Barata mengacungkan pedangnya ke leher pria yang baru saja dia hancurkan. Dia mengarahkan matanya yang tajam nan dingin ke arah pria tersebut, dia menunjukkan sikap yang menggetarkan jiwanya. Barata mengancamnya dengan serius, ia merasakan kekuatan yang dimiliki oleh pria di depannya berasal dari klan bukan hanya belajar sendiri, terutama caranya bergerak dan menghindari serangan. Dia tertarik dengan pria itu dan ingin tahu siapa yang mengirimnya.
“Bilah dingin pedang ini sudah merasa haus akan darah. Aku tidak bisa menahannya lebih lama dari ini. Katakan padaku, siapa pemimpinmu? Alasan apa yang membawamu kemari dan menyiapkan serangan kejutan ini? Jangan menutup mulutmu karena itu tak akan berguna. Dia tidak akan menyelamatkanmu meski kau membungkam mulutmu, hidupmu berada di tanganmu dan pastinya ada di tanganku. Sekarang, terserah padamu, menutup mulutmu hanya akan membawa petaka!” ancam Barata pada pria itu. Dia melepaskan niat membunuh yang kuat.
Mesk
Begitu dia sampai di bagian terdepan Lembah Kehidupan, dia melihat sebuah dinding dengan sebuah gerbang masuk serta dua menara pemanah. Sebelumnya dia memang menginginkan bentuk pertahanan seperti ini sebelum memasuki area utama dari wilayahnya. Namun, sebelum dia pergi dia tak memikirkan hal ini akan terjadi. Bagusnya, orang-orangnya melakukan pekerjaan dengan sangat teramat baik dan membangun sebuah pertahanan yang cukup kuat.“Bagus sekali, pertahanan ini cukup kuat dan sulit untuk ditembus. Namun, itu hanya berlaku untuk menghadapi ataupun menahan prajurit biasa. Sedangkan, untuk para Kontraktor pertahanan semacam ini tidak terlalu begitu berguna. Mereka bisa menghancurkannya dengan mudah. Jika tidak ada seseorang yang melindungi tempat ini maka sulit untuk mempertahankannya!”Saat Barata memasuki lembah, dia melihat dua prajurit berbadan cukup kekar membawa sebuah tongkat serta perisai dan sebuah pedang di pinggangnya. Dua prajurit itu mengenali Barata
“Sudah berat untukmu, Bowo, tangan kananku,” ucap Barata saat dia melihat Bowo yang dipenuhi dengan kerutan di wajahnya.“Tidak, Tuanku. Sebuah kehormatan besar dan kebanggaan untukku bisa membantu mewujudkan keinginan, Tuanku. Membangun kembali tatanan masyarakat yang sudah hancur. Meski belum sepenuhnya pulih, paling tidak kita sudah melihat cahaya itu, Tuanku,” balas Bowo dengan senyum merekah. Dia yang kelelahan juga merasa puas atas pujian yang Barata berikan saat kembali. Apalagi, ketika dia melihat kuda. Dia merasa lebih senang.“Tempat ini sudah berubah menjadi lebih baik. Belum mencapai tingkat kota, tapi menuju ke Kadipaten. Sudah baik. Ini lebih baik dari mayoritas desa. Kau melakukan pekerjaan yang baik. Kau memisahkan area tempat tinggal dan tempat kerja. Aku juga melihat ada asap di beberapa bangunan yang mengartikan kalian sudah membangun bengkel pandai besi. Bagus sekali, lalu apa kau menemukan tambang besi atau perunggu?&r
“Jadi begitu rupanya, kalian berhasil menganeksasi wilayah di barat dan timur Lembah Kehidupan, termasuk Hutan Jalungporo. Namun, kalian belum sepenuhnya menguasai Hutan Jalungporo dan baru memasuki langkah pertama untuk menjelajahi sisi selatan. Tidak buruk, hanya saja kenapa kalian tidak pergi ke arah utara? Bukankah itu merupakan pilihan terbaik yang membuat kalian bertemu denganku, bukan? Adakah alasan khusus yang membuat kalian memilih sisi selatan?” tanya Barata setelah dia mengetahui bagaimana perkembangan yang terjadi di wilayahnya.Barata menatap mereka dengan serius, melihat ada Supono, Surip, Walujeng, Sopo Barungan, Jagarsa, Bowo, Wero, Waroco, Bawono, Leman, serta beberapa orang baru. Dia benar-benar menunjukkan sikap yang membuat mereka terdiam. Auranya tidak ia tahan saat mempertanyakan mereka. Pada awal rapat dia biasa saja dan mendengarkan mereka semua termasuk saran untuk memperluas area wilayah dengan membangun pemukiman lain di sisi barat maupu
Dalam mempersiapkan perjalanan tidaklah mudah, terutama saat mempersiapkan militer. Barata menekankan semua persiapan pada Bowo dan Sopo Barungan. Dia sendiri memaksimalkan waktu senggangnya untuk beristirahat dan memulihkan dirinya. Dia tidak terlalu memedulikan yang lain selain dari pemulihan diri. Tidak ada hal lain selain membuat dirinya menjadi lebih baik. Memiliki orang-orang yang cakap memang sangat membantu di waktu-waktu seperti ini.Persiapan memerlukan waktu beberapa hari, terutama untuk mempersiapkan pertahanan. Tidak mungkin untuk mereka tidak menyiapkan pertahanan. Melindungi penduduk dan anggota biasa dari Paviliun Lembah Kehidupan merupakan tindakan terpenting untuk mereka. Mereka tidak bisa kehilangan orang-orang tersebut karena pada akhirnya keberadaan merekalah yang menjadi penopang dari Paviliun Lembah Kehidupan. Tanpa mereka, tidak mungkin paviliun ada.Oleh karena itu, membangun pertahanan yang kokoh merupakan satu langkah penting. Pertahanan tida
