Beranda / Thriller / FATAL OPTION / 35. Malam Naas Ueda

Share

35. Malam Naas Ueda

Penulis: Natalie Bern
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Menjelang tengah malam, Shoujin dan beberapa orang temannya meninggalkan sebuah kafe. Mereka, yang merupakan anak didik sebuah sekolah memasak, baru saja merayakan keberhasilan mereka meraih hasil yang memuaskan dalam ujian akhir yang akan memberikan sebuah sertifikat yang kelak dapat digunakan sebagai bekal ketika mereka ingin bekerja di restoran, toko bakery dan pastry, atau hotel ternama. Shoujin sendiri mengambil spesialisasi pastry.

Dan di usia yang baru menginjak lima belas tahun, ia menjadi yang termuda di antara teman-temannya. Namun, usia hanyalah angka yang tak akan menghentikan sebuah tekad. Sejak kecil, Shoujin telah tertarik untuk membuat pastry.

Tampak ekspresi bahagia dari para remaja, laki-laki dan perempuan, yang sedang dalam masa pencarian minat dan menapaki masa depan itu. Berbeda dengan teman-temannya yang mengekspresikan kebahagiaan mereka dengan gelak tawa, si introvert hanya tersenyum simpul. Ia tak begitu su

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • FATAL OPTION   36. Akhir Ueda

    Cukup lama setelah Marc membukakan pintu untuk tamu yang membunyikan bel, pria itu kembali. Ia berdiri di ambang pintu kamar dengan sebelah tangan dimasukkan ke dalam saku celana. "Mereka dari Kepolisian Springfield, ingin bertemu denganmu. Apa kau bisa menemuni mereka?" "Apa ada hubungannya dengan tewasnya kedua orang tuaku?" Shoujin menundukkan kepalanya lagi. "Kurasa begitu. Kau satu-satunya saksi kejadian itu." "Aku tidak melihat kejadiannya," elak Shoujin. Marc menghampiri Shoujin, lalu berjongkok di depannya. Tepukan pelan ia berikan pada pundak Shoujin untuk menguatkan mental bocah itu. "Aku tahu kau terpukul atas kejadian itu. Tapi kau tidak perlu khawatir. Jadi sebaiknya kau temui mereka dan katakan saja apa yang kau lihat. Aku akan ada bersamamu. Dan jika mereka berusaha menekanmu, aku akan meminta mereka pergi," tutur Marc dengan hati-hati. Ia lalu diam menunggu jawaban Shoujin. "Baiklah," akhirnya Shoujin menyetujui

  • FATAL OPTION   37. Pencarian Lakeside Hill Cafe

    Cukup sulit bagi Kenneth menemukan tempat yang dimaksud oleh Threat. Di mana Lakeside Hill Cafe itu berada? Tempat itu tak Kenneth temukan dalam peta digital maupun di situs mana pun di Internet. Ada sebenarnya di internet, tetapi sama sekali tak ada hubungannya dengan Middlesburg—tempat di mana seharusnya kafe itu berada, setidaknya itu menurut Kenneth. Yang membuatnya semakin sulit adalah Threat itu tak memberinya petunjuk apa pun. Ia juga telah mencoba mencari tahu tentang tempat itu dengan cara lama, yaitu bertanya kepada sesama manusia. Ia bertanya pada resepsionis di penginapan, sekuriti di sana, beberapa orang yang ditemuinya di taman kota dan polisi yang sedang beristirahat di dalam mobil patrolinya sambil memakan donat. Apakah ia juga harus mendatangi dinas pariwisata? Itu semua membuatnya berpikir bahwa ia telah datang ke kota yang salah. Kebuntuan itu menyadarkan Kenneth akan sesuatu, ia belum makan apa pun sejak dari Springfield. Perutnya berdemonstrasi m

  • FATAL OPTION   38. Pertemuan di Bennington

    Kurang lebih sepuluh menit selepas menurunkan Cathy dan Leah, Kenneth kini sampai di sebuah area di mana ia bisa melihat sebuah danau di sisi kiri jalan. Seharusnya ia sudah dekat dengan tempat yang dimaksud oleh Threat. Ia melihat pada jam digital di pergelangan tangannya. Dua puluh jam telah lewat sejak ia menerima pesan ancaman kedua dari Threat. Kenneth menurunkan kecepatan mobil yang dikemudikannya. Lakeside Hill Cafe, jika kafe itu dinamakan berdasarkan lokasinya, seharusnya kafe itu berada di sebuah bukit yang tak jauh dari sebuah danau. Ia sudah menemukan danaunya, jadi sekarang hanya tinggal mencari bukitnya saja. Kenneth mengeluarkan dari saku kiri jaketnya ponsel yang tak digunaknnya untuk bekerja—untuk lebih mudah, kita sebut saja dengan 'ponsel B'. Ia menelepon Cathy. "Halo." "Hai, Kenneth. Aku tak menyangka kau akan menelepon secepat ini." "Uhm ... apa kau tahu di mana ada bukit yang letaknya tak jauh dari danau?"

