"Non, kalau ngantuk tidur duluan saja. Saya gak lama kok. Nanti juga balik. Ucapan Non barusan saya anggap tidak pernah ada ya? Kita tidak bisa main-main dengan pernikahan," ujar Mang Dirman padaku. Sungguh aku sangat malu ditegur seperti ini, tetapi hatiku mengatakan bahwa Mang Dirman bisa menolongku."Saya takut. Saya ikut saja ke rumah sakit, Mang. Tunggu, saya ganti baju dulu." Tanpa menunggu persetujuan darinya, langsung saja aku melangkah lebar menuju kamar, lalu menguncinya. Jantungku berdetak sangat cepat. Antara malu dan juga gugup. Lancang sekali aku bicara seperti itu pada lelaki dewasa seperti Mang Dirman. Semoga ia tidak mengundurkan diri karena ucapanku barusan.Sambil berganti pakaian, aku membuka laci lemari untuk melihat berkas lamaran yang pernah aku terima dari Pak Rahmat;lelaki yang membawa Mang Dirman bekerja di rumahku sebagai sopir dan penjaga rumah.Ya ampun, aku baru tahu ia memiliki nama yang bagu
"Woy, jangan kabur lu!" teriak Mang Dirman berusaha mengejar lelaki yang baru saja kabur dengan melompat tembok rumahku."Aargh ... Malang tolooong! Ulaaar! Toloong!" mendengar teriakkanku, Mang Dirman kembali lagi dan melotot melihat banyak ular."Allahu Akbar! Non, cepat telepon security! Saya tangkap semampu saya dulu!" Mang Dirman mendorongku menjauh hingga keluar pagar, sedangkan dia mendekat ke teras sambil mengambil batu dan juga sapu yang ada di halaman rumah. Dengan gemetar, aku memencet nomor keamanan perumahan dan memberitahu bahwa banyak ular di rumahku.Tak lama kemudian, dua petugas datang sambil membawa kayu panjang dan besar. Aku bergidik ngeri sendiri. Kakiku gemetar, rasa tak mampu untuk kuat menginjak bumi saat ini. Entah apa yang mereka lakukan di sana, aku tak berani melihatnya.Bunyi sirine mobil pemadam kebakaran pun datang mendekat. Hampir semua warga yang ada di dekat rumahku, kelu
Aku sempat syok dengan banyaknya ceceran darah yang berasal dari kepala Edwin. Kakiku gemetar dan seluruh tubuh ini berkeringat. Bukan karena takut, tetapi aku merasa sangat parno dengan darah. Perutku serasa bergolak, hingga aku jatuh terduduk di lantai hotel yang dingin. Mang Dirman yang sempat pingsan dihajar oleh Mas Edwin, tiba-tiba saja bangun dan menghampiriku."Ya Allah, Non gak papa?" tanyanya dengan penuh rasa khawatir. Aku tak sanggup menjawab, hanya mampu menggelengkan kepala saja. Seorang petugas hotel datang membawakan ku minum dan memberikannya padaku.Tiga orang lelaki berbadan tegap menggotong Edwin keluar dari lobi dan secepat kilat petugas kebersihan hotel membersihkan ceceran darah tersebut."Sepertinya ini masalah keluarga, tetapi karena adanya kekerasan, sebaiknya Masnya dan Mbak segera ke kantor polisi saja. Melaporkan semua yang terjadi, sejak awal sampai terlukanya lelak
Keadaan hening untuk beberapa saat;bahkan aku mampu mendengar detak jantung yang berpacu dengan sangat cepat. "Jangan seperti ini lagi, Non. Kita belum sah. Saya khawatir, nanti saya yang tidak dapat mengendalikan diri. Saya lelaki normal dan sudah lama sendiri. Lebih baik kita sedikit berjarak ya. Non masis berstatus istri Tuan Edwin," ucap Mang Dirman padaku dengan penuh penegasan.Tidak bisa dibayangkan bagaimana malunya aku saat ini. Perbuatan konyolku malah membuat harga diriku terjun bebas di depan seorang lelaki dewasa seperti Mang Dirman."Iya, maaf," kataku lagi tanpa berani membalik tubuhku untuk menatapnya. Tak lama kemudian, langkah lelaki itu menjauh dan pintu kamar tertutup. Aku mengembuskan napas lega, lalu terduduk lemas di atas ranjang. Sungguh memalukan sekali yang kulakukan barusan. Sepertinya aku benar-benar wanita kurang belaian, dan semua ini gara-gara Edwin.POV Dirm
