“Kau tidak ikut memeriahkan PENSI, Fally? Pastinya akan sangat bagus kalau kau ikut! Rambutmu yang seperti jaring laba-laba permen pasti akan membuat heboh,” kata salah satu anak itu.
“Ya, kau cosplay jadi karakter anime, yang rambutnya mirip punyamu,” tukas temannya.
“Atau kau ganti warna rambutmu, begitu mengganggu tahu, atau ada teman-temanmu lagi, yang mempunyai rambut seheboh kamu, benar kan bos,” timpal temanya yang satu lagi.
“Mungkin lebih baik kita makan saja rambutnya, benarkan?” kata Danang, atau bos mereka.
“Lagian kenapa sih harus diunguin? Rambutnya, seragam kita aja udah serba ungu, ini rambutnya sekalian, luntur Bu?” ejek Danang. Dan teman-temannya Si kembar Dono dan Doni, serta Armis tertawa mengejek. Gadis itu hanya diam, meskipun Danang memuntir-muntir rambutnya. Lalu ia menempis lengan Danang, dan anak itu tersentak. Ia lalu mendorong gadis itu, dan gadis itu menabrak loker yang ada di belakangnya. Gadis itu menatap mereka dengan tatapan kosong.
“Maaf saja. Makanya jangan suka datang ke tempat yang sepi kalau gak mau diganggu! Lagian kita gak bakalan ngapa-ngapain kayak preman dijalan,” kata Danang tersenyum miring, juga teman-temannya.
“Ohh, boleh saja ketempat yang sepi, akan lebih menyenangkan lagi, bila gak ada pengganggu seperti kalian.”
Tiba-tiba ada sebuah suara dan mereka tersentak kaget lalu berbalik melihat siapa disana. Dan tidak menyangka Danil berdiri disana.
“Kalian tahu, jika kalian tau banyak soal fashion dan seni mode, kalian tidak usah banyak berkomentar yang, bisa dibilang tidak PENTING, kepada orang itu, karena kalian juga tidak mengertikan. Dan juga apa melakukan hal itu tidak membuang waktu kalian, atau membuat kalian lebih pintar, lagi. Hmm, biar kupikirkan. Ohh, aku tau! Jawabannya yang pasti kalian sangat tidak suka. Dan jawabannya adalah Tidak, kalian hanya membuat diri kalian malu. Benarkan?” ujar Danil.
“Wow, terima kasih khotbahmu, Daliyel Dan kami juga tidak peduli dengan semua yang kau bilang tadi, dan ....” kata -kata Danang terpotong.
“Kalian gak ngerti apa yang kumaksud, kan?”
“Oh, sudahlah ini bukan urusanmu, menurutmu karena kau anak kepsek kami takut padamu, tidak akan!” ujar Armis.
“Betul-betul!” kata Dono dan Doni serempak.
“Mungkin, tapi aku bisa saja melaporkan kelakuan kalian, atau Falfayria pun akan melakukanya.”
“Hahh, dia gak bakal berani! Iya,kan, Fally? Kalau gak dia gak bakalan selamat,” ujar Danang sambil menepuk dahi Falfayria dengan tinjunya.
“Hmm, baguskan kalau begitu. Hukuman kalian jadi dobelkan?” ejek Danil.
Skakmat, pikir Danil. Muka Danang jadi merah karena marah, Armis mendengus kesal, ia melipat tangannya ke perutnya. Dono dan Doni saling berpandangan. Danil tersenyum puas, seperti ia baru dibeli barang yang ia inginkan dihari ulang tahunnya. Falfayria menunduk, memandang ke gelang mutiara kaca ungu di tangan kirinya.
“Kenapa, belum makan. Kok malahan bengong?” tanya Danil sambal berkacak pinggang yang membuat mereka makin gusar.
Geng Danang yang tadi mengitari Falfayria berbalik dan memandang Danil dengan ekspresi dingin.Tapi Danil tidak kelihatan takut, malahan ia tersenyum miring di depan mereka semua. Falfayria yang daritadi tidak peduli meskipun diganggu mereka hanya memperhatikan di balik punggung anak-anak itu.
Kemudian Danang tersenyum miring.
“Kau ingin babak-belur hari ini ya, Deyinil-el,” ejek Danang sambil berpandangan licik dengan Armis.
“Hmph, kenapa terburu-buru? Mau buat masalah lagi? Sepertinya jangan, lagian kan ....” kata -kata Danil terputus.
