Mengalahkan keduanya meski tak secara langsung, begitulah yang terjadi padanya. Barata segera membawa prajurit-prajurit yang menyerah ataupun kehilangan arah ke bawah komandonya. Setelah itu, dia membiarkan mereka yang telah berkutat dengan prajurit untuk mengatasinya. Cukup banyak prajurit yang memilih menyerah setelah melihat tindakan berdarah yang Barata tunjukkan. Kemenangan ini mengubah rencananya secara menyeluruh. Namun, dia masih bisa mengatasinya.
“Huft ... Sekarang aku perlu mengirim seseorang yang mampu untuk mengawal penghuni Kota Brawali dan Kota Surungan. Paling tidak ada puluhan prajurit yang harus mengawal mereka. Selain itu, aku harus menyisihkan sebagian penduduk untuk menghuni Kota Brawali dan membentuk pemukiman kecil di situ. Siapa pemimpin prajurit yang cocok untuk menjaga wilayah tersebut jika aku membangunnya? Aku tidak bisa memberikan posisi itu pada Sopo Barungan, siapa yang cocok untuk saat ini?” Barata memikirkan beberapa masalah baru y
Sepuluh hari berlalu begitu saja, perjalanan yang memakan banyak waktu itu membuat Barata bosan. Selama di perjalanan dia menghadapi zombie serta monster-monster yang menghadangnya. Hanya saja mereka begitu lemah dan tidak memberikan banyak Energi Kehidupan yang membuat dia merasa kesal. Tak ada tanda-tanda dari Pilar Ilahi yang juga makin membuat perjalanan menjadi membosankan. Barata memimpin pasukannya dengan tenang dan tak banyak berbicara hingga mereka tiba di wilayah Kota Swarang yang tak terlampau jauh dari Kota Brawali.Sebuah pemandangan yang menyayat hati serta menggetarkan relung jiwa terlihat begitu mereka tiba di salah satu area di dalam wilayah Kota Swarang. Sebuah pemukiman kecil hancur porak poranda. Tidak hanya puing-puing saja yang bisa mereka lihat, melainkan bagian-bagian tubuh manusia serta bekas darah menyatu dengan reruntuhan. Bau darah masih bisa tercium dari tempat tersebut. Daging ataupun organ juga bisa dilihat dengan mata telanjang, meski posisinya
Setelah mendengarkan keadaan kota dari para wanita, Barata merasa situasi di kota telah sepenuhnya berakhir. Tidak ada cara untuk mengubah keadaan. Para penghuni kota sudah dibawa pergi dan Kota Swarang tidak lagi bisa diselamatkan. Barata merasakan tekanan yang kuat setelah mengetahui situasi di dalam Kota Swarang. Semuanya sudah berakhir, tidak ada yang bisa diselamatkan lagi, dan situasi itu hanya akan membuat dia menjadi buruk.“Ketidaktahuan kita tentang tempat ini membuat kita terjebak dalam situasi yang tidak menguntungkan. Mereka berada dalam posisi yang sangat buruk, dan kita terseret dalam arus kuat yang tak kita harapkan. Jangan salahkan apa yang akan terjadi setelah ini. Kalian hanya perlu foksu untuk membunuh saja, karena setelah ini kita akan menghadapi lawan yang kuat. Mereka tidak hanya unggul secara jumlah tapi juga mengetahui medan di sekitar sini!”Barata mengingatkan pasukannya tentang situasi yang mereka hadapi. Tidak peduli bagaimana d
Perjalanan yang panjang dan dipenuhi dengan bahaya itu sudah berakhir. Namun, apa yang menanti mereka jauh lebih dari apa yang bisa dia kira. Begitu dia memutuskan untuk melancarkan serangan menuju ke arah timur, tempat yang dia duga menjadi pusat dari kekuatan yang menghancurkan Kota Swarang. Walau tahu akan ada situasi yang tak terelakkan dalam peristiwa ini. Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan, begitu pikirnya saat mereka sudah dekat dengan tujuan.Barata sudah merasa tidak nyaman sejak mereka bergerak menuju ke arah timur. Dia tidak mengetahui mengapa perasaannya begitu buruk selama perjalanan ini. Seolah-olah ada sesuatu yang sudah dia pendam lama dan tak ingin dia keluarkan memaksa untuk menyeruak keluar. Perasaan itu terus menguat seiring waktu dan makin membuat Barata merasa tidak nyaman. Semakin dia merasakannya semakin menguat perasaan buruk itu.Hal ini terjadi setelah dia menemukan cara bertarung lawannya yang memilih bergerilya daripada menyeran
