Ranjang yang bergerak-gerak membangunkan Crystal.
Crystal mengerjap, menyadari sinar matahari yang menembus atap kaca kotor dan menerangi kamar loteng ini. Wajah Xander terlihat, dibingkai cahaya memesona dan tampan seperti biasanya, tapi juga menyebalkan dengan senyum mengejek yang tersungging di sana.
Rambut Xander masih basah, badan kokoh lelaki itu sudah terbungkus rapi; celana jeans biru, kaus oblong putih, dan jaket kulit coklat. Astaga, lelaki ini lebih tampan dibanding pemain TV Series Spanyol!
"Good morning, sleepyhead," sapa Xander.
Berisik.
Crystal menutup matanya lagi. Tempat ini terlalu nyaman, aman, segar, dan tenang—cocok untuk tidur seharian. Sudah lama rasanya Crystal tidak tidur sedamai ini. Senyenyak ini. Kenapa dia harus bangun?
"Crys! Kenapa kau tidur lagi?!" Xander menarik selimut Crystal.
"Sepertinya perempuan jelek ini penting bagimu." Alex melangkah ke hadapan Crystal dengan langkah penuh percaya diri, menyentuh dagunya, kemudian menatap Xander. "Haruskah kita bawa dia juga?"Xander terlihat makin tegang dan marah, tapi Crystal sudah tidak memedulikan itu ketika ucapan Alexandre lebih mengganggunya. “Jangan sentuh di—““Bitch!” "Jelek katamu! Berkacalah! Kau lebih jelek, berengsek!" Umpatan Crystal beradu dengan erangan Alexandre ketika lutut Crystal menendang di pusat diri Alexandre. Di senternya.Sepersekian detik Crystal melihat Xander menganga, lalu berkata, "Sentermu pasti sakit," ringis Xander berkebalikan dengan tatapan mengejeknya pada Alexandre. "Aku harus memeringatkan Zoe. Kasihan jika dia tidak sengaja menerima lelaki yang asetnya sudah—""Diam kau, setan!" teriak Alex."Maksudmu De
"Nona Crystal, Tuan muda Aiden masih menunggu di bawah."Crystal mengerang dan memeluk bantal lebih erat, sementara ketukan di pintu kamar dan suara pelayan terus terdengar berkali-kali. Seharusnya Crystal sudah keluar, menemui Aiden setelah mengganti baju—seperti yang dia katakan tadi. Tapi, jangankan berganti pakaian, turun dari ranjang pun Crystal enggan. Terutama dengan kiriman pesan Xander yang sudah berhenti.Tidak ada maaf.Tidak ada kata terima kasih."Dasar si bangkrut sialan!" Crystal menggerutu, melihat lagi profil Xander dan memandangi foto terakhir lelaki itu. Bertanya-tanya bagaimana lelaki ini bisa bebas? Kenapa bisa sesantai itu? Kenapa tidak memperlakukan Crystal seperti tuan putri seperti yang lain? Apa lelaki itu buta? Atau, apa dirinya yang memang sudah tidak menarik?Lagi, Crystal berteriak di bawah bantal ketika suara ketukan kembali terd
LEONIDAS MANSION, Las Vegas—USA | 03:48 PMStop login to my account, Leonidas!"Anda terlihat sangat bahagia, Nona." Anne berujar seraya menaruh beberapa map di depan meja Crystal."Benarkah?" Crystal tersenyum, mengambil fotoselfie,tersenyum lebar dengan rambut tergerai, sekaligus menampakkan atasansweaterhitamnya. Lalu mengunggahnya distoryakun Xander, membalasstoryXander sebelumnya. Kali ini yang dia unggah benar-benar foto terbarunya—bukan foto lama seperti sebelumnya; berbikini dan sangat seksi.Kita lihat, apakah senter lelaki itu masih baik-baik saja? Apa telinganya memerah?"Sangat. Apa ini karena pernikahan Anda dan Tuan Aiden yang semakin dekat?" tanya Anne lagi. "Dari yang saya dengar di bawah, Tuan besar sepertinya su
