Share

BAB 62A

Author: NawankWulan
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Pov : BIAN

|Mas, dokumen-dokumen penting yang kusimpan di bawah almari pasti kamu yang ambil, kan? Kamu simpan di mana, Mas?|

|Mas, sekarang kamu di mana? Apa di rumah mama?|

|Kenapa nggak angkat teleponku dan balas pesanku dari semalam, Mas? Apa kamu sengaja menghindar dariku?|

Banyak sekali pesan yang dikirimkan Irena sejak semalam. Aku hanya membacanya, tak berniat membalas. Biar dia merasakan apa yang kurasakan saat itu.

Aku yang sibuk menghubungi dan mencari tahu keberadaannya, tapi ternyata dia menghilang entah di mana. Bahkan saat pulang ke rumah pun dia hanya bilang ke rumah teman dengan handphone lowbat dan lupa isi baterai.

Sesimple itu seolah aku bukan suaminya yang begitu mengkhawatirkan kedaannya. Seolah dia bukan seorang istri yang harusnya menjaga amanah suami dan izin tiap kali pergi.

Bodohnya aku dulu yang terus memaafkan dan memaklumi semua kesalahannya yang kadang disengaja. Aku yang selalu mencintainya dengan tulus dan tak terlalu peduli dengan kemunafikannya
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • FOTO DI DOMPET USANG SUAMIKU   BAB 62B

    "Mama selalu mendoakan yang terbaik untukmu, Bi. Mama sangat bersyukur jika akhirnya kamu menyadari semuanya. Mama sangat bersyukur. Yang lalu biarlah berlalu. Mungkin memang itulah jalan hidupmu. Sekarang yang harus kamu pikirkan adalah masa depan. Jangan sampai masuk ke lubang yang sama. Mama yakin kelak kamu akan menemukan seseorang yang begitu menyayangimu dan mau menerimamu apa adanya. Percayalah."Aku kembali menghela napas lalu mengusap kedua pipi mama yang basah. Wanita yang biasanya selalu tersenyum dan tertawa itu detik ini cukup berbeda. Baru kali ini kulihat mama begitu terluka dan menitikkan air mata lagi setelah kepergian papa beberapa tahun silam. Itu berarti keputusanku untuk berpisah dengan Irena memang benar. Mama mendoakan bahkan memintaku untuk segera pergi dari Irena. Perempuan yang bilang terlalu beruntung suami sepertiku setia. "Pakai mobil mama saja, Bi. Daripada kamu naik ojek," tawar mama saat ojek online yang kupesan sudah datang. Aku dan mama yang sed

  • FOTO DI DOMPET USANG SUAMIKU   BAB 63A

    Pov : Dania "Mas, mama mengucapkan maaf atas ulah Mas Bian tempo hari," ucapku sembari mengganti kasa di lengan Mas Reza. Mas Reza hanya tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. "Mama juga bilang kalau Mas Bian sangat menyesal sudah melakukan tindakan bodoh itu. Dia benar-benar frustasi dengan nasibnya, Mas. Makanya melakukan semua itu, tanpa pernah memikirkan akibatnya," ucapku lagi. "Iya, aku juga tahu. Semoga Bian benar-benar sadar. Meski begitu, aku tetap harus bertemu dengannya," ucapnya lagi. Aku pun mengiyakan saja.Tiga hari pasca pernikahanku dengan Mas Reza, aku memang diboyong ke rumah papa. Kami tidur di lantai atas bersebelahan dengan kamar Irena. Gadis kecilku pun sudah memiliki kamar sendiri dengan pintu bersebelahan dengan kamarku. Sementara papa tidur di kamar bawah. "Mama, kamar Irena bagus sekali. Rena suka warnanya. Pink yang cantik,"ucapnya saat pertama kali menginjakkan kaki di kamar barunya. Dia sangat bersyukur dan mengucapkan terima kasih pada Mas Reza ya

