Share

33. Petaka

Penulis: ddablue_
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-31 11:31:01

Chan benar-benar tak bisa mengalihkan pandangannya dari sosok Han Na-Na yang dalam benaknya terbayang sosok Ailin dari balik piano. Matanya membeku. Hanya bisa terpaku. Hati terus berdesir dan mengatakan hal-hal yang seolah tak sesuai kenyataan.

Tapi, Park Chan terus meyakinkan diri, seseorang bisa saja tampak mirip.

"Permainan yang bagus, Na-Na." kata Chan datar. Nyatanya ia sedang meyakinkan diri untuk membuang bayangan Ailin.

Na-Na memberikan satu senyuman yang paling indah sambil menundukkan kepalanya sebagai tanda hormat, "Terima kasih."

Detik itu juga, Chan semakin merasakan getaran tersendiri dalam dadanya. Senyuman itu mengalirkan kehangatan ke seluruh pembuluh darahnya. Senyum yang menyerupai guratan senyum lain.

Memang ada momen dimana Na-Na sangat-sangat menyerupai Ailin. Diantaranya saat tersenyum dan bermain piano. Dari bahasa tubuh dan gayanya bermain piano. Senyum tipis yang menawan. Bahkan saat bernyanyi, suara mereka terkadang nyaris tak bisa dibedakan.

Mungkinkah?

"A
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Fall in Rose   34. Petaka 2

    Tepat ketika langkah keduanya telah sampai diambang pintu, tiba-tiba rasa nyeri itu seakan datang begitu saja menggelitik hatinya. Chan memang bermain piano, tapi tidak sendiri.Ada Han Na-Na di sampingnya. Mereka berada di satu kursi yang sama. Sepertinya Chan sedang mengajari beberapa tehnik, tapi entah mengapa ada tawa yang menyelimuti keduanya, senyum Chan juga sangat luas, ada lubang di kedua sisi wajahnhya. Bukankah chan tidak bisa semudah itu untuk memberikan senyuman kepada orang lain?Bahkan Rose tidak pernah mendapatkan senyuman itu di saat pertama bertemu Chan. Entah mengapa itu menjadi pemandangan yang sangat menyebalkan.Seketika hantaman akan beberapa pekan lalu, saat Rose menemukan figura yang terdapat foto Chan dan Ailin di atas nakas kamar kutu beras dan juga semua artikel yang pernah dilihatnya saat mencari tau tentang sosok Bae Ailin.Seharusnya Rose secara otomatis sudah melangkah bersama Steave, tapi Rose hanya membeku, ia tetap berdiri di tempatnya. Seolah berada

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-02
  • Fall in Rose   35. Yang Tak Pasti

    Rose mengeluarkan sekotak Kimbab dari tasnya dan meletakkan di atas meja kerja Chan, "Ini satu-satunya obat anti maag!""Wah! Kau memang istri yang sangat perhatian." Chan membelalakkan mata sambil meraih kotak tersebut. Tampak antusias.Rose duduk diatas sofa nan empuk yang tersedia di ruangan tersebut, menyandarkan diri disana agar lebih santai. Melepas penat. Tak ingin peduli banyak tentang celotehan suaminya itu. Suami? Ah, rasanya tidak pantas ada sebutan itu. Pasien? ya, mungkin itu jauh lebih tepat."Noona! Aku tidak ingin berjauhan dengan istriku!" Chan merajuk. Berlari kecil dari kursi kerjanya menghampiri Rose. Menempatkan diri tepat disamping perempuan itu.Rose agak sedikit menjauh. Merasa tak nyaman, "Jangan panggil aku dengan panggilan seperti itu!""Wae? Kau memang istriku, kan?" Chan mengunyah Kimbab lezat buatan Rose."Kata siapa?" Rose terkekeh. Melipat tangan di depan dada, "memangnya pernikahan ini seratus persen sah?""Tentu saja. Kau tak ingat jika kita mengucapka