"Tertutup?" tanya Crystal hati-hati, berusaha membuat nada suaranya tenang. "Kenapa harus tertutup?"Javier menoleh. "Angeline sudah menjelaskan alasannya. Kau tidak mendengarkan?"Angeline mengernyit. "Crystal. Ini pembahasan tentang pernikahanmu. Bagaimana kau bisa tidak memperhatikan? Apa ini tidak cukup penting bagimu?""Angeline Lucero..." Nada suara Anggy terdengar penuh peringatan. "Ini hanya masalah kecil. Berhenti membesar-besarkan masalah. Memangnya dalam hidupmu kau tidak pernah kehilangan fokus sekali saja?""Tapi, yang kita bahas sekarang adalah acara pernikahannya," tegas Angeline."Aku tahu. Kau hanya tinggal menjelaskan ulang pada Crystal jika—""It's okay Mommy,"gumam Crystal muram, sekuat tenaga Crystal berusaha memunculkan senyum di wajahnya. "Aku tidak apa-apa.AuntyAngeline juga sudah pasti memikirkan sem
LEONIDAS Mansion, Las Vegas—USA | 11:02 AM "Strike!Aku menang!"Crystal berseru, berbalik menatap Aiden dan melompat-lompat diprivate bowling alley mansionnya. Lemparan bolabowling-nya berhasil menjatuhkan semua pin yang ada dalam satu kali lempar. "See?Kemampuanku berhasil naik berkali-kali lipat selama kita tidak memiliki waktu untuk bersenang-senang.""Apa itu berarti, selama tidak bersamaku, kau bermain sendirian?""Pertanyaan macam apa itu?" Crystal mencebik. "Akui saja kalau kau kalah!""Kalah? Seperti ini?" Aiden meraih bolabowlingyang lain, mengambil ancang-ancang, kemudian melemparkannya dengan mulus.Strike.Sama dengan yang dilakukan Crystal, pin-pinbowlingitu berjatuhan dengan mudah. "Tepatnya, yang tadi itu aku
"Kau menangis?" tanya Xander rendah dan dingin, tapi malah menenangkan Crystal di saat bersamaan. Seperti yang Crystal butuhkan : Kepekaan seseorang.Crystal tidak tahu kenapa dia bisa begitu lega, bahkan sampai menangis, ketika mendarat dalam pelukan lelaki ini."Kenapa aku harus menangis?" Crystal kembali meremas jacket denim Xander, berusaha keras tidak mengeluarkan air mata. "Aku lelah. Aku—" Sebelum Crystal menyelesaikan ucapannya, Xander sudah menggendongnya dengan gayabridal.Spontan, Crystal melingkarkan lengannya pada leher Xander."Aku menyesal kau datang. Rasanya seperti menjadibaby sitter," cemooh Xander seraya berjalan menyusuri lorong kereta, memeriksa nomor-nomor kursi yang ada.Crystal mencebik, mengabaikan gerutuannya. "Kenapa kau menggendongku seperti ini?""Seperti apa?""Seperti pengantin." Cr
Chilcotin Country, British Columbia—Canada | 06:58 AMUdara dingin membelai wajah Crystal, sengatannya mengusir bayang-bayang mimpi buruk yang tidak dia ingat. Atau, memang tidak ada mimpi buruk. Setelah berkendara nyaris semalaman, ditambah beberapa kali berhenti karena mogok dan istirahat—tidak mengherankan jika Crystal jadi sangat lelap.Crystal membuka mata, kemudian menguap seraya merenggangkan tubuh, berusaha menghilangkan pegal. Menoleh, Crystal mendapati hembusan angin tadi berasal dari jendela mobil di sisi Xander yang terbuka. Xander masih menyetir, sementara yang menyelamatkan tubuh Crystal dari dingin adalah jacket lelaki itu."Kita sudah sampai?" Dengan suara tidak jelas, karena satu tangannya menutupi mulutnya yang menguap, Crystal mengedarkan pandangan ke samping jendela. Terperangah mendapati pemandangan menakjubkan yang ia dapat; jalan-jalan pedesaan yang sepi&mdas
"Kalian berdua harus bekerja di peternakanku selama seminggu. Tugas kalian memberikan pakan Sapi, Ayam, Babi, juga Erick. Memerah susu sapi. Ah! Kalian juga yang harus menjual hasil peternakan ke kota. Jangan lupa untuk memperbaiki pagar yang kalian rusak."Crystal bergeming untuk waktu yang lama, sementara suara Logan sebelum beranjak masih terngiang di kepalanya. Gila. Tapi, lebih gila lagi ketika dia sudah benar-benar ada di kandang besar, berdiri tepat di depan puluhan sapi dengan hanya berbatas pagar besi. Siap dengan semua alat tempur; sepatuboots,topi, bahkan sarung tangan karet.Aroma khas Sapi tercium di sekitar Crystal, membuatnya mual. Tidak hanya itu, Crystal juga begidik tiap kali sapi-sapi itu bersuara."Beri makan mereka. Kalau perlu suapi semuanya." Menoleh, Crystal mendapati Lilya telah berdiri di sampingnya, menumpahkan rerumputan segar tepat di kaki Crystal dari kereta d
