Beranda / Romansa / Fake Marriage / Bab 36 - Angan Juna

Share

Bab 36 - Angan Juna

last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-23 19:07:55

Angan Juna

Juna menghampiri Lily yang duduk diam di pinggir ranjang, lalu duduk setengah berjongkok di hadapan Lily. Pria itu meraih tangan kanan Lily, lalu menatap kedua mata Lily dengan tatapan lembut.

"Lily," panggil Juna sedemikian lembut, membuat Lily sedikit meremang. "Aku ingin bertanya sedikit padamu. Maukah kau menjawabnya dengan jujur?"

Ah! Mengapa sikapnya sekarang jadi lembut begini, teriak Lily dalam hati. Ia membalas tatapan Juna dengan tatapan penuh tanya. "Apa yang ingin kau tanyakan?" Lily memberanikan diri.

"Apakah kau benar-benar setuju atau  terpaksa menyetujui kesepakatan yang kita buat beberapa hari yang lalu?"

Sekali lagi, Lily bergeming. Ia tidak langsung menjawab pertanyaan Juna. Ia justru semakin tajam menatap manik mata Juna yang, selama ini tidak pernah ia lakukan.

"Jawablah dengan j

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Fake Marriage   Bab 37 - Keputusan Terbaik

    Keputusan Terbaik Juna bergeming. "Bukan begitu maksudku. Aku hanya..." Juna tidak melanjutkan kalimatnya. Ia mengikuti Lily yang kini beranjak dari tempatnya berdiri, berjalan meletakkan bantal yang ia bawa dari kamar tamu. "Aku tidak ingin berebut bantal dan guling denganmu. Aku ingin menikmati mimpi indahku tanpa harus bergulat demi sebuah guling denganmu." Lily menjawab pertanyaan yang tercetak jelas di wajah Juna, yang terkejut melihat dirinya membawa bantal dan guling dari kamar tamu. "Tidak! Tidak akan! Aku tidak akan mengganggumu. Aku bisa memastikan padamu bahwa dirimu bisa tidur dengan tenang dan menikmati mimpi indahmu. Aku akan tidur di sofa itu, dan kau bisa tidur di ranjang itu sendirian. Gunakanlah sesuka hatimu. Aku jamin aku tidak akan mengganggumu," ucap Juna dengan cepat. Pria itu dengan sigap mengambil buku yang tadi ia bawa, yan

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-24
  • Fake Marriage   Bab 38 - Aku Harus Menjawab Apa?

    Aku Harus Menjawab Apa? Baskara mengangkat kepalanya. Ia melihat Juna sudah berdiri tepat di seberang tempatnya duduk. Ia mengedarkan pandangannya, mencari sosok Lily. "Lily masih di dapur memasak mie. Apakah kau juga lapar? Ayo, kita makan bersama," ajak Juna pada akhirnya. Ia dapat melihat dengan jelas kesedihan di wajah adiknya itu. Namun, ia tidak dapat berbuat banyak. Ia pantang membatalkan keputusan yang sudah ia ambil meski itu akan menyakitkan beberapa pihak. Tapi, setidaknya itu adalah hal terbaik yang harus ia ambil untuk saat ini. "Tidak usah. Aku hanya mampir untuk mengambil jaket dan sweater kakek yang ketinggalan." Baskara menolak ajakan Juna, meski sebenarnya perutnya sudah mulai keroncongan, akibat aroma menggoda bumbu mie goreng yang mengganggu indera penciumannya sejak tadi. "Menolak rezeki itu tidak baik. Perutmu sudah bernyanyi s

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-25
  • Fake Marriage   Bab 39 - Apakah Itu Karena Aku?

    Apakah Itu Karena Aku? Juna terdiam. Batinnya justru berperang sendiri. Bagaimana ia bisa menjawab semua pertanyaan Lily sedangkan dirinya sendiri tidak tahu bagaimana rasanya jatuh cinta. "Aku sendiri tidak tahu. Kau bertanya pada orang yang salah. Sudahlah. Ayo kita tidur. Bisa-bisa besok kesiangan," ucap Juna lalu menjatuhkan dirinya di atas sofa. Mencoba memejamkan matanya. Ucapan Lily terus terngiang di telinganya. Lily mengikuti ucapan Juna. Ia merebahkan dirinya di atas kasur. Saat ini, benaknya justru muncul bayangan Baskara. Wajah pria itu tampak begitu sedih. Kecemburuan terpampang jelas di wajahnya. Ah. Kenapa dirinya harus bertemu kakak beradik yang begitu meresahkan jiwa dan raganya seperti ini, sungutnya dalam hati. Andai Juna orang lain, bukan kakak dari Baskara, mungkin tidak akan sesulit ini keadaannya. Lily bergulung-gulung d

