Lunar terbengong menatap Arkan pergi begitu saja darinya. Dia belum mendapatkan jawaban apa-apa, lalu ke mana Arkan akan pergi? Arkan yang dikhawatirkan itu pergi menuju keluarga Lunar. Dia menghadapi mereka dengan muka serius. Semuanya terkejut ketika Arkan menundukkan kepala dalam-dalam. Siapa yang mengira kalau orang yang seharusnya dihormati kini justru menunjukkan kerendahannya? "Izinkan saya membawa Lunar. Saya memang pernah menjadi orang yang sangat mengecewakan, tapi perkenankan saya memperbaikinya dan menjadi orang yang lebih baik lagi bersama Lunar." Ayahnya Lunar sempat tegang tadinya, kemudian mendengar ungkapan perasaan Arkan dan sikap serius itu membuat hatinya melunak. Dia memiliki kekhawatiran sebagai orangtua, tetapi membiarkan Lunar menjalani kehidupan di luar sana dengan mandiri tentu menjadi hak bagi putrinya. "Bawalah dia dan bahagiakan dia. Satu hal yang harus kau ingat bahwa kami menitipkannya padamu, itu berarti kami juga memercayaimu. Jangan khianati keperc
Lunar dan Arkan tidur sambil berpelukan, tenggelam dalam pikiran masing-masing. Mereka tidak ingin waktu cepat berlalu, jadi tetap di posisi itu dalam waktu lama. Lunar merapatkan tubuhnya pada sang suami. Debaran jantung Arkan sama kencangnya. Hal itu membuat dia penasaran soal pembicaraan mereka sebelumnya. Dia pun mendongakkan kepala, menatap dagu Arkan yang diselimuti oleh bulu-bulu halus yang nyaris tidak jelas jika tidak dipandangi dari dekat. "Kau berkata kalau dirimu cemburu saat aku bersama Rian, lalu bagaimana sebelumnya dengan Nico? Kau tidak cemburu?" Arkan bergeser agar bisa memandangi Lunar dan berkata, "Ketimbang cemburu, aku lebih merasa kesal. Nico sudah mengkhianatimu dan memperlakukanmu dengan buruk, tapi kalian justru jalan bersama seperti pasangan kekasih. Aku hanya tidak ingin kau berakhir hidup bersama pria sepertinya." Lunar merasa hangat akan perhatian itu, dorongan hati menariknya untuk mencium dagu Arkan. Mereka saling menatap dengan penuh kasih sayang, l
Kecelakaan yang menimpa Arkan bukanlah kesalahannya. Seseorang tidak sengaja menabrak, lalu dengan cepat Arkan menghindar. Namun, akibat dari aksi yang begitu tiba-tiba dia mendapatkan cedera. Urusan dengan si pengendara motor sudah diselesaikan oleh Damien, karena yang dihubungi Arkan saat itu adalah ayahnya. Dia berpikir untuk memberikan kabar pada Lunar, tetapi dia tidak ingin melihat istrinya itu khawatir. Arkan berencana mengatakan pada Sekretaris Ham kalau mereka menunda kepulangan, tetapi ayahnya sudah lebih dulu memberikan kabar pada perusahaan soal kondisinya, berharap perusahaan mampu mengambil langkah kerja sama untuk tidak membuat keributan soal kabar kecelakaan Arkan. "Lalu, kenapa ponselmu tidak dapat dihubungi?" "Aku lupa mengisi baterainya, saat-saat aku menelepon ayahku adalah waktu terakhir sebelum ponselku mati." Lunar memeluk Arkan tanpa mengganggu tangan kiri yang dibalut gips. Dia merasa lebih lega sekarang, sekaligus senang karena semua ketakutannya tidak te