  • FATAL OPTION   39. Middlesburg Chase

    Ron—pria yang mengejar Kenneth dan Owen menggunakan SUV hitam—tak henti mengumpat dan merutuki kesialannya. Hanya tinggal sedikit lagi ia akan mendapatkan targetnya, tetapi ia kembali harus kehilangan buruannya itu. Dan kini ia harus membawa mobilnya ke bengkel terdekat. Ditendangnya kuat-kuat tembok di depan hidungnya dengan docmart yang membungkus kaki besarnya. Namun, tembok itu tetap bergeming. Ingin sekali ia meruntuhkan tembok di hadapannya, kalau saja ia bisa mengubah mobilnya yang ringsek di satu sisi itu menjadi wujud ekskavator. ini semua salah Owen dan tembok itu. Setelah membawa mobilnya ke bengkel terdekat, dengan bantuan mobil derek, Ron kembali ke pusat Kota Middlesburg dengan taksi yang dipesannya secara online. "Brengsek!" maki Ron pada apa pun, makhluk hidup atau benda mati yang saat ini mendengar suaranya. Tak terkecuali pengemudi taksi yang ditumpanginya. "Hei, kau! Bisa lebih cepat lagi? Aku sedang mengejar penjahat. Ka

  • FATAL OPTION   40. Jasad dalam Lemari

    Hari Senin, hari yang paling dibenci oleh kebanyakan orang, karena harus kembali bergelut dengan segala kesibukan, termasuk seorang polisi bernama Aaron. Beberapa menit selepas pukul sepuluh pagi Ia memacu mobilnya dengan kecepatan sedang dengan diliputi rasa malas. Ia menuju sebuah hotel setelah mendapat laporan tentang penemuan sosok mayat dalam lemari pakaian di sebuah kamar. Hotel itu berada tepat di seberang Rendezvous Hotel. Saat ia tiba di sana, dua unit mobil polisi dan satu unit mobil jenazah sudah berada di sana. Aaron segera memasuki lobi hotel. Sambil berjalan, ia mengedar penglihatannya ke segala penjuru lobi, dan terhenti di sekitar sofa. Seorang pria beranjak dari sofa itu dan matanya bertemu pandang dengan Aaron. Aaron terus berlajan, pria yang beranjak dari sofa, yang merupakan partner Aaron itu pun berjalan. Setelah berpapasan, keduanya lalu berjalan bersama. Mereka menuju ke lantai tiga hotel itu, tepatnya ke sebuah kamar. Di sana police line

  • FATAL OPTION   41. Hati yang Tertaut

    Nicky berjalan menyusuri koridor sekolah bersama ketiga temannya, di belakang mereka menyusul Sam dan Irina. Nicky dan kawanannya terus berjalan berarak, layaknya sekumpulan burung yang sedang bermigrasi ke tempat hangat untuk berkembang biak, tanpa peduli pada tatapan merendahkan dari siswa-siswi di sepanjang koridor. Semua orang sepertinya sudah tahu mereka menginap di Kantor Polisi St. Angelo pada Jum'at malam itu. Namun, sepertinya urat malu mereka sudah putus. Hingga di halaman, barulah kawanan itu berpisah. Irina mengikuti Sam masuk ke mobilnya. Dan ketika melihat Shoujin bersandar pada sepeda motornya, Nicky seketika menghentikan langkah. Ketiga temannya mengikuti. Dan ketika Nicky berbelok arah, mengabaikan Shoujin, ketiga temannya masih mengikuti. "Kalian sedang ada masalah?" selidik Shawn melihat ketidakberesan pada Nicky. Nicky memasang muka masam. "Ya. Mulai sekarang aku tidak mau melihatnya lagi." "Kenapa?" Kevin menyahut.

