Devan menepati janjinya untuk membawa Aisha ke perusahaan. Dia tidak mau kalau sampai wanita itu melakukan kesalahan apa pun nantinya. Jadi, segala upaya telah dilakukan oleh Devan memenuhi kebutuhan Aisha.
Di perusahaan Aisha ada di bagian data entry.
Tidak mungkin juga dia biarkan Aisha bekerja pada perusahaan lain kalau masih bisa dibantu.
Berkas di atas meja kerjanya telah selesai. Tapi Devan sedang menunggu orangtuanya yang katanya siang ini akan datang. Sedangkan Aisha pasti akan masuk ke dalam ruangan untuk membawakan makan siang itu. Berangkat bareng, makan siang bareng, pulang bareng dilakukan oleh Devan dan juga Aisha.
Terdengar suara pintu diketuk kemudian Devan mengalihkan pandangannya dan melihat kalau orangtuanya datang juga. Beranjak dari kursi kerjanya menyambut kedua orang itu lalu meminta untuk duduk.
Begitu orangtuanya duduk. Devan meminta untuk dibuatkan minuman pada anak buahnya. “Mama ke rumah kamu tadinya. Tapi kok sepi, ya?”
“Aisha kan kerja, Ma.”
“Dia berhenti di sana?”
“Nggak, dia di sini. Dia minta izin kerja. Waktu dia bilang mau cari pengalaman, aku masukin di sini. Dia nggak ada pengalaman apa-apa di luar sana. Jadi, aku masukin aja dia di sini. Sekalian bisa aku awasi.”
Devan mengatakan dengan jujur. Aisha begitu disayangi oleh orangtuanya Devan juga karena mereka kecil dan tumbuh bersama. Hanya saja ada terpaut usia.
“Kamu sudah kunjungi, Nita?”
“Sudah baikan, Ma. Aisha juga udah carikan tempat baru. Makanya sekarang dia kerja keras banget karena kredit rumah.”
Orangtuanya tersenyum karena sudah pasti akan membela Aisha. Dari dulu sikap orangtuanya Devan juga sangat baik sekali. “Baik sekali dia, ya.”
“Mama sendiri tau Aisha bagaimana.”
“Terus, Devan. Soal pernikahan, kami rencana jodohin kamu.”
Devan memutar bola matanya mendengar perkataan tentang perjodohan itu. Sebenarnya Devan tidak butuh apa-apa lagi. Kalau sekadar pemuas nafsu, dia punya Aisha.
Pria itu menatap ke arah sang papa. “Papa nggak akan jodohkan kamu kalau kamu punya pengganti, Devan. Tapi ini demi kamu sembuh aja dari luka kamu.”
“Mungkin bentar lagi, Pa. Tunggu saja, ya.”
Meski tidak berjanji akan buka hati lagi. Tapi Devan memang tidak ada rencana ke depannya untuk menikah. Teman tidurnya sudah ada Aisha, toh juga menikah untuk memuaskan diri. “Memangnya sampai kapan burung kamu nggak dipakai?”
Dia terkekeh mendengar ucapan papanya. “Jangan khawatir. Papa urus saja perusahaan Papa. Tunggu aku beberapa bulan lagi pasti kenalin calon. Nggak usah dijodohin, tapi harus janji nggak dari kalangan pengusaha.”
“Nggak akan, Devan. Yang penting bisa sembuhkan kamu.”
“Aisha gimana, Devan?” tanya mamanya langsung nyeletuk. “Dia cantik, masih gadis juga pastinya, kan? Dia nggak pernah pacaran. Kamu nggak tertarik sama dia?”
Lirikan matanya Devan kepada mamanya cukup dingin ketika sang mama menawarkan Aisha untuk Devan. “Jangan, Ma! Devan anggap Aisha itu udah kayak adiknya sendiri.”
Devan mengiyakan ucapan orangtuanya. “Yang dibilang Papa benar kok. Nggak usah sama dia, Ma.”
“Tapi dia cantik.”
“Tapi nggak Aisha juga, Ma.”
“Dia pembantu, tapi berpendidikan kok.”
Sementara Devan melirik ke arah papanya ketika mamanya terus berusaha meyakinkan kalau Devan bersama dengan Aisha. “Aku cari sendiri nanti, Ma. Jangan Aisha.”
“Kenapa sih? Kan dia cantik, pintar, dia juga baik. Dari kecil udah sama kita.”
“Bukan soal itu, Ma. Tapi Aisha punya tanggung jawab ke Hendra sama Bu Nita.”
Tapi kalau Devan ingat kembali jika dia takut Aisha hamil soal hubungan mereka. Membuat pikirannya menjadi kalut untuk sekarang.
Aisha itu tidak boleh hamil, karena Devan memikirkan masa depannya juga. Tidak mungkin ada anak yang menghalangi masa depannya.
Aisha masuk membawakan minuman untuk mereka, padahal yang diminta bukan Aisha. “Aisha.” Panggil mamanya Devan.
“Ibu kapan pulang?”
“Udah beberapa hari, tadi sempat ke rumah. Tapi sepi banget.”
“Hehehe iya, sekarang Aisha di sini. Kerja sama Mas Devan.”
“Berapa lama di sini?”
“Ada sebulan deh kayaknya. Tapi nanti mau pulang dulu, soalnya Ibu pulang dari rumah sakit.”