“Kan, kami sudah bilang. Bukan urusan kami kau anak kepsek atau apa, dan memangnya kau dengan Fally itu apaan? Teman bukan apalagi pacar,” ledek Armis.
“Namaku Falfayria Thistle,” guman Falfayria.
“Aku gak peduli! Aku hanya tidak mau ada banyak pengganggu disini, terutama para pengecut yang hanya bisa mengganggu anak perempuan. Kayak 'banci' seperti kalian! Dan kalian aku takut dengan kalian, jangan mimpi!” ujar Danil dengan berani.
Falfayria yang menunduk kini memandang Danil. Dan anak-anak itu makin geram terutama Danang.
“Kenapa? Mau buat aku babak-belur silahkan saja. Toh, hukuman kalian makin numpuk.”
“Kau—” bentak Danang.
“Kaliaaaannnn!!!” teriak Rayla yang berada di belakang mereka, dan terlihat sangat marah. Danang dan teman-temanya terperangah, dan Danil mengernyit. Falfayria melirik gadis itu.
“Ngapain kalian pada disitu? Udah tau persiapan pensi masih banyak, lagi pada sibuk, kalian malah disini gak jelas, buat apa coba? Bukan urusanku kalau kalian hukuman kalian disuruh membantu panitia pensi! Sekarang juga, cepat ke LAPANGAN!” Rayla mengoceh dengan nada sangat cepat sampai mereka terpatung termasuk Danil.
“Jadi itu hukuman kalian? Aku kira ngebersihin toilet,” kata Danil segera tersadar sambil melirik anak-anak itu.
Danang mengepal tangannya. Kemudian ia menatap Falfayria. Ia mengangkat alisnya dan memutar bola matanya ke samping. Tanda untuk Falfayria agar segera pergi dari tempat itu. Falfayria menurut. Diam-diam ia berlari kecil dan meninggalkan mereka semua. Danang dan teman-temannya tidak sadar gadis itu sudah hilang dibalik punggung mereka.
“Sebenarnya masih banyak, tapi jika tidak segera dilakukan akan lebih banyak lagi, dan sekarang kita lagi butuh orang untuk ngangkat barang-barang untuk pertunjukan pensi, jadi CEPETAAAN!!!” Rayla lebih garang lagi kali ini. Danang dan teman-temannya tersentak dan langsung lari ke lapangan.
“Wow, mereka tunduk juga pada wanita,” guman Danil yang tengah melihat Rayla, dengan temannya Salma. Rayla mendengus kesal lalu ia melihat Danil yang memandanginya. Lalu mendesah.
“Kau tahu Danil, pensi ini akan jadi lebih hebat lagi jika kau datang, maksudku kakek buyutmu membangun sekolah ini, dan ayahmu juga kepala sekolah,pasti sekolah lain akan terkesan,” kata Rayla, kemarahannya berganti dengan kekecewaan.
Danil mengatup bibirnya rapat.
“Wakil Kepala Sekolah, ia sering bekerja di dinas, makanya jarang ke sekolah, kadang-kadang juga keluar kota” sahut Salma.
“Tetap aja! Lagipula mereka akan berpikir keren sekali jika Danil menjadi tamu istimewa atau tamu kehormatan kita, maksudku orang-orang juga berpikir ini pasti keren, kan? Lagian banyak yang nanya tentang keberadaan Danil, apalagi pas pensi karena penasaran. Dan aku sebagai ketua OSIS selalu mengundangnya untuk acara ini, dan kegiatan di luar lainnya, terutama kalau ada tamu dari luar. Tapi tidak, ia gak peduli untuk datang, sama sekali!”
“Terima kasih untuk rinciannya. Dan, ya … aku tidak akan datang ke pensi nanti,” balas Danil
“Dan kau wakil ketua osis, aku juga,” Salma menjelaskan, Rayla memutar matanya.
“Ehhkh, jangan ungkit-ungkit hal itu, aku tidak percaya Budi Budiman bisa jadi ketua osis, emang apa bagusnya dia.”
“Jauh sih,” guman Danil, ia lalu berbalik, berjalan ketaman anggrek. Melewati tangga ke lorong. Meniggalkan gadis-gadis itu yang tengah mengobrol di samping air mancur dengan pancuran air bunga anggrek.