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-05
  • Fall in Rose   36. Menyentuh Hati

    Tiba-tiba petir menggelegar, membuat keduanya tersentak. Langit yang tadi begitu cerah harus berubah menjadi kian gelap. Inilah roda kehidupan. Ada kalanya malam yang dipenuhi bintang, tiba-tiba menjadi murung. Semuanya bisa saja terjadi selama kehidupan maish berjalan,Steave dan Na-na memilih untuk meninggalkan kedai tersebut sebelum hujan turun. Di tengah perjalanan, perlahan rintikan hujan itu jatuh begitu tipis, keduanya semakin mempercepat langkah.Namun apa daya, hujan justru semakin deras. Mereka tak punya pilihan. Na-na memilih untuk berteduh sejenak di bawah pohon nan rindang yang otomatis diikuti oleh Steave. Meski kemungkinan basah itu ada, setidaknya itu lebih baik dari pada harus melanjutkan perjalanan yang justru akan semakin membuat keduanya basah kuyup.Na-Na mengusap seluruh sisi tubuhnya yang terkena cipratan air. Entah mengapa ada dorongan tersendiri yang terjadi secara otomatis. Steave memainkan tangannya di sekitar rambut perempuan itu yang setengah basah. Memberi

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-07
  • Fall in Rose   37. Harapan

    Chan beranjak untuk mengarah lebih dekat dengan Rose bersama tatapan yang tak bisa ditafsirkan. Rose justru kebingungan dengan tatapan seperti itu."W-wae?" Rose agak menjauh, "Iya.. iya.. Aku akan tidur disampingmu setelah belajar.""Aku ingin sekarang." balas Chan datar.Takut Chan menjadi gila, Rose memilih untuk segera menutup bukunya, lalu berjalan pelan menuju ranjang lebih dulu dari Chan. Di tengah langkahnya, ada pikiran liar yang tiba-tiba datang menghampiri. Karena lebih baik Rose tidur setelah melihat Chan pulas terlebih dahulu. Toh, Rose tetap harus belajar lagi."Apa kau mau teh?"Chan justru mendekat seraya memegang kedua bahunya, "Aku ingin sesuatu, tapi bukan teh.""Lalu apa?""Aku ingin memelukmu."Kalimat itu membuat mata Rose melebar dan bergetar. Tatapan Chan membuatnya selalu mengalah. Detik-detik berlalu sekonyong hening."Ini sudah malam, Chan. Kau harus banyak istirahat, besok kau harus kembali bekerja. Aku juga sudah lelah." Rose berusaha keluar dari situasi ca

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-09
  • Fall in Rose   38. Saingan Lama

    "Kami datang!" Seketika kedatangan Hyesi bersama dengan para pianis besutan LEYO Studio memecah fokus semua penghuni ruangan. Termasuk Chan yang berbalik dengan wajah angkuhnya. Chan melipat kedua tangannya di depan dada sambil menyandarkan punggungnya di piano milik Na-Na. Chan juga nampak meneliti satu persatu pianis yang baru datang tersebut. "Bagus kalian datang." "Sepertinya ada hal penting yang ingin kau katakan?" Hyesi memilih duduk di atas kursi, sementara pianis yang lain tetap berdiri, "Cepat katakan! Kau tau aku sudah muak berhadapan dengan pimpinanku sendiri, bukan?" "Memang ada." ucap Chan santai, "Bulan depan, akan ada acara besar di Blue House. Presiden meminta satu pianis saja untuk mengiringi acara tersebut. Bukankah itu sebuah penghormatan bagi agensi kita?" "Tapi..," Chan menatap semua orang satu persatu, "Aku tidak bisa sembarang memilih siapa yang akan kubawa ke acara besar tersebut. Maka dari itu, aku berharap kalian bisa segera berlatih dan akan kuseleksi.