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-26
  • Fake Marriage   Bab 40 - Karma Baskara

    Karma Baskara "Kau ini bicara apa? Apa urusannya denganmu? Bukan kau yang menabraknya kan? Mengapa kau yang jadi repot?" Juna mendadak kesal. Kesal dengan semua tingkah adiknya itu. "Apa dia pacar barumu?" "Tsk. Aku tidak ada waktu untuk bercanda? Apa di sana ada korban kecelakaan?" Baskara mengajukan pertanyaan yang sama. "Mana aku tahu! Aku sendiri baru saja datang," sungut Juna. Ingin sekali dirinya menarik rambut yang adik lalu mengikatnya ke tiang jemuran. Berkali-kali adiknya itu bertingkah macam-macam, membuat repot dirinya di akhir cerita. "Coba kakak tanyakan resepsionis rumah sakit?" pinta Baskara, setengah memaksa. "Kau tanyakan saja sendiri sana! Aku tidak mau buang-buang tenagaku!" Juna langsung menekan tombol merah ponselnya, mengakhiri percakapannya dengan Baskara. Pria ini kemudian kembali menghampiri Lily yang tengah mena

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-06
  • Fake Marriage   Bab 41- Pertemuan Yang Tidak Diharapkan

    Pertemuan yang tidak diharapkan Baskara masih tetap membisu. Tangannya ia genggam sekuat tenaga. Ingin rasanya ia membagi pikiran yang sedang mengganggunya pada kakak satu-satunya itu, namun bayangan Juna yang akan merasa menang menari-nari di benaknya. Bisa saja Juna justru mendukung ide konyol orang tua korban. Jika Baskara menyetujui permintaan orang tua korban untuk menggantikan calon suami korban yang meninggal di tempat kejadian saat kecelakaan naas itu terjadi, pastilah Juna akan merasa menang dan mungkin saja membatalkan rencana perceraiannya dengan Lily. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya dengan cepat. Tidak! Ia tidak akan menceritakan hal itu. Ia lebih baik mengubur dalam-dalam ide gila orang tua yang sama sekali tidak dikenalnya. Baskara mengacak-acak rambutnya, memancing tatapan curiga Juna. "Apa ada hal yang mengganggumu?" Juna mencoba menerka permasalahan yang sedang menimpa adikny

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-07
  • Fake Marriage   Bab 42 - Pingsan

    Pingsan "Untuk apa, Bu?" Baskara berpura-pura tidak tahu maksud ibu itu. "Menyampaikan maksud saya agar mas bersedia menjadi pengganti calon menantu saya yang meninggal dunia karena kecelakaan kemarin," jawab sang ibu dengan sangat yakin. "Maaf, Bu. Saya tidak pernah mengatakan setuju untuk permintaan Ibu kemarin. Saya juga tidak memiliki kewajiban untuk menyetujui permintaan Ibu. Mohon maaf sekali lagi. Saya tidak bisa mengabulkan permintaan Ibu." "Mengapa tidak bisa?" Ibu itu masih bersikeras ingin permintaannya diterima Baskara. Wanita itu benar-benar ingin menjadikan Baskara sebagai pengganti calon menantunya yang sudah meninggal kemarin. Sudut mata Baskara menangkap kehadiran Lily yang berjalan melambat ke arahnya. "Karena, saya sudah memiliki tunangan, yang akan segera saya nikahi," jawab Baskara mantab. "Dia ada di sini sekarang." Wanita itu bergeming. Pandangannya ia edarkan ke semua arah, berusaha mencari sosok gadis yang ada di sekitar tempat mereka berada saat ini. Ke

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-09
  • Fake Marriage   Bab 43 - Lily Mana?