“Dan sekertaris osis yang bikin pusing itu, terlalu banyak gaya, dan kayak orang tolol,” guman Rayla yang daritadi kesal sendiri, Salma yang menatap pinggiran air mancur. Kemudian Rayla melihat dimana tadi Danil berada. Lalu ada anak laki-laki menghampiri mereka.
“Lihat, dia pergi begitu saja, benar-benar menyebalkan si Danniyaal itu,” kata Rayla sebal.
“Apa kau bertemu dengan anak pendiri sekolah ini? Enaknya jika sekelas dengannya. Tetapi ia sangat tertutup, mau diwawancarai mesti nolak atau gak kabur, terus...” kata anak itu.
“Halaah, sudahlah susah ngurusin tuh anak! Kenapa kau kesini?” tanya Rayla. Salma melirik anak itu.
“Kalian dipanggil oleh panitia dan ketua osis. Mereka memerlukan kalian,” jawabnya.
“Oh, gitu ayo Salma, kita pergi, makasih G-M-B.”
“Kenapa kau tidak memanggil dengan nama asliku Goerge Michael Bolton,” Gilang terkekeh.
“Gilang Mahmud Bardhan, udahlah gak usah banyak gaya!” sahut Salma agak kesal.
“Tau, tuh!” kata Rayla kesal.
Mereka pun pergi ke lapangan meninggalkan anak itu yang masih diam disana.
“Ayolah jangan galak gitu! Aku, kan, ...? Eh! Hei tungguin dong.” Gilang beranjak pergi menyusul mereka.
Taman sekolah ini seperti dongeng saja. Dan gedungnya, seisi sekolah kenapa harus di cat UNGU. Meskipun bunga-bunga bergradasi ungu dari ujung sampai ujung lagi melingkari taman ini, apakah semuanya harus seperti kastil boneka, apa yang dipikirkan kakek buyutku waktu itu. Kakek bilang kakeknya bertemu dengan gadis dari negeri lain, dan saat ia diajak kesana, negeri putri itu suasananya seperti ini. Semuanya ungu, apa maksudnya? batin Danil.
Ia sudah berada di taman sekarang sambil memikirkan tentang arsitektur gedung sekolahnya. Ia lalu duduk diatas sandaran bangku taman, yang sepertinya sudah biasa dilakukannya. Ia lalu merogoh saku celananya dan menarik telepon pintarnya yang bewarna hitam, dengan cassing bergambar ruang angkasa yang gelap dipenuhi bintang-bintang yang berkelap-kelip. Ia menyalakan hpnya untuk mendengarkan musik, lalu menjejalkan headsetnya ke telinganya. Lagu Turn Down For What terdengar jelas ditelinganya, tapi tidak terdengar apapun di taman itu, sepertinya ia menyetel volume tidak keras, dan ia menyukai hal itu. Ia juga memainkan kepalanya, menggangguk-angguk, membiarkan rambutnya berkibas-kibas dan menari-nari. Falfayria yang tiba-tiba berjalan di area belakang taman melihat kelakuan Danil, tersennyum, cekikikan kecil. Danil masih mendengarkan musiknya, dan menyanyikan liriknya yang sesuai dengan lagu itu.
“Turn down for....what?” Nyanyian Danil terhenti saat ia melihat Falfayria cekikikan disana, awalnya bingung kenapa gadis itu tiba-tiba ada disana, saat Falfayria meliriknya, ia malahan tersenyum juga, lalu Falfayria berjalan lagi, sekilas memandang Danil dan kembali ke jalannya. Danil yang masih mengamati gadis itu agak penasaran kemana gadis itu akan pergi. Tidak ada teman,anak baru beberapa hari yang lalu sesudah ujian, tidak banyak bicara, rambutnya ungu. Kalian jika pernah melihat film Code Lyoko, pasti kenal Aelita. Gadis kecil itu terjebak di Dunia Maya, penemuan ayahnya, lalu tiba-tiba ada anak-anak yang menyelamatkannya, dan membantunya bersekolah di sekolah mereka, dan ia berambut merah muda, memang bukan masalah di sekolah itu—yang sebenarnya sekolah ini juga seperti itu. Dan anak itu memang kata ayah Danil suka datang kemari melihat-lihat, kadang-kadang masuk ke gedung sekolah. Ayah Danil curiga kepadanya, dan entah kenapa, akhirnya ia memasukkan gadis ini ke sekolah ini. Mungkin karena anak itu tidak sekolah, dan asal-usulnya, apalagi orang tuanya. Dan kadang-kadang ia sangat polos dan lugu, seperti memang tidak pernah sekolah sebemumnnya, tapi ia pintar dan cantik, juga kasihan, menurut ayah Danil. Dan Danil masih bertanya-tanya tentang anak ini, jika dia Aelita, mana teman yang lainnya. Atau ia sedang mencarinya. Atau ia keluar sendiri dan sedang merencanakan sesuatu, siapa yang tahu. Dan Danil memutuskan untuk mengukutinya, mengendap-ngendap. Mengamati lebih saksama.
