Beranda / Romansa / FLOWIE / 27 – I BELONG TO YOU

Share

27 – I BELONG TO YOU

Penulis: Renjana Tira
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Luke, aku lapar,” ujar Flowie sedikit terkejut dengan nada manja yang barusan ia keluarkan.

Astaga! Apakah seorang Luke bisa merubah jati dirimu, Flow?

Luke tersenyum geli melihat Flowie yang kaget dengan perkataannya sendiri.

“Tetaplah seperti itu, sayang. Aku menyukainya,” kata Luke mengacak rambut Flowie dan mengecup kecil ujung hidung wanita itu.

Oh, astaga! Apakah pria ini biasa melakukan hal semacam itu pada semua gadis? Mengapa ia begitu gampang melakukannya kepada Flowie? Tidakkah dia tahu bahwa sedari tadi Flowie merasa salah tingkah. Luke meraih tangan Flowie dan segera keluar dari kamar mereka. Flowie sedikit terkejut melihat seorang wanita paruh bayah yang sedang sibuk membersihkan apartemen Luke dan ia juga baru menyadari bahwa apartemen ini cukup besar. Mereka berjalan melewati para wanita itu yang menunduk untuk memberi hormat dan tersenyum kepada mereka. Setibanya di dapur, mereka mendapatkan seorang wanita paruh baya lain yang sedang sibuk menyiapkan sarapan mere
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • FLOWIE   28 – ANOTHER CROOSE

    “Kau terlihat seperti baru saja memenangkan lotre kak,” celetuk Tyo yang sedari tadi memperhatikan Flowie yang merona dan tersenyum sendiri. Flowie berjingkat kaget. Sungguh ia tidak menyadari kehadiran Tyo yang dari tadi duduk di sofa dan terus memperhatikannya. Bahkan kali ini Natalie yang tadinya sibuk belajar di meja makan juga memperhatikannya. “Mengapa kau di sini? Kau tidak membantu mama?” tanya Flowie pada Tyo sambil berkacak pinggang. “Jadi pria tadi siapa? Pacarmu?” tanya Tyo yang membuat mata Flowie membulat sedangkan Natalie mendelik. Ia melangkah kearah Tyo dan Flowie. “Kau punya pacar kak? Siapa? Apakah dia teman kerjamu?” tanya Natalie dengan penasaran. “Kalau dilihat dari mobil yang dibawanya, ia jelas bukan seorang karyawan. Sepertinya ia sangat kaya,” ucap Tyo menjelaskan bak seorang detektif. “Ba-bagamaimana kau tahu?” tanya Flowie sedikit gugup di depan adik-adiknya. Wajahnya kini kembali merona. “Tentu saja aku tahu. Aku melihatmu turun dari mobilnya dan me

  • FLOWIE   29 – MAKING LOVE

    ‘Sweetheart, bisakah kita makan malam bersama nanti?’ Luke mengirim sebuah pesan untuk Flowie. ‘Sure.’ Balas Flowie singkat. ‘Aku jemput pukul 5. Tunggu aku jangan kemana-mana. Apalagi pergi bersama pria lain!’ Flowie tersenyum membaca pesan pria yang sudah semenjak 3 minggu lalu berstatus pacarnya. Ya, sudah 3 minggu mereka menjalani hubungannya dan hampir setiap hari mereka selalu bertemu hanya untuk sekedar makan siang atau makan malam. Pada saat akhir pecan Flowie menginap di apartemen Luke untuk selalu dekat dengan prianya. Flowie merasa hubungannya dengan Luke begitu sempurna. Mereka saling mencintai apa adanya. Cinta? Jadi Flowie sudah mengakui bahwa perasaannya pada Luke adalah cinta? “Akhir-akhir ini kau terlihat sangat bahagia,” ujar sebuah suara yang menyentakkan Flowie dari lamunannya. Flowie mendongak dan menemukan Alvian. “Alvian,” sapa Flowie tersenyum. Untung saja ini adalah jam istirahat. Jadi ruangan tempatnya bekerja cukup sepi. Bagaimanapun mereka sedang bera

