"Kamu yakin tetep mau stay disini?" Aku menyernyitkan dahi memandang pria yang sedari tadi sibuk mondar mandir di dapur kecilku. Suara kekehannya membuatku salah tingkah.
"Seriously, Lex? Setelah semalam kita tidur bareng, sekarang kamu tanya apa aku bener mau nginep disini? Ck ... ck ..." Dia menggeleng sambil memindahkan omelet dari wajan ke piring.
Wajahku terasa panas mendengar jawabannya. "Oh God, please stop saying that ..." Aku menutup wajahku.
"Well, technically kita tidur in the same bed, satu selimut. Apa istilahnya kalau bukan tidur bareng?" Kak Drian tertawa.
Aku tahu dia sedang menggodaku. Dan aku mati kutu dengan pernyataannya.
Apa yang kalian pikirkan? Kami tidur bersama bukan seperti yang ada dalam pikiran kalian ya ...
Aku tidak tega menyuruhnya untuk tidur di sofa kecilku, dan tidak ada lagi tempat untuk tidur di apartemen ini jadi aku menawarkannya tidur di sisi ranja
Aku dan kak Drian menjenguk Karina di rumah sakit keesokan harinya. Aku merasa lega kandungannya baik-baik saja. Wajahnya tidak sepucat kemarin, Reno menjelaskan bahwa dia akan membawa Karina ke Singapore, di sana ada keluarga Reno, mereka sudah tahu mengenai Karina dan menerima kehadiran wanita itu. Aku pun sudah menjelaskan pada Mama Reno bahwa aku tulus melepaskan pernikahan kami saat dia datang mengunjungiku ke Jakarta sebulan lalu.Reno bilang, dia akan meminta bantuan pengacara agar kami tidak bolak-balik mengurus perceraian kami. Aku menyerahkan segalanya pada Reno. Kak Drian juga bilang bahwa dia akan menemaniku jika aku harus datang ke Lombok.Sesaat sebelum kami pamit, aku melihat kedua pria itu berbicara di luar. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi mereka kemudian berpelukan ala pria dan tidak lama kami pamit pergi. Aku bilang pada Reno untuk mengabariku saat mereka akan pergi ke Singapore. Aku ingin ikut mengantar ke bandara.Malam itu kak Drian me
Mataku gelap, aku terus menduga-duga dengan bertanya terus kemana kami akan pergi. Kak Drian mencubit pipiku, aku pura-pura meringis, lalu dia mengelusnya dan kami tertawa, rasanya menyenangkan. Tangan kami terus bertaut di sepanjang perjalanan sampai mobil berhenti entah dimana.Angin terasa kencang saat kak Drian membukakan pintu mobil, perjalanan tadi terasa tidak terlalu jauh. Kak Drian menuntunku, kami seperti masuk ke dalam sebuah gedung, aku mendengar seseorang menyapa pria itu dengan namanya, berarti dia mengenal kak Drian. Lalu kami seperti naik ke dalam lift, kak Drian terus memeluk bahuku.Bunyi lift berdenting dan kami berjalan. Aku meremas tangan pria itu, jantungku berdebar kencang. Aku penasaran dengan apa yang ingin dia lakukan. Setelah beberapa langkah keluar lift kami berhenti.Aku mendengar suara, pria itu menekan tombol angka dan suara pintu terbuka."Kita dimana sih?"Hanya tawanya yang terdengar sebagai jawaban. Aku merasakan