Gadis itu melirik kesana-kemari, kadang-kadang menoleh ke belakang, Danil, langsung sembunyi dibalik tembok,semak-semak, atau benda lain agar tidak ketahuan, sepertinya ia ahli dalam hal seperti ini. Dan kemudian, putri masuk ke gudang sekolah, yang lumayan besar. Disana banyak barang-barang dari pertunjukan atau acara-acara sekolah yang juga banyak. Tidak terkunci jadi gadis itu masuk saja, Danil yang dibelakangnya mengamatinya di jendela, dan keanehan pun terjadi.
Gadis itu berdiri didepan cermin, ia memegang sesuatu seperti batu kristal. Tangannya menengadah dengan kristal itu diatasnya. Lalu tiba-tiba batu itu bersinar, sinarnya memantul ke cermin seperti laser ungu. Dan cermin itu ikut bersinar, ada kemilau kerlap-kerlip di sinar itu seperti bintang dan gas di luar angkasa. Dan cahaya itu makin bersinar saat gadis itu mendekat ke cermin itu. Saking bersinarnya Danil tidak bisa melihat apa selanjutnya. Dan saat ia melihat lagi, ia sangat terkejut. Gadis yang bernama Falfayria itu, hilang.
Hilang bersama cahaya di cermin tadi.
Lapangan ramai dipenuhi panitia pensi dan anak-anak lainnya. Mereka antusian terhadap pensi yang akan diadakan, terutama anggota osis. Mereka sibuk menyiapkan segalanya. “Ohuhuhu, aku yakin kali ini akan sangat menyenangkan,” ujar Gilang sangat bersemangat. “Yah, tamu-tamu yang kita undang juga lumayan oke. Panyak yang datang, pasti terjadi,” sahut Salma. “Iya sih. Tapi aku masih bertanya-tanya kenapa si Dandi itu gak pernah mau datang, maksudku pasti bakalan lebih rame,” kata Rayla, entah kenapa ia masih berharap Danil akan datang. “Hmm, benar juga! Keren juga keturunan pendiri sekolah ini bergabung bersama kita di pensi.” “Menurutku sama saja ia datang atau nggak, gak penting-penting amat,” tukas Salma. “Oh, ayolah Salma! Ya memang, sih, gak penting-penting amat, tapi, kan, ada sesuatunya gitu! Lagian dia kan beda dari kita, turunan arab, itulah katanya, dan tinggi banget! Yah hampir sama sih kayak aku, tapi waktu pertama ia ma
Setiap Ketua Murid di kelas, menyebarkan formulir pendaftaran ulang, atau pendataan ulang siswa yang naik kelas. Yang tidak naik, tetap dikasih. Meskipun berangkat agak terlambat, diperbolehkan saja masuk kelas. Ya, memang lagi bebas, sih. Para panitia pensi sibuk dengan pekerjaannya. Mulai dari memindahkan barang yang mau dipakai, mempersiapkan panggung, mendesain lampu dan gambar-gambar yang mau dipasang, memasang beberapa spanduk, menata dan membersihkan lapangan, dan masih banyak lagi. Kadang-kadang ada beberapa anak yang asyik melihat-lihat panitia bekerja, ada yang di kelas dan main diluar kelas. Entah di taman, lab komputer, atau nongkrong di pos satpam. Falfayria yang hilang di cermin pun terlihat baik-baik saja, ia tengah membaca formulir itu. Danil daritadi melamun, matanya menatap ke Falfayria yang membaca formulir itu, ia masih penasaran dengan apa yang terjadi dengannya. Saat Falfayria hilang dengan cahaya itu, ia lalu masuk ke gudang, meng