Arkan keluar kamar dengan pakaiannya yang baru. Dia memakai celana pendek untuk mengantisipasi suhu yang hangat. Lunar turut berganti pakaian dengan gaun selutut. Ternyata mereka masih memiliki waktu untuk berjalan-jalan setelah sempat melakukan hubungan intim sekali. Arkan menatap Lunar dengan raut wajah datar. Dia berpikir kalau mereka tidak seharusnya melakukannya dalam waktu secepat itu sesaat baru sampai di penginapan. Tidak biasanya Lunar bersikap demikian liarnya. Ada apa dengan wanita itu? Mereka berjalan di bibir pantai, menenggelamkan kaki di dalam tanah dan membiarkan air laut membasahi mereka. Langit sore itu sangat bagus dengan cahayanya yang kemerahan. "Setelah dipikir-pikir lagi, sepertinya aku merasa cemburu pada Sekretaris Ham lebih dulu ketimbang Rian." "Sekretaris Ham?" "Kau ingat ketika hari pertama kita menjadi suami istri? Sekretaris Ham membelikanmu pakaian dan mendapatkan hadiah dan hadiahnya itu adalah gaun malam yang kau kenakan." "Kau cemburu karena Sek
Pulang dari bulan madu yang dilangsungkan selama kurang lebih satu minggu, Arkan dan Lunar kembali beraktivitas seperti biasa. Mereka yang bekerja di perusahaan yang sama itu bersikap profesional dalam hal pekerjaan, akan tetapi untuk waktu-waktu tertentu mencuri kesempatan untuk bertemu. Sampai saat ini orang-orang di perusahaan belum tahu siapa istri Arkan, karena saat kabar pernikahan dengan Lunar beredar, masih banyak yang tidak yakin, karena pada saat itu Arkan masih harmonis dengan Raya. Yang mereka yakini sebagai kekasih Arkan adalah Raya, begitu pula dengan kabar pernikahan mereka berdua. Orang-orang tidak tahu kalau sebenarnya pernikahan itu telah dibatalkan. Mereka tidak tahu karena Arkan tidak mengundang orang-orang di kantornya, karena dia dan Raya sepakat untuk melaksanakan pernikahan dengan cara privasi dan tanpa kehadiran banyak orang. Hingga saat ini mereka berpikir kalau Arkan dan Raya adalah pasangan suami istri, akan tetapi terlihat agak berbeda lantaran pasangan
Arkan dan Lunar sangat gembira mendapatkan kabar kehamilan, begitu pula dengan keluarga mereka. Lunar diperhatikan dengan sangat baik, karena janin dalam kandungan Lunar akan menjadi cucu pertama. Meskipun begitu, mereka masih melakukan yang namanya hubungan intim. Sudah seperti remaja yang baru merasakan cinta, mereka tidak berhenti menjauh satu sama lain. Hari-hari adalah kebersamaan yang bahagia di antara mereka sebagai pasangan suami istri. Debaran jantung mereka masih kencang hingga saat sekarang, tatapan mereka juga penuh cinta. Namun, mereka tidak bisa melanjutkan ciuman mereka di ruang kerjanya, karena akan sangat genting jika ada yang masuk nanti. Lunar paham akan situasinya, kemudian beranjak dari paha Arkan, tetapi pria itu menahannya untuk tidak pergi. Lunar belum lama bersamanya dan mereka sudah harus berpisah, membuat Arkan tidak ingin melalui waktu seorang diri sampai jam kerja selesai. "Apa kita pulang saja dan melanjutkannya di rumah?" ucap Arkan. "Kau tahu kalau
Arkan tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Sekretaris Ham menyukai Raya jauh sebelum hubungan mereka akhirnya kandas. Dia masih berpikir bahwa semua hanyalah mimpi. Bagaimana mungkin? "Tidak apa-apa jika Anda ingin menghajar saya, karena menyukai kekasih Anda, tapi itulah kenyataannya. Saya menyukainya." "Jika kau memberitahukannya saat aku masih menjalin hubungan dengan Raya, mungkin aku akan menghajarmu. Sekarang sudah berbeda, aku sudah memilih Lunar sebagai pendamping hidup. Jika aku menghajarmu, maka aku hanya terlihat seperti masih menyukainya." "Anda tidak akan menghajar saya?" "Aku sudah mengatakannya. Hubungan kami telah lama selesai. Dibandingkan masa lalu, lebih baik kita memikirkan soal masa depan. Raya tidak seharusnya terikat lagi denganku dan aku tidak memiliki hak melarangnya ingin dekat dengan siapa. Hanya saja, aku tidak menyangka jika kau menyukainya. Rasanya aku terlalu bodoh, karena tidak tahu soal itu. Kau menyimpannya dengan sangat baik." "Banyak hal y
