Share

Empat belas

Author: Catish13
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Siapapun itu tahu. Ketika seorang saintess baru telah muncul, maka saintess sebelumnya akan menghadapi kematiannya. Meski tidak aneh dan memang sudah sewajarnya hal seperti itu terjadi. Namun, tentu saja, kesedihan tidak bisa disembunyikan. Bagiku yang baru mengenal Saintess Elanora, tentu tidak akan merasakan kesedihan yang sama seperti yang dirasakan keempat Pilar yang telah mengenal Saintess Elanora lebih lama.

Sejak aku mengatakannya, suasana menjadi terasa berat dan sangat menyesakkan. Aku mungkin seperti orang yang tidak berperasaan, tapi aku melakukannya sesuai permintaan Nona Elanora. Aku hanya bisa diam, menunggu dengan sabar sampai keempat Pilar ini dapat menerima kenyataan, seperti mereka menerima kenyataan kematian Historian III Gavril dan kedua Pilarnya yang tewas di Dungeon Belzeebub.

"Apa tidak ada pesan dari Nona Elanora?"

Aku yang sedang melamun menatap ke luar jendela kereta kuda untuk menghalau kebosanan pun menoleh menatap Nym, Pilar yang menemaniku kali ini. "Tida
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Eternal Historian: Aisha's Otherworldly Journey   Lima belas

    "Standznel!" Rasanya seperti jiwaku turut tersedot keluar melalui telapak tangan yang kuarahkan ke kuda-rusa yang terus-menerus menyerang seakan tak kenal lelah. Padahal, tubuhnya sudah terluka di sana-sini. Kaki kanan belakangnya pun telah putus hingga dia berdiri dengan tiga kaki. Satu tanduknya pun telah hancur. Dia benar-benar meyedihkan, harus hidup dalam kendali orang yang sama sekali tidak menyayanginya. Karena itulah, aku merapal mantera pengambilalihan. Dengan begitu, aku bisa menggunakan sihir 'Sumnumoir' untuk menidurkannya selamanya.Ini pertama kalinya aku menggunakan Sihir Pengambilalihan. Aku tidak tahu bahwa akan setersiksa dan semenyakitkan ini. Saking sakitnya, aku hanya bisa menggertakkan gigi sekuat-kuatnya. Dan, sepertinya sesuatu telah mengalir dari hidungku. Sudah pasti itu darah. Aku sampai sememaksa ini."Sha, hentikan. Kamu sudah mencapai batasmu," ujar Kala dengan berseru, sebab jarak bertarung kami agak berjauhan.Aku menggeleng, tak sanggup menanggapi uca

  • Eternal Historian: Aisha's Otherworldly Journey   Enam belas

    Aku berseru bukan karena aku mengenal Ratu Lebah yang mereka sebut. Aku berseru karena aku yakin dengan ingatanku, bahwa Ayah dan Ibu pernah menyebut nama itu ketika menceritakan salah satu pengalaman mereka. Aku tidak benar-benar tahu sosoknya, tapi aku yakin itu adalah iblis yang sama dengan yang pernah Ayah dan Ibu hadapi sebelum aku lahir."Kamu mengenalnya, Sha?" tanya Deon.Aku menggeleng. "Tidak, tapi sepertinya itu iblis yang sama dengan yang pernah Ayah dan Ibu hadapi sebelum aku lahir," jawabku. "Lalu, apakah kalian memang diperintahkan untuk menyerang kami?" tanyaku, kini kembali menatap kedua perampok babak belur itu.Mereka mengangguk. "Kami berani bersumpah, kami hanya disuruh menyerang ketika kau melewati jalan ini. Begitu kami mendapatkanmu, kami disuruh membawamu ke Ulzcak.""Hm? Aku?" tanyaku heran. Kedua lelaki itu saling bertatapan, lalu mengangguk. "Kami disuruh menangkap perempuan bernama Aisha yang memiliki rambut merah keemasan dan mata berwarna hijau kekuning

