Hari ini sangat meletihkan juga menyenangkan, aku merasa hubungan kita semakin dekat Chall. Disisi lain si brengsek Ben selalu muncul jadi penghalang kita.
"Zach.." suara Paco menyapaku di pintu masuk apartemen.
"Pac, hey. Kenapa? Sedang apa kamu diluar?"
"Si Ron." Paco bercerita sambil meneteskan air matanya. "Pulang pulang dia mabuk dan berteriak, dia bilang aku sok pintar, membaca buku dan merendahkan dia."
"Huh... apa yang terjadi? Apa dia melukaimu?" aku memeriksa tubuh Paco. Aku khawatir dia terluka.
"Tidak, dia sama sekali tidak menyentuhku." Paco mengeluarkan buku yang kupinjamkan. Sampulnya kini dalam keadaan robek. "Aku sudah coba menghentikannya. Maaf." Air mata Paco makin menetes deras. Aku segera menenangkan sahabat kecilku ini.
"Paco, Paco, tak apa-apa..." sahutku. "Sungguh, tak apa-apa. Bagaimana jika kamu ikut denganku. Mari kita perbaiki ini bersama-sama, ok?" Aku mengajak Paco ke basement toko buku, untuk memperbaiki bukunya. "Jadi, langkah pertama dalam memperbaiki sesuatu itu adalah tetap yakin bahwa separah apapun kerusakannya, itu akan tetap bisa kita perbaiki. Termasuk buku. Apa kau mengerti?"
Paco menganggukkan kepalanya. "Aku mengerti."
"Ini adalah sebuah line press. Dasarnya ini hanya sebuah jepitan besar. Kita gunakan Lem Polyvinyl Acetate supaya tidak membakar halamannya. Ada jarum, benang, dan...senjatanya "Bugs Bunny"... Martil yang bagus." Aku coba membuat Paco tersenyum. "Lihat ini? Kita tidak butuh ini." Aku robek sampul buku yang sudah terkoyak karena kemarahan Ron. Dengan semua peralatan yang ada aku mulai perbaiki bukunya, Paco memperhatikan aku dengan sangat seksama. "Ok, punggungnya sudah kita jahit. Ambil ini. Tarik yang kuat." Kusuruh Paco membantuku menarik benang yang aku gunakan untuk menguatkan lagi tiap lembaran yang rusak. "Ya, bagus," pujiku pada Paco. "Sudah di lem. Dan kita pasang covernya. Sekarang...Kamu harus teliti dan jangan terlalu kuat ataupun lemah." Aku angkat martil dan kuhantam lembut sampul buku agar menempel erat pada tempatnya.
Setelah memperbaiki buku, aku dan Paco kembali ke apartemen. Kali ini aku sedang mempersiapkan dan merencanakan sesuatu untuk mendapat perhatianmu, Chall.
===
Apartemen Grace view memang diperuntukkan untuk orang-orang kaya. Tak heran Ben betah tinggal disana. Dan siang itu pastilah hari yang paling membahagiakan untuk Ben. Dengan email palsu aku mengirim pesan pada Ben. "Pak Ben, saya mendengar tentang perusahaan soda anda. Saya tertarik untuk bergabung dan mencoba produkmu. Jika ada waktu mari kita jadwalkan meeting. Jeff Preven." Ben hanya membutuhkan nanodetik untuk membalas: "Tentu saja, Jeff. Saya tersanjung dan saya sedang dalam perjalanan. Aku tidak menanggapi. Orang brengsek macam apa yang mengatakan dalam perjalanan?
Aku tidak akan pernah sepenuhnya mampu menjalankan toko buku. Aku bukan pebisnis multitasking. Aku hanya seorang penyair, itulah sebabnya aku hanya tahu empat pemberhentian, satu atm, tiga blok perumahn, dua jalan, dan satu toko yang lengkap untuk membeli beberapa suguhan untuk Ben. Aku lalu mengirim SMS ke Nathan: Tidak perlu masuk hari ini, aku sudah menutup toko. Dia hanya membalas:
Bagus sekali!~~~~
Ben datang dengan membawa kotak soda di tangan. Lalu dengan percaya diri dia mengulurkan tangannya.
