang meringkuk dalam ketakutan dan rasa lapar, seorang perempuan mencoba keluar dari jendela ruangan yang mengurungnya. Melihat dari balik jendela, anak itu memastikan keadaan di luar. Setelah memastikan kalau keadaannya telah aman, dia melompat keluar lewat jendela.“Seperti biasa, tidak ada seorang pun penjaga yang mengawasi setelah matahari tenggelam,” pikirnya. Akan sangat gawat jika dia sampai ketahuan anggota patroli.Dengan hati-hati, dia berjalan perlahan ke bangunan di sampingnya.“Seharusnya dia sudah kembali ke ruangannya.”Tangisan lirih terdengar dari balik pintu ruangan yang dituju perempuan itu. Perempuan itu mengintip dari luar jendela, memastikan tidak ada orang di dalam, kemudian berusaha membuka pintu ruangan tersebut tanpa menimbulkan suara. Namun ketika hendak masuk ke dalam, seseorang

  • Fantasy World   55. Setuju Untuk Membantu

    Nossal yang masih sedikit terhuyung-huyung akibat diapit dua dinding yang dibuat Luna, berlutut di hadapan Luna.“Apa-apaan itu. Kau ingin aku membantu? Sepertinya kau sendiri paham jika sebenarnya tindakan yang kau lakukan ini berbahaya,” Ejek Nossal.Luna sedikit menundukkan kepalanya. Mata mereka berdua bertemu, akan tetapi tatapan matanya berubah. Tekad yang kuat masih terasa dari sorot matanya yang tajam. Dia menutup matanya sejenak, kemudian menjawab,“Itu benar. Aku masih memiliki keraguan dalam menggunakan kekuatan ini. Dalam pikiranku, aku merasa kalau kekuatan ini tidak layak aku terima.”Membuka mata, Luna kembali melanjutkan perkataannya,“Dengan adanya kekuatan, harus disertai tanggung jawab yang besar. Semakin besar kekuatan itu, semakin besar pula tanggung jawab yang harus dipikul, dan aku baru saja menyadarinya.”“Ya. Aku juga sering mendengar perkataan seperti itu. Memangnya kenapa? Pada akhirnya, keputusan untuk memenuhi tanggung jawab itu kembali pada diri sendiri.”

  • Fantasy World   54. Kekalahan Dan Permohonan Luna

    Berdiri di depan jalan masuk ke dalam gedung, aku hampir tidak dapat melihat apa pun. Berjalan masuk perlahan sambil meraba-raba sekitar membuatku sedikit demi sedikit mulai paham bagian dalam mall ini. Pada lantai 1 bagian lobby, berbagai jenis pakaian dipajang pada beberapa rak pakaian, meskipun semua telah hancur dan berserakan dimana-mana. Dengan jumlah yang tidak terlalu banyak dan telah rusak, pakaian-pakaian itu telah berserakan di lantai yang kotor dan lembap dikarenakan kebocoran di beberapa sisi bangunan. Selain itu, lantai 1 juga terdapat supermarket dan beberapa konter reparasi handphone dan jam. Setelah menyusuri area lantai 1, aku berdiri di tengah bangunan, di depan tangga yang menghubungkan lantai 1 dan 2. Sebenarnya dari tengah bangunan mall ini aku sudah dapat melihat area lantai 3 yang sepertinya merupakan area food court.Aku beberapa kali menoleh ke pintu masuk dan area sekitar untuk memastikan apakah ada monster di dalam ataupun di luar bangunan, tidak l

  • Fantasy World   53. Di bawah Malam Gelap

    “Itu Luna.” Ujar Venda menghela nafas lega. Dia yang tidak mendengar percakapan dari awal membuatnya tidak tahu lokasi Luna. Meski dia penasaran, Venda segera memberikan beberapa karak dan air putih gelasan pada masing-masing orang. Tidak dapat menyembunyikan rasa penasarannya, Venda bertanya, “Di mana Luna berada?”Menerima makanan dari Venda, perempuan yang sedari tadi berbisik, memberanikan diri untuk berbicara dengan ragu-ragu,“A-aku melihatnya di gedung yang ada di sana. Di lantai 3 di sana, kalian dapat melihat orang sedang berdiri sambil menatap tempat kita berada.”Mengalihkan pandangan setelah mendengar jawaban perempuan itu, Adit bertanya kepada laki-laki yang ada di depannya,“Apakah itu kekuatannya? Melihat jarak jauh? Tapi dalam kondisi gelap gulita seperti ini memangnya kelihatan?” tanyanya penasaranLaki-laki itu menggigit karak yang dibagikan Venda. Hanya dalam 3 kali gigitan, karak itu lenyap, masuk ke dalam mulutnya. Setelah meminum air, dia menjawab,“Kalau tidak s