  • Eternal Historian: Aisha's Otherworldly Journey   Tujuh belas

    Kalau diperhatikan, Lory bukanlah orang kaku yang sangat teguh pada sesuatu. Pada kenyataannya, dalam perjalanan kami meninggalkan desa dengan kereta kuda pemberian warga Amaya, Lory terlihat sangat tak nyaman dan canggung. Daripada elang, dia mirip kakatua yang menggemaskan."Kamu bisa bersikap lebih santai, Lory. Keempat Pilar saja tidak sekaku kamu. Yah, jangan lihat Kala. Dia seperti itu karena bayara atas sihir besar miliknya," ujarku tenang dan mencoba untuk membuat Lory sedikit lebih santai, disusul kekehan.Lory menatapku agak lama, lalu ia menunduk dan tampak ragu. "Apakah benar saya saintess? Saya ... bukan orang baik."Aku terdiam sejenak sambil menatapnya. Padahal, aura emasnya menguar-nguar dengan kuat, lebih kuat daripada milik Saintess Elanora. "Kalau sepenglihatanku, kamu memiliki Kekuatan Suci yang lebih kuat dari Saintess Elanora. Entah apa masa lalumu, tapi masa kini juga penting. Kalau kamu sadar bahwa kamu bukan orang baik di masa lalu, itu artinya kamu sudah menj

  • Eternal Historian: Aisha's Otherworldly Journey   Delapan belas

    Malam keempat perjalanan kami, Lory pingsan dan demam tinggi. Inginnya kami beristirahat, tapi kami dikejar waktu. Terpaksa, kami tetap melanjutkan perjalanan meski kondisi Lory sangat mengkhawatirkan. Namun, aku tahu alasan Lory seperti ini. Semua karena Kekuatan Suci miliknya akan bangkit.Tepat malan sebelum kami tiba di Talova, Lory sadar dan kondisnya amat sangat baik-baik saja. Aura emas miliknya sudah padat dan pekat, alirannya pun stabil. Namun, satu hal yang membuat kami tidak bisa berhenti cemas."Pada malam penobatan, akan datang sesosok Iblis untuk menemui Aisha," kata Lory begitu ia bangun. Sepertinya, ia diperingatkan oleh Tuhan dan Dewa-Dewi. Layaknya ramalan, pesan dari Tuhan dan Dewa-Dewi biasanya datang di luar keinginan.Dan, saat ini aku sedang bersiap-siap untuk penobatan. Aku bahkan dibangunkan subuh saat langit masih segelap lanngit ketika kami tiba di kastel. Para pelayan begitu bersemangat untuk mendandaniku, sampai aku terkantuk-kantuk karena proses mereka men

  • Eternal Historian: Aisha's Otherworldly Journey   Sembilan belas

    Satu per satu orang-orang dari berbagai kerajaan datang menghampiri untuk memberi salam. Aku merasa seperti kaisar yang paling berkuasa, padahal hanya orang yang diutus Tuhan sebagai pencatat sejarah dunia dan membawa perubahan. Apalagi, aku hanya perempuan yang lahir dan besar selama 15 tahun tanpa tahu etika bangsawan. Meski di total dengan kehidupanku sebelumnya, umurku memang sudah 32 tahun. Tapi, tetap saja, pebampilanku yang seperti ini tak ada apa-apanya dibanding orang-orang hebat penguasa negara di hadapanku.Selaa hampir dua jam aku merasakan ketegangan setiap para penguasa kerajaan menghampiri dan mempersembahkan upeti sebagai bentuk penghormatan dan permohonan perlindungan dan kebijaksanaan. Bangku kebesaran yang aku duduki ini terasa berduri, menyiksa sekali. Kalau aku seorang pembuat onar, aku pasti sudah berdiri dan kabur begitu saja.Dan, akhirnya aku pun bisa berdiri. "Terima kasih, kepada seluruh tamu kehormatan yang telah hadir pada hari ini. Saya, mewakili keempat