"Hey! Jeff, Senang bertemu denganmu."
"Aku juga. Pernah ke daerah sini?" tanyaku berbasa-basi. "Memang kurang terkenal. Tapi terlihat luar biasa jika malam hari. Sangat ekslusif," ujarku mengalihkan perhatian nya.
"Ya, rasanya aku pernah kesini beberapa kali."
"Ya? Huh. Baguslah. Kamu tidak akan merasa asing kalau begitu. Silahkan." Aku mempersilahkan Ben untuk berjalan di depanku dan aku mengarahkannya dari belakang. "Belok kiri saja." Pria ini memang bodoh, mau-maunya aku jebak. Dia aku suruh jalan duluan ke basement, dan saat tersadar ada yang aneh dengan tempat itu. Sudah terlambat, di belakangnya aku sudah bersiap dengan martil buku di tangan. Aku hantam kepala Ben, seketika dia jatuh pingsan dengan kepala berdarah. Aku berjalan ke lantai utama lalu mengangkat kakinya. Dia tidak bangun saat aku menyeretnya ke dalam kandang dan aku menguncinya di sana lalu tersenyum dan berkata. Bagus sekali!
===
Keesokan harinya tepat jam 2:00 siang. Dan bell toko berbunyi, aku sudah siap dengan kedatanganmu. Kau beritahu teman-temanmu bahwa kau akan kemari. Aku tau karena aku baca di HP mu.
"Hey. Masih ingat aku?" sapamu sambil tersenyum manis padaku. "Kejadian di rel kereta?"
"Uh, aku sepertinya ingat, tapi... Tunggu..tunggu..." aku pura-pura amnesia membuat senyummu semakin lebar.
"Aku ingin berterima kasih," ucapmu.
"Kan sudah?"
"Terima kasih lagi kalau begitu Dan maafkan aku karena telah meninggalkanmu malam itu."
"Kamu harus menyambut tamu kan?" aku menyindirnya.
"Gak juga. Aku punya hadiah untukmu."
"Tidak, kamu tidak perlu repot-repot."
"Bawel, lihat saja ini."
Aku terima hadiahmu, sebuah buku dengan tulisan di dalamnya. "Engine, engine number nine on the Arana Transit line. If your girl falls on the track, pick her up, pick her up, pick her up."
"Itu saja, dan sebaiknya aku pergi..." kau berpamitan.
Aku langsung memberanikan diri mengajakmu kencan. "Jika kamu tidak sibuk, maukah kapan-kapan kau pergi minum bersamaku?"
"Boleh. Tapi aku masih belum menemukan HP ku," katamu penuh sesal.
"Aku tau, lewat email saja."
"Betul. Sampai jumpa, Zach."
"Sampai jumpa, Chall"
Bagus. Bagus sekali. Terkadang aku salah. Aku manusia. Aku tidak selalu benar. Nanti kita lihat. Aku mencari Nathan untuk menggantikan ku di kasir. "Aku harus mengecek jadwal pengiriman di basement. Bisakah kau jaga sebentar?"
"Ya..." jawab Nathan.
Mungkin aku hanya seorang budak cinta. Tapi aku tidak salah menilaimu. dan aku akan membuat hidupmu bahagia Chall. Dalam kurungan kaca tampak Ben sudah siuman. Dia berdiri lantas bicara memelas padaku. "Tolonglah, sepertinya kamu salah, aku bukan orang yang kau cari."
Aku menjawab. "Tidak...Aku tidak salah."
