Share

15. Mengambil Sikap

Penulis: Diganti Mawaddah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Jika kamu merasa berat dengan keadaan kamu yang masih perawan sampai saat ini, aku mengijinkanmu poliandri." Ria melotot mendengar ucapan suaminya. Secepat kilat ia duduk, lalu menarik tangan baju piyama Edwin.

"Mas, maksud kamu apa? Aku kamu suruh punya suami dua? Suami satu aja aku ngurus otaknya aja belum benar! Mikir dong, Mas! Jangan asal bicara. Memangnya istri kamu ini pelacur, bisa digilir seenaknya!" cecarku tak terima. Lelaki itu pun mendengkus kesal, lalu duduk sejajar denganku sambil berwajah masam. Ia mengacak-acak rambutnya dengan kuat.

"Jadi mau kamu apa, Ria? Bicara yang jelas. Jangan bertele-tele," katanya lagi padaku sambil melotot.

"Aku mau kamu berobat dan aku mau Bu Mila tidak perlu tinggal di sini. Dia bisa tetap kos di tempat lain. Aku gak suka ada wanita lain di rumah ini, selain Bik Isah dan aku, Mas!"

"Kamu egois! Dua-duanya maumu takkan aku penuhi. Aku tidak mau ke dokter dan aku tidak mau mengusir Bu Mi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Enam Tahun Tanpa Malam Pertama   16. Membalas Kecurangan Suamiku

    Mobil Mas Edwin baru saja meninggalkan pekarangan rumah. Suamiku itu ke kantor sambil mengantar Raka ke sekolah, sekaligus menumpangi Bu Mila sampai di TK-nya. Sungguh pemandangan yang sangat manis dan harmonis antara ibu, anak, dan ayahnya. Jika ada orang yang melihat sekilas, tentulah takkan ada yang tahu, bahwa ketiganya orang yang tak memiliki garis keturunan sedarah.Aku mengintip dengan jengah dari jendela kamar. Beberapa foto sudah aku dapatkan saat mereka sarapan pagi bersama sambil bercengkrama, dan juga foto manis saat memasuki mobil barusan. Yah, buat jaga-jaga saja, siapa tahu suatu saat foto ini aku butuhkan.Mang Dirman segera menutup pintu pagar, lalu kembali ke pos jaganya. Suamiku yang paling anti menggunakan mobil ke kantor, pagi ini mendadak bersembangat. Apakah ia berniat untuk menikahi guru les Raka? Mau dia buka perawannya pakai apa? Tang? Martil? Mesin bor? Sungguh lucu suamiku ini. Aku terus saja bermonolog dengan gemas sekaligus kesal

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Enam Tahun Tanpa Malam Pertama   17. Mengusir Edwin

    "Terserah, kalau kamu mau ribut di sini, mari kita selesaikan di sini," ucapku dengan menahan geram. Kami semua, termasuk wanita yang bersama suamiku berada di ruang kepala sekolah. Keributan yang sengaja kubuat karena kesal bercampur amarah, telah mengakibatkan kami bertiga digiring ke kantor kepala sekolah.Aku tak ingin berdamai. Walau berkali-kali suamiku mengatakan bahwa aku salah paham. Tak mungkin aku jelaskan semua duduk persoalan pada pihak sekolah Raka'kan? Bisa malu lelaki itu jika mulut ini tak tahan untuk meneriakinya suami tak tahu diuntung."Kamu salah paham, Ria?" katanya lagi sambil memelas di depan wajahku. Namun aku bergeming, sengaja kubuang muka agar tak melihat wajah dramanya. Aku tahu ini semua hanya lakon saja. Begitu sampai di rumah bisa dipastikan pipiku merah terkena tamparannya."Begini, berhubung ini masalah rumah tangga, sebaiknya Bapak dan Ibu menyelesaikan di rumah saja. Tidak baik dan tak b

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Enam Tahun Tanpa Malam Pertama   18. Ria diganggu