  • FLOWIE   30 – THE SENSATION

    Flowie mengerjapkan matanya berkali-kali. Ia terbangun lebih dulu. Ia melihat kearah nakas, jam masih menunjukan pukul 6 pagi. Ia kembali melihat Luke yang terlelap di sebelahnya, masih memeluknya dengan posesif. Oh, astaga! Wajahnya bahkan tetap tampan walau saat terlelap seperti ini. Flowie kembali teringat akan kejadian semalam. Entah setan apa yang telah merasuki mereka hingga mereka bisa berakhir di ranjang. Ia bersemu merah dan menggigit selimut yang menutupi seluruh tubuhnya dengan kuat. Apa yang kau lakukan Flow? Sehabis bercinta dan kemudian menyesal, huh? Tidak. Tidak. Flowie tidak menyesal. Ia hanya malu. Malu pada Luke. Ia bahkan sangat menikmati setiap sentuhan Luke tadi malam. Bagaimana ia akan bertemu Luke pagi ini? Flowie mengangkat tangan Luke perlahan, takut membangunkannya. Kemudian ia berjalan sedikit terhuyung menuju kamar mandi masih dengan selimut yang menyelimuti tubuh polosnya. Ia mengamati pantulan bayangannya di cermin. Luke meninggalkan banyak tanda di bag

  • FLOWIE   31 – A PROPOSAL

    “Ya, ampun! Ini indah sekali Luke!” seru Flowie mengagumi pemandangan yang terhempas di hadapannya. “Apa kau suka?” tanya Luke sambil melingkari lengannya di pinggang Flowie. “Terima kasih, Luke. Aku sangat menyukainya,” ucap Flowie mencium pipi Luke sekilas. Luke mempererat pelukannya. Di sinilah mereka berada. Di balkon salah satu villa milik Luke. Setelah menempuh perjalanan lebih dari 3 jam, mereka tiba di tempat indah ini. Villa ini terletak di atas bukit. Pemandangan dari balkon lantai atasnya memperlihatkan gunung yang sepertinya terlihat dekat, namun sebenarnya sangat jauh. Pemandangan yang begitu indah dan segar. Banyak pepohonan pinus yang mengelilingi villa ini dan benar sekali jika Luke menyuruhnya memakai Pakaian yang tebal. Karena udara di daerah ini begitu dingin. Selain tempatnya yang terletak di pegunungan, sekarang juga adalah musim dingin. “Tadinya aku ingin menghadiahkan ini di hari pernikahan kita, tapi aku sudah tidak sabar ingin menunjukan tempat ini padamu

  • FLOWIE   32 – WAKE ME UP TO THE REALITY

    Baru 1 minggu semenjak kepergian Luke, namun itu membuat Flowie benar-benar merasakan rindu yang mendalam. Walaupun Luke selalu menelponnya, tapi itu tidak cukup baginya. Ia sungguh ingin menyentuh pria itu, terlelap dalam pelukannya dan mencium aroma tubuhnya yang belakangan menjadi aroma kesukaan Flowie. Flowie baru saja tiba di apartemen Luke. Ia sendirian. Sebenarnya Luke menyuruh Flowie untuk tinggal bersama keluarganya selagi Luke tidak ada, Luke tidak ingin Flowie sendirian, namun Flowie yang keras kepala ingin tetap tinggal di apartemen itu karena ia masih bisa mencium aroma Luke pada tempat tidurnya. Setelah berdebat akhirnya Luke meminta bibi Swean menemani Flowie selama ia pergi. Setelah mandi, Flowie menggunakan baju Luke yang kebesaran di tubuhnya, menutupi hingga di atas lututnya. Flowie menghirup baju yang dipakainya itu sambil memejamkan matanya. Oh, ayolah Flow! Ini bahkan baru 1 minggu, tapi kau sudah sangat frustasi merindukannya. Baru saja Flowie hendak menaiki