Damai. Itulah kesepakatan yang kami putuskan hari ini. Mas Edwin melupakan kejadian kemarin, sedangkan aku juga tidak meneruskan kasus teror dan gugatan tindakan kekerasan yang pernah dia lakukan. Biarlah untuk masalah rumah tangga, aku ajukan bukti kuatnya di pengadilan saja. Termasuk video Mas Edwin yang tengah berciuman di dalam mobil.Aku tahu, ibu mertuaku sempat tidak percaya dengan tuduhan yang aku layangkan pada anaknya. Tentu saja, mana ada orang tua yang bisa percaya begitu saja perihal kesehatan organ vital anaknya. Di kepalanya hanya ada aku yang mandul dan tidak bisa memberinya cucu. Dia sama sekali tidak curiga dengan Raka dan Mila. Apakah wanita paruh baya itu telah benar-benar diperdaya oleh anaknya?Soal harta Mas Edwin yang sudah atas namaku, berikut tabungan. Akan tetap aku perjuangkan di meja pengadilan agama. Dia yang memulai semuanya, sehingga aku memang harus sigap mengambil langkah agar harta penghasilan suamiku set
Pov Edwin"Ibu!" Aku berlari menghampiri ibu yang pingsan setelah mendengar kenyataan yang diucapkan oleh Mila."Mila, bantu aku bawa ibu ke rumah sakit!" pintaku padanya. Wanita itu mengangguk dan langsung berlari untuk membuka pintu, lalu menyiapkan mobil.Kami membawa ibu dengan perasaa khawatir. Mila duduk di belakang memangku kepala ibu di pahanya. Kuperhatikan ia jug sangat syok. Ibu pingsan setelah mendengar ocehannya tentang masa laluku yang tak ada siapapun yang tahu, kecuali Mila. Semua ini terpaksa aku sembunyikan dari Ibu, karena wanita yang melahirkanku ini tidak pernah suka dengan Eva. Apa jadinya jika ia tahu Eva mengandung anakku di luar nikah? Bisa-bisa namaku dicoret dari kartu keluarga dan tak memperoleh warisan sedikit pun.Sekarang, Ibu sudah tahu dan aku tak bisa lagi menghindar. Semua harus aku ceritakan begitu bel
“Terima kasih atas restunya, Bu. Saya berjanji akan menjadi menantu penurut,” ujar Mila dengan wajah tersipu malu. Aku sudah tak bisa membantah jika Ibu sudah membuat keputusan. Walau jauh dari dasar hatiku masih ragu untuk menceraikan Ria. Apakah tidak perlu menunggu dulu sampai hartaku kembali lagi padaku? Agar aku bisa lebih tenang menjalani hidup baru dengan Mila.“Apa lagi yang kamu pikirkan, Win? Lekas urus perceraian kamu dan cari ustazd untuk menikahkan kalian berdua. Tidak perlu resepsi. Nikah siri saja dahulu. Jika kamu sudah resmi bercerai secara Negara dari Ria, baru kalian urus pernikahan secara Negara. Bagaimana Mila?” tanya ibuku pada wanita yang sebentar lagi akan menjadi istri siriku.“Baik, Bu. Saya tidak masalah. Asal kami segera dihalalkan,” jawabnya dengan senyum terkembang.“Tapi kamu harus janji, bahwa kamu akan memberikan saya cucu. Jika tidak kembar, cucu per
"Saya terima nikah dan kawinnya Milariani binti Ahmad Muzakki dengan mas kawin seperangkat alat salat dan cincin emas tujuh gram dibayar tunai."Pernikahan siri ini pun terjadi juga. Setelah sepekan ibuku keluar dari rumah sakit. Wajah Mila nampak sumringah dan merona. Dia memang cantik, mirip sekali dengan Eva. Tak heran jika aku bisa jatuh cinta padanya, setelah kepergian Eva untuk selamanya. Aku memang menyukai dan mencintai Ria, tetapi kedekatanku dengan Mila karena adanya Raka, membuat perasaan ini terbagi dua. Aku menginginkan keduanya menjadi wanita-wanitaku, walau aku tak bisa memberi nafkah batin untuk mereka.Jika Ria bisa diberi pengertian tentang hal itu, asal rekeningnya gendut. Namun bagi Mila, aku masih bingung. Khawatir ia kecewa dengan keadaanku yang sebenarnya. Biarlah, untuk beberapa bulan ini aku beri obat tidur saja sebelum kami berhubungan."Saya mandi dulu ya, Mas," katanya dengan wajah menundu
Edisi Malam Jumat"Wajahmu mengerikan sekali." Zamir menatap sinis Rena yang masih mendekam dalam penjara. Hari ini adalah tahun keenam ia dihukum. Masih ada empat tahun lagi yang harus ia lewati di dalam penjara untuk membayar semua perbuatannya yang telah merugikan banyak orang, sekaligus melakukan tindakan hampir membunuh seseorang dengan sengaja."Kalau lu kemari cuma mau mengejek gue, sebaiknya lu pergi aja!" Rena bangun dari duduknya dan bermaksud meninggalkan Zamir. Lelaki teman tidurnya sekaligus lelaki yang membuat semua rencananya yang hampir menguasai harta Erlan berhasil."Raka menikah hari ini. Pestanya sangat meriah. Apa kau tidak ingin lihat, bagaimana kebahagiaan kembali padanya? Heh, wanita yang pernah ia nikahi, kembali menjadi istri sahnya dan kau tahu, dia akan menjadi salah satu penerus keluarga Teja Corp. Ah, satu lagi ... Erlan juga