    Aku menangis sejak kepergian Mas Edwin. Lelaki yang aku nikahi dengan dasar cinta sama cinta. Kami memadu kasih layaknya kebanyakan orang. Tidak terlalu intim, tidak juga renggang. Setahun saling mengenal membuat kami berkomitmen untuk meneruskan hubungan ke jenjang yang lebih serius. Aku mengetahui teman-temannya. Aku juga mengetahui lingkungan kerjanya yang saat itu sudah menjabat seorang manager di sebuah hotel bintang lima Jakarta.Dia lelaki baik, royal, dan bertanggung jawab. Meskipun jarang bersikap romantis, tetapi aku tahu lelaki itu mencintaiku. Sehingga aku berani mengangguk setuju saat Mas Edwin mengajakku menikah. Tak ada kecurigaan terlalu berlebihan terhadap lelaki itu, karena memang aku mengenal cukup baik semuanya. Termasuk keluarga besarnya.Namun kini yang terjadi di depan mataku, sebuah kenyataan yang tak pernah ada dalam benakku sebelumnya. Begitu banyak yang terjadi dalam beberapa hari ini. Bumi tempatku berpihak seak

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Enam Tahun Tanpa Malam Pertama   19. Memutarbalikkan Fakta

    Pagi ini, Bik Isah kembali muntah-muntah setelah membuka bungkusan yang ternyata berisi cacing. Tepatnya ulat bulu. Karena kaget, Bik Isah meneriakinya cacing. Bahkan kotak itu terlepas dari tangannya karena sangat geli dan jijik dengan banyaknya ulat bulu di dalam kotak.Aku pun berteriak histeria hingga Mang Dirman datang dan menyemprotkan ratusan ulat bulu itu dengan cairan pembunuh serangga. Aku berlari masuk ke dalam kamar, sedangkan Bik Isah muntah-muntah hingga tak bisa bangun lagi."Mang, ayo bawa Bik Isah ke dokter," seruku pada lelaki yang kini tengah menyiram tanamanku. Mang Dirman menoleh, kemudian mengangguk, lalu menangkap kunci mobil yang aku lemparkan ke tangannya.Selagi Mang Dirman memanaskan mobil, aku pun bersiap dengan memakai pakaian sederhana, tanpa make up. Kedua mataku masih bengkak, sisa menangis semalam. Hanya pelembab dan juga lipglos yang kuoles tipis.Mang Dirman sudah membawa

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Enam Tahun Tanpa Malam Pertama   20. Meneriakkan Kenyataan

    POV EdwinBenar-benar Ria mengerikan. Rekeningku dikuras habis olehnya. Hanya tersisa beberapa ratus ribu saja di dalamnya. Hal inilah yang membuatku merasa begitu kesal dan kecewa. Saat melapor pada ibu, bukannya dibela, aku malah disalahkan karena sudah mempercayai semua harta bendaku atas nama Maria. Aku pun tak bisa menyanggah karena ibu tak tahu keadaanku saat ini. Jika aku jujur, maka tamatlah riwayatku sebagai anak. Masalah Raka aku pun belum berani jujur. Sungguh hidup yang dipenuhi kebohongan kecil, ternyata akan mendatangkan kebohongan-kebohongan lainnya.“Jadi, malam ini kalian semua tidur di rumah ibu?” tanya ibuku dengan suara terdengar keberatan.“Iya, Bu. Besok, saya akan cari kontrakan untuk tinggal bersama Raka,” jawabku dengan lemas.“Trus, siapa yang menjaga Raka? Bu Mila? Apa Bu Mila bersedia menjadi

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Enam Tahun Tanpa Malam Pertama   21. Hadirman Suteja

    "Non, kalau ngantuk tidur duluan saja. Saya gak lama kok. Nanti juga balik. Ucapan Non barusan saya anggap tidak pernah ada ya? Kita tidak bisa main-main dengan pernikahan," ujar Mang Dirman padaku. Sungguh aku sangat malu ditegur seperti ini, tetapi hatiku mengatakan bahwa Mang Dirman bisa menolongku."Saya takut. Saya ikut saja ke rumah sakit, Mang. Tunggu, saya ganti baju dulu." Tanpa menunggu persetujuan darinya, langsung saja aku melangkah lebar menuju kamar, lalu menguncinya. Jantungku berdetak sangat cepat. Antara malu dan juga gugup. Lancang sekali aku bicara seperti itu pada lelaki dewasa seperti Mang Dirman. Semoga ia tidak mengundurkan diri karena ucapanku barusan.Sambil berganti pakaian, aku membuka laci lemari untuk melihat berkas lamaran yang pernah aku terima dari Pak Rahmat;lelaki yang membawa Mang Dirman bekerja di rumahku sebagai sopir dan penjaga rumah.Ya ampun, aku baru tahu ia memiliki nama yang bagu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Enam Tahun Tanpa Malam Pertama   22. Teror