“Do you think this is the end? Poor of your delusional heart, Asshole. I’ll be back and show you the real nightmare. I swear!” – Persephone.FALLING for THE BEAST | EPILOGX A N D E R TYGERWELL’s Hidden Quarters, Rome—Italy Hanya butuh beberapa detik bagi Xander melewati sistem keamaan bunker Tygerwell dengan mudah. Membiarkan alat-alat canggih itu menganalisis dan mencocokkan profilnya dengan database secara otomatis.Suara ‘AUTHORIZED’ dan ‘WELCOME ELYSIUM’ dengan aksen robotik bergema di sepanjang lorong—sebelum dinding besi di ujung lorong itu terbuka. Sebuah ruanga
Crystal menggeleng pelan, terkekeh. Tubuhnya membeku. Pandangannya mengarah pada Aiden yang mendekat. Selama ini ternyata dia bekerja sama dengan Lukas.“Pengkhianat!” Lilya menggeram—menatap Rhysand dengan tatapan seganas binatang. “Berengsek kau, Rhysand!” Theodore tidak berbeda jauh, bersama Samuel, ia mengawasi sekitar lewat lirikan mata. Mencoba mencari-cari celah. Sialan. Mereka terjebak, walau bagaimana pun mereka kalah jumlah.Rhysand menyeringai, ia menggeser posisi ke sebelah Lukas, menggantikan posisi Aiden, sementara lelaki itu berhenti sepuluh kaki dari Crystal. Sangat dekat—seakan bisa Crystal raih dengan mudah. Aidennya. Lelaki yang pernah sangat ia cintai dan sekarang ia benci setengah mati.Aiden masih sangat tampan seperti yang terakhir Crystal ingat. Wajahnya memang sedikit lebih cekung, lelah juga membayangi bawah matanya. Namun, tatapan lelaki itu masih sama&mdas
“Aiden....?” Dengan kaki lunglai, Crystal melepaskan diri dari Rhysand. Namun, tidak sedikit pun pandangannya lepas. “What do you mean?” “Sama seperti keterlibatan Mr. Leonidas dengan kecelakaannya. Aku mendapatkan misi dari Mr. Leonidas utuk melakukannya.” Xavier. Tuan Rhysand adalah Xavier. Entah apa yang melatar belakangi kontrak mereka hingga lelaki ini sangat setia—Rhysand bahkan nyaris tidak pernah menyebut nama Kakaknya. Napas Crystal tersekat dalam satu detakan jantung, dia memang pernah menduga Xavier terlibat dengan kecelakaan Aiden, tapi mendengar fakta itu sendiri membuat jantungnya terasa sesak.Angeline benar, mungkin kematian Xander memang karma untuk mereka. Untuknya.Mata Crystal terasa terbakar. “Kau membunuh Aiden?”Rhysand menggeleng. “Setelah mengetahui apa yang sudah Aiden lakukan padamu, Mr.
ELYSIUM’s Mansion, Yonkers, New York City—USA | 07:15 PM “Aku akan mengumumkan kematian Xander tujuh hari dari sekarang.” Suara dingin Ares Rikkard Leonard memecah suasana makan malam yang hening. Semua orang di meja makan itu; Crystal, Javier, Anggy, Charlotte, Xavier, Aurora, Lilya, Quinn dan Andres—langsung menghentikan kegiatan makan mereka. Charlotte bahkan terang-terangan menatap Rikkard tidak percaya, sedangkan Crystal hanya diam—menatap piring makannya. “Setelah itu aku akan melakukan pemilihan CEO dan pewaris Leonard.”“What did you say?!” Charlotte mendesis rendah. “Anak kita belum ditemukan, dan yang kau pikirkan hanya—““Kau suka atau tidak, aku butuh pewaris. Leonard butuh pewaris. Karena itu pengumuman kematiannya diperlukan. Apa masalahnya? Bukankah kita juga sudah melarungkan bunga unt