PTM 48Hari pernikahan besar antara Siwi dan Raka digelar di sebuah hotel bintang tiga milik Teja yang baru saja sebulan resmi beroperasi. Berlangsung di ballroom yang cukup megah dan luas, pasangan Siwi dan Raka-lah yang pertama kali menggunakan tempat itu sebagai lokasi sakral mengucapkan janji suci pernikahan. Ruangan yang dengan kapasitas menampung maksimal kurang lebih seribu lima ratus orang. Namun tidak perlu khawatir dengan kapasitas maksimum itu, karena tamu dijamin tidak akan berdesakan dan penuh karena area foyer dari ballroom ini sangat luas.Ada yang menarik dari acara pernikahan anak pemilik hotel baru di Jakarta ini, tidak adanya pelaminan megah, tempat tamu memberikan doa dan selamat. Lalu di mana kedua pengangtin itu akan duduk? Siwi dan Raka memiliki konsep bahwa mereka yang akan berkeliling menyambut tamu yang datang. Kenapa tidak ada pelaminan dalam sebuah pesta pernikahan? Bukankah pelaminan itu hal wajib dalam sebuah pe
6 Tahun KemudianHari Sabtu yang begitu dinantikan oleh anggota keluarga besar Teja dan Ria pun tiba. Hari yang akan dilangsungkannya pesta ulang tahun Ayumi; cucu mereka yang telah berusia delapan tahun.Pesta digelar dengan meriah di dalam rumah Teja yang baru saja selesai direnovasi. Yah, setali tiga uang. Sambil mengadakan pesta ulang tahun, Teja juga mengadakan syukuran acara rumah barunya yang semakin bagus dan mewah. Ada beberapa tamu artis dan petinggi yang datang memberikan selamat.Pesta yang digelar di dalam ruangan, tetapi juga tamu dipersilakan untuk menikmati pemandangan luar rumah yang sangat asri. Teja berhasil mendesign rumahnya dengan ide dan sesuai keinginannya sendiri. Begitu melihat hasilnya, ia sangat puas.Semua tamu yang datang ke rumahnya tentu saja membawa banyak kado untuk Ayumi. Gadis kecilnya yang semakin hari semakin cantik d
Rena terus saja menggaruk tubuhnya yang terasa sangat gatal. Tidak hanya di kedua kaki dan tangan, Rena juga mengalami rasa gatal di leher dan juga wajahnya. Entah apa yang terjadi sehingga tahanan lain tidak mau satu sel dengan Rena, karena amat jijik dengan bau busuk serta kudis yang muncul di permukaan kulit wanita itu.Seorang dokter sudah didatangkan untuk memeriksa Rena dan ia pun sudah diberikan salap dan juga obat yang harus diminum sehari tiga kalia agar rasa gatalnya hilang. Namun sangat disayangkan, wanita itu masih terus menggrauk seluruh tubuhnya. Jangankan tahanan lain, sipir penjara dan pengacaranya saja tidak sanggup duduk berlama-lama di dekat karena karena bau bangkai seperti bangkai tikus tercium hidung mereka. Rena pun hampir frustasi dengan keadaannya yang sangat menyedihkan. Tidak ada siapapun yang bisa menoleongnya, karena kedua orang tuanya juga masuk ke dalam penjara, karena kasus penggelapan
PTM 44Kondisi kesehatan Evan berangsur pulih. Polisi menjadwalkan reka ulang kejadian esok hari. Kepada pihak kepolisian, Evan sudah mengakui kesalahannya atas penyekapan berencana bersama tiga orang pria suruhannya. Semua itu ia lakukan karena sakit hati—merasa dipermainkan oleh Siwi. Jejak ciuman Siwi dengan Raka yang nampak di matanya, membuat lelaki itu buta dan nekat melakukan kejahatan yang belum pernah ia lakukan.Erlan pun sudah mulai pulih, tetapi masih dirawat di rumah sakit, karena kepalanya masih sering sakit. Lelaki itu belum mengetahui perihal pengakuan Evan dan Rena yang sudah mendekam di jeruji besi. Pak Sulis yang meminta pada pihak kepolisian untuk menahan diri memberitahukan apapun pada Erlan, karena Erlan memiliki riwayat penyakit jantung.“Siapa kamu?” tanya Erlan pada wanita bertubuh semok yang tengah duduk termenung di sofa kamar perawatannya. Wanita itu menoleh, lalu dengan sigap be