Kepala Sekretaris Ham terasa pening, tidak tahu alasan mana yang akan dia ucapkan. Saat dia akan berkata, bayangan soal tanggapan Raya ikut terlintas dalam pikiran. “Apa kau tidak akan berbicara?” “S—saya ....” “Sepertinya, tidak begitu penting, ya? Kalau begitu, lebih baik aku tidak ke mana-mana nanti malam. Sudah dulu, ya, aku tutup teleponnya!” “Daging panggang!” “Daging panggang?” “Bukankah Anda berkata ingin makan daging panggang beberapa waktu lalu? Saya memiliki tempat yang bagus untuk itu.” “Aku memang mengatakannya, tapi makan daging panggang di malam hari rasanya tidak benar untuk pola makanku.” Sekretaris Ham tampak putus asa, mengerti bahwa dia akan ditolak. Dia memang tidak berbakat soal mengajak wanita pergi bersamanya. Bagaimana ingin mengungkapkan perasaan jika hal seperti ini saja dia tidak bisa? “Tapi sekali-kali sepertinya tidak masalah. Baiklah, sampai bertemu nanti malam, Sekretaris Ham!” Panggilan telepon putus, sedangkan Sekretaris Ham masih membeku. Di
Lunar berubah pikiran. Dia membalikkan badan, kemudian dia menjewer telinga Arkan dan menyeret suaminya itu pergi bersamanya. Berbeda dengan Raya yang tidak ingin melihat Sekretaris Ham. Dua wanita itu memilih untuk membiarkan mereka tidur terpisah dengan sang suami. Sebelum pergi ke penginapan, Lunar sempat memarahi para wanita yang tidak memulangkan putrinya, padahal sudah jelas mereka terpisah. Para wanita itu merasa bersalah, tetapi dia juga menyalahkan Lunar yang lalai mengawasi anak. Mereka berdebat panjang dan dilerai oleh penjaga pantai. Penjaga pantai berkata akan memberikan pengarahan pada para wanita itu agar ke depannya tidak terjadi hal yang sama. Dia juga memohon agar Lunar tetap memperhatikan anaknya selama di pantai. Kasus kehilangan Elya selesai sampai di sana. Sekarang beralih pada kasus kedua di mana Arkan dan Sekretaris Ham harus berusaha keras untuk membujuk istri mereka supaya tidak marah lagi. Namun, tidak mudah seperti yang dibayangkan. Dalam satu lorong, Ar
Sesampainya di pantai, sungguh di luar dugaan melihat Lunar memakai handuk di tengah hawa yang panas ini. Wanita itu sepertinya akan masak, ditambah keringat yang terlihat sangat banyak. "Lunar, kau tidak kepanasan?" tanya Raya. Dia saja harus beradu argumen dengan suaminya sebelum berangkat, lalu mendapatkan toleransi untuk mengenakan pakaian yang memperlihatkan perutnya. Lunar menurunkan kacamata hitamnya, lalu menemukan pasangan yang sudah menikah baru saja datang. Mereka memang berada di bawah payung lebar, tapi hawa panas masih jelas terasa di tepi pantai. "Tanyakan saja pada Arkan." Arkan tersenyum dengan bangga karena dia sudah berhasil melindungi sang istri dari mata para pria. Dia memang sensitif soal pakaian wanita, saat bersama Raya menoleransinya sebagai pekerjaan, meskipun mereka juga sempat berdebat sebelumnya. Ternyata ada yang lebih parah dari Sekretaris Ham. "Kami rasa tidak perlu menanyakannya lagi," ucap Raya, dibenarkan oleh Sekretaris Ham, karena mereka tentu