    "Woy, jangan kabur lu!" teriak Mang Dirman berusaha mengejar lelaki yang baru saja kabur dengan melompat tembok rumahku."Aargh ... Malang tolooong! Ulaaar! Toloong!" mendengar teriakkanku, Mang Dirman kembali lagi dan melotot melihat banyak ular."Allahu Akbar! Non, cepat telepon security! Saya tangkap semampu saya dulu!" Mang Dirman mendorongku menjauh hingga keluar pagar, sedangkan dia mendekat ke teras sambil mengambil batu dan juga sapu yang ada di halaman rumah. Dengan gemetar, aku memencet nomor keamanan perumahan dan memberitahu bahwa banyak ular di rumahku.Tak lama kemudian, dua petugas datang sambil membawa kayu panjang dan besar. Aku bergidik ngeri sendiri. Kakiku gemetar, rasa tak mampu untuk kuat menginjak bumi saat ini. Entah apa yang mereka lakukan di sana, aku tak berani melihatnya.Bunyi sirine mobil pemadam kebakaran pun datang mendekat. Hampir semua warga yang ada di dekat rumahku, kelu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Enam Tahun Tanpa Malam Pertama   23. Morning Kiss

    Aku sempat syok dengan banyaknya ceceran darah yang berasal dari kepala Edwin. Kakiku gemetar dan seluruh tubuh ini berkeringat. Bukan karena takut, tetapi aku merasa sangat parno dengan darah. Perutku serasa bergolak, hingga aku jatuh terduduk di lantai hotel yang dingin. Mang Dirman yang sempat pingsan dihajar oleh Mas Edwin, tiba-tiba saja bangun dan menghampiriku."Ya Allah, Non gak papa?" tanyanya dengan penuh rasa khawatir. Aku tak sanggup menjawab, hanya mampu menggelengkan kepala saja. Seorang petugas hotel datang membawakan ku minum dan memberikannya padaku.Tiga orang lelaki berbadan tegap menggotong Edwin keluar dari lobi dan secepat kilat petugas kebersihan hotel membersihkan ceceran darah tersebut."Sepertinya ini masalah keluarga, tetapi karena adanya kekerasan, sebaiknya Masnya dan Mbak segera ke kantor polisi saja. Melaporkan semua yang terjadi, sejak awal sampai terlukanya lelak

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Enam Tahun Tanpa Malam Pertama   95. Malam Pertama

    Edisi Malam Jumat"Wajahmu mengerikan sekali." Zamir menatap sinis Rena yang masih mendekam dalam penjara. Hari ini adalah tahun keenam ia dihukum. Masih ada empat tahun lagi yang harus ia lewati di dalam penjara untuk membayar semua perbuatannya yang telah merugikan banyak orang, sekaligus melakukan tindakan hampir membunuh seseorang dengan sengaja."Kalau lu kemari cuma mau mengejek gue, sebaiknya lu pergi aja!" Rena bangun dari duduknya dan bermaksud meninggalkan Zamir. Lelaki teman tidurnya sekaligus lelaki yang membuat semua rencananya yang hampir menguasai harta Erlan berhasil."Raka menikah hari ini. Pestanya sangat meriah. Apa kau tidak ingin lihat, bagaimana kebahagiaan kembali padanya? Heh, wanita yang pernah ia nikahi, kembali menjadi istri sahnya dan kau tahu, dia akan menjadi salah satu penerus keluarga Teja Corp. Ah, satu lagi ... Erlan juga

  • Enam Tahun Tanpa Malam Pertama   94. Pernikahan Siwi dan Raka

    PTM 48Hari pernikahan besar antara Siwi dan Raka digelar di sebuah hotel bintang tiga milik Teja yang baru saja sebulan resmi beroperasi. Berlangsung di ballroom yang cukup megah dan luas, pasangan Siwi dan Raka-lah yang pertama kali menggunakan tempat itu sebagai lokasi sakral mengucapkan janji suci pernikahan. Ruangan yang dengan kapasitas menampung maksimal kurang lebih seribu lima ratus orang. Namun tidak perlu khawatir dengan kapasitas maksimum itu, karena tamu dijamin tidak akan berdesakan dan penuh karena area foyer dari ballroom ini sangat luas.Ada yang menarik dari acara pernikahan anak pemilik hotel baru di Jakarta ini, tidak adanya pelaminan megah, tempat tamu memberikan doa dan selamat. Lalu di mana kedua pengangtin itu akan duduk? Siwi dan Raka memiliki konsep bahwa mereka yang akan berkeliling menyambut tamu yang datang. Kenapa tidak ada pelaminan dalam sebuah pesta pernikahan? Bukankah pelaminan itu hal wajib dalam sebuah pe

