Share

84 Hai Istriku!

Author: Ans18
last update Last Updated: 2025-02-05 21:44:57

-Ruang make up Hana-

Hana menatap pantulan dirinya di cermin.

MUA yang baru saja menyelesaikan riasannya sedang keluar untuk memantau riasan keluarga yang lain. Vio juga keluar karena ingin menemani kakaknya yang dikhawatirkan akan melakukan yang 'tidak-tidak' karena patah hati. Kini, ia sendiri di dalam ruangan yang baru beberapa saat lalu ramai orang.

'Ma, Yah, hari ini Hana nikah,' bisiknya dalam hati. Sekuat tenaga ia menahan agar air matanya tidak jatuh dan merusak riasannya. Walau tentu saja pihak MUA menggunakan make up waterproof, rasa khawatir itu pasti tetap ada.

Lamunan Hana dibuyarkan suara decitan pintu. Saat ia menoleh, Ribka melangkah masuk sambil menatapnya dengan tatapan yang tidak ia mengerti.

"Lo kenapa matanya berkaca-kaca gitu deh," sindir Hana, padahal acara belum benar-benar dimulai, dan selama ini ia tidak pernah melihat Ribka menangis. "Lo nggak rela gue nikah sama Evan yang selalu lo panggil bos ganteng itu?"

Ribka mencibir tebakan Hana. "Gue bingung, Han. Se
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   85 Love of a Lifetime

    Hana menghela napas di depan cermin kamar mandi, saat berusaha membersihkan kekacauan yang dibuat Evan padanya."Heran, nggak bisa sabar. Untung nggak kebablasan, untung juga sempet lari ke kamar mandi sebelum ada yang masuk," gerutu Hana.Saat ia keluar dari kamar mandi, Evan tersenyum tengil melihatnya.MUA dan beberapa asisten yang ada di situ bukannya tidak sadar kalau beberapa saat sebelumnya telah terjadi 'pertempuran' singkat. Tapi hal itu biasa mereka temukan pada sepasang pengantin baru, jadi mereka cukup menutup mata dan mengabaikannya."Mas Evan bisa ganti baju di kamar mandi ya, biar Mbak Hana di-make up dulu," ujar salah seorang asisten MUA seraya mengangsurkan pakaian untuk Evan."Istri saya nggak ganti baju juga, Mbak?"Hana mendelik kesal pada Evan yang berani menggodanya di depan orang-orang."Mbak Hana di-make up dulu, Mas. Ganti bajunya nanti.""Yaah kecewa saya nih." Dengan berpura kesal Evan melangkah ke kamar mandi."Maaf ya, Mbak," ucap Hana tak enak."Nggak apa

    Last Updated : 2025-02-05
  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   86 Kamu yang Membuatku Dewasa

    "Halo." Evan mengangkat ponselnya yang bergetar berulang kali, tanpa melihat caller id yang muncul di layar. Matanya terlalu berat untuk sekedar memperhatikannya."Evan, turun dulu, sarapan. Kamu ih. Kasihan Hana belum sarapan." Suara mamanya langsung menyapa indra pendengaran Evan dan membuatnya mengerjap pelan."Udah kok, Ma. Tadi sarapan dulu, trus tidur lagi.""Oh gitu, jam berapa? Kok nggak ketemu?""Pagi pokoknya, laper, dibikinin roti bakar sama Hana.""Kamu ngigo ya, Van? Ngapain Hana bikin roti bakar? Udah buruan turun, restonya udah mau close order buat breakfast.""Hah?" Evan sedang berusaha meluruskan pikirannya. "Oooh, aku lupa bilang, aku udah check out semalem, Ma. Ini udah di rumah.""Loh kok nggak ngomong? Di rumah kamu?""Iya, Ma.""Jangan kecapekan, jangan telat makan.""Iya, Ma."Usai sambungan telepon itu berakhir, Evan meletakkan ponselnya kembali ke atas nakas. Kemudian ia merebahkan diri lagi, berbalik, menghadap Hana yang masih tertidur pulas, sama sekali tida