Hari-hari berganti dengan samar.Setelah tertidur hari itu, Crystal mengalami demam tinggi, kondisinya juga tidak kunjung membaik bahkan setelah lewat seminggu. Selama itu pula tidak ada informasi berarti terkait private jet Xander. Hanya ada info rute beserta titik radar terakhir sebelum pesawat itu menghilang. Dari rekaman komunikasi Pilot dengan Air traffic Controller yang terakhir, juga tidak ditemukan tanda-tanda pesawat itu mengalami masalah. Jejaknya bersih, seakan private jet itu menghilang begitu saja.Nyaris semua headline berita dipenuhi kecelakaan pesawat pewaris Leonard, beberapa ahli bahkan memprediksi pesawat itu terjatuh karena turbulance mesin akibat cuaca buruk. Karena itu, pencarian dilakukan dengan menyisir di sekitar titik terakhir keberadaan pesawat di radar, berusaha mencari titik terang.Crystal berharap sebaliknya. Sedikit pun, ia tidak berharap bang
ELYSIUM’s Mansion, Yonkers, New York City—USA | 11:55 PM Xander masih belum datang.Crystal melirik jam dinding dan pintu bergantian. Hari ulang tahunnya hanya bersisa beberapa menit lagi, lilin yang Crystal nyalakan di meja makan juga sudah terbakar separuh. Namun, belum ada tanda-tanda kemunculan lelaki itu. Kegelisahan mulai memenuhi Crystal hingga jemarinya berkali-kali gemetar.Where are you?Satu pesan lagi Crystal kirimkan ke ponsel Xander. Namun, tetap tidak ada jawaban. Padahal itu cara komunikasi satu-satunya setelah Xander memutuskan koneksi micro chip mereka. Sialan. Jika lelaki itu berniat muncul di detik-detik terakhir sembari mengatakan ‘Am I late, Princess?’ dengan cengiran khasnya—maka lelaki itu akan mati. Crystal tidak akan me
TYGERWELL DOME, Yonkers, New York City—USA | 04:05 PM “Get up!” Napas Crystal terengah, ia terbaring di atas lantai keras dengan kulit dibasahi keringat. Jemarinya bahkan gemetar parah. Crystal baru saja menutupi wajahnya dengan sebelah lengan ketika Theodore melangkah mendekat. “Kau kesakitan karena cara memukulmu salah. Telunjuk dan jari tengah—itu harusnya yang menjadi tumpuanmu,” ucap Theodore, matanya menunjuk memar-memar di telapak tangan Crystal.“Kita sudah berlatih seharian! Bagaimana aku bisa memikirkan itu?!”“Kau pikir tidak akan ada kemungkinan pertarungan sebenarnya berakhir lebih lama dari ini?” Theodore mengulurkan tangannya untuk membantu Crystal bangun, menunjukkan sedikit kebaikan hati setelah melatih Crystal bak pembunuh berdarah dingin—persis seperti yang dikatakan Xander.
ELYSIUMs Mansion, Yonkers, New York City—USA | 11:57 PM “Theo, aku memintamu menjaga Crystal.” Xander berkata di depan perapian, tepat di tengah malam yang pekat. Di sekitarnya, Theodore, Rex, Lilya—bahkan Samuel sudah berkumpul. Theodore bersandar di salah satu dinding, Samuel berdiri tegap di samping Rex, sementara Lilya duduk di sofa bersama Crystal. Setelah apa yang terjadi hari ini, kaki Crystal masih terasa lumpuh. “Buat semua agent bayanganku menjaganya juga. Untuk Samuel, kembalikan dia ke markas Tygerwell.”Crystal terbelalak. “Ini bukan salah Samuel. Tidak mau. Aku tidak mau berganti penjaga!”“Kau harus.”“Sam tidak salah!”“Benar, itu kesalahan tuan Putri kita yang terlalu naif.” Sekalipun perkataan Lilya benar, Crystal tetap menatap kes
LEONARD Center, New York—USA | 12:14 AM “Akan lebih baik jika pemilihan CEO Leonard yang baru dilakukan secara terbuka. Tanpa ditunjuk—semuanya bebas mencalonkan diri dengan persetujuan dewan direksi sekalian.” Suara berat dan rendah Liam Leonard memenuhi ruang rapat besar pimpinan sekaligus dewan direksi Leonard. Lelaki tiga puluh tahun bermata coklat, tubuh tegap dengan jambang tipis itu duduk di sisi kursi sebelah kanan, bersebelahan dengan Lukas Leonard—yang terlihat tampan dengan setelan hitam resmi.Penampilan Lukas tidak berbeda jauh darinya, kecuali tubuh tegap yang lebih besar khas lelaki Italia dan wajah yang lebih tua. Xander sendiri duduk di sisi sebelah kiri, tepat di sebelah Ares Rikkard Leonard yang kursinya berada di tempat terujung meja. Pusat dari semuanya.Suara deheman mengudara, diikuti tatapan memicing Rikkard. “Apa kau sedang