Aku membuka kedua mataku, entah kenapa aku merasa hari ini sangatlah indah. Dan kenyataan bahwa aku selangkah mendekatimu, bukan hanya bayang-bayang mimpi malam tadi. Chall, malam ini adalah kencan pertama kita..Rasanya senang sekali bukan? aku sampai menari kesana-kemari dalam apartemen kecilku. Aku sudah tidak sabar, dan kurasa kau juga begitu, meskipun kutahu kau sehabis mabuk. Tapi mungkin aku salah.Suatu hari akan kuceritakan tentang Candy. Setiap batas yang kulewati karena aku buta cinta. Betapa hancurnya diriku saat itu. Yah, namanya juga manusia, kita semua punya masa lalu yang gelap. Tapi kurasa kali ini tindakanku benar.Kencan kita memang masih beberapa jam lagi, tetap saja sepagi ini aku mampir ke kontrakanmu. Bukan untuk menggangumu, hanya sekedar memeriksa. Tak kusangka aku perlu untuk menguntitmu seperti ini, tapi ternyata ada untungnya juga, aku jadi lebih tahu banyak tentang kamu.
Hari mulai gelap, sebelum jam 6 aku sudah mandi dan bersiap untuk kencan pertama kita. Hari hari dimana kau menjalani hidup dengan pria yang merendahkanmu akan berakhir, jika kita bisa melewati kencan pertama kita dengan sukses. Tak bisa kupungkiri, aku khawatir tentang Ben. Salah satu alasan penting kenapa Ben kuhapus dari hidupmu.Bip..sebuah pesan terbaca dari obrolan group mu.Peach: "Plis deh, paling dia sedang mabuk-mabukan!"Chall: "Bisa juga dia sedang dalam masalah kan?"Saat ini kita tidak lebih dari sebuah rasa. Setiap pilihan yang diambil memiliki arti. Ketika bersama Candy, aku selalu merasa sedang memaksanya. Tapi sekarang aku sadar, semua tidak bisa dipaksakan baik itu waktu ataupun rasanya. Jadi beri tahu aku jika kau tidak sepenuh hati Chall, tolong!? Kukirim sebuah pesan untuk menanyakan apakah kita jadi bertemu malam ini. Jawabanmu sangat kunantikan, dan akhirnya. "Aku bisa, sudah tidak sabar, aku bebas jam 6." Aku tersenyum bahagia. Te
Sebuah restoran romantis jadi pilihanmu untuk bertemu dengan professor mesum. Table dengan hiasan lilin dan bunga, lebih cocok apabila kau dan aku yang ada disana. Aku duduk di bar tepat belakang kursimu. Tempat ini tidak berisik, hanya terdengar musik-musik romantis. Aku bisa dengan jelas mendengar pembicaraanmu, prof. Levin mulai mengeluarkan rayuan gombalnya untuk memikatmu."Terlihat ada sebuah kejujuran, Itulah yang membuat karyamu special. Jadi buanglah semua hal yang berlawanan dengan dirimu.""Terima kasih, saran yang baik yang terucap dari seorang dosen sepertimu, itu sangat berarti," kau memuji pria beruban tak tahu diri itu."Banyak orang menilai wanita terbuka itu sangat menggoda. Manfaatkan hal itu di hidupmu.""Haha, Semuanya tidak semudah itu." Kau coba mengelak dari arah pembicaraan dosenku."Kamu boleh menjadikan aku sebagai kelinci percobaan. Aku tidak akan marah." Tangan Prof. Levin mulai nakal dan menyentuh pelan tanganmu di ata