    Last Updated : 2025-02-06
  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   87 Make You Mine

    Evan mendaratkan satu kecupan di bibir wanitanya itu, dan tiba-tiba sebuah kenangan menyeruak begitu saja."Kamu tau nggak, Han, waktu pertama kali aku nyium kamu, di ruang kerjaku. Awalnya aku cuma mau bikin kamu berhenti ngomongin kesalahanku ke kamu, tapi justru aku yang terperangkap. Abis itu rasanya pengen lagi dan lagi."Ingatan Hana seperti tersedot ke beberapa bulan sebelumnya, yang membuatnya kini bisa tersenyum kala mengingat kejadian itu. "Itu yang pertama buatku, dan jahat banget kamu ngelakuinnya tanpa perasaan."Mata Evan terbelalak. Evan memang belum pernah mendengar Hana memiliki pacar, tapi ia pikir tanpa pacar pun, Hana bisa bersenang-senang, dan sekadar kissing bukanlah hal yang aneh untuk anak muda zaman sekarang. "Seriously, Han? Kamu dua puluh lima tahun ngapain aja? Kamu kayaknya terlalu mendalami omongan Mama sama Ayah ya?"Hana memutar kedua bola matanya dengan malas. "Ya nggak mau aja, emang salah kalo aku nggak mau kontak fisik tanpa perasaan?""Ya ... nggak

    Last Updated : 2025-02-06
  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   88 Ucapan Selamat Tanpa Makna

    "Maaf ya, mestinya aku ngajakin kamu honeymoon yang bener-bener honeymoon, ini malah disambi kerja." Tangan kanan Evan mengusapi puncak kepala Hana yang terkulai di bahunya karena kelelahan.Selain meminta maaf karena tidak bisa mengajak Hana honeymoon dengan totalitas, harusnya Evan juga meminta maaf karena membuat Hana kelelahan setiap harinya."Hm, aku kan asistenmu."Beberapa detik setelah mengucapkannya, tidak terdengar suara lagi dari Hana, justru napasnya terdengar lebih teratur dan matanya menutup sempurna. Evan membiarkannya, sadar kalau ia lah penyebab Hana kelelahan.Supir ayahnya yang diminta Evan mengantarnya ke bandara hanya bisa melirik melalui rear view mirror dan membuatnya mengulum senyum. Ia harus melaporkan interaksi Evan dan Hana kepada Letta, karena itu lah tadi yang dititahkan nyonya-nya.Evan baru membangunkan Hana saat mereka hampir tiba di drop off point. "Sayang, bangun, udah mau sampe."Dalam sekejap, Hana terbangun. Meskipun ia kini adalah istri Evan, tapi

    Last Updated : 2025-02-07
  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   89 Apa Rasanya Mendapatkan Sesuatu yang Harusnya Jadi Milikku?

    "Jadi nginep di villaku kan?" tanya Melinda.Sebenarnya ia tidak butuh kehadiran semua orang, ia hanya butuh kehadiran Evan."Kayaknya aku nginep di hotel deh," jawab Evan. Karena niatnya tidak hanya untuk bekerja, tetapi juga untuk honeymoon, Evan merasa tidak enak kalau 'kegiatannya' sampai mengganggu Arfindo dan Melinda."Kamu ngebiarin aku sama Arfindo tinggal sevilla?""Maksudku ....""Gue nggak akan ngapa-ngapain lo kali." Arfindo menatap Melinda dengan tatapan tidak suka. "Udahlah semua tinggal di hotel aja.""Tapi kan gue udah nyuruh orang buat siap-siap di villa."Hana memberi kode pada Evan untuk mengiakan ajakan Melinda, toh Hana akan selalu berada di sisi Evan. Tidak ada kesempatan bagi Melinda untuk mencoba mendekati Evan.Evan balas menatap Hana seakan bertanya, 'Kamu yakin?'Hana mengangguk pelan."Ok, ok, aku sama istriku ikut tinggal di villa."Melinda hampir saja mengeluarkan dengusan kesal, sebelum akhirnya ia sadar, yang diinginkannya adalah keberadaan Evan di deka