  • FATAL OPTION   42. Oizyz

    Owen duduk tertunduk di ranjang dalam sebuah ruangan sempit tanpa pencahayaan dari luar. Senjatanya telah dilucuti. Sebuah lampu menjadi satu-satunya sumber penerangan di sana. Ada sebuah pintu dengan lubang berukuran kira-kira 40 x 30 cm dengan teralis yang menjadi ventilasi selain exhaust fan¹. Selainranjang, terdapat sebuah meja dan kursi di ruangan itu. Ruangan dengan dinding berwarna abu-abu gelap itu cukup bersih, tak terlihat seperti penjara untuk para kriminal rendahan. Menurut dugaannya, ini adalah ruangan tahanan SIA. Hanya ada dirinya seorang di ruangan itu. Ia tak tahu bagaimana nasib roomboy-nya. Ia berharap pemuda itu tak harus menjalani penyiksaan. Ia tak yakin pemuda itu bisa tahan. Terdengar seseorang sedang membuka kunci pintu ruangan yang lebih cocok disebut sel itu. Seorang laki-laki berpakaian seragam lapangan SIA—kaos kerah bundar dan celana kargo berwarna biru gelap; rompi dengan kantong di masing-masing sisi dada; logo

  • FATAL OPTION   43. Memasuki Sarang Kartel

    Sebuah hyper car memasuki halaman sebuah mansion. Suara derunya mengusik dua ekor pit bull terrier yang berjaga bersama dua orang di gerbang mansion itu. Mobil itu berhenti beberapa meter di samping pintu depan mansion. Seorang pria berpakaian kemeja slim fit berwarna merah terang mengkilap dengan kedua lengan panjangnya tergulung di bawah siku keluar dari sisi pengemudi mobil itu. Tiga kancing teratas dibiarkan terbuka menampilkan dadanya yang berbulu. Sebuah kalung rantai emas berbandul simbol satanik¹ menghiasi leher dan dadanya. Seorang wanita berpakaian skimpy² berkelap-kelip bak lampu diskotek keluar dari sisi lainnya dan berjalan menyusul prianya. Jalannya oleng, sepertinya ia mabuk. Ditambah tinggi heels-nya yang seperti Burj Khalifa demi menyesuaikan tebal platform sepatunya, membuat si pemakai semakin sulit menjaga keseimbangan. Jika ditimbang-timbang sepatu wanita itu kalau sampai jatuh menimpa kepala kedua pit

Bab terbaru

  • FATAL OPTION   84. Father And Son

    Kevin dan Shawn melanjutkan bahasan tentang penculikan Sharon. Kevin duduk di belakang kemudi.“Kau ingat Jum’at sore ketika Caleb dan Lynn mem-bully Nick?” Kevin memutar ulang kejadian pem-bully-an di depan sekolah.“Ya.” Shawn merespons datar. “Malam harinya, Nick membawa kabur Fair Lady.”“Tepat. Tapi bukan itu yang ingin kubahas. Hari Minggu setelah itu, Kenneth menemuiku dengan membawa ponsel Caleb. Dia memintaku meretas e-mail Sharon, menukar identitas pemilik ponsel Caleb dengan identitas Kenneth, dan memasang pelacak pada ponsel Nick. Aku yakin dia ada di balik penculikan Sharon. Kenneth ingin membalas mereka.”“Gosip beredar Kenneth yang menyerang Caleb dan Lynn. Aku tidak akan terkejut, kita tahu dia orang seperti apa.”“Benar. Hei, tapi tidakkah menurutmu aneh? Kenneth cukup sering melakukan kejahatan, tapi dia masih saja bebas berkeliaran. Dan menurutmu apa alasan Kenneth memasang pelacak di ponsel Nick? Apa dia ....”Shawn diam menunggu asumsi Kevin.“Penguntit? Bersikap

  • FATAL OPTION   83. Cottage

    Hari terakhir di sekolah sebelum liburan musim panas adalah hari di mana para penghuni sekolah disibukkan dengan urusan administratif dan tak banyak kegiatan di dalam kelas. Sebagaimana kebiasaan mereka, kawanan Shawn menghabiskan waktu di tempat teduh di pinggiran lapangan baseball. Dan seperti biasa Shawn akan sebisa mungkin meluangkan waktu untuk tidur, tanpa peduli di mana pun berada, termasuk saat ini. Mengingat ia harus bekerja sampingan di bengkel Dong-woo atau menjadi pengemudi taksi online di malam hari, pasti melelahkan. Selagi Nick dan Kevin mengobrol ke sana kemari, mengabaikan Charlie yang sibuk sendiri dengan ponselnya, datanglah pasangan Sam-Irina.“Apa kau sudah mendapatkan teman Hispanic?” Irina memancing topik baru seraya duduk dan bergabung.“Belum,” jawab yang lain bersahutan.“Aku punya beberapa teman Hispanic.”Sam menyusul duduk di samping Irina.“Apa dia hot?” selorohnya.“Sam!” Irina mendengus mendengar pertanyaan tak penting Sam.“Ayolah, kau tak harus marah.