Sekretaris Ham membuka bagasi mobil, meletakkan koper. Tidak lama setelah itu, Raya muncul penuh semangat dengan topi pantainya dan gaun di bawah lutut yang tampak santai. Raya berputar, membuat gaunnya mengembang. Saat itu, Sekretaris Ham segera berlutut untuk menutupnya. Dia tidak ingin orang lain melihat aset berharganya. Tahu akan hal itu, Raya langsung berhenti, menatap Sekretaris Ham yang berlutut sambil memegangi gaunnya. "Kau ini sedang apa?" Sekretaris Ham mengembuskan napas, lalu berdiri. "Orang lain akan melihat celana dalammu jika kau berputar begitu." Raya berpikir sesaat, lalu berkata, "Kita akan ke pantai, Sayang. Hal seperti ini bukan rahasia umum lagi. Kau juga akan melihat para wanita mengenakan bikini dan berjalan saat kau berselonjor. Jangan berpikir seperti orang lama, karena zaman sudah berkembang. Ok?" Sekretaris Ham menggelengkan kepala. "Berapa kali pun aku memikirkannya, itu tetap tidak benar. Aku tidak ingin tubuh istriku dilihat oleh pria lain." Sekre
Sekretaris Ham begitu gugup, tidak pernah membayangkan kalau dia akan mencapai sesuatu yang bahkan rasanya mustahil. Dia akan menikah dengan wanita yang hanya disukainya secara diam-diam selama hitungan tahun. Selain itu, Raya bagaikan permata yang tidak semua orang dapat miliki. Dia beruntung. "Ternyata kau berkhianat di belakangku selama ini." Sekretaris Ham menolehkan kepala, menemukan Arkan datang bersama Lunar dengan perut besar dan juga seorang anak perempuan. Gadis mungil yang tersenyum cerah padanya adalah anak pertama bosnya, sedangkan Lunar sedang hamil anak kedua sekarang. "Kau diam-diam menyukai Raya di belakangku ketika kami masih menjalin hubungan. Kenapa aku tidak mengetahuinya sama sekali, ya? Dan sekarang kau mengambil kesempatan di saat aku sudah melepaskannya. Kata apa yang baik untuk menyebutkan tindakanmu? Pengkhianatan?" "Anda juga berkhianat di belakang nona Raya dan perlu saya tegaskan kalau saya tidak merebutnya, jadi saya tidak berkhianat pada bos sendiri.
Sekretaris Ham kesulitan membawa barang-barang dalam jumlah yang sangat banyak. Dia tidak mengeluh soal itu, karena semua demi wanita pujaan hati. Langka sekali melihat Raya bisa berekspresi dengan bebas seperti sekarang. Setelah menyatakan perasaan pada Raya, mereka jadi sering jalan bersama. Pastinya selesai Sekretaris Ham bekerja dan tidak jarang mencuri kesempatan untuk bertemu. Perusahaan seperti ditebarkan bunga-bunga setiap hari, karena baik Arkan mau pun Sekretaris Ham tidak berhenti memikirkan seorang wanita di benak masing-masing. Pekerjaan jadi lebih cepat prosesnya ketika mengharapkan waktu yang banyak untuk pertemuan dengan kekasih hati. "Sekretaris Ham, bagaimana menurutmu yang ini?" Sekretaris Ham memperhatikan bagaimana indahnya kaki Raya saat mengenakan high heels. Tentu bukan hanya sekali dia memperhatikan hal itu, siapa saja akan mengatakan kalau Raya sangat cantik dengan kulit bersih bersinarnya. "Cantik," ucap Sekretaris Ham. Namun, komentar itu tidak membuat
Suara gerakan di atas ranjang berpadu dengan desahan yang begitu panjang. Tubuh mereka sudah dipenuhi keringat yang banyak. Percintaan sudah dilakukan berulang kali, tetapi rasanya mereka tidak pernah puas untuk saling memiliki. "Pelan-pelan," ucap Lunar dengan suara lirih. Mau tidak mau, Arkan harus melambatkan gerakannya. Dia sudah terbakar oleh hasrat dan tanpa sadar berbuat lebih dalam kondisi kehamilan istrinya. Meskipun intensitasnya pelan, tetapi dia terus mengerang. "Aku terpikirkan seafood saat ini." Lunar berkata dengan wajah yang sudah merona merah dan jeritan tertahan. Seketika suara riuh di dalam kamar terhenti. Arkan beringsut ke samping hingga terlentang. Tadi dia merasakan semangat yang luar biasa akan percintaan mereka, tetapi perkataan Lunar membuat dirinya seolah diguyur air dingin pada malam itu. Arkan melirik jam dinding sambil menghela napas panjang. "Ini sudah lewat tengah malam. Di mana aku akan menemukan seafood?" Lunar mencebik. "Aku menginginkannya seka