Danil kemudian terjaga kembali saat mendengar suara yang begitu keras di lereng bukit di depannya. Ia lalu bangkit dengan susah payah. Kemudian berjalan ke lereng itu dan darahnya menjadi beku. Ia lalu bersembunyi di balik batu, duduk berlutut. Melihat dibawah sana. Ada dua pasukan saling berhadapan.Seperti semacam perbatasan dan pasukan yang bewarna gelap dan pucat tidak boleh melewati jalan itu karena dijegal oleh pasukan satu lagi yang berwarna terang. Danil merasa saat ia jatuh tadi matanya tidak berfungsi dengan baik. Mereka melihat makhluk-makhluk aneh berpakaian seperti mau perang. Dan disisi lain, pasukan yang bewarna terang seperti manusia. Tapi ada beberapa perbedaan yang tidak pernah diketahuinya. Pasukan terang berbicara seperti manusia biasa.Pasukan yang gelap juga begitu, tapi mereka kelihatan sangat liar daripada pasukan dari sisi lain. Mereka berdecak-decak, tertawa tidak jelas, berdekut-dekut, dan mencaci-maki pasukan lawannya. Pasukan di belakang me
Danil agak kaget saat melihat ada Falfayria di depannya. Gadis itu pun sama, tapi di sisi lain dia kelihatan senang tak karuan. Gadis itu begitu bingung kenapa Danil bisa sampai sini.“Bagaimana kau bisa ....” perkataan danil terpotong tiba-tiba karena merpati ungu di atas pohon mulai terbang lagi, mengibaskan bunga-bunga, dan menyemburkan debu-debu ungu kerlap-kerlip tepat di kepala Danil.“Hei!” pekik Danil, sambil menundukan kepalanya untuk mengusapkan debu-debu itu, yang sepertinya sulit sekali karena sangat tipis, menempel di kepalanya. Sekarang rambutnya jadi warna ungu seperti Falfayria, hampir. Falfayria tertawa kecil sambil menutupi mulutnya. Tapi tetap saja Danil tahu, dan sepertinya dia agak tersipu.“Jangan tertawa seperti itu! “ seru Danil malu.“Owh, maaf. Kau sepertinya jadi bagian dari kami sekarang. “ kata Falfayria lalu ia tertawa lagi.Danil lalu menggoyankan kepalanya kekiri dan ke
Entah ada angin badai apa yang menyebabkan Danil dan Falfayria bisa bertemu. Dan ketika Falfayria mengumumkan dirinya adalah putri negeri dongeng yang sedang Danil jumpai membuat Danil makin khawatir berdekatan dengan gadis itu lebih lama. Roman muka Danil jadi makin gusar.“A-apa maksudmu? Kau putri, seorang putri?" Danil bertanya dengan suara pelan.“Ya, tentu saja! Aku adalah putri disini, di kerajaanku. Yah, di negeri ini penduduknya dipimpin oleh raja, dan istanaku tempat tinggal raja juga. Dan ada beberapa klan bangsawan, tiga lebih tepatnya. Mereka membantu ayahku dan juga menteri negeri ungu yang lain. Para menteri tinggal di kastil yang lain sebenarnya. Kau kenapa?” Falfayria bingung kenapa Danil memandangnya seakan ia orang asing yang bisa membuatnya terluka, setidaknya itulah yang dipikirkan Falfayria.“Apa? Aku? Oh, tidak apa. Umm, aku hanya ingin tanya kenapa kau menjelaskan banyak hal kepadaku yang, jangan tersinggung
Mereka berjalan menuruni bukit yang dihiasi pohon- pohon yang beranting panjang dan lebat. Lalu semak-semak yang di sela waktu menyemburkan serbuk ungu. Danil terperanjat dan hampir terjatuh saat tiba-tiba bunga itu menyemprotkan serbuknya di depan langkanya selanjutnya. Dan Falfayria hanya tersenyum dan menyuruhnya tenang. Kadang-kadang warna itu membuat para Warnarish kembali segar lagi. Tapi ada beberapa tanaman di daerah kusam yang membuat warna para Warnarish menjadi tak segar dan kusam. Dan kadang-kadang para Waemon menyerang warga negeri ungu dengan membuat mereka terluka dan lemah.Danil terlihat seperti mendengarkan Falfayria, tapi ia diliputi rasa khawatir yang terus menerus menggangunya jadi ia sebernarnya tidak peduli apa yang diberitahukan dan diceritakan Falfayria sepanjang jalan.Saat selesai menuruni bukit. Mereka disambut oleh sungai yang dipinggirnya ditumbuhi bunga-bunga. Ada bunga yang seperti bunga poppy, tapi Falfayria menyebutnya Waroppy