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-11
  • Fall in Rose   39. Best Friend

    Tepat setelah Rose melakukan operasi sebagai salah satu bagian dari tugas dokter residen tahun terakhir, staf rumah sakit menghampirinya jika ia kedatangan tamu di lobi. Rose sempat bingung seraya mengais beberapa hiptesa yang beterbangan di kepalanya, tapi ia memilih untuk menghampiri sosok yang di maksud daripada harus berpikir keras untuk satu hal yang tidak terlalu penting. Sekarang ini Rose sedang penat.Hyojoo?Mata Rose melebar beserta mulut yang terbuka. Keduanya saling melambaikan tangan. Rose berlari dan menarik sahabat terbaiknya itu ke dalam satu pelukan yang penuh dengan rindu."Aku merindukanmu.""Aku juga." Hanya berlangsung beberapa detik, lalu keduanya memutuskan untuk mengurai pelukan tersebut dan pergi bersama menuju taman rumah sakit. Mencari tempat yang tepat untuk bersantai. Bangku yang terletak di bawah pohon besar menjadi sasaran bagi keduanya."Wah.. Bagaimana bisa kau datang kesini?" tanya Rose penasaran."Aku ada kunjungan ke sini sejak kemarin, tapi katanya

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-14
  • Fall in Rose   40. Keliru

    Cklek. "Mianhae, Min Jae-ya.. Aku sudah membuatmu lama menunggu." tutur Rose merasa bersalah sembari menutup pintu ruangannya. Min-Jae bangkit dari bangku, "Ah, tidak juga. Santai saja!" "Ayo, Noona!" ajaknya. Sambil membenahi sling-bag, Rose tersenyum manis seraya mengangguk. Berjalan beriringan bersama pemuda itu. Beberapa waktu setelah Hyo-Joo pergi, Min-Jae datang menjemput Rose untuk acara amal yang akan diadakan di sebuah yayasan anak penderita kanker dan tumor. Pun sebenarnya, Rose tidak banyak berkegiatan di rumah sakit hari ini. Ia juga sudah melakukan beberapa operasi terjadwal. Sejak pemindahan tugasnya, banyak sekali kelonggaran khusus yang dibayarkan oleh keluarga Park demi membawa dokter residen itu bergabung dengan mereka. Hanya saja, Rose tetap harus belajar lebih keras dan tetap datang ke rumah sakit untuk melakukan operasi sekaligus mengurus Park Chan. Rose juga mengatakan jika hari ini sedang sangat sibuk di rumah sakit sebagai cara terbaik agar Chan tidak men

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-16
  • Fall in Rose   41. Bukan Sandiwara

    "Memangnya siapa kau?! Mana mungkin Jihyun Noona mau berhubungan dengan pria kasar sepertimu!" umpat Min-Jae. Api dalam diri Chan semakin besar. Merasa begitu diremehkan tanpa tau fakta yang ada. Lantas pria tampan pemilik mata bulat itu memberikan tinjunya lagi di wajah Min-Jae tanpa ampun. Tinjuan itu terlihat begitu menyakitkan, meski pemuda tak tumbang. Sedangkan Rose tidak bisa beraksi apa-apa lagi, ia justru pecah melihat Min-Jae yang berkorban untuk dirinya. "Aku suaminya!" teriak Chan memekik agar Min-Jae puas. Detik itu juga, pemuda itu membulatkan matanya. Ia seolah berada di atmosfer yang berbeda. Tergugu dalam beberapa waktu untuk mencerna ucapan dan situasi yang terjadi, kemudian berganti menatap Rose yang tengah bingung harus berkata apa pada Min-Jae. Rose yang sejak tadi berusaha untuk menarik Chan, mendadak mundur saat pengakuan itu tersemat. Ia kehilangan tenaganya. Mata Rose yang berlinang itu seolah menjawab segalanya. "A-apa itu sungguhan, Noona?" Min-Jae mas