  • FOTO DI DOMPET USANG SUAMIKU   BAB 63B

    Jarum jam menunjuk angka dua belas lebih sepuluh menit. Aku dan Mas Reza sudah smpai di cafe yang tak jauh dari kantor Mas Bian. Sengaja kuminta mama untuk memberitahu Mas Bian soal pertemuan ini. Kupikir Mas Bian akan menolak, tapi ternyata dia mau bertemu dengan Mas Reza di tempat ini. Sesuai rencana. Mas Reza baru memesan dua minuman untukku dan untuknya sembari menunggu Mas Bian datang. Kuaduk gelas panjang berisi jus alpukat itu perlahan lalu menikmati kesegarannya, sementara Mas Reza memesan lemon tea dengan kentang goreng krispi di atas meja. Aku dan Mas Reza masih mengobrol banyak hal. Tentang usahanya yang kini fokus ke properti. Usaha yang lama dihandle oleh papa. Mas Reza juga bilang memiliki kost-kostan dua puluh pintu yang dia beli dari hasil usahanya dulu. Sekitar sepuluh menit menunggu, akhirnya kulihat laki-laki di masa laluku itu mulai melangkah perlahan dari arah pintu. Dia mengenakan kemeja berwarna abu muda dan celana hitam seperti biasanya. Melihatku tengah

  • FOTO DI DOMPET USANG SUAMIKU   BAB 64A

    Pov : Dania Hari keempat pernikahan. Aku baru saja keluar dari kamar mandi dengan rambut basah, sementara Mas Reza masih duduk santai di sofa kamar sembari fokus di layar handphonenya. Dia menghentikan aktivitasnya sejenak lalu menoleh ke arahku. Seketika bibirnya mengulum senyum. Setelah itu, Mas Reza menutup handphone dan meletakkannya di atas meja. Dia tak beranjak dari sana, hanya menatapku lekat sambil melipat tangan ke dada. Dia seakan mengoreksiku dari kaki sampai puncak kepala, membuatku sedikit bertanya-tanya. Adakah yang salah dari pakaian yang kukenakan detik ini? Kuhentikan tanganku yang masih mengeringkan rambut dengan handuk. Aku menghela napas panjang lalu membulatkan kedua mata saat Mas Reza masih saja meneliti baju tidur yang kukenakan. Aku mendadak salah tingkah karena tatapan anehnya. Berulang kali kuperiksa, sepertinya tak ada yang salah, tapi entah kenapa lelakiku itu senyum-senyum sendiri menatapku sedari tadi."Ngapain sih, Mas? Ada yang aneh?" Di depan cerm

  • FOTO DI DOMPET USANG SUAMIKU   BAB 64B

    Pov : Dania Pagi menjelang. Papa dan Mas Reza masih asyik berbincang di ruang keluarga, sementara Bi Minah sibuk di dapur. Setelah membersihkan kamar Irena dan kamarku, aku baru turun ke lantai bawah. Dua cangkir kopi terhidang di meja. Lengkap dengan camilannya. Papa tampak tersenyum lebar saat mendengarkan cerita Mas Reza tentang usaha barunya. Selalu memberikan semangat pada anak lelakinya itu agar berusaha lebih baik lagi untuk mengembangkan usahanya. "Nia, duduklah sebentar. Papa mau bicara," ucap papa sembari melambaikan tangannya ke arahku di ujung tangga. Gegas melangkah menuju sofa dan duduk di samping Mas Reza. "Sebenarnya papa mau bilang kalau nanti sore kakak iparmu datang dari Pontianak. Dia dan istrinya pindah ke rumah ini sebab usahanya di sana gulung tikar." Papa tampak menghela napas sembari mencoba untuk tersenyum meski kutahu setengah dipaksa. Entah kakak yang mana aku pun tak tahu, sebab setahuku Mas Reza anak semata wayang papa dengan almarhum mama. Mungkink