  • FLOWIE   33 – ANGER

    Luke Is Calling Flowie menatap nanar layar ponselnya. Ini adalah panggilan ke 13 dari Luke, namun Flowie sama sekali tidak mengangkatnya dan malah menangisi kesialan yang menimpanya. Hatinya terasa di remas-remas. Betapa ia merindukan Luke, namun ia juga sangat membenci Elya yang sudah mencercanya. Sebuah isakan kecil terlepas dari mulutnya. Air mata sudah mengalir sedari tadi tanpa tahu malu di mana ia berada sekarang. Ya, Flowie sekarang berada di ruang ganti karyawan Rosseta Restaurant. Setelah menghubungi Erica untuk meminta bantuan, Erica menyuruhnya untuk datang kemari. Di sinilah Flowie menangis sejadi-jadinya. Ia masih diliputi berbagai pertanyaan. Mengapa ibu Luke tidak menyukainya? Apakah karena ia bukanlah orang kaya seperti Luke? Namun mengapa ibu Luke juga mengenal orang tuanya? Dan mengapa ibu Luke juga menghina ibunya? “Minumlah ini Flow,” kata Erica menyodorkan secangkir cokelat panas untuk Flowie. Bahkan kedatangan Erica ke ruangan itu tidak disadari olehnya. “Maaf

  • FLOWIE   34 – CAR CRASH

    Flowie melirik ke nakas tempat tidurnya. Sudah pukul 1 malam. Ia meraih ponselnya dan menuruni tempat tidur dengan perlahan, takut membangunkan Natalie yang tertidur di sebelahnya. Flowie berjalan dengan perlahan menuju dapur. Ia mengambil gelas dan mengisinya penuh dengan air dan menegaknya hingga habis. Ia memegangi dada kirinya, merasakan detak jantungnya yang berdetak dengan sangat kuat. Perasaannya sungguh tidak enak. Apakah ia harus menguhubungi Luke? Menanyakan apakah dia baik-baik saja? Flowie mengamati nama Luke pada layar ponselnya. Ia bingung apakah ia harus menghubungi pria ini? Namun tidak menunggu lama, ia mengubur jauh-jauh niatnya. Ia meletakan ponselnya di meja dan kemudian ia menunduk memijat tengkuk lehernya yang mulai terasa menegang. === Flowie memasuki ruangan kerjanya dengan lesu. Ia mengamati keadaan ruangannya yang heboh dengan berita pagi ini. “Apakah benar ia krisis?” tanya seorang pria kepada yang lain. “Ya. Dia mengalami koma dan gegar otak,” jawab se

  • FLOWIE   35 – THE PAST

    “Hentikan dia! Aku mohon!” pinta Anna menatap Alvian yang sedang menuntun tubuhnya menuju sebuah kursi yang masih utuh. Setelah memastikan Anna duduk dengan benar, dengan cepat Alvian juga berlari menyusul Flowie. Elya yang baru saja akan menginjak pedal gasnya merasa terkejut dengan kedatangan Flowie yang tiba-tiba entah dari mana. Flowie menaiki mobil Elya dari arah depan. “Apa dia sudah gila?” teriak Elya menekan klakson mobilnya menyuruh Flowie turun. Tanpa basa basi, Flowie menghujani kaca mobil Elya dengan pukulan dari linggisnya berkali-kali. Elya berteriak histeris. Ia membuka pintu mobilnya dan berusaha keluar dari mobilnya, namun ia terjatuh tersungkup ke atas trotoar di sebelah mobilnya. Tubuhnya gemetaran menyaksikan Flowie menghancurkan kaca sedan mewahnya dengan membabi buta. “Hentikan, Flowie!” Alvian berusaha menghentikan gadis yang menghancurkan kaca mobil yang mulai retak itu. Kurang puas, ia memukuli atap mobil itu dengan emosi. Betapa ia sungguh sakit hati. S