Kami tidak berhenti berciuman, tenggorokanku rasanya haus, tapi bukan ingin minum air, tapi dengan sentuhan dan rasa pria itu. Saat lidah pria itu menelusup ke rongga mulutku, aku mempertemukan dengan pasangannya dan kami saling mengecap satu sama lain.Perutku berputar mengirimkan aliran panas ke bagian bawah tubuhku. Dan tiba-tiba kak Drian menarik diri saat aku ingin memagutnya lebih dalam.Mata kami bertemu dalam kabut yang sama, napas kami saling bersautan dan aku mendesis kecewa saat dia setengah bangkit, tanpa sadar aku menahan lehernya."Lex ... aku ..." dia berdehem, "Aku udah bilang kalau aku ga akan lakuin apapun tanpa kamu ...."Aku membungkam mulutnya dengan ciumanku kemudian melepasnya lagi. Aku tahu dia menahan diri, dia ingin aku mengucapkan kalimat yang sedari kemarin dia tunggu."Aku mau kamu." bisikku mendekat ke telinganya, mengusap bibirku ke cuping telinganya yang dingin.Kak Drian terpana lalu menyeringai, mengecup bib
Dua bulan kemudian..Aku duduk menatap Mama dan Papa, mataku tertunduk, tidak sanggup melihat guratan kekecewaan di wajah mereka.Aku memutuskan untuk menceritakan tentang perpisahanku dengan Reno setelah proses perceraian kami selesai. Reno datang satu jam sebelumnya, dia bilang ingin menyampaikan langsung tentang hal ini dan meminta maaf, kedua orang tuaku sangat terpukul.Proses perceraian kak Elle dan kak Drian sedang berjalan, dan sekarang kedua orangtuaku harus kembali menerima berita buruk tentang anak bungsunya. Aku merasa bersalah tapi kupikir semakin cepat aku ceritakan maka semakin baik.Lagipula aku tidak bisa terus-terusan berhubungan dengan kak Drian secara sembunyi-sembunyi. Aku belum bilang tentang itu pada mereka. Satu per satu pikirku."Kenapa bisa begitu Lex?" Suara mama terdengar sedih.Walau tadi Reno mengatakan bahwa perpisahan kami mutlak karena kesalahannya menghamili wanita lain, tapi aku tidak ingin
Sudah dua minggu sejak Mama keluar dari rumah sakit, kondisinya semakin membaik. Mama akhirnya bilang bahwa apapun keputusan yang kami berdua lakukan dengan pernikahan kami, Mama tidak akan ikut campur. "Kalian berhak menentukan kebahagiaan kalian sendiri. Kami sebagai orangtua hanya bisa mendukung dan mendoakan." Itu yang Mama sampaikan pada kami, walau aku merasa lega, tapi ada kecemasan mengenai kedepannya tentang hubunganku dengan kak Drian. Aku dan dia sepakat untuk menunda memberi tahu tentang hubungan kami, setidaknya sampai semua urusan selesai antara dia dan kak Elle. Aku berharap, aku tidak akan membuat Mama sedih lagi. Kehadiran Brielle cukup banyak membantu. Gadis kecil itu membuat Mama tersenyum dengan tingkah lakunya yang menggemaskan. Kak Elle sedikit banyak menceritakan tentang Adam saat Mama bertanya. Tentu saja Mama sedikit terkejut, Mama juga mengenal pria itu, beberapa kali Mama mengantar kak Elle ke psikia
Aku mengerjap, merasa silau dengan sinar matahari yang menyinariku.Aku dimana?Aku menatap ke depan, ke sekelilingku, aku seperti ada di padang rumput antah berantah bak di negeri dongeng. Dimana ini?Aku berjalan, tidak melihat apapun, tidak ada siapapun juga. Aku terus berjalan, semua terlihat sama. Hanya padang rumput membentang luas seolah tak berujung.Ini dimana sih?Aku berhenti dan berpikir bagaimana caranya aku bisa ada disini.Wait, tadi seseorang memukulku. Tanganku terangkat ke kepala, aku meraba-raba tapi tidak merasakan sakit sedikitpun.Aku kembali menolehkan kepala ke segala arah, berusaha mencari atau menemukan tanda tentang keberadaanku. Lalu akhirnya aku lanjut berjalan entah kemana arahnya. Terus mencari keberadaan manusia yang belum juga aku temukan.Entah berapa lama aku berjalan, aku melihat sosok anak kecil sedang duduk bermain dengan k