  • FOTO DI DOMPET USANG SUAMIKU   BAB 65A

    Pov : DaniaJam enam pagi aku dan Mas Reza sudah bersiap-siap pergi. Aku pun sudah menyiapkan keperluan Irena. Gadis kecilku itu masih sedikit mengantuk sebab semalam tidur sedikit telat. Dia keasyikan bermain dengan Rista-- keponakan Mas Reza yang baru datang kemarin sore. "Kalian jadi pulang pagi ini, Za?" tanya Papa saat sarapan bersama. Mas Reza mengalihkan pandangannya ke arahku lalu tersenyum. "Jadi, Pa. Mau buat kejutan buat Dania kuga, kan?" balasnya dengan senyum yang sama. Papa pun manggut-manggut. Sepertinya sudah tahu apa kejutan yang dimaksud anak lelakinya itu."Papa nggak bisa antar, mau cek toko dulu. Sepertinya sudah mulai renovasi.""Iya, Pa. Nggak apa, nanti ke sana saat syukuran saja juga oke," balas Mas Reza lagi. Papa mengiyakan. Mas Reza pun mengatakan hal yang sama pada kakak lelakinya untuk datang ke rumah saat syukuran nanti. Tanpa banyak obrolan, Mas Reza gegas memintaku untuk mengambil koper di kamar dan menyiapkannya di ruang tamu. Setelah selesai sara

  • FOTO DI DOMPET USANG SUAMIKU   BAB 65B

    |Ma, Bakda ashar datang ke rumah ya? Ada syukuran kecil-kecilan. Ternyata yang beli rumah Mas Bian itu adalah Mas Reza, Ma. Nia juga nggak nyangka jika dia menghadiahkan rumah ini untuk Nia dan Irena| Kukirim pesan itu untuk mama. Ibu dan Mas Fano pun cukup kaget saat aku mengabarkan soal ini pada mereka. Bahkan Mas Fano sempat menghubungi temannya untuk menanyakan soal itu. Masih teringat ucapan Mas Fano kemarin saat dia baru saja menelpon Mas Irfan. "Ternyata Irfan memang disuruh Reza untuk menyembunyikan ini dari kita, Nia. Dari awal dia ingin memberikan kejutan untukmu. Romantis juga dia," ucap Mas Fano kemarin sembari tertawa lebar. "Tak hanya romantis, Mas. Dia juga perhatian, tanggungjawab dan sayang sama Irena," balasku kemudian. Aku dan Mas Fano pun sama-sama tertawa. |Rumah kamu dan Bian dibeli Reza sebagai hadiah perkawinan kalian?|Balasan dari mama cukup mengagetkan. Sesuai dugaan, mama juga kaget mendengar cerita dariku. Mas Reza berhasil membuat semua orang terkeju

  • FOTO DI DOMPET USANG SUAMIKU   BAB 66A

    Pov : BianAku memikirkan banyak hal, terutama soal rumah tanggaku dengan Irena. Istikharah pun sudah kulakukan berkali-kali. Tak ingin kembali sakit hati, akhirnya kuputuskan untuk mengakhiri hubungan tak jelas ini. Berpisah dengan Irena sudah menjadi keputusan bulat.Cinta yang dulu mekar dan bersemi justru semakin hilang ditelan waktu. Dia telah menipuku, bagaimana mungkin aku terus mengalah dan menghujaninya dengan cinta? Kuucap salam sembari menata sepatu di rak setelah sampai di teras rumah. Terdengar langkah kaki Irena dengan terburu ke arahku. Pintu terbuka, perempuan yang setahun terakhir kunikahi itu pun tersenyum ceria saat melihatku membawa sekotak kado. Seperti yang sudah kurencanakan sebelumnya, aku akan pulang memberinya kado sembari meminta tanda tangan itu. Dia pasti tak akan berpikir panjang dan asal tanda tangan setelah melihat isi kadonya. "Mas, aku nungguin dari pagi loh. Kamu simpan dokumen itu nggak?," tanya Irena dengan tatapan curiga. "Ada di kamar. Mung