“Haish!! Yang benar saja, Pusaka Ilahi ada di dekat sini? Bagaimana ini bisa terjadi? Keberuntungan? Kurasa tidak juga, tapi pastinya ini juga bukan kemalangan. Tidak mungkin menganggap kejadian ini sebagai petaka! Dengan mengetahui keberadaan Pusaka Ilahi di dekatku, maka aku bisa mengetahui siapa yang ada di sana. Paling tidak, orang itu bukan orang biasa!” Penemuan tak terduga ini membuat Barata meningkatkan kewaspadaannya.Sulit baginya untuk tidak waspada terhadap kejadian yang baru saja terjadi ini. Ucapan Sang Ratu terlalu tiba-tiba dan mengejutkan untuknya. Apa yang ada di tempat itu dan siapa yang memiliki pusaka tersebut. Hal-hal itu terus mengganggu pikirannya.“Anta Sukmajang? Mungkinkah kau menjadi pemegang dari pusaka itu? Kemungkinan ini bisa terjadi jika dia benar-benar ada di sana dan masih hidup. Namun, jika pria itu bukan dia ... Huft ... Aku harus bagaimana? Melawannya? Menimbulkan pertikaian lain yang entah bagaimana akhirnya nant
Pergerakan pasukan yang Sopo Barungan pimpin sudah diketahui dan ditemukan oleh Anta Sukmajang, sehingga para pengintai yang sebelumnya tidak aktif mulai menunjukkan keberadaan mereka dengan memberikan ancaman-ancaman tertentu pada mereka. Meski tak melakukannya secara langsung, tindakan mereka telah memberikan sinyal bahaya dan membuat para prajurit gelisah. Beberapa kali mereka melemparkan batu ataupun membuat suara yang tidak biasa.“Jangan lengah!!! Perkuat pertahanan dan kewaspadaan kalian. Mereka sudah bergerak dan memulai serangannya. Suara-suara ini ... Mereka mencoba membuat kalian gelisah dan bimbang serta berpikir jika ada monster tingkat bencana maupun mengerikan di sekitar sini. Tuan sudah memberi kita tugas dan kita hanya perlu menyelesaikannya!!” seru Sopo Barungan saat dia mencoba menenangkan situasi yang mulai berubah jauh.Dedaunan yang jatuh dan tersapu oleh angin lembut membuat mereka merasakan adanya sesuatu yang tak biasa di sekitarnya
Kesiagaan para prajurit tidak berkurang dan semakin kuat saat mereka merasakan ada sesuatu yang bergerak di balik pepohonan. Salah satu dari mereka bergegas menuju ke balik pohon untuk memeriksanya. Dia terlihat begitu waspada dan berhati-hati ketika dia melakukannya.Barata tidak terkejut dengan tindakan yang diambil oleh para prajurit itu. Dia hanya mengarahkan pandangannya pada para pemanah serta prajurit yang berpatroli, bertarung dengan mereka tidak akan menjadi masalah besar untuknya, bahkan membunuhnya sekalipun. Hanya saja, dia merasa jika dia melakukannya maka akhir yang dia dapatkan tidak begitu menguntungkan.“Mendekatlah kemari dan tunjukkan kekuatanmu! Aku rasa aku memang harus membuat tempat ini kacau. Entah siapa yang memulainya, selama aku mendapatkan manfaat dari pertarungan itu tak masalah. Sama sekali tidak masalah untuk membuat tanganku kotor kembali!” Barata bergumam dengan tatapan membunuh. Matanya menatap ke arah prajurit yang masuk k
“Cari keparat itu!! Berani-beraninya dia mengancam Paviliun Luang Sudang dan menentang kekuasaan Keluarga Anta. Cari dan temukan dia. Telusuri hutan dan bawa kemari orang itu tidak peduli apa dia masih hidup atau sudah menjadi mayat. Aku ingin melihat tubuhnya di sini. Cepat!!” teriakan Salangporo menggema di seluruh kota dan didengar oleh setiap orang yang ada di sana hingga membuat tempat itu menjadi gundah.Dia memerintahkan seluruh prajurit untuk bergegas mencari keberadaan Barata yang telah menggemparkan tempat tersebut dengan sebuah serangan yang tidak termaafkan. Dengan memberi teror pada pasukannya. Keadaan di tempat itu benar-benar sudah berbeda dan kematian para prajurit yang terjadi secara tiba-tiba membuat para penduduk gelisah dan khawatir.Salangporo bukan hanya tidak marah dengan situasi ini, dia juga merasa bila wilayahnya telah dipermainkan dan mereka yang mengikutinya tidak dianggap. Perasaan seperti itu benar-benar buruk untuk seseorang y
Tersapu oleh deru angin yang cukup kencang, rambut panjangnya mengudara seperti bendera yang berkibar, menyapu udara kosong. Wajahnya dipenuhi dengan kerutan tapi kini tak ada satupun kerutan di wajahnya dia tampak muda seperti saat dia berusia awal dua puluhan padahal dia sudah melewati usia tersebut dan menjadi pria paruh baya.Tubuhnya yang kekar dengan bahu yang lebar dan dada yang bidang ditutupi dengan pakaian longgar seperti sebuah jubah sarjana. Tubuhnya yang berotot tertutupi oleh jubah hitamnya dan dia menangkupkan kedua tinjunya di belakang punggungnya sambil menatap ke arah area kosong di mana para prajuritnya sedang berusaha memecahkan masalah yang tiba-tiba muncul di wilayahnya. Anta Sukmajang yang membawa pedang di pinggangnya menengadah dan tidak bergerak.“Hebat sekali!! Pria ini, dia memilih untuk melancarkan serangan menyelinap, mengacaukan pasukanku, dan menghancurkan moral para prajurit dengan membuat mereka menjadi gelisah dan khawatir. Ini