Siang itu Hazmi berjalan di sekitar lorong rumah sakit, sudah sekitar sepuluh menit ia mencoba mencari ruang kamar inap Carisa. Sang kakak pun sempat mengabari bahwa Carisa berada di kamar 202 yang terletak di lantai ketiga.
Namun ketika lelaki itu belum menemui ruangan yang dimaksud Rafli, sayangnya ia mendadak bertemu Carisa yang berada di kursi roda bersama kakak tertuanya.
"K-kak, Rafli?" Hazmi bergumam, saat lelaki itu menghentikan kursi roda Carisa tepat di depan Hazmi.
Rafli menghela napas berat. Ia hanya melirik adik bungsunya sejenak, lalu mengalihkannya pada Carisa yang masih bertahan menatap keberadaan Hazmi. Tampak jelas kedua mata Carisa yang menangkap bola mata Hazmi dengan nanar. Seolah terdapat luka ketika Carisa menemukan keberadaan Hazmi di sini.
"Baru saja Carisa minta keluar dari ruangan, Haz. Semalam, setelah aku mengantarkannya ke kedai, aku mendapat kabar lagi. Bahwa Carisa kecelakaan. D
Acara resepsi pernikahan Ayesha dan Hazmi diadakan di lokasi Kandara Karma Resort, sebuah restoran dan hotel yang terletak di kawasan pantai Karma, daerah Kabupaten Badung, Bali. Sebulan setelahnya pasangan suami istri tersebut mengadakan resepsi di Bali sesuai kesepakatan antar dua belah pihak keluarga. Terutama atas pendapat Hazmi yang jelas mengetahui kawasan menarik di Bali.Karena setelah Hazmi mem-booking gedung resort tersebut, seminggu kemudian lelaki itu membawa Ayesha untuk melihat kondisi gedung resepsi pilihan Hazmi. Ayesha justru sangat tertarik, terlebih lagi lokasi acaranya berada di tepi pantai. Hazmi pun merencanakan agar acara terindahnya bersama Ayesha berlangsung di sore hari.Tujuannya agar Ayesha dan dirinya dapat menikmati acara sakral ini ketika mentari tenggelam. Maka dipilihlah pukul empat sore untuk pesta pernikahan mereka. Dan kini, tak hanya terdapat kedua pasangan itu yang berada di tepi pantai yang men
"Hei!"Ayesha sontak menggertak bahu Thalia dari belakang. Alhasil gadis yang menjadi adiknya tersebut terkejut seketika. Thalia spontan melayangkan bantal yang dipegangnya ke arah sang kakak."Dih! Ngambek," ucap Ayesha sembari langsung menangkap bantal dari Thalia. Kali ini ia menyinggahkan dirinya duduk ke sisi Thalia.Mereka berdua sedang berada di balkon kamar apartemen. Lantas pandangan Ayesha teralih pada Thalia beberapa detik. Gadis itu lalu menengadahkan pandangan ke atas langit malam."Bintangnya indah, ya, Dek?""Ehm."Ayesha menghela napas pasrah. Sebenarnya ia tak mengetahui mengapa adik perempuannya tampak galau. Sangat jelas ketika Thalia hanya menatap lurus dengan memasang wajah datar. Ayesha yang mengetahui ekspresi adiknya, ia beralih kembali melirik Thalia."Why?""Nothing, Kak.""Revan?" Ayesha mencoba menebak a
"Pagi istrinya Hazmi ...," sapa Hazmi yang baru saja memasuki ruangan kamarnya kembali.Ia telah mengganti pakaiannya dengan kaos lengan panjang berwarna abu dengan paduan celana jeans. Pagi ini lelaki muda itu tampak rapi. Hazmi memasuki kamar dengan sengaja membawakan nampan berisi semangkuk muesli fruit dried lengkap bersama secangkir susu rasa stroberi.Kemudian ia meletakkan nampan yang dipegangnya ke sisi nakas dekat Ayesha berbaring. Perempuan kesayangannya itu sudah terlihat membuka kelopak matanya. Namun sayangnya Ayesha enggan beranjak dari tempat persinggahannya di atas ranjang. Ia masih bertahan dengan posisi tidurnya semula. Sembari menatap tingkah Hazmi dengan takjub."Makan, yuk, Ay? Aku udah makan setelah olahraga tadi, kok. Maaf, ya? Jadi nggak ngajak kamu makan berdua. Tapi, aku udah buatin makanan khusus buatmu." Jari Hazmi menunjukkan makanan dan minuman yang berada di atas nakas pada Ayesha.