  • Enam Tahun Tanpa Malam Pertama   93. Pesta Ulang Tahun Ayumi

    6 Tahun KemudianHari Sabtu yang begitu dinantikan oleh anggota keluarga besar Teja dan Ria pun tiba. Hari yang akan dilangsungkannya pesta ulang tahun Ayumi; cucu mereka yang telah berusia delapan tahun.Pesta digelar dengan meriah di dalam rumah Teja yang baru saja selesai direnovasi. Yah, setali tiga uang. Sambil mengadakan pesta ulang tahun, Teja juga mengadakan syukuran acara rumah barunya yang semakin bagus dan mewah. Ada beberapa tamu artis dan petinggi yang datang memberikan selamat.Pesta yang digelar di dalam ruangan, tetapi juga tamu dipersilakan untuk menikmati pemandangan luar rumah yang sangat asri. Teja berhasil mendesign rumahnya dengan ide dan sesuai keinginannya sendiri. Begitu melihat hasilnya, ia sangat puas.Semua tamu yang datang ke rumahnya tentu saja membawa banyak kado untuk Ayumi. Gadis kecilnya yang semakin hari semakin cantik d

  • Enam Tahun Tanpa Malam Pertama   92. Ketuk Palu Hakim Pengadilan

    Rena terus saja menggaruk tubuhnya yang terasa sangat gatal. Tidak hanya di kedua kaki dan tangan, Rena juga mengalami rasa gatal di leher dan juga wajahnya. Entah apa yang terjadi sehingga tahanan lain tidak mau satu sel dengan Rena, karena amat jijik dengan bau busuk serta kudis yang muncul di permukaan kulit wanita itu.Seorang dokter sudah didatangkan untuk memeriksa Rena dan ia pun sudah diberikan salap dan juga obat yang harus diminum sehari tiga kalia agar rasa gatalnya hilang. Namun sangat disayangkan, wanita itu masih terus menggrauk seluruh tubuhnya. Jangankan tahanan lain, sipir penjara dan pengacaranya saja tidak sanggup duduk berlama-lama di dekat karena karena bau bangkai seperti bangkai tikus tercium hidung mereka. Rena pun hampir frustasi dengan keadaannya yang sangat menyedihkan. Tidak ada siapapun yang bisa menoleongnya, karena kedua orang tuanya juga masuk ke dalam penjara, karena kasus penggelapan

  • Enam Tahun Tanpa Malam Pertama   91. Permintaan Siwi

    PTM 44Kondisi kesehatan Evan berangsur pulih. Polisi menjadwalkan reka ulang kejadian esok hari. Kepada pihak kepolisian, Evan sudah mengakui kesalahannya atas penyekapan berencana bersama tiga orang pria suruhannya. Semua itu ia lakukan karena sakit hati—merasa dipermainkan oleh Siwi. Jejak ciuman Siwi dengan Raka yang nampak di matanya, membuat lelaki itu buta dan nekat melakukan kejahatan yang belum pernah ia lakukan.Erlan pun sudah mulai pulih, tetapi masih dirawat di rumah sakit, karena kepalanya masih sering sakit. Lelaki itu belum mengetahui perihal pengakuan Evan dan Rena yang sudah mendekam di jeruji besi. Pak Sulis yang meminta pada pihak kepolisian untuk menahan diri memberitahukan apapun pada Erlan, karena Erlan memiliki riwayat penyakit jantung.“Siapa kamu?” tanya Erlan pada wanita bertubuh semok yang tengah duduk termenung di sofa kamar perawatannya. Wanita itu menoleh, lalu dengan sigap be