Latest chapter

  • FOTO DI DOMPET USANG SUAMIKU   EXP 5 : BIAN [TAMAT]

    Pov : BIANLima kali bertemu dengan gadis itu, membuatku semakin yakin jika dia memang bidadari yang Allah kirimkan untuk melengkapi hidupku. Dia yang sederhana, tapi terlihat nyaris sempurna. Tak ingin seperti laki-laki lain yang mengajaknya pacaran demi embel-embel saling mengenal, aku lebih nyaman mengikuti pesan mama untuk langsung melamarnya. Selain umur tak pantas lagi mengobral cinta, status duda juga membuatku sadar diri bahwa aku tak muda lagi. Urusan ditolak atau diterima urusan nanti. Yang penting aku sudah berusaha mengutarakan isi hati. Setelah aku memberinya waktu untuk istikharah selama seminggu. Akhirnya waktu yang ditunggu pun tiba. Waktu di mana Maura akan mengatakan pilihannya untuk mengiyakan atau menolak niat baikku. Tak mengapa kalaupun dia menolak. Aku cukup sadar diri, terlalu banyak perbedaan antara kami. Lagipula, aku juga tak ingin dia menerima lamaran ini karena terpaksa. Aku tak ingin dia seperti Dania beberapa tahun silam yang terpaksa mengiyakan per

  • FOTO DI DOMPET USANG SUAMIKU   EXP 4 : BIAN

    Pov : BIANSeperti itulah awal perjalan cintaku dengan Maura. Aku yang tak berani mengungkapkan cinta karena merasa bukan pria idamannya dan dia yang memilih diam menunggu pria baik melamarnya. Setidaknya seperti itulah yang dikatakan sang mama. Hingga aku memberanikan diri untuk melamarnya detik ini. Tak ingin kembali menyesal, andai ada laki-laki lain yang lebih dulu melamar bahkan ingin segera mengikatnya dalam kehalalan. Iya, aku tak ingin menyesal ke sekian kalinya. Disaksikan mama dan anak kesayanganku Rizqi, aku kembali ke rumah ini. Rumah dengan dua lantai berwarna hijau pupus. Ada seorang laki-laki lain yang memang sudah lebih dulu datang. Laki-laki tampan, sepertinya juga mapan dan berpendidikan. Dia terlihat begitu akrab dengan mama dan papa Maura. Sementara aku duduk dengan gelisah dan tak tenang. Rasanya ingin mengajak mama untuk pulang, tapi sayangnya mama masih cukup sibuk ngobrol dengan Tante Lydia. "Pa, jangan khawatir. Tante Maura pasti lebih memilih papa," bisik

  • FOTO DI DOMPET USANG SUAMIKU   EXP 3 : BIAN

    Pov : BIAN "Maura maunya laki-laki yang lebih dewasa, lebih ngemong dan setia, yang pasti bisa bimbing dia ke jalanNya." "Maura nggak suka pacaran sebelum nikah. Dia ingin pacaran setelah halal karena semua jadi berpahala dan InsyaAllah berkah." "Maura memang masih ingin sendiri, tapi jika ada laki-laki baik melamarnya, kenapa enggak? Tak ada salahnya menikah muda asalkan sudah siap segala konsekwensinya." Cerita-cerita mama barusan membuatku bertanya-tanya. Mungkinkah aku ada di salah satu pria idamannya? Bibirku kembali tersenyum saat membayangkan pertemuanku dengannya kemarin sore secara tak disengaja. Aku yang tengah memperhatikan Rizqi dan Rena di alun-alun tak jauh dari rumah mama, mendadak bertemu dengannya yang juga tengah mengantar keponakan-keponakannya bermain di sana.Tiap kali weekend, tempat itu memang ramai pengunjung. Pedagang kaki lima pun banyak berjejeran, menjajakan aneka kuliner murah meriah yang unik dan enak di lidah. Tak hanya golongan menengah ke bawah