    Lily mana?"Lily!!!" Seru Juna panik seraya dengan cepat menarik tangan Lily hingga tubuh Lily jatuh ke dalam pelukannya. Ponsel Juna yang belum dimatikan, membuat Baskara dapat mendengar seruan panik Juna.Baskara mematikan telponnya dan bergegas menyusul kakaknya yang saat ini sedang berada di lobi rumah sakit. Pegawai unit gawat darurat dengan sigap menyiapkan brankar untuk Lily. Begitu brankar itu tiba, Juna dengan segera meletakkan tubuh Llily yang sudah begitu lemah dan pucat.Petugas UGD akhirnya membiarkan Juna tetap di dalam ruangan UGD, setelah gagal meminta Juna untuk menunggu di luar, karena langsung ditolak Juna."Saya suaminya, dan saya berhak melihat dan menyaksikan pemeriksaan istri saya." Juna menolak permintaan sang petugas. Ia masih bersikukuh untuk menemani Lily. Ia tidak ingin melewatkan sedikitpun kesempatan untuk menemani Lily.

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-12
  • Fake Marriage   Bab 44 - Obat

    Obat Juna berpikir keras. Bagaimana mengatakan pada sang kakek jika Lily sebenarnya sudah ada di sini tanpa menceritakan keadaan Lily saat ini? Ia berjalan pelan tak tentu arah. Kepalanya tak berhenti berpikir, hingga langkah kakinya tiba kembali di depan ruang UGD. Saat tangannya hendak mendorong masuk pintu kaca yang berukuran besar itu, tiba-tiba pundaknya ditepuk seseorang. Sialan! Juna tersentak kaget, memaki seraya menengok ke belakang. Dilihatnya seorang pria tambun yang menggunakan seragam khas ruangan UGD, berdiri dengan ramah di belakangnya. "Cari siapa, Pak?" Pria itu menatap Juna setengah keheranan. "Istri saya. Tadi istri saya tiba-tiba pingsan dan dirawat di sini." Juna kembali mengayunkan langkah dan mengangkat tanganya hendak mendorong pintu besar itu. Kening pria itu berkenyit. "Tidak ada pasien di ruang UGD, Pak. P

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-15

Bab terbaru

  • Fake Marriage   Bab 75 - Akhir Cerita 2

    Suara itu begitu mengejutkan Juna dan Baskara. Mereka sama sekali tidak mengira sosok yang sedang mereka bicarakan, tiba-tiba muncul di tengah-tengah mereka. "Lily...!" seru kakak beradik itu bersamaan, menatap wanita muda yang menggendong seorang bayi mungil. "Kebetulan sekali kita bertemu di sini." Lily tersenyum sangat manis. Sangat bertolak belakang dengan apa yang ia rasakan saat ini. Juna terngaga. Apakah ini semua rencana Tuhan? Mendatangkan Lily ditengah-tengah mereka yang sedang bersiteru tentang dirinya? "Lily! Kamu mau kemana?" Baskara segera bangkit dari duduknya. Ia lantas menghampiri Lily. Rasa sayang terlihat jelas dari sikap dan tutur kata Baskara, memaksa Juna kembali merasa bersalah. "Tidak kemana-mana." Lily masih tersenyum. Namun, perubahan di kedua manik cokelatnya, segera diketahui Baskara. Mata yang mulai berair itu, membuat Baskara secara tidak sadar menarik Lily ke dalam dekapannya. Ia thu jika wanita itu sedang berpura-pura tegar. "Aku tidak apa-apa,

  • Fake Marriage   Bab 74- Akhir Cerita 1

    Juna bergeming, kembali menatap langit biru yang membentang bersih tanpa sedikit pun awan. Ia mengabaikan pertanyaan Baskara, yang menuntut penjelasan lebih atas pernyataan yang baru saja ia ucapkan. Bukan hal yang mudah bagi seorang Juna, untuk mengambil keputusan itu. Ia sudah menimbang jauh hari sebelumnya. Ya. Sebelum ia dan Lily, pada akhirnya menyepakati untuk melakukan gencatan senjata, membuat kesepakatan untuk menjalankan peran mereka masing-masing, sebagai pasangan suami-istri, selama satu tahun. Dan kini, sudah tiba waktunya untuk mereka berdua, duduk bersama kembali, membicarakan hubungan mereka untuk ke depan. Membayangkan perpisahannya dengan Lily, dan juga Arka, membuat Juna tersiksa. Tidak pernah ia merasakan kebimbangan yang sangat seperti sekarang ini. "Aku sudah berjanji, akan menceraikannya setelah satu tahun pernikahan kami." Sontak Baskara mengangkat kepalanya. Ia tidak mengira jika Juna masih mengingat hal itu. "Kak?" Juna menganggukkan kepalanya dengan t