  • Eternal Historian: Aisha's Otherworldly Journey   Dua puluh

    Strategi untuk mendapatkan simpatu sekaligus lepercayaan pun berhasil. Orang-orang memang akan menilaiku sangat tinggi, karena aku seorang Peramal da anak dari seorang Penyihir Kegelapan berdarah Zoferine dan Swordmaster berdarah Chervenlott. Meski entah aku bisa memenuhi ekspektasi mereka atau tidak, tapi untuk saat ini aku sudah mendapat sedikit kepercayaan mereka. Aku hanya harus berusaha maksimal dan membuktikan kemampuanku.Tapi, ada satu masalah baru lagi yang harus dihadapi oleh seorang Historian. Dan, itu sudah diperingatkan oleh Historian-Historian sebelumnya."Yang Mulia, ini anak sulung saya. Umurnya suda 18 tahun. Kami akan mengirimkan undangan resmi untuk Yang Mulia agar bisa minum teh bersama dengan anak saya."Yah, kurang lebih, kalimat-kalimat itulah yang aku dengar hampir di setiap keluarga tamu kehormatan yang aku datangi untuk berkenalan. Ya, itu adalah cara untuk mencari jodoh. Entah sejak kaapan, tapi Historian III Gavril menganggap bahwa pesta-pesta yang akan di

  • Eternal Historian: Aisha's Otherworldly Journey   Dua Puluh Satu

    Pangeran III Aleoth de Alinzan adalah orang yang diam namun meghasilkan segudang prestasi dalam membantu pekerjaan negara Raja Alinzan. Orang yang terkenal ramah dan disukai semua bangsawa wanita se-Alinzan. Banyak rakyat jelata yang mendukungnya dengan sifat dan keloyalitasnya itu. Aku yakin, dia memang menginginkan takhta raja, karena itu dia sengaja membuat dirinya terkenal di sana-sini.Pangera Aleoth tidak pergi sendiri, melainkan ditemani tangan kanannya sekaligus pemimpin pasukan kesatria miliknya, Hildo. Namun, Hildo inilah yang sebenarnya menjadi target perhatianku, karena meski dia tampak seperti manusia, tapi di mataku dia terlihat seperti Bangsa Iblis, mirip dengan salah satu pelayan di kastel ini. Menurut penjelasan Historia III, ciri-ciri Bangsa Iblis sangat khas, seperti telinga runcing, mata merah, dan mayoritas berkulit pucat."Suatu kehormatan bagi Alinzan, saya bisa berbicara spesial seperti ini dengan Anda, Nona Historian," tutur Aleoth dengan manis dan senyum bisn

  • Eternal Historian: Aisha's Otherworldly Journey   Prolog

    Katanya, Tuhan akan bertanya pada ruh sebelum ruh itu diturunkan ke bumi, "Apa kamu yakin dengan pilihan hidupmu ini?"Tapi, tentu saja ruh itu tidak akan ingat dan berakhir berpikir, "Kenapa Tuhan memberiku hidup seperti ini? Aku tidak mau lahir untuk hidup seperti ini." Pada akhirnya, manusia mengabaikan Tuhan dan menyalahkan Tuhan.Bukan ingin sok bijak, tapi itulah yang aku yakini, sekalipun aku benar-benar sudah putus asa pada hidupku yang sakit-sakitan dan selalu menyusahkan orang lain. Aku sudah lelah dengan caci-maki dan cibiran orang-orang yang muak dengan diriku yang seperti ini. Tapi, aku tak ingin bilang bahwa aku menyesal dengan hidupku 17 tahun ini. Aku sudah berusaha maksimal untuk bisa sampai ke titik ini. Aku ingin beristirahat.Bukan hanya Ayah dan Ibu, tapi kedua saudaraku pun dikumpulkan di ruang HCU ini oleh Dokter Agung, dokter penanggung jawabku selama ini. Dalam keadaan setengah sadar, aku dapat mendengar suara di sekitarku dan aku dapat meperkirakan apa yang