Bab terbaru

  • FLOWIE   58 – THE END, BUT NOT THEIR END

    DEGAlvian mematung. Ia sungguh tidak percaya akan apa yang ia lihat. Wanita yang sudah memporak porandakan hatinya kini berdiri di hadapannya. Bukankah Alice meninggalkannya demi cita-citanya? Bukankah Alvian merasa begitu sakit? Namun mengapa ia masih merasakan getaran yang sama saat seperti pertama sekali ia bertemu wanita ini bertahun-tahun yang lalu? Getaran yang membuatnya ingin menarik gadis ini ke dalam pelukannya.“Alice,” gumam Alvian dengan suara yang tidak kalah serak. Sepertinya sesuatu sedang tersangkut pada tenggorokannya.Luke yang tersadar lebih dahulu, menarik tangan Flowie dengan lembut dan melangkah keluar, meninggalkan mereka tanpa kata-kata pamitan. Luke hanya tidak ingin mengganggu momen yang menurutnya sangat pas untuk saling menyerukan kerinduan mereka.“Apa yang sedang kau lakukan di sini?” tanya Alvian memecah keheningan.“Aku merindukanmu. Apakah aku masih berhak berada di sisimu?” tanya Alice dengan mata berkaca-kaca.Alice menunggu dengan harapan Alvian m

  • FLOWIE   57 – ALICE IS BACK

    “Maaf, apakah ini apartemennya Alvian Sanchez?” tanya wanita tersebut dengan sedikit ragu-ragu.“Benar. Silakan masuk,” kata Flowie mempersilakan masuk.Wanita itu menatapnya bingung. Ia menyeret kopernya memasuki apartemen Alvian.“Maaf, tapi kau siapa?” tanya wanita itu saat Flowie sudah menutup pintunya.“A-aku. Aku teman Alvian,” jawab Flowie terbata.Tunggu dulu. Mengapa ia harus terbata dan mengapa ia yang harus ditanya?Wanita itu menatap Flowie penuh selidik. Ia menatap Flowie dari bawah hingga ke atas. Flowie hanya menggenakan dress berwarna dark green dan flat shoes saat ini. Uhm, sepertinya ia lupa menata rambutnya yang hanya dikucir ekor kuda saat ini.“Dimana Alvian?” tanya wanita itu sedikit kesal.“Dia sedang keluar. Mungkin sebentar lagi kembali,” jawab Flowie mengikuti jawaban bibi Gissel padanya tadi.“Kau tinggal di sini? Siapa kau sebenarnya? Teman one night stand nya?” tanya wanita itu lagi yang membuat Flowie membulatkan matanya terkejut.“Tidak. Aku tidak tingga

  • FLOWIE   56 – I AM COMING HOME

    “Mama?” Flowie membuka sedikit pintu kamar Anna dan mendapati Anna yang sedang duduk termenung memegang rajutanAnna hanya menoleh sesaat lalu membuang muka dan melanjutkan rahutannya. Sedangkan Flowie melangkahkan kakinya masuk dan menutup pintu kamar dengan sempurna sebelum ia mengambil posisi duduk di sebelah Anna.“Aku kangen sekali dengan mama,” kata Flowie sambil memeluk Anna dari belakang dan menyenderkan kepalanya di bahu Anna.Anna hanya menghela napas dan kemudian melanjutkan aktivitasnya.“Apa yang sedang mama buat? Baju hangat? Apa ini untuk Hans, ma?” tanya Flowie berusaha memecah kecanggungan karena ia tahu Anna senang membuatkan Hans baju hangan sarung tangan bahkan topi dari wool.“Hm,” gumam Anna singkat.“Apakah mama marah karena aku sama Luke akan menikah?” tanya Flowie yang membuat Anna menghentikan rajutannya dan menoleh ke arah Flowie.“Apa kau benar-benar ingin menikah dengannya?” tanya Anna.“Hm. Aku mencintainya ma,” jawab Flowie apa adanya.Anna sekali lagi m