Hari selanjutnya, saat matahari menampakkan kemegahannya dan menyinari seluruh wilayah. Barata memimpin dua divisi serta regu pembunuh. Dengan menunggangi kuda serta membawa enam petinggi militer, dia pergi menuju ke Kota Surungan dan bergerak dalam kecepatan tinggi. Barata tidak ingin menunda-nunda waktu lagi dan bergegas secepat mungkin ke Kota Surungan. Dia tidak memikirkan wilayah tersebut melainkan sumber daya yang ada di tempat itu yang menariknya.Bukan hanya para penghuni saja, tapi cadangan makanan maupun persenjataan juga menjadi daya tarik yang memikat. Barata mengharapkan semua hal itu dan ingin membawanya ke sisinya. Namun, setelah beberapa hari tak melakukan tindakan lain, selain dari mengirim pengintai menuju ke sisi selatan dan juga Kota Surungan, dia tak melakukan tindakan lain. Oleh karena itu, ada perasaan tak nyaman di benaknya ketika mereka berangkat. Hal itu menyangkut Kota Surungan. Dia merasa tempat itu pasti mengalami perombakan besar-besaran selama b
Perjalanan memakan waktu beberapa hari sampai mereka tiba di Kota Surungan. Saat mereka tiba di sana, situasi sudah kacau balau. Bunyi benturan besi, ledakan energi dan bentrokan energi, teriakan-teriakan yang memilukan, serta bau darah yang sangat pekat mereka temukan. Barata tidak menduga situasi akan sebegitu parahnya. Mereka sudah berjalan cukup cepat, tapi apa yang mereka temukan ialah situasi yang tidak mereka harapkan.Tidak hanya Kota Surungan dipenuhi oleh gunungan mayat. Bau darah serta bangunan yang dulunya berdiri dengan kokoh hancur lebur. Di sisi lain, sesaat setelah mereka sampai, apa yang tak mereka harapkan pun terlihat, terutama untuk Barata. Dia tak mengharapkan apa yang dia lihat terjadi, dimana Ki Saprang tak berdaya di hadapan Sabarang dan dia sekarat dengan tubuh yang dipenuhi darah serta penampilan yang sangat mengecewakan.Barata hendak memberikan bantuan. Sayangnya, belum sempat dia bergerak. Ki Saprang sudah dalam bahaya, dia berada di ujung
Barata memanfaatkan kelengahan Sabarang dan memborbardirnya dengan serangan yang mematikan. Dia tidak memberikan waktu untuk Sabarang memulihkan diri dan dia melayangkan serangan tanpa henti. Dia mengejarnya dan terus membuat jarak mereka memendek. Tidak ada sedikitpun kesempatan untuk Sabarang melepaskan diri dari kejarannya. Barata menggunakan segala cara untuk membuat Sabarang terhenti di posisinya.Walau mereka menginjak mayat dan berlari. Barata tidak tertinggal oleh gerakan Sabarang yang jauh lebih cepat, apalagi dia juga merasakan tekanan tertentu yang memaksanya untuk berlutut seolah tubuhnya di tarik oleh bumi dan dipaksa untuk menciumnya. Barata merasa kesal di setiap waktunya dan merasa jika semuanya menjadi berbeda jika dia tak bertindak. Namun, apa daya, semuanya telah terjadi dan dia menggerakkan giginya saat menyerang Sabarang.Apalagi yang bisa Barata lakukan selain mengerahkan semuanya untuk menghabisi Sabarang yang terus berlari menjauhinya. Disamping
Mengalahkan keduanya meski tak secara langsung, begitulah yang terjadi padanya. Barata segera membawa prajurit-prajurit yang menyerah ataupun kehilangan arah ke bawah komandonya. Setelah itu, dia membiarkan mereka yang telah berkutat dengan prajurit untuk mengatasinya. Cukup banyak prajurit yang memilih menyerah setelah melihat tindakan berdarah yang Barata tunjukkan. Kemenangan ini mengubah rencananya secara menyeluruh. Namun, dia masih bisa mengatasinya.“Huft ... Sekarang aku perlu mengirim seseorang yang mampu untuk mengawal penghuni Kota Brawali dan Kota Surungan. Paling tidak ada puluhan prajurit yang harus mengawal mereka. Selain itu, aku harus menyisihkan sebagian penduduk untuk menghuni Kota Brawali dan membentuk pemukiman kecil di situ. Siapa pemimpin prajurit yang cocok untuk menjaga wilayah tersebut jika aku membangunnya? Aku tidak bisa memberikan posisi itu pada Sopo Barungan, siapa yang cocok untuk saat ini?” Barata memikirkan beberapa masalah baru y