Siwi terbangun berjam-jam berikutnya. Sinar matahari pagi yang masuk ke kamar perawatannya, membuat Siwi merasakan matanya sedikit silau. Setelah matanya dapat menatap jelas langit-langit kamar, Siwi pun merenggangkan ototnya yang kaku. Kulitnya terasa tertarik dan begitu kebas karena tangannya terlalu lama diikat pada sisi tempat tidur.Jika kemarin ia belum terlalu merasa ya nyeri di sekujur tubuhnya, tapi pagi ini tubuhnya terasa sangat sakit. Siwi menoleh ke samping, tepatnya ke arah sofa. Papa dan mamanya tengah terbaring dengan lelap. Entah pukul berapa mereka baru tidur setelah menjaganya semalaman. Jam di dinding sudah menunjukkan angka sembilan dan Siwi mulai merasakan cacing di dalam perutnya melakukan orasi.Siwi ingin bangun setengah duduk untuk mengambil air, tetapi tubuhnya tidak mampu digerakkan. Kali ini ia meringis saat merasakan nyeri pada pinggang dan juga pangkal lengan. Merasa ada pergerakan dari brangkar putriny
Rena sudah meninggalkan kota Jakarta dengan menyewa mobil rentalan. Wanita itu ketakutan dan kabur keluar kota tanpa membawa banyak barang. Ia terlanjur takut akan kedatangan polisi ke apartemennya. Rena hanya membawa satu tas koper kecil dan beberapa surat berharga suaminya dan juga berkas-berkas usaha showroom miliknya.Awalnya pemilik rental tidak mengijinkan karena tidak menyertai sopir dari mereka. Namun Rena bersikeras ingin menyetir sendiri, sambil memberikan uang rental yang ia berikan dua kali lipat. Tentu saja pemilik rental tergiur dengan uang sepuluh juta di depan wajahnya. Rena juga berani meninggalkan KTP-nya sebagai barang bukti, jika ia tidak kembali dalam waktu tiga hari.Rena juga memberikan alamat orang tuanya (palsu) sebagai bukti kuat bahwa ia tidak mungkin melarikan diri membawa mobil rental yang ia pilih sangat biasa saja.Rena berhenti di rest area saat ponselnya berdering. Lelaki yang selalu saja m
["Apa? Evan sekarat? Papa jangan sembarangan bicara! Dia ke kantor tadi. Oke,oke ... Erlan segera kembali ke Jakarta dan langsung ke rumah sakit."]Erlan menekan gas mobilnya dengan kecepatan tinggi. Sebelah tangannya memegang setir, sebelah lagi terus menghubungi Rena. Karena tak kunjung diangkat oleh istrinya, Erlan memutuskan untuk meninggalkan pesan suara.["Evan sekarat di rumah sakit XXX. Aku harap kamu ke sana sekarang! Aku sudah berada di tol, mungkin dua jam lagi baru sampai."]SendRena baru saja keluar dari kamar mandi. Tubuhnya segar dan wangi karena memakai sabun dan lulur yang baru saja ia beli dari salah seorang temannya. Konon, lulur ini sudah didoakan oleh seorang dukun sehingga setiap wanita yang memakainya akan selalu terpancar aura kecantikan dan juga aroma tubuh yang memabukkan setiap pria.Kopernya
Tangan Raka diborgol, lalu digiring masuk ke mobil polisi. Sedangkan Siwi masuk ke dalam ambulan ditemani oleh salah satu polwan. Siwi masih menangis tersedu melihat Raka yang menunduk di dalam mobil. Lelaki itu tidak mengatakan apapun, selain menitipkan Ayumi padanya. Jika Raka akan langsung dibawa ke rumah sakit, maka Raka langsung mendekam di penjara.Mendengar putrinya berada di rumah sakit, Teja dan juga Ria segera meluncur ke sana. Pihak rumah sakit tidak mengatakan apapun perihal Siwi. Mereka hanya mengatakan bahwa putri mereka sedang berada di rumah sakit dan dalam keadaan tidak baik-baik saja.Teja mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Pikiran buruk akan kemalangan putrinya semenjak munculnya Raka, membuat lelaki itu kesal. Di dalam hatinya pun menyimpan dendam pada Raka, jika sampai terjadi sesuatu pada putrinya."Pelan, Pa. Jangan sampai kita juga celaka karena Papa tida