  • Fake Marriage   Bab 73 - Keputusan Berat

    Tangan kiri Juna bergerak sebentar lalu kembali diam. Ia mendengar beberapa orang sedang berbicara di dekatnya tapi ia tidak bisa memahami apa yang mereka bicarakan. Pria itu sibuk mencari-cari sumber cahaya. Ia tidak bisa melihat apa pun di sekitarnya. Gerakan ini tanpa ia sadari, membuat kepalanya secara otomatis bergerak ke kanan dan ke kiri. Sayangnya, di ruangan itu sedang tidak ada seorang pun. Gelap. Juna tidak bisa melihat apa-apa. Ia mencoba mengangkat tangan kanannya, tapi mengapa terasa begitu berat. Digantinya dengan tangan kiri. Berhasil. Tangannya terangkat sempurna, tapi ia tidak bisa meraih apa pun. Dikerjapkannya berulang kali, namun kedua matanya tetap tidak bisa melihat apa pun. 'Apa yang terjadi?' batin Juna mulai panik. 'Buta. Apakah aku sekarang buta?' Kini, Juna menjadi benar-benar panik. Tiba-tiba perutnya terasa begitu lapar. Ia ingin memakan sesuatu. Apa saja yang bisa mengganjal perutnya sekarang ini. Bayangan semur daging melayang-layang di benakn

  • Fake Marriage   Bab 72 - Keajaiban

    Baskara tenggelam dalam tumpukan map-map yang nyaris menutupi dirinya. Ia tidak punya banyak waktu untuk menyelesaikan semua dokumen-dokumen itu. Tiga jam berlalu sejak kedatangannya ke ruangan Juna. Karena kondisi Juna, maka ia terpaksa mengambil alih semua pekerjaan sang kakak,untuk sementara waktu. Untung saja ia pernah memimpin anak cabang perusahaan itu, jadi ia tidak perlu belajar terlalu lama untuk melanjutkan pekerjaan yang sudah dikerjakan Juna sebelumnya. Ketukan yang sebenarnya tidak terlalu keras, membuyarkan konsentrasi Baskara. Ia nyaris terjungkal dari kursinya. Begitu wajah asisten Juna muncul dari balik pintu, Baskara sontak saja melayangkan satu pensil dan nyaris mengenai pelipis pria muda itu. "Aisssh, Kau ini! Tidak tahukah jika aku sedang sangat serius dengan pekerjaanku..." Tatapan kesal mengiringi langkah sang asisten. Ditutupnya dengan kasar, berkas yang berada di hadapannya "Maafkan saya, Pak. Tapi, ada telpon dari rumah sakit mengabarkan..." Belum juga kali

  • Fake Marriage   Bab 71 - Menanti Kabar Juna

    Lily bergeming. Ia tidak lagi berani membalas tatapan Baskara. Ia merasa seperti seorang pencuri yang tertangkap basah oleh pemilik rumah. Otaknya dipaksa berputar, mencari alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan Baskara yang dirasa menyudutkan dirinya. "Ak-Akuu... Aku hanya... Yaaah, hanya... Kebetulan...Ya, aku hanya kebetulan berada di sini..." Entah apa yang dipikirkan Lily. Jawabannya justru memicing pertanyaan lanjutan Baskara. "Kamu di sini sendiri?" Tanpa bisa dicegahnya, kepala Lily dengan pasrah mengangguk. "Sendiri? Lalu di mana Arka? Kamu meninggalkannya sendirian?" Suara Baskara tanpa sadar meninggi, membuat Lily sontak membulatkan matanya. "Suaramu!" seru Lily tertahan. Baskara segera menarik tangan Lily, membawa wanita muda itu keluar dari ruang serba putih itu. Lily meringis kesakitan. Baru kali ini, ia merasakan kemarahan Baskara. Apakah yang ia lakukan sangat salah? "Bas. Sssa-kiit," keluh Lily berusaha melepaskan cengkeraman Baskara di pergelangan tangann

  • Fake Marriage   Bab 70 - Bilik ICU

    Pak Yono berjalan cepat keluar dari kamarnya, meraih kontak mobil yang tergeletak di atas nakasnya. Langkahnya terkesan buru-buru, sambil berbicara dengan seseorang dengan ponselnya. "Baik, Mbak. Saya segera berangkat. Perlukah saya menghubungi Mas Baskara?" *Tidak perlu. Biar aku sendiri saja yang memberitahunya. "Baik. Saya berangkat ke sana sekarang." Mobil sedan hitam Juna meluncur mulus meninggalkan pekarangan luas milik Pak Broto. Lily menelpon Pak Yono untuk menjemputnya pulang, karena hari ini adalah hari terakhirnya dan bayi mungil Arka berada di rumah sakit. -0- Lily baru saja selesai membereskan semua barang bawaannya, tanpa bantuan siapa pun. Baskara masih menyelesaikan urusan administrasi persalinan dan perawatannya. Ia berjalan keluar, melihat apakah Pak Yono, orang kepercayaan Pak Broto sudah tiba di sini atau belum. Ia sangat membutuhkan Pak Yono saat ini. Ada sesuatu yang harus ia lakukan, sebelum dirinya dan bayi mungil Arka meninggalkan tempat ini. Lima bela