Danil terkesiap memandang pemuda itu, matanya terbuka lebar dan jantungnya nyaris copot. Falfayria pun menengang. Tapi sikap dan roman mukanya masih terlihat tenang. Lalu semak tinggi yang di sebelah Danil menyemprotkan serbuk dari bunganya ke rambut Danil. Dan rambutnya makin ungu. Ia agak kesal dan menutup matanya saat serbuknya mulai melebar ke udara. Ia lalu menggoyangkan kepalanya lagi. Falfayria mengangkat tangannya ke mukanya dan memejamkan matanya. Lelaki itu hanya melihat dengan bengong. Sehelai rambut jatuh dikeningnya.“Hmm, aku tidak tahu kau sepertinya terganggu saat serbuknya menyebar kemana-mana. Tapi aku belum tahu namamu. Jadi kuperkenalkan diriku. Namaku Byzan Mauvo. Pangeran negeri ini, juga ahli waris kerajaanku. Dan gadis yang kau ajak bicara itu adalah adikku, kau...” Byzan menunggu jawaban dari Danil. Danil menyisir rambutnya dengan jemarinya. Tapi ia tidak mau membersihkan semua serbuk itu agar rambut tebalnya yang coklat muda itu tak terli
Mereka sampai di bukit yang berdekatan dengan hutan yang lebat. Istana yang terlihat agak jauh masih bisa terlihat di balik bukit itu. Falfayria mengeluarkan cermin di tasnya. Cermin itu ada pegangannya. Di sekitar cerminnya terukir motif-motif spiral. Ganggang cerminnya bewarna ungu terang. Bahkan pantulan sinar dari cermin itu bewarna keunguan, yang biasanya bewarna biru.“Pegang ini! Aku mau menambil batu portalnya. Dan kau jangan masuk ke hutan. Jika kau pergi kedalam hutan, kau akan menemukan sarang dan kerajaan Waemon,” Falfayria memperingatkan. Ia merogoh tasnya untuk mencari batu itu. Tapi tidak ada. Kemudian Danil melihat kilatan besi dari tas Falfayria, seperti pisau. Danil yang gusar dan ragu, kini menjadi takut. Falfayria mencari-cari lagi dengan cemas. Ia lalu berhenti dan mengeluarkan tangannya dari tasnya. Matanya terbuka lebar.“Celaka, aku lupa kalau tadi aku sudah mengembalikannya. Aku takut ayahku melihatnya. Demi Sang Maha Pencipta
“Wuah, jadi begitu! Apa kalian semua setuju?” seru Taffie penuh semangat.Kedua belas Auru terdiam sembari mengerjap bingung. Bayru menelan ludah, teringat akan kejadian lama tentang manusia. Ivoria juga terlihat tak yakin. Blazore terdiam, tak peduli. Pytch memandang Nayle yang semringah. Salvero memandang warnarish berlalu-lalang, tak mau peduli. Maya menatap Taffie serius. Kochop mengernyit. Karmin memainkan api di tangannya. Boltya memandang api di tangan Karmin menari-nari.“Taf, aku sudah bilang padamu, akan bahaya kalau kita benar-benar berbaur dengan manusia. Dan jumlah yang ingin masuk ke sekolah ada … dua belas? Hampir sepertiga dari angkatan kelas baru setiap tahunnya!” tutur Falfayria. “Lagipula, apa kita terus bisa menahan kekuatan kita dan mengubah warna-warna di sekitar kita?”“Aku setuju, lagipula aku tidak perlu sekolah lagi!” sahut Karmin, Auru Abu-Abu. “Bayru pun coba-coba mencari pekerjaan di Bumi, dan lihatlah apa yang terjadi. Selain murid apa kau mau kami bekerj