Kau menggandeng tanganku mesra, sambil berjalan menuju kediaman Peach kau terus bercerita tentang sahabat mu itu. Padahal aku tau dialah satu-satunya sahabatmu yang terlihat beda. Entahlah...hanya itu yang aku rasakan."Haha, itu sungguh memalukan, Peach dan aku bisa berteman karena kita pernah keracunan makanan. Muntah membuat kita berteman,"(Ben: "Kau sudah melihat dapurnya? Warna dapurnya merah. Di design untuk bercinta. Dia sangat Kinky denganku karena dia tahu aku punya narkoba. Nah sekarang kamu, apa yang kamu punya? Moga-moga tidak terjadi hal aneh nanti aku berharap kalian bisa berteman.")Pintu terbuka, tepat sebelum kau melangkahkan kakimu ke dalam rumah. Kau melepaskan pegangan dari tanganku. "Sial!" umpatku dalam hati. Kenapa seperti ini? Apakah kau malu padaku? Tapi apa dayaku, aku hanya bisa mengikutimu dari belakang. Bisa kulihat, ini bukan tempat yang cocok untukku. Semua orang disini sama s
Sepulang mengantarkanmu ke rumah. Aku langsung kembali ke apartemen. Jelas sekali bisa kudengar kalau Amara sedang bertengkar dengan Roni. Dan aku mendapati Paco duduk sendirian di tangga seperti biasa. Kasihan sekali anak itu. Amara terlalu sibuk dengan kekasihnya sampai harus melupakan anaknya. Aku tak peduli dengan apa yang mereka lakukan. Aku hanya peduli pada Paco."Temanilah Paco!" teriak Amara dari dalam kamar."Apa yang Paco butuhkan dariku?""Dia butuh seorang yang normal, bukan pemabuk!""Ada apa denganmu, memukul dinding? Bereskan masalah kita!"Teriakan mereka terdengar jelas. Aku langsung duduk disebelahnya Paco. "Aku minta maaf sudah membentakmu," kataku. Aku benar-benar sangat merasa bersalah pada Paco."Tidak apa-apa...." jawab Paco."Membentak itu salah.""Semua orang dewasa membentak," Paco melirik pintu kamar apartemennya."Orang dewasa memang menyebalkan. Beberapa orang ada yang membentakku juga. Tapi
3 hari berlalu...Sejak ciuman pertama kita. Bisa kubilang, semuanya berjalan sangat lancar setelah Ben tiada. Hampir setiap hari kita bertemu dan bicara tentang banyak hal sambil jalan-jalan."Apa film favoritmu? Film terbaik menurutmu?" tanyamu."Beverly Hills Cop.""Wah, masa?""Oh, ya. Aku serius!?""Ok... Aku tertarik. Terangkanlah," kau memandangku nakal."Filmnya sangat menghibur, dan adegan berbahayanya terasa sangat mencekam. Film bagus dari segala aspek. Bagaimana denganmu? Film terbaik menurutmu!?""Mmm, kurasa...Pretty In Pink.""Seorang wanita biasa yang jatuh cinta pada seorang pria yang benar-benar peduli padanya," lanjutku. Sungguh tak kuduga Chall. "Aku juga suka film itu." Aku akan menjadi pria itu, pria yang peduli padamu Kamu berhak untuk itu, setelah kisahmu dengan Ben."Btw...bagaimana dengan mantanmu yang kudengar dari seorang wanita di pestanya Peach. Namanya Candy?" kau malah penasaran dengannya.