    Last Updated : 2025-02-07
  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   90 Foto

    "Kok kamu kayaknya bete habis makan malam?"Hana berusaha menyembunyikan perasaan kesalnya tapi tetap saja terendus Evan. Hana akui, ia bisa membalas semua ucapan Melinda, tapi tetap saja rasanya menyebalkan mengetahui Melinda masih menaruh hati pada suaminya."Tadi kayaknya kamu ngobrol sama Melinda. Karena itu? Dia ngomong apa?"Hana mengedikkan bahu kemudian memilih merebahkan diri di atas kasur dan memainkan ponselnya.Evan menarik tangan Hana, menatap manik matanya dengan intens dan menahan tangannya agar tidak memainkan ponsel. Caranya itu berhasil membuat Hana fokus kembali pada pembicaraan mereka. "Dia ngomong apa, Sayang?""Urusan cewek, Van. Kamu nggak perlu tau. Aku bisa handle itu kok.""Aku perlu tau kalo itu bikin mood kamu anjlok. Aku perlu tau kalo itu ada hubungannya sama aku.""Nggak apa-apa kok. Aku bisa ngatasinnya. Tunggu bentar lagi juga mood-ku bakal baikan.""Haaan ...."Hana menghela napas lelah karena tidak bisa berkelit dari keinginan Evan dan akhirnya menga

    Last Updated : 2025-02-08
  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   91 Don't You Dare to Touch Me Tonight

    "Ada sedikit masalah di lapangan. Beberapa warga yang nggak mau ngejual lahannya mulai provokasi warga yang lain," ucap Arfindo saat melihat kerumunan orang berada di depan kantor sementara yang dibangun sebagai tempat kerja mandor proyek."Kenapa lo nggak bilang dari tadi?" Evan mendengkus kesal, kemudian menatap istrinya dengan gelisah.Sifat baru yang muncul pada dirinya, memperhatikan apa pun juga yang berpotensi mengganggu atau membahayakan istrinya. Kalau ia tahu ada masalah di lapangan, ia tidak akan mengajak Hana pergi meskipun istrinya itu merengek padanya."Ya kan ada masalah atau nggak, tetep aja kita mesti ke lapangan.""Kalo gue tau ada masalah, nggak akan gue ngebiarin Hana ikut.""Loh, Hana ikut sebagai istri lo apa asisten lo sih?""Istri gue lah. Dia bisa kapan aja resign sebagai asisten gue, tapi dia nggak akan bisa resign sebagai istri gue. Jadi ke manapun dia pergi, di manapun dia berpijak, dia berperan sebagai istri gue."Tiga reaksi berbeda muncul dari ketiga ora

    Last Updated : 2025-02-08
  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   92 Tempatmu Pulang

    Hana: Ka, lagi sibuk nggak?Azka: Nggak, kenapa?Hana: Bisa jemput ke bandara?Azka: Loh bukannya kamu pergi sama Evan?Hana: Iya, tapi pulangnya nggak barengAzka: Kok bisa nggak bareng?Azka: Bukannya dia lumayan posesif?Azka: Ya udah, nanti kabarin kalo udah mau boarding.Setelah selesai berbalas pesan dengan Azka, Hana membuka koper dan menyiapkan pakaian Evan yang akan dikenakannya. Ia memang marah, tapi entah kenapa ia masih saja melakukan apa yang biasa dilakukannya sejak menikah dengan Evan. Menyiapkan pakaian lelaki itu, mengambilkan nasi beserta lauk dan sayur, merapikan baju kotor yang suka diletakkan Evan sembarangan, dan hal-hal kecil lainnya yang mungkin sering tidak disadari Evan dalam pernikahan mereka yang baru seumur masa semai tanaman hidroponik itu.Namun Hana tidak pernah bermain-main dengan ucapannya. Ia tidak membiarkan Evan menyentuhnya semalaman, walaupun Evan sudah meminta maaf, merengek, dan merayunya semalaman."Masih marah?" tanya Evan yang sudah kebingun