Taffyandria dipandang sinis oleh Peonie. Raja Pinqoe menatap lirih putrinya.“Apa yang akan kau lakukan?” tanya sang raja.“Apa yang Ayahanda lakukan dengan seenaknya pada warnarish yang tidak bisa apa-apa dan hanya mengikuti eksekusi sampai akhir! Ayahanda tidak pernah peduli para warnarish Pink yang dieksekusi! Dan sekarang Ayahanda juga akan melakukannya pada Meagantya? Hanya karena selir baru dengan paras cantik, anggun, pintar, bisa segalanya, kebalikan dariku ini menuduhnya pembunuh karena sebuah botol beracun yang ditemukan Meagantya? Kenapa Ayah juga tidak curiga dengan botol racun yang sudah ada di kamar Nyonya Peonie? Apa yang selir itu lakukan? Apa dia mau bunuh diri? Atau mau meracuni salah satu dari kita?”“Taffyandria!” gertak Raja Pinqoe.“Kenapa tiba-tiba Meagantya dijadikan tersangka pembunuhan? Apa motifnya? Karena pertemuan kemarin siang? Sikap Nyonya Peonie yang menyebalkan karena terus menggan
Tubuh Taffie bergetar saat mendengar saat Meagantya divonis ingin meracuni Selir Peonie. Mentor favoritnya yang selalu mendidiknya dengan sabar dan penuh ilmu membuatnya semakin yakin kalau itu semua hanya tuduhan palsu. Meagantya akan dieksekusi hari ini. Sungguh kejam dan tergesa-gesa. Taffie tahu perbuatan siapa ini. Namun, kotak hadiah di nakasnya membuatnya bertanya-tanya siapa gerangan yang memberinya. Dia membaca kalau Peonie memberikan kotak itu, tetapi tatapan sinisnya saat Taffie mengamuk ketika mendengar eksekusi Meagantya, dia ragu wanita titisan waemon itu yang memberinya. Taffie teringat tempo hari ketika Peonie, Meagantya, dan dirinya duduk di taman. Dia tidak tahu kalau wanita mengerikan itu akan datang. Meagantya tersenyum selayaknya sebuah rencana berhasil. Taffie hamper saja menembakkan bola-bola cahaya di sekitarnya. Dia tidak sudi bertemu Peonie di waktu luangnya. Lain hal dengan Meagantya, kalau bisa Taffie bisa sekamar d
FantarnaAll in ColorsPetualangan Para Auru WarnaWarnarish yang selamat dari pemusnahan akhirnya tinggal di sebuah gua tersembunyi di suatu pulau di Bumi. Mereka harus beradaptasi dengan lingkungan Bumi di sekitarnya. Bersama dengan para warna lainnya, mereka hidup bersama, secara rahasia. Namun, para Auru penjaga yang penasaran dengan seisi Bumi memutuskan untuk berpetulangan. Beretemu dengan penduduk Bumi dengan sifat bermacam-macam.Tantangan ddan rintangan diarungi, resiko dihadapi, maut pun menanti.Namun, yang paling buruk adalah penyihirr terkuat Waemon akhirnya menemukan cara untuk bergabung dengan para Warnarish.Memusnahkan mereka untuk selamanya!The Pink One: Color of The HeartTaffie hanya mengingkan kebah
Malam ini merupakan malam yang paling bersejarah. Malam yang paling berbeda dari malam yang lain. Setidaknya itulah menurutku. Meskipun aku hanya menjadi pengurus dalam acara ini tetapi tetap saja malam ini sangat berarti untuk kita semua, para warnarish. Baiklah, mungkin aku agal berlebihan. Tetapi aku sudah tidak sabar dengan acara ini. Dan—ohh, sang auru biru juga ada disini, pengawalnya adalah kekasihku. Entah kemana dia dua hari kemarin, tetapi karena dia sudah ada disini jadi mungkin ini adalah hal yang bagus. Aku masih tidak tahu kalau para auru akan melawan warnarish lain juga atau melawan sesama auru juga. Yang pasti malam ini akan menjadi malam yang tidak terlupakan. Olimpiade ini adalah olimpiade dimana setiap warnarish dari semua warna yang berbeda, 12 warnanya, akan berduel sampai ke final, UNTUK PERTAMA KALINYA!!! Dan aku, Shyan Chann akan ikut juga. Melawan warnarish yang hebat dan juga berkompeten. Ah, aku sudah tidak sabar. Tiba-tiba aku mendenga