  • Fantasy World   52. Kesalahpahaman Yang Tak Terelakkan

    “Dengan ini selesai...” “Terima kasih,” ucap laki-laki itu. Perawat itu menjawabnya dengan tersenyum lalu menyimpan kembali alat-alat dan obat merah yang telah digunakan ke dalam tas kecil di pinggangnya. “Linda! Apa kamu masih punya sisa perban? Milikku sudah habis ini.” “Ada. Tapi punyaku juga tinggal sedikit. Nih, kamu pake saja.” Perawat bernama Linda itu melemparkan gulungan perban yang sudah terlihat tipis pada rekannya. Menangkapnya, perawat itu mengerutkan alisnya. “Tinggal ini?” “Iya, tinggal segitu doang.” “Yah... Segini mah kurang,” ucapnya sambil menatap gulungan perban yang barusan dia terima. Serbuan kera biru sebelumnya menyebabkan Nossal, Ryan, dan orang-orang yang mereka coba selamatkan mendapatkan luka yang cukup serius. Selain cairan anti septic untuk membersihkan luka, perban yang telah sediakan dengan cepat habis. “Simpan saja sisa perban itu untuk yang lain. Aku tidak memerlukannya.”

  • Fantasy World   51. Kepungan Monster Kera Biru

    Selepas kami kembali, semua masalah tampaknya telah selesai. Wajah Tia masih terlihat marah, alisnya menjadi tegang dan sedikit menurun, nada bicaranya ketika berkoordinasi dengan anggota kelompoknya yang lain juga terdengar meninggi. Di sisi lain, si anak pembuat onar dari kelas 7 hanya berdiri dengan beberapa teman laki-laki kelas 7-nya. Karena suasana tegang akibat kejadian sebelumnya, hal itu membuat semua orang tidak banyak bicara. Mereka hanya fokus dengan masing-masing anggota kelompoknya saja. Dalam kelompok kami, aku menyerahkan urusan koordinasi pada Ryan. lagipula, sepertinya aku jadi dibenci oleh semua anggota kelompokku. Tatapan mereka terasa seperti terpaan angin dingin di musim panas. Terlebih lagi di antara mereka, si pembuat onar yang menerima pukulanku tadi melirikku seolah menyiratkan niat jahat yang tak terungkapkan. Bagaimanapun, aku tidak berniat untuk menanggapinya. *** Kembali, Nossal dan yang lainnya melanjutkan perjalanan dengan formasi yang sama seperti s

  • Fantasy World   50. Maksud Lain Dari Ucapan Yang Menyakitkan

    Clara meninggalkan Nossal. Dia berlari sesenggukan kembali ke tempat teman-teman yang lain berkumpul. Setiap tetesan air mata yang mengalir dari matanya dia seka dengan punggung tangannya. Berlari, pikirannya tidak dapat melupakan yang barusan Nossal ucapkan. Dadanya sesak setiap kali dia mengingatnya, membuat air mata tidak dapat berhenti menetes. Tanpa Clara sadari, seekor monster mengintainya dari balik bayangan. Seekor kalong yang sedang bergelantungan di bawah atap sebuah bangunan yang tidak jauh darinya. Hendak menjadikannya santapan malam, Kalong itu terbang dengan cepat sambil mengarahkan cakarnya pada Clara yang sedang lengah. Mata Clara terbuka lebar melihat sosok monster itu terbang mendekatinya. Perasaan takut yang luar biasa seperti mencekik dirinya. “Aku harus segera menyingkir” ucapnya dalam hati. Dia mencoba menggerakkan kakinya untuk pergi dari tempat itu tetapi tidak bisa. Rasanya seperti kedua kakinya terpaku di atas tempatnya berpijak. Tidak kuat lagi menahan beba

DMCA.com Protection Status