  • FATAL OPTION   82. Keributan di Lapangan Baseball

    Nicky tertegun menyaksikan perkelahian di lapangan baseball, yang melibatkan dua orang siswi yang sejak awal semester ini terlihat dekat. Si pinky dan si brunette saling menjambak rambut. Caleb dan anak-anak tim baseball mencoba melerai perkelahian itu. Tak ingin terlibat, Nicky dan kawan-kawan berandalnya memilih menikmati adegan itu dari pinggir lapangan. Sementara itu Charlie tak ingin menyia-nyiakan kesempatan dengan merekam adegan itu menggunakan ponselnya. “Tidakkah menunutmu aneh, Sam?” selidik Irina, tatapannya masih tertuju pada adegan perkelahian. “Tidak. Memangnya kau lupa anak-anak seperti mereka selalu bermuka dua? Di satu waktu mereka akan terlihat sebagai seseorang yang selalu berpihak padamu dan mendukungmu. Tapi saat kau memalingkan punggungmu pada mereka, saat itu mereka akan bersiap menusukmu dari belakang,” jawab Sam santai. Tak lama kemudian, datanglah para guru pria melerai perkelahian itu. Sempat terlihat adanya perdebatan di antara guru-guru itu dengan para

  • FATAL OPTION   81. Malam untuk Dikenang

    Fair Lady Kenneth melaju kencang membelah jalanan Kota St. Anglo yang mulai lengang menuju West Coast tanpa ada mobil patroli yang mengejar. Mendekati perbatasan dengan West Coast, Nicky terlihat gamang. "Apa akan aman melintasi perbatasan seperti ini?" "Turunkan saja sedikit hingga di bawah 80 km/jam. Akan kuberitahu saat kau mendekati speed trap1." Setelah berhasil membawa mobil yang ia kemudikan melintasi speed trap tanpa gangguan, Nicky pun kembali meningkatkan akselerasi mesinnya. Dalam dua detik, mobil itu telah mencapai kecepatan 150 km/jam. Tak lama kemudian Fair Lady bertemu dengan area yang jalanannya berkelok dan dipenuhi semak di kiri dan kanan. Ia telah sampai di perbatasan. Mobil itu pun kemudian memulai aksinya meliuk mengikuti alur jalan yang menghubungkan kedua county. Malam sudah sangat larut. Rasi Bintang Pari mendekati posisi tegak lurus dari horizon ketika Fair Lady menepi di salah satu surfing spot di Palmline Beach. Tempat ini sedikit jauh dari tempat diadak

  • FATAL OPTION   80. First Drift

    Sambil menahan surfboard Nicky, Pandangan Kenneth tak lepas dari setiap interaksi yang terjadi antara si bocah pirang dengan teman-temannya. Ia saat ini berdiri bersebelahan dengan Aaron dan Shoujin, sedikit jauh dari tempat teman-teman Nicky berkumpul. Wajah bocah tomboi itu tak henti mengumbar senyum dan tawa riang. Seperti halnya yang dilakukan oleh Kenneth, Aaron, dan Shoujin, kawanan Shawn dan pasangan Sam-Irina datang untuk memberikan dukungan pada Nicky dalam penyisihan kompetisi surfing hari ini. Satu per satu, mereka beradu kepalan tangan dengan Nicky. Teman-teman sekolah Nicky juga tak henti memuji aksi bocah itu di atas ombak. Bahkan Charlie merekam aksi si pirang. Sepintas Kenneth menoleh pada Shoujin. Pemuda pelit ekspresi itu bahkan terlihat tersenyum, meski tipis tetap terlihat. Begitu besarkah pengaruh Nicky pada laki-laki gunung es itu? Setelah melambaikan tangan pada teman-temannya yang beranjak meningg

  • FATAL OPTION   79. Skenario

    Nicky sedang membereskan peralatan makan kotor bekas sarapan semua penghuni rumah. "Dulu Aaron melarangku selalu menumpang pada Shoujin. Katanya aku tidak boleh bergantung pada orang lain. Tapi lihat yang dilakukannya sekarang." Protes itu Nicky ajukan karena melilhat kebiasaan Freak Brother #2 berangkat selalu dijemput oleh Zac. "Kenapa tidak kaukatakan saja padanya?" sahut Kenneth yang sedang mengutak atik ponsel B sambil duduk menghadap meja makan. "Tentu saja akan kukatakan kalau aku sudah punya waktu bicara padanya. Kau tahu sendiri, aku tidak pernah bertemu dengannya kecuali ketika sedang sarapan. Apa perlu aku membahasnya ketika sarapan? Tidak. Itu bisa merusak mood-ku." "Baiklah. Lalu apa saja yang akan kaulakan hari ini?" "Mulai hari ini aku bekerja paruh waktu di Rhein's. Lalu nanti siang aku ke Palmline Beach. Aku hanya akan membahas dengan Emmery dan yang lain tentang persiapan untuk kontes besok." Nicky sudah selesai mencuci peralatan makan, lalu ia duduk kembali di sa