  • FLOWIE   55 – TRULY HOME

    “Aku tidak punya tujuan hidup ataupun impian. Aku tidak dicintai orangtuaku hingga aku memutuskan untuk pindah ke Madrid. Aku menghabiskan hari-hariku dengan bersenang-senang di sana dan aku sungguh tidak mau memikirkan persoalan kedua orangtuaku. Hingga aku pulang dan bertemu denganmu, aku kembali merasa hidup dan memiliki rencana masa depan denganmu,” Luke menatap lekat kedua mata hazel Flowie yang sudah dibanjiri air mata.“Namun belakangan, aku memahami satu hal. Ibumu tidak bersalah. Bahkan dia dan papa adalah korban permainan kotor mama dan nenekku dan mengetahuinya membuatku sangat sakit. Aku adalah rencana kotor itu, Flow. Aku adalah rencana kotor mama untuk memisahkan papa dan ibumu saat itu,” Luke terisak berusaha menekan rasa sakit di dadanya.Flowie menutup mulutnya tidak percaya, air mata tidak henti keluar dari mata cantiknya.“Sebelum kecelakaan, aku baru mengetahui bahwa kau adalah anak dari Mrs. Annabelline, dan aku merasa sangat sesak, Flow. Aku sudah sangat jatuh ci

  • FLOWIE   54 – THE PAIN

    Sepanjang makan malam mereka membicarakan hal-hal yang Flowie tidak mengerti, namun entah mengapa Flowie merasa Luke tidak terlalu menyukai pertemuan ini. Padahal sikap keluarganya tidak seburuk yang Flowie bayangkan, mengingat betapa mengerikannya Elya.“Jadi kalian sudah memutuskan tanggalnya?” tanya Diego tiba-tiba kepada Luke dan Flowie.“Dua minggu dari sekarang,” jawab Luke mantap yang membuat Flowie menoleh kearah Luke dengan tatapan tidak mengerti.“Kenapa cepat sekali, Luke?” tanya Alberto.“Kami sudah memutuskannya, pa. Jangan dipikirkan lagi. Aku akan mengurus semuanya.” jawab Luke kemudian mengelap lembut bibirnya dengan napkin.Flowie yang tidak mengerti apapun yang mereka bicarakan hanya diam saja dan kemudian ia meraih gelas berisi wine dan meneguknya cukup banyak. Entah mengapa wine ini sungguh terasa nikmat di tenggorokan Flowie.“Baiklah. Siapkan pesta yang besar untuk mereka Alberto,” kata Diego.“Baiklah pa,” kata Alberto mengangguk setuju.“Tidak perlu, kek. Aku s

  • FLOWIE   53 – CROOSE FAMILY

    Flowie mengerjapkan matanya berkali-kali. Hal pertama yang ia dapat adalah wajah Luke yang tampak sibuk dengan sesuatu di i-padnya. “Uhmm,” Flowie berdeham pelan. Tenggorokannya terasa begitu kering. Sudah berapa lama ia tidur? Bukankah sebelumnya ia tertidur di pesawat? Lalu kenapa ia sekarang tidur di paha Luke? Dan kenapa mereka berada dalam mobil? “Kau sudah bangun, sayang?” tanya Luke ketika menyadari Flowie yang sudah terbangun. “Kita di mana? Di mana Hans?” tanya Flowie sambil mengucek matanya. “Hans tertidur di kursi belakang. Kita sedang dalam perjalanan menuju apartemen,” jawab Luke sambil mengelus rambut cokelat Flowie. Mendengar kata apartemen, membuat Flowie tiba-tiba bangkit dari rebahannya dan menatap Luke tidak setuju. “Tidak, Luke. Aku tidak mau kembali ke apartemenmu!” Flowie menggeleng kuat. Luke menarik Flowie ke dalam pelukannya. “Ssst! Tenanglah, sayang. Aku tidak akan membawamu ke situ, kita sedang di Swiss, kita akan ke apartemenku yang ada di Swiss maks