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-19

Bab terbaru

  • Fall in Rose   75. Bloom

    Penerbangan menuju Osaka tinggal setengah jam lagi. Rombongan medis dari Rumah Sakit Wooridul sedang berkumpul bersama untuk segera mengemas barang setelah hampir satu jam boarding. Rose membuka-buka tas-nya. Ia mencari ponselnya tapi tidak ada. Seketika rose mengutuk dirinya sendiri."Ya! Kau kenapa, sih?" tanya Hyo-Joo yang mersa terganggu dengan keributan yang dibuat kawannya."Aissh! Ponselku tertinggal," rengek Rose."Ya! Sepenting apa ponselmu? Kau punya banyak uang, kan? Beli lagi saja nanti," balas Hyo-Joo seadanya."Memangnya aku ke Osaka untuk belanja? Lagipula aku harus menghubungi Chan!""Bukannya kau akan bercerai, kenapa masih menghubunginya?" Hyo-Joo mengerutkan keningnya"Tentu saja aku harus menghubunginya untuk menayakan kabar setelah si caplang itu mengumpulkan dokumen ke pengadilan!" tegas Rose.Hyo-Joo berkacak pinggang sembari mendecak. "Ya sudah, semoga saja lancar. Kau bisa menggunakan ponselku dulu, jika kau butuh."Bukannya ingin mengelak, tapi rose tidak men

  • Fall in Rose   74. Overflow

    Dengan tangan bergetar dan mata yang memandang datar, Chan mengusap pintu etalase yang didalamnya terdapat sebuah guci penyimpanan abu. Pun tertera jelas beberapa foto disana.R.I.P. Bae Ailin.Alih-alih menangis, Chan justru tidak bisa beraksi apapun saat melihat orang yang dicintai dan dicarinya selama ini telah berubah menjadi abu. Mungkin jika Chan mengetahui kematian Ailin sejak dulu, ia akan menjerit, memaki dirinya sendiri serta menyalahkan keadaan dan segala tingkah konyol lainnya. Sekarang, Chan sudah merelakannya pergi sejak Rose ada dihidupnya. Meski sesekali teringat Ailin dari wajah Han Na-Na yang sangat menyerupainya."Maafkan aku, Ailin. Aku belum bisa menjagamu. Kenapa kau tidak pernah mengatakan padaku jika kau sakit?"Chan sempat memutar memorinya saat di bangku kuliah. Saat itulah, ia mulai sering melihat Ailin muntah-muntah hampir di setiap jam. Tapi, Chan selalu mengikuti ucapan Ailin agar tidak usah menghiraukannya dan menganggap hal tersebut hanyalah akibat dari

  • Fall in Rose   73. Hampir Menyerah

    Suasana kantor LEYO Studio begitu ramai. Banyak aparat kepolisian yang datang. Para karyawan juga sibuk berlalu lalang. Bagian dalam kantor tersebut juga terlihat sangat berantakan. Park Chan sudah menduga jika mimpinya menjadi kenyataan, meski sebagian. Semalam benar-benar terjadi perampokan. Anehnya, perampok tersebut tidak mengincar alat elektronik, melainkan berkas-berkas berharga dari perusahaan besar tersebut."Oh, Chan?!" Steave berbalik saat mendengar suara sepatu yang menghentak di belakangnya."Apa ada yang mencuri buku besar?" tanya Chan memastikan."Iya. Semalam Na-Na datang kemari dan melihat ada rombongan penyusup datang. Dia menelpon polisi, tapi pelaku masih belum tertangkap. Bahkan kamera pengawas juga tidak beroperasi," tutur Steave. "Kurasa mereka mengendalikannya.""Mimpiku benar-benar nyata," ceplos Chan asal."Apa??" Kening Steave mengerut."Aku memimpikan ini. Tapi pelakunya satu orang." Chan berkacak pinggang sembari menerka banyak hal dan detik selanjutnya men