    Last Updated : 2025-02-09

Latest chapter

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   125 Pursue Her

    Hana dan tantenya tengah mengobrol di dapur saat bel pintu rumah itu berbunyi nyaring.Dian hendak berdiri, meski dengan susah payah, sebelum Hana melarangnya."Tante duduk aja. Biar aku yang buka pintu.""Kalo tamunya pake bahasa Belanda emangnya kamu bisa?""Ya aku ajak ngomong bahasa Inggris," jawab Hana sambil terkekeh.Hana benar-benar tidak tega melihat tantenya banyak bergerak. Seminggu yang lalu, Dian jatuh dari tangga, menyebabkan tulang kakinya retak. Ia bahkan harus berjalan menggunakan crutch selama seminggu terakhir.Hana membuka pintu depan rumah tantenya, benar-benar berharap tamu tantenya bisa menggunakan bahasa inggris untuk berkomunikasi.Sedetik setelah membuka pintu, Hana membeku di tempat. Matanya mengerjap beberapa kali seolah sedang meyakinkan dirinya.Lelaki di depannya tidak bicara sepatah kata pun, hanya menyampaikan kata-katanya melalui tatapan yang belum pernah dilihat Hana. Tatapan lega, bahagia, sedih, kecewa, marah, frustasi, seakan bercampur jadi satu d

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   124 Ujian

    "Han.""Iya, Tante?""Kamu masih nggak ngehubungin Evan?" tanya Dian dengan gelisah.Ini pertama kalinya Hana datang ke Belanda. Tentu saja Dian sangat senang, tapi bukan seperti ini situasi yang diharapkan Dian. Ia lebih senang kalau Hana datang berdua bersama Evan, untuk liburan atau sekadar menjenguknya, bukan dalam rangka pelarian diri Hana dari masalah rumah tangganya."Kan hpku rusak, Tan.""Kamu bisa pake hp Tante." Dian menyodorkan ponselnya. "Ada nomor Evan kok di situ."Hana menggeleng. "Nggak usah, Tante. Tante pernah denger nggak ada yang bilang, 'Let that man miss you for a while'?""Kamu ini." Dian menepuk lengan Hana pelan. "Tapi udah dua minggu loh, Han. Dia pasti udah nggak tahan kangennya sama kamu. Kalo Evan stres gimana?""Nggak lah, Tan. Orang bertahun-tahun dia benci sama aku, kadang nganggep aku nggak ada, masa ditinggal dua minggu stres.""Itu kan waktu dia belum cinta sama kamu. Lagian Tante yakin kamu juga tersiksa di sini karena jauh dari dia. Sebenernya per

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   123 Closure

    "Evan, aku perlu bicara."Ribka bergegas berlari mengejar Melinda. "Bu, maaf Pak Evan tidak berkenan bertemu ibu."Melinda melirik tajam ke arah Ribka, dan menyentak tangan Ribka yang semula memegang pergelangan tangannya."Evan, please," rengek Melinda."Nggak ada yang mau kuomongin sama kamu," jawab Evan dingin."Van, cari tempat aja deh, nggak enak dilihatin orang." Azka mengedarkan pandangan ke sekitar. Beberapa karyawan yang hendak keluar kantor untuk makan siang atau karyawan yang baru kembali dari meeting menatap mereka dengan penuh minat."Nggak perlu, Mas. Nggak ada yang perlu diomongin kok.""Mas Azka, please, Mas. Aku perlu ngomong, masalah perusahaanku, aku janji nggak ada hubungannya sama perasaanku.""Udah lah, Van. Kita bener-bener jadi pusat perhatian. Aku nggak bakal ninggalin kalian, kalo kamu khawatir Hana salah paham."Evan menghela napas kasar. "Rib, cari tempat di coffee shop biasa, yang agak jauh dari orang-orang."Ribka mengangguk dan bergegas berjalan cepat, l