  • FLOWIE   52 – KISS ME ON THE JET PLANE

    “Mari kita pulang ke rumah kita sayang,” ajak Luke kepada Flowie sambil mengusap kepala Hans yang tengah tertidur di pangkuan Flowie.Flowie menggeleng lemah.“Kenapa? Apa karena ibuku?” tanya Luke menangkup kedua pipi Flowie dengan lembut.Hening.“Aku mencintaimu, Flow. Tidakkah kau mencintaiku? Apa kau akan memisahkanku dari anakku juga?” tanya Luke dengan sendu.Flowie kembali terisak. Sungguh ia tidak tahu harus berbuat apa. Di satu sisi ia begitu ingin terus di samping Luke dan terus diperlakukan begini lembut olehnya. Ia begitu merindukan Luke, namun ia juga begitu takut jika Elya melakukan sesuatu terhadap anaknya.“Aku bersumpah, ibuku tidak akan pernah menyakitimu lagi. Aku bersumpah keluarga Croose tidak akan menyentuhmu dan anak kita sedikitpun,” ujar Luke penuh keyakinan sambil menarik Flowie ke dalam pelukannya.“Bagaimana caranya?” tanya Flowie ragu.Luke merapikan rambut Flowie.“Kita akan pergi jauh meninggalkan mereka,” jawab Luke sambil tersenyum hangat.===Luke ti

  • FLOWIE   51 - FAMILY REUNION

    Sungguh ia membenci ini. Kenapa di saat ia ingin melupakan Luke, ia malah bisa sedekat ini dengan Luke. Aroma perfume Luke meruak di indera penciumannya. Aroma yang selalu ia rindukan, dan juga tangan kekar yang kini melingkar sempurna di perutnya, tangan yang selalu ia rindukan untuk memeluknya.Luke bisa merasakan tubuh Flowie yang menegang dan tangisan gadis itu memecah. Flowie menangis sejadi-jadinya dengan bahu yang naik turun. Luke membalikan badan Flowie dan menarik tubuh mungil itu masuk ke dalam pelukannya dan ia ikut menangis bersama wanita kesayangannya itu. Ia bisa merasakan kesedihan terdalam yang Flowie rasakan, dan entah mengapa mendengar tangisan Flowie membuat hatinya tercubit. Sakit.“The fault is not in our stars, babe, but in ourselves. Let’s fix it,” ujar Luke pelan sambil mengusap air mata di pipinya.Berkali-kali Luke menciumi pucuk kepala Flowie, meresapi aroma yang sudah lama ia rindukan. Luke mengelus punggung Flowie dengan lembut, seolah ia menyampaikan pesa

  • FLOWIE   50 – THE APPLE OF MY EYES

    Luke merasa napasnya tercekat. Ia sungguh ingin segera menghampiri Flowie dan memeluk wanita itu, namun ia belajar dari pengalamannya. Bagaimana Flowie lari melihatnya, Luke ingin melakukannya dengan pelan kali ini. Ia mengikuti Flowie dari belakang sampai wanita itu menaiki lift. Ketika pintu lift tertutup sempurna Luke berlari menuju lift di sebelahnya dan melihat lantai yang dituju Flowie. Lantai 7. Dengan segera Luke menaiki lift di sebelahnya dan menekan tombol 7, namun sialnya pada saat pintu nyaris tertutup ada orang dari luar yang menekan tombol buka sehingga pintu lift kembali terbuka. “Oh shit!” Luke kembali mengumpat membuat pasangan yang baru saja masuk ke dalam lift menatapnya kaget. Pintu lift kembali tertutup dan mengantarkan mereka ke lantai 7. TING!! Luke melesat dengan cepat saat pintu lift terbuka di lantai 7. Ia berjalan tergesa mencari sesosok Flowie. “Sial mengapa lorongnya begitu panjang?” batin Luke. Namun sepertinya kali ini semesta berpihak pada Luke, d

DMCA.com Protection Status