Tap!Rafli sengaja menjatuhkan duduknya ke sisi Yusuf. Pagi itu secara terpaksa Rafli mau menemui sang ayah di ruang keluarga. Rumah ellite yang bukan hanya sekadar sederhana itu hanya dihuni oleh tiga orang. Baik Yusuf, Iren yang sebagai bundanya, beserta Rafli.Namun Iren baru saja tiba di Bandung sejak resepsi putra bungsunya digelar di pulau Bali. Perempuan paruh baya itu juga memiliki kesibukan mengurus bisnis pakaian di Jakarta dan Bandung. Kedua bisnis yang harus diurus sendiri itu justru menyita waktu Iren.Faktanya ia juga seringkali bolak-balik Jakarta dan Bandung. Sementara Yusuf bekerja sebagai general manager di salah satu perusahaan Bandung. Keduanya memang sangat sibuk bila sama-sama mengurus pekerjaan. Sayangnya hari ini Rafli hanya bertemu sang ayah. Sedangkan Iren sedang mengurus pertemuan meeting di kantor.Yusuf sengaja menyuruh Bi Siti memanggil Rafli untuk menemuinya. Rupanya usa
Istanbul, Turki"For the assignment I have given you, please collect it in two more days via the link I have provided. Thank you," ucap wanita paruh baya tersebut. Semenjak dua jam yang lalu ia sedang mengajar untuk kelas bahasa Turki. Sampai akhirnya jam materi berlalu, para murid pun dipersilakan membubarkan diri dari ruangan.Termasuk Revan yang kini lantas menyampirkan ranselnya ke balik punggung. Ia menatap datar ketika teman lainnya sedang berebut keluar kelas. Sementara sang guru telah beranjak dari ruangan terlebih dahulu. Hingga beberapa detik terlewat, akhirnya Revan telah berjalan di halaman taman sekolah yang ia singgahi.Ini sudah terhitung dua minggu Revan berada di negeri Turki. Ia sedang mengambil sekolah kursus bahasa selama setahun sebelum benar-benar masuk ke perguruan tinggi. Revan sengaja mengambil kota Istanbul sebagai tempatnya melanjutkan pendidikan. Sebab, sudah sela
"Ish! Nyebelin banget nih anak!" Kesal Ayesha. Siang ini ia berada di club La Risa Kuta bersama sang suami. Menikmati makan siang dengan nuansa kedai club yang cukup menarik pandangan. Sebab club ini terletak di pinggir pantai.Seharusnya timing yang tepat ialah ketika di malam hari. Sayangnya Hazmi telanjur mengajaknya ke lokasi ini. Sembari menikmati keindahan pemandangan pantai dan isi club, Ayesha masih memainkan ponselnya dan menunggu kedatangan Hazmi.Lelaki kesayangannya itu sedang mengunjungi loket pelayanan untuk memesan pesanan. Sambil menunggu suami, sedari tadi Ayesha sengaja menelepon Thalia. Namun sayangnya saja ia tak mendapat respons baik dari adik perempuannya itu. Pantas saja kali ini Ayesha tampak menggerutu sebal.Ia tak habis pikir dengan kelakuan Thalia yang makin hari makin bucin akibat Revan. "Hei, Sayang ... nah, pesanan sudah datang ...," sambut Hazmi seca
Slapp!Revan menarik pintu kedai secara perlahan. Malam itu ia beranjak meninggalkan kedai setelah berbincang bersama Kayla selama kurang lebih sejam. Tampaknya Revan masih bertahan memerhatikan layar ponselnya. Ia saja memberikan alasan untuk Kayla agar dirinya lekas tak lagi mengobrol bersama perempuan itu.Revan memang terkesan memberi batas bagi dirinya bersama Kayla. Ia hanya tak mau membiarkan perempuan itu masuk ke dunianya secara keterlaluan, atau bahkan memberikan harapan lebih untuk gadis itu. Revan murni hanya menganggap Kayla sebagai teman kursusnya, teman biasa, dan tak akan lebih baginya.Lalu ....Klik! Telepon baru saja tersambung pada nomor yang Revan hubungi. Sesekali ia menarik napasnya perlahan, dan membuangnya sejenak. Saat ini dirinya benar-benar gugup. Sebab ini adalah kali pertama ia menghubungi seseorang yang dirindukannya."Halo?"
Netra Carisa masih terarah fokus ke balik kaca mobil. Ia menangkap lalu lalang kendaraan ke dalam pandangannya yang nanar. Padahal sudah jelas ia menyingkap patah dan memuakkan emosi di hadapan laki-laki yang justru menyakitinya. Namun hati Carisa merasa masih tak nyaman. Ia seolah bimbang dan bertanya dalam pikiran. Bagaimana bisa ia melepas Tara yang telah datang melamar?"Car," panggil Rafli. Sedari tadi ia sedang fokus menyetir mobil. Sudah cukup ia terdiam selama beberapa menit dalam perjalanan bersama Carisa."Kamu benar nggak apa-apa, kan?" ungkap Rafli lagi.Sontak Carisa menolehkan wajahnya ke arah Rafli. Bola matanya masih tampak berkaca-kaca. Menunjukkan pertanda pada lelaki di sisinya bahwa ia belum sepenuhnya membaik. Namun Rafli ingin mendengar langsung dari Carisa.Bukannya menjawab, kini Carisa malan menguakkan air matanya. Ia membiarkan tangisnya pecah seketika. Seolah ia ingin mengeluarkan ra