  • Fall in Rose   72. Nightmare

    Selepas pulang dari rumah sakit untuk mencari keberadaan sang istri, Chan sedang menikmati malam terburuknya tanpa Rose di sebuah kedai. Kembali pada soju. Minuman yang sebenarnya sudah tak lama ia nikmati selagi dalam pengawasan Rose demi menunjang kesehatan.Namun kali ini ia tak bisa melewatkannya. Puncak frustrasinya sudah diambang batas. Ia butuh sesuatu untuk setidaknya menenangkan pikirannya. Pun kedai yang disambangi hanya dipenuhi oleh pria-pria tua yang kemungkinan tidak mengenalnya."Rose... Noona." Chan terus memanggil-manggil nama sang istri di bawah angin malam sungai Han. "Ji-Hyun Noona... kenapa kau meninggalkanku tanpa sepatah kata? Aku tau aku jahat.""Tapi, setidaknya berikan aku kesemp..." Chan menggeleng bersama pikriannya yang sudah melayang. "Tidak! Kau bahkan sudah memberikanku banyak kesempatan yang bodohnya selalu kulewati.""Aku tidak tau!" Chan merengek. "Kenapa Han Na-Na membuatku melihat Ailin? Tapi aku tidak ingin melakukan apapun. Aku tidak ingin mencint

  • Fall in Rose   71. Shoot!

    Chan memasuki ruangan dokter Ko Tae-Song tanpa permisi, membuat pria berambut silver itu terkejut akan kedatangannya."Apa kau tau dimana istriku?" Chan bertanya seraya mengatur tempo napasnya yang berantakan "Tidak... Maksudku, Dokter Rose. Kekasihku.""Ah... Dokter Rose sudah mengakhiri kontrak kerjanya dengan kami sejak sore tadi."Chan tercenung. Matanya membulat. Ia seolah berada di atmosfer yang berbeda. Semakin lemas mendengar kalimat Dokter Ko."Tidak mungkin!" Chan menggeleng.Dokter Ko lantas mengeluarkan surat pengunduran diri Rose dari Rumah Sakit Haesung-Seoul yang telah disetujui sore tadi. Dokter Rose sudah mengurus semua ini sejak seminggu yang lalu. Tapi kami baru menyutujuinya.Chan membaca seluruh surat yang Rose buat dengan seksama. Di detik selanjutnya, Chan berteriak frustasi. Sepertinya Rose benar-benar ingin bercerai dengannya dan kembali ke Daegu. Dada pria itu tampak naik turun penuh dengan emosi yang ingin meledak. Tidak pada tempatnya.^^^Na-Na mengambil be

  • Fall in Rose   70. Stress

    Namun ada satu keganjalan di hatinya. Chan buru-buru meminta para staf dan karyawan dari seluruh divisi berkumpul di aula besar tanpa ada yang absen satu orangpun. Hal seperti ini menimbulkan banyak tanya bagi mereka. Jika Chan mengumpulkan seluruhnya, maka akan ada hal yang sangat penting. Brukk! Chan melempar beberapa majalah ke lantai. Menimbulkan suara yang menggema ke seluruh sudut ruangan. Semua penghuni aula terperanjat dengan situasi horor macam ini. Seketika kesunyian begitu terasa. Benar saja, jika Chan murka, maka ia akan lebih seram dari hantu valak. "Kalian sudah melihat berita tentangku?" tanya Chan dengan napasnya yang masih tersengal-sengal akibat menahan emosi. "Ini pencemaran nama baik! Ini tidak benar!" Ia memekik. Wajahnya sangat menyeramkan. "Aku bahkan tidak memiliki hubungan apapun dengan Han Na-Na! Aku tidak akan pernah marah dengan segala pemberitaan buruk tentangku. Tapi jika berita tersebut membawa dampak buruk untuk Rose, maka aku tidak akan diam saja!!!