Sudah kuduga akan jadi masalah 6 humidifiers dan sebuah unit AC tahun 70an yang disetting berlebihan... Meski sudah mati, Ben tetap bisa membuatku kesal. Buru-buru dengan menggunakan senter aku turun ke basement. Karena AC nya mati jadi sepertinya proses pembusukan berjalan sangat cepat. Aku menutup hidung karena tak tahan dengan bau yang menusuk dan memenuhi ruangan basement. Astaga! cairan apa itu? Keluar dari tubuh busuk Ben. Sepertinya tubuh Ben sudah semakin parah. Begitu pula dengan kondisi buku-buku ini. Buku-buku ini akan hancur apabila mayat Ben tetap disini. Mayatnya harus kusingkirkan sekarang.Ada saja gangguan saat aku berusaha mengangkat tubuh Ben keluar basement. Kau malah mengirim pesan. "Hey, sedang apa? Apakah kamu bisa membaca bahasa cina? atau punya sebuah martil?" Bagaimana bisa aku menolak undangan itu. Paling tidak bukunya sekarang aman karena sudah tidak ada mayat di basement. Dan aku tidak mungkin memba
Tepat di hari aku merasa putus asa. Kau tiba-tiba muncul. Dan itu adalah sebuah keajaiban untukku."Chall?" aku menyapamu yang berdiri diantara rak buku."Hey. Aku benci mengakuinya, tapi sepertinya kamu benar.""Sedikit ya.""Aku akan melakukan apapun untuk temanku,apakah aku bersembunyi di belakang mereka? Ya, apakah aku menjadikan, itu sebagai alasan untuk tidak menulis? Ya. Sejujurnya, aku, punya banyak alasan untuk tidak menulis karena, betul, mungkin aku takut untuk gagal. Hanya butuh 1 halaman jelek untuk membuktikan bahwa aku seorang penulis yang buruk. Masalah tentang apakah aku mengirimkan beberapa sinyal berbeda, itu karena...Aku tidak tahu siapa diriku sebenarnya. Jadi bagaimana caranya untuk aku bisa tahu? Aku sadar, aku terdengar menjijikkan seperti...apa ya... anak jaman now."Tolong jangan komentar," ucapku. Saat ini, kaulah segalanya."Begini...jika mau tahu siapa kamu sebenarnya, tidak mungkin kamu mengatakannya kan maksudk
Peach terbangun keluar kamar dan mendapati kau sedang beres-beres."Kok sudah packing?" tanyamu."Kita baru akan pergi besok lusa.""Ya, tentang itu. Aku akan kembali ke kota.""Bagus. Kamu harus mengambil barang-barangmu sebelum pergi ke Paris kan?""Ok, aku sudah memikirkannya Terima kasih, tapi tempatku di Alana. Aku belum mau menyerah.""Menyerah?""Aku memintamu untuk yakin dan percaya padaku, apa kamu benar-benar ingin menjadi terkenal atau hanya sebuah klise.""Kamu ingin aku berhenti sekolah. Meninggalkan Alana dan teman-temanku, dan juga pacarku.""Oh, ya ampun, kamu baru saja kenal dia sekejap. Maksudku... Ok, ini demi dirimu sendiri. Berpikirlah dengan jernih dan tinggalkanlah pacarmu itu.""Apa kita harus membicarakan pacarku?""Aku hanya berpikir realistis.""Baiklah, kamu ingin realistis? Apa maksudmu tadi malam?""Apanya?" Peach pura-pura lupa."Kamu menciumku.""Kita semua kan bermain. Kamu se
Aku terbangun dan merasakan nyeri di kepalaku. Ini sudah pagi. Sinar matahari mulai bersinar hangatkan wajahku."Candy.” ucapku“Oh. Bunny. Kamu tidak apa-apa?”Sekali lagi aku terbangung. Aah untung saja semua hanya mimpi.“Selamat pagi.”“Pagi.”“Mobil mogok?”“Tidak pak, aku…”“Tolong surat-suratnya!”“Aku dirampok.”“Dirampok? Oleh siapa? Apa kau habis minum-minum?”Aku harus berpikir, atau aku akan dipenjara.“Maafkan aku, namaku Spencer. Tolong keluar dari mobil pak!”“Ok!”“Letakkan tanganmu di atas mobil, pak.”Aku menurut saja.“Tolong lepaskan kacamatamu, pak. Apa yang terjadi dengan mukamu?”====-Callandra Pov-