Sang Ketua yang mereka bicarakan ternyata hampir mirip dengan mereka. Dia tinggal di sebuah gubuk yang terbuat dari bambu. Tirai masuknya dibuat dari kulit kelapa. Bayru dipaksa masuk kesana dan melihat ketua tiga orang tadi duduk bersila. “Apa ini? Orang yang terdampar lagi?” kata Sang Ketua. “Begitulah,” kata salah satu dari mereka. “Tapi yang satu ini aneh,” yang sebelahnnya menjelaskan, “Tidak ada kapal atau sampan apapun!” “Mungkin dia jatuh dari kapal dan kemari!” ujar yang satu lagi. “DIAM!” seru Sang Ketua. Bibir Bayru berkedut. Kemarin dia bertemu profesor psikopat, sekarang sekte orang aneh. “Apa sejak pertama kali melihatnya dia basah, atau bagaiman?” Kedua orang itu saling berpandangan dan yang satu lagi menggarukkan kepala. “Kami tidak tahu! Dia tiba-tiba ada di depan pulau.” “APA??? Itu tidak mungkin! Jika dia sudah ada disini dari kemarin, seharusnya kita tahu bukan?” Tidak! Ka
Falfayria agak terkejut saat ibu Danil yang membukakan pintu untuknya dan langsung memeluknya.“Oh, kau pasti ketakutan ya, Anak Manis!” serunya.Pasti ada sesuatu yang salah. Apa Danil tidak sengaja menceritakan apa yang terjadi?“Umma! Kenapa tiba-tiba?” kata Danil.“Oh, dia pasti kemari untuk memastikan kau baik-baik saja. Lagian kenapa kalian malah berpisah?”“Soal itu ....” Falfayria berhenti sejenak. “Sebenarnya aku sudah pulang dari tadi, tetapi karena rumahku gelap karena masih direnovasi jadi aku sebenarnya ingin menginap disini, maksudku ... ya—sebenarnya—”“Ohoho, pantas saja. Lagipula tidak apa-apa kau menginap disini. Dan apakah itu saudaramu?”Falfayria mengernyit. Dia tidak menduga ada yang mengikutinya. Jika itu Byzan, maka habislah dia.“Ah, bukan! Apa aku temannya Danil, juga?”Falfayria menoleh. Ternyata buk
Niatnya untuk membantu Arabella menjelaskan semuanya, Arabella sendiri yang menjelaskan semua. Mereka hanya mendengarkan sembari Arabella menjabarkan apa yang terjadi dan menunjukkan-nunjuk ke siapapun yang dia ceritakan. Setidaknya Falfayria bisa tenang sedikit. Tetapi luka di bahu Danil membuatnya bersalah. Dia memandang Danil yang kini sudah siuman di mobil ambulans. Danil tidak mau dibawa ke rumah sakit, dia memaksa. Memang peluru yang mengenainya itu kecil, tetapi tentu saja dia perlu pengobatan yang serius.Di sisi lain, Bayru dan Aquwamarie saling membisu. Tidak ada lagi perdebatan antara pengawal dan tuannya. Bayru masih merasa tidak enak karena dia bertindak senaknya, dan kejadian yang menimpanya ini memang tidak pernah ia pikirkan. Aquwamarie juga merasa begitu, sebagai penjaga Auru dia seharusnya lebih memperhatikan Bayru dan mengawasinya di setiap waktu dimanapun.Semua warnarish menjaga perasaan dan emosi mereka agar mereka tidak sepenuhnya berubah. Untuk
Falfayria tidak menduga bahwa pria itu sudah tahu dia berbeda. Bahkan Aquwamarie.Seharusnya kami menyelinap lebih cepat. Danil sekarang terluka. Apa yang harus kulakukan? Aku tidak bisa menggunakan kekuatanku jika Arabella disini! Falfayria membatin.“Dasar pria tua kejam! Apa yang kau lakukan pada Danil?” hardik Arabella.Tomo hanya terkekeh-kekeh. Tidak peduli apa yang dikatakan gadis itu.Arabella semakin kesal. Dia berteriak menerkam Tomo, tetapi Tomo menghindarinya dan menjambak rambutnya, membenturkan ke tembok. Darah mengalir di dahi Arabella, dia pun terjatuh.Falfayria tertegun. Dia saling berpandangan dengan Aquwamarie.Yah, mungkin saatnya untuk menunjukkan kekuatanku.“Nah, dua gadis favoritku! Gadis asing dari planet lain. Kalian juga akan bergabung dengan penelitian besarku. Aku tidak akan memberikan kalian pilihan. Bergabung denganku atau teman kalian tidak akan selamat, kalian tahu,