  • FOTO DI DOMPET USANG SUAMIKU   EXP 2 : BIAN

    Langit gelap. Mendung menggantung di sana. Sepertinya sebentar lagi hujan akan tiba. Angin berhembus menampar wajah yang gelisah. Beberapa minggu belakangan, jam tidurku mulai berantakan. Makan pun rasanya hambar. Berulang kali mama menyindirku soal jatuh cinta, tapi aku selalu menegelaknya. Di usia nyaris 35 tahun ini, mungkinkah aku merasakan jatuh cinta kembali? Aku yang sudah dua kali gagal berumah tangga, masihkah ada perempuan yang percaya jika aku tipe laki-laki setia?Entahlah. Namun kehadiran gadis itu beberapa waktu lalu di restoran ini benar-benar membuatku kesulitan tidur. Namanya Maura. Gadis manis dengan hijab dan gamis panjangnya itu adalah anak Tante Lydia yang tak lain teman arisan mama. Mama tak sengaja lewat di depan restoran yang kubangun dua tahun belakangan pasca resign dari kantor dulu, karena itulah sekalian mampir dan memperkenalkanku dengan perempuan itu. Tak banyak hal yang mama bicarakan. Hanya sekadar perkenalan biasa. Mama pun tak ada rencana menjodoh

  • FOTO DI DOMPET USANG SUAMIKU   EXP 1 : BIAN

    Pov : BIAN Tahun berlalu. Kepergian Irena membuat perubahan besar dalam hidupku. Aku memang memilih berpisah dengannya, tapi tak menyangka jika perpisahanku itu tak hanya perpisahan dunia. Namun dia benar-benar pergi meninggalkan semua menuju alam keabadian yang nyata.Air mata tak terasa lolos begitu saja dari porosnya tiap kali mengingat bagaimana perjuanganku dulu untuk mendapatkannya. Hingga dia menghancurkan semua kepercayaan yang kupunya. Memilih laki-laki lain yang nyatanya tak pernah tulus mencintainya. Laki-laki yang kini disesaki perasaan bersalahnya dan pamit pergi bersama teman hidupnya yang baru. Dia yang memberikan sekepal tanggungjawab untukku dan dia yang puluhan kali minta maaf karena telah menusukku. Zaky."Gue mau minta maaf sama Lo, Bian. Selama ini gue udah hancurin keluarga Lo. Gue nikam Lo dari belakang. Semua salah gue. Gue ancam Iren hingga dia menuruti semua kemauan gue. Rizqi sebagai tamengnya sebab Iren tahu jika dia adalah darah daging gue. Iren selalu b

  • FOTO DI DOMPET USANG SUAMIKU   BAB 76 [END]

    Pov : DANIAPapa dan Mas Reza tampak begitu khawatir saat kubilang ada bercak coklat di celana dalam. Mereka saling pandang lalu buru-buru mengajakku ke klinik yang tak jauh dari rumah. Klinik Medika.Setelah mengantri di urutan ke empat, akhirnya aku diizinkan untuk masuk ke dalam ruangan. Seorang dokter mempersilakanku duduk dan menceritakan keluhan yang terjadi. Dengan serius sang dokter mendengarkan ceritaku. Mas Reza bertanya ini itu, terlihat cukup khawatir dengan kesehatanku dan calon buah hatinya. Selama di mobil, papa memang menceritakan bagaimana aku sampai terjengkang dari kursi. Mas Reza beberapa mengucapkan istighfar saat papa menceritakan ulah menantu pertamanya. Papa juga menceritakan bagaimana wajah asli Mas Aris dan istrinya itu. Aku sendiri tak menyangka jika firasatku tentang ketidakberesan mereka ada benarnya. Beruntung papa sudah tahu sebelumnya. Aku hanya khawatir papa shock saat mendengar rekaman percakapan Mas Aris dan Mbak Shila yang rencananya akan kuberi