Aku memandang tubuh Peach yang tersungkur di tanah. Lantas aku berlari sekencang mungkin sambil memikirkan beberapa alibi nanti. Oh tidak, dia mati tentu saja dia mati, dia jatuh ya benar, dia terjatuh. Kecelakaan...Sering terjadi di kota besar, dia terjatuh ketika berlari kepalanya mengenai batu beberapa kali.Ok, cari alasan lain yang masuk akal. Dia diserang oleh seseorang mungkin karena ada yang dendam padanya. Betulkan detektif ? Sial! detektif itu asli, dan bagaimana dengan DNA pasti ada DNA aku pada batu itu. Ya ampun, sejak kapan aku melukai wanita tapi wanita ini, benar-benar berbahaya. Dia yang memaksaku Itu salah di sendiri, dan salah keluarganya yang telah mengekangnya. Aku harus melakukannya Chall. Aku yakin kamu tidak akan memaafkanku, tapi aku tak punya pilihan lain. Aku bukan orang jahat, Peach lah yang jahat padamu. Saat kuyakin sudah jauh dari lokasi peach tersungkur aku mulai berpikir realistis.Tapi sekarang kamu aman, berkat aku. Aku ingin kamu hid
Sang Ratu Drama-Zacharie pov-Akan kuceritakan sebuah kisah. Seorang gadis dibesarkan dengan disiplin yang keras di sebuah keluarga kaya raya, dimana sebuah kesalahan tidak dapat ditoleransi. Hanya ada 2 pilihan untuknya, menjadi seperti keluarganya atau pergi dan dikucilkan. Tanpa cinta, tanpa uang. Mungkin suatu saat dia akan menemukan seorang teman.. Teman itu kamu Chall.Dia mulai menyukaimu, dan ini jaman now dimana orang tidak peduli apa kita seorang Gay, Biseksual atau Panseksual atau dia hanya seorang manusia biasa yang ingin memenuhi gairah seksualnya. Bisa kunilai semua bermula dari keluarganya, sejak kecil dia berusaha memendam semua hasrat dan keinginannya, mencoba melupakannya, membuangnya selama bertahun-tahun, sampai akhirnya itu semua berontak dan menjadi sebuah obsesi, penyakit hasilnya? sekarang sahabat baikmu menjadi seorang stalker dan psikopat dan... seorang pembohong.Di
Pertengkaran Pertama (23/8/21)Aku membawa laptop Peach ke ruangan bawah tanah. Ooh...Tentu saja, ada password. Terlalu beresiko. Peach sudah merasa paranoid. Aku membuka dompetnya dan menemukan foto dia saat masih kecil. Inilah orang tua yang membuat manusia bernama Peach Rambutnya sangat luar biasa. Lantas kuobrak abrik lagi tasnya. “Bingo, diary. Diary makana.. Ya ampun, lagi lagi neurosis.Apa ini? Kutemukan fotomu saat masih sangat muda. Hello. Berapa usiamu saat foto ini diambil Chall? dan kenapa Peach memilikinya? Aaargh fotomu yang seksi malah membuatku berdiri. Mumpung tidak ada siapa-siapa sekalian saja aku self service. Hmmm nikmat sekali. Ada hal yang membuat aku kesal? yaitu pembicaraan pembicaraan antara Roger dan peach, saat aku hendak mengembalikan laptop kepunyaan peach."T