  • FATAL OPTION   78. Sesuatu yang Berbeda

    [Nick, maaf hari ini aku tidak bisa menemai latihan surfing hari ini, adikku memaksaku mengantaranya ke ulang tahun temannya. Bagaimana kalau besok?] bunyi pesan yang Nicky terima dari kontak Emmery. [F*** you. Oke. Jangan kaubatalkan lagi.], balas Nicky. Ia mendengus kesal dan melempar ponselnya ke dasbor. Ia menoleh pada Kenneth dengan bibir cemberut. "Emmery membatalkan rencana hari ini." Saat itu Nicky menyadari ada yang tak beres dengan kakaknya. Pria beruban itu tersenyum-senyum seperti sedang berhalusinasi. Namun, setelah diperhatikan lagi, sebenarnya Kenenth sedang tersenyum padanya. Anehnya, itu membuat Nicky salah tingkah. "Eer ... Kenny, apa yang terjadi padamu?" Nicky tergagap. "Kau cantik," puji Kenneth masih dengan mempertahankan senyum. "Ah, sial." Buru-buru Nicky menarik selembar tisu dari kotak tisu di dasbor. "Pasti karena ini. Karina sialan. Dan gara-gara kau datang tanpa aba-aba, aku jadi terburu-buru dan

  • FATAL OPTION   77. Laporan Morsey & Sebuah Pesan

    Dari rumah Sarah, Kenneth mengebut menuju Forklore, ke apartemennya. Ada PR yang harus ia selesaikan, yaitu berkas dari SAPD. Ia harus sudah siap ketika bertemu kembali dengan Yuri. Tak sampai dua jam Kenneth sudah selesai melahap semua informasi pada berkas itu. Beberapa menit kemudian Yuri datang. Pria berambut platinum grey dan pria berambut biru elektrik duduk berhadapan, masing-masing duduk pada kursi kerja dengan melipat kedua tangan. "Kau sudah mempelajari berkas dari SAPD?" buka Yuri. Pria bernama sandi 'Blue' itu menggaruk pipinya. "Sudah," jawab Kenneth datar dan tegas. "Bagus. Sekarang aku ingin mendengar lebih detail tentang pesta di Morsey." Kenneth mulai memaparkan, "Di Morsey aku bertemu dengan Emilia, dia adalah orang kepercayaan bos Underzone. Emilia tidak menyebutkan nama bosnya, tapi besar kemungkinan itu adalah Mario Cortez. Si bos tidak ada di pesta saat itu, dia sedang berlibur dengan wanita lain. Emilia juga tidak menyebutkan di mana bosnya berada. Dan ada s

  • FATAL OPTION   76. Subjek # 07

    Hari sudah beranjak siang ketika ia sampai di rumah Sarah. Saat ini Kenneth sedang berada di dapur untuk menunggu Kevin menyelesaikan pekerjaan yang ia berikan. Ia duduk dengan menumpukan kedua siku pada meja makan, di samping salah satu sikunya tergeletak sebuah map. Seperti pada kunjungan terakhir Kenneth ke rumah ini, Sarah membuatkannya espresso, bedanya kali ini orang tua tunggal Kevin itu tak membuat teh chamomile, melainkan espresso juga untuk dirinya. "Apa ada hal penting yang akan kausampaikan padaku?" tanya orang tua tunggal Kevin pada Kenneth seraya meletakkan secangkir espresso di hadapan Kenneth. Lalu ia duduk berhadapan dengan Kenneth. "Ya. Ini menyangkut Frank." Kenneth menghela nafas, menatap dingin pada kopi panas di depannya. Untuk pertama kalinya Kenneth tak berminat pada minuman yang mulanya dipopulerkan oleh orang Arab itu. Bukan karena rasa kopi itu yang tak enak, melainkan suasana hatinya yang mendadak buruk. "Hanya saja, ini bukan kabar bagus." "Ada apa?" Pan

DMCA.com Protection Status