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   122 Lost Contact

    -Seminggu setelah Hana ke Belanda-"Kenapa, Van?" tanya Ares saat melihat anaknya yang melamun di gazebo rumahnya.Sudah seminggu ini Evan menginap di rumah orang tuanya karena tidak sanggup merasakan sepi berada di rumahnya sendiri, dan sejak ia mulai menginap di sana, kamar lama Hana lah yang dijadikannya tempat tidur setiap hari."Nggak apa-apa, Yah.""Hana nggak bisa dihubungi?"Evan melirik ayahnya dengan bingung, bagaimana ayahnya bisa tahu apa yang mengganggu pikirannya."Cewek kalo bilang lagi pengen sendiri sampe kabur jauh ya memang begitu. Cari cara lain dong. Jangan pasrah aja. Dulu waktu mamamu pergi, Ayah sampe ngirim orang buat ngawasin di sana, bahkan ngirim Dian buat nyusul ke Belitung.""Dian? Tante Dian? Tantenya Hana?""Iya, dia sahabat Ayah yang juga udah dikenal mamamu, jadi Ayah pikir bakal lebih gampang jaga Mama kalo ada Dian.""Emang ayah sahabatan berapa orang sih? Kok semuanya ada hubungannya sama Hana?"Ares mendesah pelan. Dia sudah berulang kali mencerit

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   121 Penjelasan

    "Beneran kamu harus pergi?""Kan udah kita omongin beberapa hari ini sambil nunggu visa-ku jadi.""Kalo aku kangen kamu gimana?"Hana menatap Evan tanpa berkedip seakan sedang merekam gambaran wajah suaminya di memorinya. Ia tidak tahu dan tidak mengatakan berapa lama akan berada di Belanda. Yang jelas, ia tidak mau kembali dengan pikiran dan perasaannya yang masih belum rapi."Aku boleh nelepon kamu kan?""Boleh, tapi jangan terlalu sering. Ntar aku nggak bisa fokus nata hati sama pikiranku." Kalau boleh jujur, Hana juga tidak ingin pergi sejauh itu. Tapi itu satu-satunya tempat yang membuatnya tidak melihat keberadaan Evan agar ia bisa berpikir jernih.Lagipula akan lebih mudah mendapat izin dari mertuanya (yang lebih seperti orang tuanya) kalau ia berkata ingin mengunjungi tantenya, daripada ia pergi ke tempat yang tidak ada sanak saudara di sana."Jangan lama-lama ya."Hana hanya tersenyum tipis. Ia tidak bisa menjanjikan hal itu.Melihat sesaat lagi mereka akan tiba di bandara, E

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   120 Ingin Sendiri

    "Van, kamu lagi nyetir, mending matiin aja video call-nya. Bahaya.""Kamu nggak apa-apa? Kenapa nggak nelepon aku pas dia dateng tadi?""Kamu mau ketemu dia?""Bukan gitu, Sayang. Aku kan jadi nggak bisa ngelindungin kamu. Bentar ya, aku udah mau nyampe."Evan mematikan sambungan video call-nya, meninggalkan Hana yang bingung saat mendengar Evan hampir sampai di tujuan. 'Nggak mungkin udah sampe kantor kan? Cepet banget.'"Sayang."Hana menoleh dengan kaget ke arah pintu kamar yang baru saja dibuka."Kok balik?""Ya aku nggak bisa tenang lah. Tadi aku langsung puter balik pas dapet telepon dari Bibi. Tapi macet banget pas mau puter baliknya. Maaf ya, lama. Kamu nggak apa-apa?" Evan menarik Hana ke dalam pelukannya, mengusapi punggungnya pelan. "Nggak ada omongan dia yang bener. Jangan ada yang dimasukin ke hati ya.""Kamu denger semuanya?""Hmm. Aku makin cinta sama kamu. Rasanya pengen tepuk tangan waktu kamu bales semua omongan nggak benernya."***"Kamu yakin ngelakuin ini, Van?""