Tut.. tut...tut..Suara mesin pendeteksi detak jantung mengganggu tidurku, aku membuka mata perlahan. Cahaya putih dari lampu membuatku silau, suara kursi berderit dan beberapa orang mendekat."Sayang ..." Itu suara Mama. Leherku terasa sakit sehingga aku meringis hingga menangis."Jangan gerak, Nak. Leher kamu cedera."Aku mengatur napas agar sakitnya hilang. Aku melirik, melihat Papa, kak Elle dan Mama mengelilingiku."Lex ... oh syukurlah ..." kak Elle mengelus lenganku. Dia menghapus air matanya."Udah satu setengah hari kamu ga sadarkan diri Lex. Papa khawatir sekali." Papa mengelus pelan rambutku.Aku mengerjap pelan. Dimana kak Drian?Suara pintu terbuka."Drian, Lexy sudah sadar ..." sahut Mama dan suara sepatu mendekat dengan cepat."Sayang ..." Kak Drian langsung mengecup keningku. "Terima kasih Tuhan. Sayang, kamu sadar ..."Aku bingung melihat kak Drian yang dengan santai memanggilku mesra, apa
"Alexys!" Aku berteriak memanggilnya. Aku tahu, ini reaksi biasa. Kesadarannya mulai kembali tapi aku tetap merasa panik. Elle semakin terlihat bingung sambil memegangi tangan adiknya itu.Tiba-tiba tubuh wanita itu tersentak.. dan Lexy membuka matanya. Dia ingin berbicara tapi aku melarangnya. Aku berteriak memanggil suster tapi kemudian wanita itu kembali pingsan.Dokter jaga memeriksa dan aku memintanya untuk segera ditangani.Tidak lama kemudian para orangtua datang. Kedua mama tampak cemas dan menangis melihat Lexy. Aku tidak bisa menguasai diri, aku terduduk lemas."Dri ... kamu harus tegar oke. Lexy gapapa. Mudah-mudahan ga ada tulangnya yang retak." Elle mengusap bahuku sambil berbisik."Elle, aku ga bisa kehilangan dia. Kami pernah kehilangan anak kami dulu. Dan aku ga mau dia ninggalin aku."Elle terpaku, "Ap ... apa?"Aku menutup wajahku, tidak bisa membayan
A YEAR AFTER part 2Alexys pov"So, gimana seminarnya?" tanyaku mencoba mengalihkan gairah kami."Mmm ... lumayan menguras waktu supaya ga terus inget kamu." jawabnya sambil meletakkan tangannya di pinggiran bathub. Dia mengetuk jarinya membuat aku mengigit bibirku sendiri ingin disentuh dengan jari piawai itu.Aku menggumam sambil mengangguk. Aku rasa cukup mengulur waktunya, aku berdiri, membuat aliran air menetes dari tubuhku dan itu berhasil membuatnya tercengang kemudian menelusuri tubuhku dengan matanya sambil menelan salivanya berkali-kali."Lex, lima hari Lex ... lima hari!" desisnya."Baru lima hari kan." Aku melangkah keluar dan masuk ke dalam shower, melepas ikatan rambutku dan membiarkan air mengalir membersihkan tubuhku dari gelembung sabun.Dia bergeming ditempatnya, hanya memandangku. "Kamu tau, sepanjang aku di Makassar, aku selalu membayangkan kamu ada dikamar mandi hotelku. Seperti ini ..."Aku tersenyum, mengangkat satu kakiku dan membersihkan bagian kewanitaanku. Su
A YEAR AFTER part 1Alexys povPresent day..Mataku menyusuri daftar acara yang tertera di laptop dan menyamakannya dengan lembaran kertas di tanganku. Aku memeriksa kembali semua event yang ku handle selama satu bulan kedepan. Sesekali tanganku mengangkat cangkir berisi chai latte kesukaanku. Tinggal setengah jam lagi sampai jam pulang kerja.Beberapa notifikasi masuk ke ponselku dan aku juga menghubungi beberapa anak buahku sambil menugaskan kerjaan untuk hari senin.Di penghujung minggu seperti ini, saat libur aku tidak ingin terganggu dengan pekerjaan. Makanya sebelum jam kerja di hari jumat itu berakhir, aku sudah menyiapkan pekerjaan untuk hari seninnya. Aku juga tidak ingin karyawanku terbebani dengan pekerjaan saat mereka libur.Aku mengunci pintu ruangan, dan menyapa beberapa pegawai lainnya lalu berjalan ke mobilku. Mengendarai jalanan yang cukup padat saat jam pulang kantor menuju tempat tinggalku, untungnya tidak terl