Latest chapter

  • Eternal Historian: Aisha's Otherworldly Journey   Dua Puluh Satu

    Pangeran III Aleoth de Alinzan adalah orang yang diam namun meghasilkan segudang prestasi dalam membantu pekerjaan negara Raja Alinzan. Orang yang terkenal ramah dan disukai semua bangsawa wanita se-Alinzan. Banyak rakyat jelata yang mendukungnya dengan sifat dan keloyalitasnya itu. Aku yakin, dia memang menginginkan takhta raja, karena itu dia sengaja membuat dirinya terkenal di sana-sini.Pangera Aleoth tidak pergi sendiri, melainkan ditemani tangan kanannya sekaligus pemimpin pasukan kesatria miliknya, Hildo. Namun, Hildo inilah yang sebenarnya menjadi target perhatianku, karena meski dia tampak seperti manusia, tapi di mataku dia terlihat seperti Bangsa Iblis, mirip dengan salah satu pelayan di kastel ini. Menurut penjelasan Historia III, ciri-ciri Bangsa Iblis sangat khas, seperti telinga runcing, mata merah, dan mayoritas berkulit pucat."Suatu kehormatan bagi Alinzan, saya bisa berbicara spesial seperti ini dengan Anda, Nona Historian," tutur Aleoth dengan manis dan senyum bisn

  • Eternal Historian: Aisha's Otherworldly Journey   Dua puluh

    Strategi untuk mendapatkan simpatu sekaligus lepercayaan pun berhasil. Orang-orang memang akan menilaiku sangat tinggi, karena aku seorang Peramal da anak dari seorang Penyihir Kegelapan berdarah Zoferine dan Swordmaster berdarah Chervenlott. Meski entah aku bisa memenuhi ekspektasi mereka atau tidak, tapi untuk saat ini aku sudah mendapat sedikit kepercayaan mereka. Aku hanya harus berusaha maksimal dan membuktikan kemampuanku.Tapi, ada satu masalah baru lagi yang harus dihadapi oleh seorang Historian. Dan, itu sudah diperingatkan oleh Historian-Historian sebelumnya."Yang Mulia, ini anak sulung saya. Umurnya suda 18 tahun. Kami akan mengirimkan undangan resmi untuk Yang Mulia agar bisa minum teh bersama dengan anak saya."Yah, kurang lebih, kalimat-kalimat itulah yang aku dengar hampir di setiap keluarga tamu kehormatan yang aku datangi untuk berkenalan. Ya, itu adalah cara untuk mencari jodoh. Entah sejak kaapan, tapi Historian III Gavril menganggap bahwa pesta-pesta yang akan di

  • Eternal Historian: Aisha's Otherworldly Journey   Sembilan belas

    Satu per satu orang-orang dari berbagai kerajaan datang menghampiri untuk memberi salam. Aku merasa seperti kaisar yang paling berkuasa, padahal hanya orang yang diutus Tuhan sebagai pencatat sejarah dunia dan membawa perubahan. Apalagi, aku hanya perempuan yang lahir dan besar selama 15 tahun tanpa tahu etika bangsawan. Meski di total dengan kehidupanku sebelumnya, umurku memang sudah 32 tahun. Tapi, tetap saja, pebampilanku yang seperti ini tak ada apa-apanya dibanding orang-orang hebat penguasa negara di hadapanku.Selaa hampir dua jam aku merasakan ketegangan setiap para penguasa kerajaan menghampiri dan mempersembahkan upeti sebagai bentuk penghormatan dan permohonan perlindungan dan kebijaksanaan. Bangku kebesaran yang aku duduki ini terasa berduri, menyiksa sekali. Kalau aku seorang pembuat onar, aku pasti sudah berdiri dan kabur begitu saja.Dan, akhirnya aku pun bisa berdiri. "Terima kasih, kepada seluruh tamu kehormatan yang telah hadir pada hari ini. Saya, mewakili keempat