Maafkan aku tidak bisa bertemu denganmu pagi ini tapi aku harus melakukan ini. Aku memutuskan menguntit Peach. Aku berlari, aku seorang pelari sekarang. Hingga kemarin, aku berusaha untuk menjauhi Peach tapi ada pepatah "Keep your friends close, and your enemies..." dan aku tertinggal...Dia berlari sangat cepat .. karena aku tidak pernah berolahraga. Ginjalku sakit...sungguh tersiksa..Tapi aku harus tahu seperti apa musuh kita. Aku perlu tahu pola pikirannya. Point A,bSetiap hari Peach selalu menyiksa tubuhnya. Sadomasochist? Orthorexic? entahlah. Point B, Peach benci bekerja..Gila hormat? Nepotisme? Hampir benar. Dia selalu membawa laptop itu andai aku bisa melihat isinya. Point C dalam penilaian tentang Peach, tidak nyaman dengan orang, pemarah.Jika semua penilaian aku benar, aku tidak bisa membayangkan betapa berbahayanya dia.====Yah setidaknya aku masih punya HP lama mu, Yang dapat memberiku sedikit peringatan sebelum miss congeniality datang. Siang itu d
Selamat Pagi, aku terbangun dan mendapati kau masih tidur di sampingku. Ini adalah momen terbaik bagiku. Momen dimana hanya ada kita berdua."Apa kamu melihatku tidur? Dasar orang aneh!" ucapmu manja.Aku suka rutinias kecil kita. Selalu sama tapi tidak pernah terasa hambar. Sex...Mandi, sex lagi. Sarapan, Avocado Salted, Bacon Crispy, setiap pagi. Ayahmu itu tidak pernah konsisten, dan kau masih dalam tahap pemulihan, tentunya dengan bantuanku."Mmm. Uh, kamu tidak keberatan jika aku terus menulis?" katamu. Masih banyak..."Aku menjawab, "Makan, menulis. Biar aku yang melipat baju.""Ya Chall, bahkan aku rela mencuci untukmu. Aku akan memberimu waktu luang. Sehingga kau bisa selalu fokus menulis. Dan lihat hasilnya. Karena aku telah melakukan semuanya di pagi hari, akhirnya kamu bisa menulis tanpa merasa terganggu. Kurang lebih."Terdengar teriakan dari kamar sebelah."Ron dan Amara?" tanyamu "Apa kamu akan membiarkannya?"Aku menjawab sambil
Belum sempat aku memikirkan jawaban yang tepat, untung saja kau sudah menjawab sendiri. "Oh iya, kamu kan penjual buku. Memalukan memang, melihatku seperti ini." Katamu sambil menunduk malu."Kamu cocok kok," pujiku"Menghina sekali.""Ini normal. Aku...Aku bohong padamu." Ucapku."Maaf?" kau membelalakkan mata seolah tak percaya."Sebenarnya aku tahu kamu ada disini. Aku tidak suka dengan pertemuan terakhir kita. Dan sepertinya kamu juga tidak suka kulihat kamu bersembunyi di kamar mandi." Katamu beralasan."Aku tidak bersembunyi, sungguh." Elakmu."Tapi anggap saja kalau aku punya hutang padamu.""Ya...""Jadi intinya kamu ingin aku bertahan lebih dari 8 detik kan?" Ujar ku bercanda."Tidak! Tapi, iya.." kau tertawa mendengarnya."Kupikir itu sebuah lomba.""Aku menang kan?" Ucapmu malu malu."Oh tidak ya...Kupikir kamu akan senang jika aku datang membawa kejutan.""Btw. Bagaimana kam
Zacharie-“Apa kamu baru saja ejakulasi...?” tanyamu saat dengan jelas kau lihat memang aku sudah ejakulasi. Seharusnya kamu berteriak puas sekarang. Mencakar punggungku. Kau berharap aku membuatmu puas, melepaskan stress. Tapi nyatanya kau diam saja, dan punggungku baik-baik saja dan kau terlihat sangat tidak puas. Aku rebah di sampingmu.Kau Pun bingung mau bilang apa kan? Kamu pasti segan Abaikan saja, tolong abaikan saja Chall.Lama sekali kau di WC. Apa yang telah kulakukan? Seriusan? Pasti kau sedang membicarakan aku dengan siapa pun itu di HP. Sebuah insiden kecil tentangku. Mr. Quick Draw. The Minuteman. Tapi dengan kata-kata halus. Moga-moga itu bukan Peach.Aku ambil HP lamamu agar tahu dengan siapa kau bergosip. Sang kapten? Apa-apaan ini? Ha? Sudah jelas kau tidak mencintainya Love ya! Love ya? Bahkan kau tidak pernah berkata itu pada Ben. Dan Ben pun mati.Chall, kukira kita