SAN FRANCISCO part 2Drian pov"Dia terlihat normal, Mama bilang Lexy sedih pas awal-awal aku pindah. Tapi Mama baru cerita setelah kamu pergi, Lexy jadi sedikit pendiam. Mama pikir, karena kita semua jauh dari dia, yang bikin anak itu sedih, tapi feelingku bilang bukan karena itu. Aku sering teleponan sama dia, dan dia biasa aja. Tapi kalau aku sebutin nama kamu, dia mendadak seperti menghilang. Aku kadang merasa kalau dia sudah ga ada diseberang telepon. Dia hanya diam."Aku menengadah menatap foto gadis itu."Aku tau Dri, adikku sudah jatuh hati sama kamu, cuma ya ... terhalang berbagai hal, salah satunya status kita sebagai suami istri, dia pasti berpikir dia gila punya perasaan sama kamu. Jadi Dri, kapan kamu balik ke Indonesia? Aku ga bisa terus jagain dia. Ditambah cowok itu." Wajah Elle berubah sedikit kesal.Dadaku berubah tidak nyaman."Reno maksud kamu?" tanya Brian."Iya! Dia ngekorin Alexys terus kan .... Tempo lalu Mama ulangtahun, Mama
SAN FRANCISCO part 1Drian povAku terus mengecek ponselku, mataku berpendar ke segala penjuru di terminal kedatangan bandara Internasional Boston itu tapi sama sekali tidak sedikit pun terlihat batang hidung orang yang aku cari. Aku mendekat lagi ke papan informasi dan yakin bahwa pesawat Cathay dari Hongkong sudah mendarat satu jam empat puluh lima menit lalu. Tapi kemana mereka?Aku kembali mendekat di pintu kedatangan dan menunggu selama sepuluh menit, mataku berputar ke sekitaran ruangan sambil terus mengecek ponselku menunggu panggilan masuk tapi nihil. Apakah mereka tersesat? Astaga, sudah ku bilang untuk segera mengabari tapi kenapa tidak ada notifikasi apapun? Aku berjalan sedikit ke arah keramaian dan akhirnya menangkap dua siluet yang aku kenal tengah menyantap makanan.Aku merasa lega dan kesal sekaligus, aku mencari kesana kemari sedangkan mereka berdua sedang asik melahap burger dan kentang, bahkan mereka sama sekali tidak melihatku
The Secret part 2Author POVSuara Brian menginterupsi lamunan Drian, menunjuk ke arah luar dan melihat Alexys turun dari sebuah mobil. Mereka bertiga melihat Alexys melambaikan tangannya pada seseorang yang duduk di kursi kemudi, masih terlihat muda, teman sekolahnya tebak Drian.Alexys tersenyum sambil berjalan masuk tapi kemudian melambat saat melihat tatapan tajam kakaknya. "Dari mana kamu? Masih pake baju seragam." tanya Elle galak. "Mmm, abis kerja kelompok kak." jawab gadis itu takut-takut."Ampe malem gini? Jangan bohong ya, Dek ..."Wajah Alexys berubah takut kemudian dia menunduk. Drian yang tersengat cemburu menarik napas berusaha menguasai diri. "Kamu pasti capek, naik gih ..." sahutnya pelan pada Alexys."Eh, jangan bela ..."Drian mendorong bahu Alexys untuk segera menghilang dari hadapan mereka, lalu berbalik menatap Elle. "Jangan begitu Elle, nanti malah bohong beneran dia."