  • Eternal Historian: Aisha's Otherworldly Journey   Delapan belas

    Malam keempat perjalanan kami, Lory pingsan dan demam tinggi. Inginnya kami beristirahat, tapi kami dikejar waktu. Terpaksa, kami tetap melanjutkan perjalanan meski kondisi Lory sangat mengkhawatirkan. Namun, aku tahu alasan Lory seperti ini. Semua karena Kekuatan Suci miliknya akan bangkit.Tepat malan sebelum kami tiba di Talova, Lory sadar dan kondisnya amat sangat baik-baik saja. Aura emas miliknya sudah padat dan pekat, alirannya pun stabil. Namun, satu hal yang membuat kami tidak bisa berhenti cemas."Pada malam penobatan, akan datang sesosok Iblis untuk menemui Aisha," kata Lory begitu ia bangun. Sepertinya, ia diperingatkan oleh Tuhan dan Dewa-Dewi. Layaknya ramalan, pesan dari Tuhan dan Dewa-Dewi biasanya datang di luar keinginan.Dan, saat ini aku sedang bersiap-siap untuk penobatan. Aku bahkan dibangunkan subuh saat langit masih segelap lanngit ketika kami tiba di kastel. Para pelayan begitu bersemangat untuk mendandaniku, sampai aku terkantuk-kantuk karena proses mereka men

  • Eternal Historian: Aisha's Otherworldly Journey   Tujuh belas

    Kalau diperhatikan, Lory bukanlah orang kaku yang sangat teguh pada sesuatu. Pada kenyataannya, dalam perjalanan kami meninggalkan desa dengan kereta kuda pemberian warga Amaya, Lory terlihat sangat tak nyaman dan canggung. Daripada elang, dia mirip kakatua yang menggemaskan."Kamu bisa bersikap lebih santai, Lory. Keempat Pilar saja tidak sekaku kamu. Yah, jangan lihat Kala. Dia seperti itu karena bayara atas sihir besar miliknya," ujarku tenang dan mencoba untuk membuat Lory sedikit lebih santai, disusul kekehan.Lory menatapku agak lama, lalu ia menunduk dan tampak ragu. "Apakah benar saya saintess? Saya ... bukan orang baik."Aku terdiam sejenak sambil menatapnya. Padahal, aura emasnya menguar-nguar dengan kuat, lebih kuat daripada milik Saintess Elanora. "Kalau sepenglihatanku, kamu memiliki Kekuatan Suci yang lebih kuat dari Saintess Elanora. Entah apa masa lalumu, tapi masa kini juga penting. Kalau kamu sadar bahwa kamu bukan orang baik di masa lalu, itu artinya kamu sudah menj

  • Eternal Historian: Aisha's Otherworldly Journey   Enam belas

    Aku berseru bukan karena aku mengenal Ratu Lebah yang mereka sebut. Aku berseru karena aku yakin dengan ingatanku, bahwa Ayah dan Ibu pernah menyebut nama itu ketika menceritakan salah satu pengalaman mereka. Aku tidak benar-benar tahu sosoknya, tapi aku yakin itu adalah iblis yang sama dengan yang pernah Ayah dan Ibu hadapi sebelum aku lahir."Kamu mengenalnya, Sha?" tanya Deon.Aku menggeleng. "Tidak, tapi sepertinya itu iblis yang sama dengan yang pernah Ayah dan Ibu hadapi sebelum aku lahir," jawabku. "Lalu, apakah kalian memang diperintahkan untuk menyerang kami?" tanyaku, kini kembali menatap kedua perampok babak belur itu.Mereka mengangguk. "Kami berani bersumpah, kami hanya disuruh menyerang ketika kau melewati jalan ini. Begitu kami mendapatkanmu, kami disuruh membawamu ke Ulzcak.""Hm? Aku?" tanyaku heran. Kedua lelaki itu saling bertatapan, lalu mengangguk. "Kami disuruh menangkap perempuan bernama Aisha yang memiliki rambut merah keemasan dan mata berwarna hijau kekuning