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   119 Masih Cinta

    Hana tahu kalau tidak sopan langsung bertanya seperti itu kepada tamu yang datang ke rumahnya. Tapi boleh kan ia membuat pengecualian untuk wanita itu? Ini rumahnya, dia punya kuasa sebenarnya untuk menerima atau mengusir tamu.Wanita yang dengan tenang duduk di sofa itu menyunggingkan senyumannya. Di atas meja terlihat satu keranjang buah, entah dalam rangka apa dia membawanya, sebagai tanda empati atau sebaliknya, sebagai tanda berbahagia."Aku cuma mau jenguk, katanya kamu baru keluar dari rumah sakit.""Makasih, kalo tujuanmu buat bener-bener jenguk. Tapi aku udah sehat.""Kamu memang udah sehat, tapi ... sayang banget ya ... calon anak Evan--""Sebenernya tujuan kamu apa, Mel? Aku tau kamu ke sini bukan buat jenguk. Kalo kamu mau jenguk aku, bisa pas ada suamiku kan? Sekalian kalo kamu mau nyoba deketin dia lagi."Melinda tersenyum pongah. "Gimana rasanya kehilangan yang seharusnya jadi milik kamu?""Aku memang kehilangan calon bayiku dan Evan, tapi masih ada rasa bahagia, sengga

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   118 Setelah Aku jatuh Cinta Sama Kamu ...

    "Sayang, udah tiga hari kita di sini, nggak mau balik ke rumah kita?" tanya Evan saat Hana merapikan dasinya sebelum berangkat ke kantor.Hana masih belum banyak bicara pada Evan, walau tetap menjawab apa yang Evan tanyakan. Tidur mereka pun masih terpisah, hanya kadang Hana masuk ke kamar Evan jika memang ada sesuatu yang harus diurusnya seperti merapikan pakaian kerja Evan atau mencari barang yang tidak bisa ditemukan Evan."Ya udah, nanti malem kita balik ke rumah.""Beneran? Nggak apa-apa? Kalo kamu masih mau di sini dulu nggak apa-apa juga kok.""Iya, nanti malem pulang aja."Beberapa hari ini Hana memperhatikan keluarga Evan yang masih memberikan silent treatment pada Evan. Semakin lama, rasanya semakin tidak tega melihatnya. Lagipula ia tidak mau mengumbar hubungan rumah tangganya lebih lama lagi. Sepertinya orang tua Evan pun mulai gelisah karena ia dan Evan masih seperti berada di dunia yang berbeda."Nanti abis makan malem kalo gitu ya."Hana mengangguk samar. "Aku ... kapan

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   117 Silent Treatment

    Baru kali ini Evan mengalami makan malam tanpa suara obrolan.Keluarganya bukannya tidak tahu adab dengan banyak bicara saat prosesi makan berlangsung. Tapi karena kesibukan masing-masing anggota keluarganya, makan bersama tidak pernah diisi dengan keheningan. Minimal ada Elga yang selalu mengoceh, menceritakan apa saja yang menarik menurutnya.Namun malam itu, semua orang sepertinya sedang sakit gigi atau sariawan. Hanya terdengar dentingan sendok dan garpu dalam ruang makan yang luasnya bisa untuk dijadikan lapangan futsal itu.Ia pun tidak berani memulai percakapan, melihat mama dan ayahnya yang masih jelas-jelas memendam kemarahan padanya."Makan yang banyak, Han." Kalimat pertama yang terucap di ruang makan itu keluar dari Letta yang gelisah melihat Hana hanya mengaduk makanan di piringnya."Iya, Ma." Hana mulai memakan makanan di atas piringnya karena tidak ingin melihat tatapan cemas dari yang lainnya."Mau makan di kamar aja? Nanti aku anter ke kamar," ujar Evan lirih.Sebelum

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status