The Secret part 1Author POV"Ini apa?" Mata Elle menatap ke arah Drian tajam. Bukan hanya laki-laki itu yang menoleh, tetapi saudaranya juga. Mereka bertiga ada di kamar kedua pemuda kembar itu, kedekatan ketiganya membuat Elle dapat dengan leluasa masuk ke kamar Drian dan Brian. Mereka sudah sekian lama bersahabat dan dekat, bahkan Elle saat ini sedang menjalin hubungan asmara dengan Brian.Respon mereka diluar dugaan Elle, saling menatap, menandakan jika ada yang mereka sembunyikan dengan tersimpannya foto Alexys, adik kesayangan Elle di laci meja belajar Drian."Mm, itu ..." Brian mencoba berdalih."Diam kamu! Aku tanyanya ke Drian!" sahut Elle galak yang langsung membuat mulut Brian terkatup rapat."Itu privasiku." Drian berjalan mengambil selembar foto gadis impiannya dan menyimpannya kembali ke dalam laci."Privasiku juga kalau menyangkut Alexys!"Drian menghela napas, dia sudah memperkirakan cepat atau l
TWELVE YEARS AGO part 2Drian POVSetelah itu selama dua bulan berikutnya, aku selalu menemaninya kemana pun. Lebih tepatnya memperhatikan apa yang dia makan. Tenyata gadis kecil itu penggila makanan pedas, dan pecinta bakmi. Pantas saja!Dan satu hal lagi yang membuatku mau tidak mau selalu membantunya, dia cukup ceroboh untuk bocah berumur tiga belas tahun. Ada saja keteledoran yang dia lakukan, tak jarang juga membuat dia melukai dirinya sendiri. Ck.. ck.. ck..Suatu saat ketika kami sedang berenang bersama, gadis itu merengut karena Elle tidak mau mengajarinya berenang."Sini ... kakak ajarin!" tawarku sambil mengulurkan tangan. Dia memandangku ragu, tapi kemudian dia memegang tanganku.Setengah jam berikutnya aku terus mengajarinya untuk mengambang, satu hal yang aku tahu, Lexy cukup gigih untuk bisa berenang. Dan akhirnya setiap weekend dengan sukarela aku mengosongkan waktu untuk mengajarinya, membiarkan buku bacaanku ters
TWELVE YEARS AGO part 1Drian FlashbackAku duduk di pinggir kolam sambil membaca buku menatap saudaraku dan Elle sedang lomba berenang. Suara kecipak air dan tawa mereka membuat konsentrasiku sedikit terganggu. Aku menghela napas melihat kelakuan kedua anak manusia itu, sudah mau di bangku akhir SMA tapi mereka seperti anak-anak TK baru pertama kali berenang."Hahahahahha! Wait ... wait ..." Elle melongok ke arah pintu teras belakang yang mengarah ke dapur rumahnya. "Lexy lama amat yak bikin es jeruk. Dri, bantu cek dong ..."Aku menurunkan bukuku menatapnya heran, ini rumahnya tetapi dia justru menyuruhku ... Ck, ck, ck ...Well, sejak kami kembali ke Jakarta lima tahun lalu dan akrab dengan keluarga teman Mamaku ini, hampir setiap weekend kami menghabiskan waktu di kediaman Om Julius dan Tante Karin atau pergi keluar dengan anak tertua mereka, Ellectra. Tante Karin itu sahabat baik Mama, akhirnya mereka kembali bertemu setelah sekian l
Ketukan di pintu membuat tidurku terganggu. Aku mengerang merasa kehilangan tangan hangat yang memelukku sepanjang malam. Aku mengerjap menyesuaikan mataku dengan sinar matahari yang mulai masuk ke sela-sela kamar. Aku melihat kak Drian memakai celananya lalu berjalan membukakan pintu. "Pagi Lexy Say ... Astaga!" pekikan Mama membuatku langsung duduk tegak. "Na ... kal ... ka ... mu ... ya ...!" Mama memukul bahu telanjang kak Drian. Lalu tidak segan menjewer telinga pria itu. Aku hanya bisa menunduk malu sambil memegang erat selimut di dadaku. Kak Drian mengaduh, telinganya merah. Tidak lama aku melihat kakakku masuk sambil tertawa. "Udah aku bilang tar ketahuan. Masih aja ..." sahutnya mencibir. Sejak malam itu, setiap hari kak Drian memanjat jendela kamarku. "Drian, Mama tau kamu mau selalu sama Lexy, tapi sabar dong! Malam ini kan pernikahan kalian ..." Mama meletakkan piring makanan di meja nakas disamping ranjang. "Astag