  • Eternal Historian: Aisha's Otherworldly Journey   Lima belas

    "Standznel!" Rasanya seperti jiwaku turut tersedot keluar melalui telapak tangan yang kuarahkan ke kuda-rusa yang terus-menerus menyerang seakan tak kenal lelah. Padahal, tubuhnya sudah terluka di sana-sini. Kaki kanan belakangnya pun telah putus hingga dia berdiri dengan tiga kaki. Satu tanduknya pun telah hancur. Dia benar-benar meyedihkan, harus hidup dalam kendali orang yang sama sekali tidak menyayanginya. Karena itulah, aku merapal mantera pengambilalihan. Dengan begitu, aku bisa menggunakan sihir 'Sumnumoir' untuk menidurkannya selamanya.Ini pertama kalinya aku menggunakan Sihir Pengambilalihan. Aku tidak tahu bahwa akan setersiksa dan semenyakitkan ini. Saking sakitnya, aku hanya bisa menggertakkan gigi sekuat-kuatnya. Dan, sepertinya sesuatu telah mengalir dari hidungku. Sudah pasti itu darah. Aku sampai sememaksa ini."Sha, hentikan. Kamu sudah mencapai batasmu," ujar Kala dengan berseru, sebab jarak bertarung kami agak berjauhan.Aku menggeleng, tak sanggup menanggapi uca

  • Eternal Historian: Aisha's Otherworldly Journey   Empat belas

    Siapapun itu tahu. Ketika seorang saintess baru telah muncul, maka saintess sebelumnya akan menghadapi kematiannya. Meski tidak aneh dan memang sudah sewajarnya hal seperti itu terjadi. Namun, tentu saja, kesedihan tidak bisa disembunyikan. Bagiku yang baru mengenal Saintess Elanora, tentu tidak akan merasakan kesedihan yang sama seperti yang dirasakan keempat Pilar yang telah mengenal Saintess Elanora lebih lama.Sejak aku mengatakannya, suasana menjadi terasa berat dan sangat menyesakkan. Aku mungkin seperti orang yang tidak berperasaan, tapi aku melakukannya sesuai permintaan Nona Elanora. Aku hanya bisa diam, menunggu dengan sabar sampai keempat Pilar ini dapat menerima kenyataan, seperti mereka menerima kenyataan kematian Historian III Gavril dan kedua Pilarnya yang tewas di Dungeon Belzeebub."Apa tidak ada pesan dari Nona Elanora?"Aku yang sedang melamun menatap ke luar jendela kereta kuda untuk menghalau kebosanan pun menoleh menatap Nym, Pilar yang menemaniku kali ini. "Tida

  • Eternal Historian: Aisha's Otherworldly Journey   Tiga belas

    Dari Pulau Talova, kami harus menyeberangi lautan selama setengah hari untuk tiba di Kerajaan Baslama, sebelum kami harus berkuda berhari-hari ke Kerajaa Tatvan. Sungguh, ini akan menjadi perjalanan yang sangat panjang dan melelahkan. Aku hanya bisa berharap tak akan ada hambatan dalam perjalanan kami, karena waktu yang kami miliki benar-benar terbaras.Perjalanan dengan berkuda sepertinya akan memakan enam hari jika kami mempersempit waktu istirahat. Entah bagaimana kami bisa membawa saintess itu, tapi kami harus bergegas kembali ke Talova dalam waktu kurang dari sehari setelah tiba di Amaya. Rasanya gemas karena terburu-buru seperti ini. Tapi, aku harus terbiasa. Historian dan Pilar bisa saja secara tiba-tiba harus melakukan perjalanan berhari-hari.Sebagai kota terujung di Dartan Barat, Kota Abuka menjadi kota perdagangan terbesar di Daratan Barat. Kerajaan Baslama adalah kerajaan terbesar yg menguasai perdagangan di Telluris ini. Selain karena wilayah mereka yang subur dan bagus u

DMCA.com Protection Status