  • Enam Tahun Tanpa Malam Pertama   90. Tertangkap

    Siwi terbangun berjam-jam berikutnya. Sinar matahari pagi yang masuk ke kamar perawatannya, membuat Siwi merasakan matanya sedikit silau. Setelah matanya dapat menatap jelas langit-langit kamar, Siwi pun merenggangkan ototnya yang kaku. Kulitnya terasa tertarik dan begitu kebas karena tangannya terlalu lama diikat pada sisi tempat tidur.Jika kemarin ia belum terlalu merasa ya nyeri di sekujur tubuhnya, tapi pagi ini tubuhnya terasa sangat sakit. Siwi menoleh ke samping, tepatnya ke arah sofa. Papa dan mamanya tengah terbaring dengan lelap. Entah pukul berapa mereka baru tidur setelah menjaganya semalaman. Jam di dinding sudah menunjukkan angka sembilan dan Siwi mulai merasakan cacing di dalam perutnya melakukan orasi.Siwi ingin bangun setengah duduk untuk mengambil air, tetapi tubuhnya tidak mampu digerakkan. Kali ini ia meringis saat merasakan nyeri pada pinggang dan juga pangkal lengan. Merasa ada pergerakan dari brangkar putriny

  • Enam Tahun Tanpa Malam Pertama   89. Rena Melarikan Diri

    Rena sudah meninggalkan kota Jakarta dengan menyewa mobil rentalan. Wanita itu ketakutan dan kabur keluar kota tanpa membawa banyak barang. Ia terlanjur takut akan kedatangan polisi ke apartemennya. Rena hanya membawa satu tas koper kecil dan beberapa surat berharga suaminya dan juga berkas-berkas usaha showroom miliknya.Awalnya pemilik rental tidak mengijinkan karena tidak menyertai sopir dari mereka. Namun Rena bersikeras ingin menyetir sendiri, sambil memberikan uang rental yang ia berikan dua kali lipat. Tentu saja pemilik rental tergiur dengan uang sepuluh juta di depan wajahnya. Rena juga berani meninggalkan KTP-nya sebagai barang bukti, jika ia tidak kembali dalam waktu tiga hari.Rena juga memberikan alamat orang tuanya (palsu) sebagai bukti kuat bahwa ia tidak mungkin melarikan diri membawa mobil rental yang ia pilih sangat biasa saja.Rena berhenti di rest area saat ponselnya berdering. Lelaki yang selalu saja m

  • Enam Tahun Tanpa Malam Pertama   88. Malangnya Erlan

    ["Apa? Evan sekarat? Papa jangan sembarangan bicara! Dia ke kantor tadi. Oke,oke ... Erlan segera kembali ke Jakarta dan langsung ke rumah sakit."]Erlan menekan gas mobilnya dengan kecepatan tinggi. Sebelah tangannya memegang setir, sebelah lagi terus menghubungi Rena. Karena tak kunjung diangkat oleh istrinya, Erlan memutuskan untuk meninggalkan pesan suara.["Evan sekarat di rumah sakit XXX. Aku harap kamu ke sana sekarang! Aku sudah berada di tol, mungkin dua jam lagi baru sampai."]SendRena baru saja keluar dari kamar mandi. Tubuhnya segar dan wangi karena memakai sabun dan lulur yang baru saja ia beli dari salah seorang temannya. Konon, lulur ini sudah didoakan oleh seorang dukun sehingga setiap wanita yang memakainya akan selalu terpancar aura kecantikan dan juga aroma tubuh yang memabukkan setiap pria.Kopernya

  • Enam Tahun Tanpa Malam Pertama   87. Pesan Raka pada Edwin

    Tangan Raka diborgol, lalu digiring masuk ke mobil polisi. Sedangkan Siwi masuk ke dalam ambulan ditemani oleh salah satu polwan. Siwi masih menangis tersedu melihat Raka yang menunduk di dalam mobil. Lelaki itu tidak mengatakan apapun, selain menitipkan Ayumi padanya. Jika Raka akan langsung dibawa ke rumah sakit, maka Raka langsung mendekam di penjara.Mendengar putrinya berada di rumah sakit, Teja dan juga Ria segera meluncur ke sana. Pihak rumah sakit tidak mengatakan apapun perihal Siwi. Mereka hanya mengatakan bahwa putri mereka sedang berada di rumah sakit dan dalam keadaan tidak baik-baik saja.Teja mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Pikiran buruk akan kemalangan putrinya semenjak munculnya Raka, membuat lelaki itu kesal. Di dalam hatinya pun menyimpan dendam pada Raka, jika sampai terjadi sesuatu pada putrinya."Pelan, Pa. Jangan sampai kita juga celaka karena Papa tida

DMCA.com Protection Status