"Ini laporan keuangan beberapa bulan terakhir, Sir Arkan." Arkan meraih map berwarna biru gelap itu, lalu membuka lembaran di dalamnya. Dia mengusap bibir sembari membaca isinya dengan saksama. Tidak lama kemudian, dia menyelesaikan urusan membaca, lalu dia meletakkannya di meja. "Kerja bagus." Lunar mengerutkan dahi, merasa aneh lantaran laporan yang dia berikan dibaca begitu cepat, padahal butuh waktu lama baginya menyelesaikan laporan tersebut. "Apa Anda benar-benar membacanya?" Arkan menghampiri istrinya. Dia bersandar di tepi meja dan merangkul pinggang Lunar dengan lembut. "Tidak perlu bersikap formal padaku saat kita sedang berdua saja. Semua orang tahu kalau kau adalah istriku." Dia menyandarkan kepala di dada sang istri. "Baiklah, Arkan. Sekarang lepaskan aku. Jam kerja masih belum usai." Arkan cemberut kesal. Dia menengadahkan kepala tanpa membuat mereka menjauh. "Aku harus menemui klien nanti. Kita tidak bisa makan siang bersama." Lunar mengusap kepala suaminya lamba
Sekretaris Ham baru sadar dengan apa yang dia lakukan, memegangi kedua bahu Raya dan menatap mata wanita itu begitu dekat. Dia terbawa suasana setelah tadi begitu emosional, lantas membuat dia menarik diri untuk duduk di kursinya kembali. “M—maaf. Saya tidak bermaksud melakukan hal itu pada Anda. Hanya saja, perkataan saya serius bahwa saya tidak ingin Anda pergi menemui Sir Arkan.” “Itu tidak akan terjadi hari ini. Kau tenang saja. Aku perlu melakukan pemotretan dan sekarang sudah hampir waktunya. Kau bisa melajukan mobilnya kembali.” Sekretaris Ham menuruti keinginan Raya. Dia mengantarkan wanita itu menuju studio. Mereka berpisah dalam keadaan yang buruk, karena masing-masing merasa bahwa tadi adalah sikap paling emosional yang pernah diperlihatkan oleh mereka. Sejauh ini, mereka selalu bersenang-senang dan sekarang rasanya cukup janggal. Raya melirik mobil yang dikendarai Sekretaris Ham pergi begitu saja. “Ada apa dengannya? Kenapa begitu emosional? Aku hanya ingin bertemu, lal
Sekretaris Ham menawarkan diri untuk mengantarkan Raya ke studio. Dia sangat senang, karena Raya tidak menolak tawarannya. Apa bisa dikatakan kalau hubungan mereka semakin dekat? Di berniat untuk memberitahukan soal perasaannya, nanti ketika waktunya sudah tepat. Untuk sekarang, dia akan fokus dengan jalinan hubungan yang seperti ini ketimbang terburu-buru mendapatkan Raya. "Anda akan melakukan pemotretan dengan konsep apa hari ini?" "Hmm, mereka menyiapkan konsep peri di hutan. Ini adalah tayangan untuk sebuah iklan shampo." "Oh, Anda mendapatkan tawaran iklan sekarang?" "Aku selalu mendapatkannya, tapi jadwal yang padat membuat manajerku harus menolak banyak tawaran. Semua itu tidak mudah, karena kami harus memilah pekerjaan mana yang rasanya bisa diambil." "Anda memang sangat hebat. Fakta bahwa wanita karier yang sukses di samping saya membuat perasaan saya menjadi bangga." Raya tersenyum, berpikir untuk beberapa lama, kemudian berkata, "Jarang ada yang bangga padaku, karena