  • Fake Marriage   Bab 69 - Permainan Takdir 2

    Baskara langsung berdiri dan kembali ke loket tempat pembayaran. Telpon dari Lily membuat dirinya melupakan sejenak tentang nama pasien yang mirip dengan Juna. Untungnya, antrian tidak lagi sebanyak tadi. Hanya tinggal dua orang. *Apakah begitu banyak yang mengantri hingga kau membutuhkan waktu begitu lama menyelesaikan pembayarannya, Bas? Suara Lily terdengar seperti seseorang yang sedang merajuk. "Antri, Sayang. Banyak orang yang sedang mengantri melakukan pembayaran di sini." Baskara berbohong. Ia sendiri sedang berjalan, kembali menuju loket pembayaran. *Bukankah hari masih pagi, mengapa orang-orang sudah mengantri? Baskara menghela nafas panjang. Beginikah perubahan seorang wanita yang baru saja melahirkan? Begitu cerewet, mengomentari semuanya dengan sangat detil? "Kamu tidak percaya padaku?" Baskara menjauhkan ponsel dari telinganya. Ia bersiap-siap dengan lengkingan suara Lily, tapi itu tidak terjadi. *Bukan begitu. Hanya saja, aku sudah bosan di sini. Pengen cepet-cepe

  • Fake Marriage   Bab 68 - Permainan Takdir

    Juna duduk di sebuah kursi panjang berwarna putih, Ia menghisap sebuah cerutu yang anehnya, cerutu itu juga berwarna putih. Kepulan asap hanya terlihat bak garis tepi yang membentuk bulatan-bulatan tembus pandang, terbang hingga satu meter lalu menghilang tanpa jejak. Juna terus menghisap cerutu tanpa henti. Ia seakan sedang melepaskan semua beban yang ada di pundaknya. Pikiran Juna melanglang buana, entah kemana. Hanya saja, saat itu Juna sedang menghitung dalam hati usia pernikahannya dengan Lily. Jarinya mulai melambat kemudian berhenti berhitung. Ia menatap ke semua jari tangannya. Kurang satu bulan lagi, usia pernikahannya dengan Lily akan genap berusia satu tahun. "Sudah hampir satu tahun. Apakah aku sudah siap untuk melepasnya?" gumam Juna lirih. "Apa yang akan dilakukan Lily setelah perceraian ini? Akankah ia menikah dengan Baskara?" Juna kembali mengulang hitungannya dan tak lama kemudian dirinya berhenti . Berapa kalipun ia menghitung, ia akan berhenti di tempat yang sama

  • Fake Marriage   Bab 67 - Apakah Itu Artinya...

    Juna berlari mengejar taksi yang baru saja berhenti di halaman depan bandara. Ia tidak menghiraukan hujan deras yang mengguyur kota Jakarta setibanya ia dari Singapura. Yang ada dalam benaknya hanyalah Lily dan kandungannya. Ia sangat ingin menemani istrinya melewati masa-masa kritisnya saat melahirkan buah cinta mereka. Saat ia berhasil mencapai pintu taksi, mendadak sebuah sedan hitam menghantamnya dari samping kanan, membuat Juna terlempar ke udara setinggi satu meter sebelum jatuh ke sebelah kiri, berjarak sepuluh meter dari tempatnya berhenti semula. Ia tidak merasakan apa-apa lagi. Yang ia ucapkan saat dirinya menyentuh tanah hanya satu kalimat. "Maafkan aku, Lily." Juna mendengar teriakan orang-orang di sekitarnya hingga kemudian kehilangan kesadarannya. Juna memimpikan Baskara dalam alam bawah sadarnya. Tiba-tiba ia sudah berada dalam satu bangku panjang dengan adiknya. "Apakah dia sudah tidur?" tanyanya pada Baskara yang baru saja menjatuhkan tubuhnya di kursi yang sama

DMCA.com Protection Status