  • Fall in Rose   69. Defendant

    "Apa kau mengingatku, Park Chan-ssi?" tanya Hyo-Joo memastikan. Ketiganya telah berada di ruangan chan. Duduk saling berhadapan satu sama lain.Chan seperti mengingat sesuatu. "Entahlah. Sepertinya aku pernah melihatmu dengan Rose Noona saat di Daegu.""Ingatanmu bagus juga." Hyo-Joo tersenyum tipis. "Aku teman dekat Rose.""Apa kita perlu berkenalan lagi, Tuan Chan?" Giliran Min-Jae angkat bicara."Uhmm... Kau Yook Min Jae?" Chan memastikan lagi."Aku adalah pria yang kau hajar waktu itu. Tapi aku berbaik hati untuk tidak melaporkanmu karena ternyata kau punya hubungan yang spesial dengan Ji-Hyun Noona," terang Min-Jae samar-samar. Sempat membuat kening Chan berkerut. Apalagi saat mendengar pemuda itu memanggil istrinya dengan nama aslinya. " Sayangnya kita belum berkenalan dengan benar. Kau hanya tau namaku saja, tapi kau belum tau siapa aku sebenarnya." Min-Jae semakin membuat Chan penasaran."Ya! Tujuan kalian datang kesini untuk apa? Sebenarnya aku juga tidak punya banyak waktu un

  • Fall in Rose   68. Tim Pembela

    Suasana di Poli Onkologi salah satu rumah sakit elit di Seoul itu begitu ramainya. Pasien tengah mengantre untuk rawat jalan maupun konslutasi pada dokter di bidangnya. Salah satu dokter yang memiliki cukup pasien hari itu adalah dr. Seo Ji-Hyun.Dua orang telah keluar dari ruangannya bersamaan dengan seorang perawat yang kemudian memeriksa data pasien antrean selanjutnya."Ok, selanjutnya nomor pedaftar...."Belum sempat menamatkan kalimatnya, seorang berbalut jaket hoodie hitam itu hendak memasuki ruangan praktik Dokter Seo Ji-Hyun atau yang lebih dikenal sebagai Dokte Rose."Oh?! Tuan?!" perawat perempuan tersebut menahan pergerakannya. "Anda siapa? Saya bahkan belum menyebutkan nomor pendaftarannya!"Sosok dalam balutan topi yang sedang menyembunyikan wajahnya itu hanya melirik sinis dengan tatapan tajam, lalu menghempaskan tangan perempuan tersebut dan menerobos masuk. Namun, perawat itu terus berusaha menahan pergerakan sosok misterius itu yang pada akhirnya berhasil membuka pin

  • Fall in Rose   67. Perang Dunia

    Chan tampak segar. Ia selalu berpenampilan santai jika pergi ke kantor. Berkaos putih tipis dibalut kemeja denim tebal diluarnya. Langkahnya terhenti saat mendapati keramaian di sudut dapur. Chan mengerutkan keningya, melihat rose tengah membantu nara menyiapkan sarapan pagi seraya bercengkrama. Menebarkan senyumnya dengan mudah, seolah tidak ada hal apapun yang terjadi padanya."Oh, Chan?!" sorak Rose riang sambil membawakannya makanan. Menarik satu kursi untuk pria yang sedang mengamati pergerakannya. "Makanlah, kau perlu banyak energi. Kau sibuk, kan?"Chan mematung sambil memikirkan beberapa asumsi. Ia semakin dibuat pening oleh sang istri. Semalam, ia melihat perempuan itu hancur sejadi-jadinya seperti tidak ada waktu lagi untuk hidup. Pagi ini, Rose justru terlihat berbinar."Kenapa?" Rose menemukan Chan yang masih saja berdiri. Keningnya pria itu berkerut. "Tugasku menjadi istrimu selesai hari ini, kan?" Pertanyaan itu terucap begitu saja melalui bibirnya.Detik itu juga, jantu

DMCA.com Protection Status