  • FOTO DI DOMPET USANG SUAMIKU   BAB 75A

    Pov : DANIASyukuran empat bulan digelar hari ini. Banyak sekali tamu yang datang. Tak hanya keluarga papa, tetangga dan teman-teman Mas Reza, tapi juga beberapa karyawan Mas Reza. Tak ketinggalan mama dan Mas Bian. Laki-laki itu tengah ngobrol dengan Mas Reza dan Mas Fano. Entah membicarakan apa, tapi di sampingnya ada jagoan kecil yang begitu familiar. Rizqi. Laki-laki kecil yang tampan itu sekarang menjadi anak asuh Mas Bian. Meski tetap tinggal bersama kakek dan neneknya, tapi biaya hidup dan pendidikannya ditanggung Mas Bian. Begitu yang kudengar dari cerita Mas Reza beberapa menit lalu padaku. Aku sangat bersyukur akhirnya Mas Bian lebih ikhlas menerima segala takdirNya. Kulihat sekarang dia jauh lebih tenang, murah senyum dan tak lagi gemar melamun seperti dulu. Mungkin memang banyak belajar arti hidup yang sebenarnya, sebab akhir-akhir ini memang banyak sekali ujian yang menerpanya. Banyak perubahan yang kulihat darinya. Selain lebih tenang, Mas Bian juga terlihat lebih d

  • FOTO DI DOMPET USANG SUAMIKU   BAB 74B

    Kabar bahagia itu benar-benar datang. Aku positif hamil dan kini hampir empat bulan janin itu tumbuh di rahimku. Malaikat kecil yang begitu diimpikan Mas Reza dan papa karena memang mereka yang paling antusias saat mendengar kabar bahagia ini. Aku sendiri tak paham mengapa papa selalu bilang bahwa ini adalah cucu pertama yang begitu dinantikannya. Padahal Mas Aris juga sudah memiliki buah hati. Rista yang kini berusia tujuh tahun. Saat aku merasakan hari-hari yang membahagiakan, kabar duka pun datang. Mas Bian benar-benar berpisah dengan Irena. Tak hanya itu saja, bahkan kabar tak terduga itu pun datang. Kepergian Irena yang mendadak benar-benar membuatku shock seketika.Tak terasa bulir bening menetes dari kelopak mata. Mengingat dan sengaja membaca kembali pesan-pesan yang dia kirimkan beberapa hari sebelum kepergiannya.|Maaf jika sudah mengganggu hari-hari bahagiamu, Dania. Aku dapatkan nomor barumu dari mama, setelah berusaha meyakinkannya jika aku tak akan menyakitimu. Entahla

  • FOTO DI DOMPET USANG SUAMIKU   BAB 74A

    Pov : Dania "Semangat pagi, Sayang. Gimana, udah enakan badannya?" Mas Reza sudah duduk di samping pembaringan sembari tersenyum manis ke arahku. Aku yang ternyata bangun kesiangan. Bakda subuh, aku memang sengaja rebahan sebab kepala mendadak pusing sepertinya bumi bergoyang-goyang nggak jelas. Mas Reza pun membantuku ke kamar setelah menyiapkan secangkir kopi untuknya di meja makan. Dia begitu mengkhawatirkanku, sebab itulah memintaku untuk istirahat. Tak perlu menemaninya joging seperti biasanya. "Mas joging sendiri deh, Sayang. Rena juga belum bangun. Biarlah, mungkin dia kecapekan karena kemarin main seharian dengan papanya, kan?" Ucapan Mas Reza tadi pagi kembali terlintas dalam ingatan. Rena Bagaskara. Iya, nama anak perempuanku itu memang sudah diganti. Cukup singkat sekarang. Mas Bian yang meminta agar nama anak semata wayangnya itu tak ada hubungannya dengan masa lalu. Toh semua hanya karena dendam dan keegoisan semata, bukan karena memang menyukai namanya. "Mas, udah

DMCA.com Protection Status