Mamanya Devan mengangguk. “Ya udah, jangan keluar dari rumah itu, ya. Nggak ada yang bisa Ibu percaya selain kamu. Nanti kita ke rumah sakit bareng. Biar bisa jemput Ibu kamu sekalian.”
Aisha menganggukkan kepalanya. Kemudian melirik pada Devan. “Nanti balik lagi ke rumah?”
“Balik, Mas. Mau antar Ibu sama Hendra ke rumah baru. Pindahan juga nanti diurus sama Hendra.”
Devan mengiyakan, padahal dia tidak mau sendirian di rumah. Takut kesepian karena sudah terbiasa tinggal berdua dengan Aisha.
Malam harinya terdengar suara pintu dibuka. Devan menolehkan kepala ketika melihat Aisha pulang membawa kantong plastik belanjaan. Tadi sempat mengantarkan ibunya Aisha pulang juga. Tapi karena dia butuh waktu dengan keluarganya. Jadi harus tetap ada di sana, Devan beserta keluarga memilih pulang lebih awal.
“Sudah makan?”
“Sudah, Mas.” Aisha menghampiri dan meletakkan kantong belanjanya di atas meja. “Mas sudah makan?”
“Sudah, tadi beli.” Devan melihat kantong plastik itu yang terdapat minuman. “Kamu beli apa?”
“Pelancar datang bulan, Mas. Aku datang bulan.”
Devan melirik dan menghela napasnya baru tadi siang dia bahas tentang itu pada diri sendiri tentang kehamilannya Aisha tidak terjadi.
“Kamu datang bulan?”
“Ya, udah dua hari. Tapi ini yang sakit.”
Devan baru saja pulang dari kantornya yang agak sedikit terlambat dari Aisha, sampai rumah bukannya istirahat. Tapi menyaksikan Aisha bertengkar dengan Juan.Pemandangan ini sudah biasa.Devan hafal sekali kedatangan pria itu hanya untuk uang. Sementara Aisha sampai berteriak mengatakan tidak ada uang. Devan malas berurusan dengan pria ini. Begitu turun dari mobil, ia langsung melangkah menuju pintu.“Jangan kalung itu, Ayah!!”Devan menoleh ketika Juan pergi. Sedangkan Aisha berusaha mengejar. Karena kalung itu merupakan hadiah dari mamanya Devan untuk Aisha beberapa tahun lalu.Aisha pulang lebih dulu untuk hari ini karena harus siapkan makanan untuk Devan.Tapi Devan berusaha tidak peduli ketika Aisha menangis. Kalung itu berharga, bagi Devan juga. Karena apa pun pemberian mamanya selalu dia hargai. Justru direbut oleh Juan.Aisha masuk ke dalam rumah waktu Devan membuka sepatunya.Waktu itu Aisha berusaha menyeka air matanya. “Mau sampai kapan dia ngerusuh seperti ini?”Aisha buru
“Kamu bisa kerja nggak?” teriak Devan ketika melihat laporan keuangan yang berantakan. Data yang diserahkan oleh Andi tidak sesuai dengan yang dia terima di komputernya. Emosinya memuncak saat Andi terlihat begitu santai sekali menanggapi apa yang dikatakan oleh Devan barusan. Kemungkinan besar dia juga akan memecat pria ini karena terlalu abai soal laporan keuangan yang harusnya dia dapatkan dengan hasil yang sangat teliti, tapi berbeda dari apa yang dia terima di komputernya sesuai dengan apa yang dilakukan oleh tim audit. “Keluar sekarang juga, Andi!” teriak Devan karena tidak terima karena tidak adanya kejujuran di sini. Sementara data yang dia terima memang berbanding terbalik dari laporan yang membuat Devan emosi sangat tinggi kepada Andi. Pria itu keluar dari ruangannya lalu masuklah Aisha ke dalam ruangan membawakan makan siang untuknya. “Dia kenapa?” “Laporan keuangan dipermainkan. Dana banyak yang nggak ada. Aku sendiri sudah cek laporan beberapa kali,” jawabnya pada A
Semua terlintas dalam benaknya Devan. Ucapan Aisha yang masih dia pikirkan beberapa hari lalu. Di dalam kepalanya, tidak ada yang lain untuk sekarang ini setelah bicara dengan Aisha. Menyebutkan kalau Devan akan menikah suatu hari nanti. Tapi tidak dengan Aisha yang mengatakan kalau dia tidak akan pernah menikah. Lantaran sudah terlanjur rusak oleh ulahnya Devan yang mengajak Aisha tidur. Ditambah juga dengan uang yang sebagai bayaran sebagai tanda terima kasih telah ditemani tidur. Sekarang telah disesali Devan. Aisha memang perawan untuk pertama kalinya juga Devan melakukan itu dengan orang terdekatnya. Selama pacaran, dia hanya mengajak kekasihnya untuk jalan, tapi tidak untuk melakukan suatu hal yang tidak baik. Hanya Aisha yang terjebak di dalam hubungan tidak baiknya Devan. Aisha telah dipekerjakan lama di rumahnya. Ketika Aisha kecil pun ikut bersama Ibu Nita untuk bermain dengan Devan. Ketika dewasa, yang merusak wanita itu bahkan Devan sendiri. Dalam benaknya juga ada pen
Linda tidak mengatur segala rencana yang diinginkan Devan. Semua dibebaskan asalkan Devan bersedia menikah. Ketika anak mereka menyebut kalau menginginkan bersama dengan Aisha. Maka pilihannya adalah menyetujui, sebab Aisha juga sudah lama sekali tinggal di rumah mereka berdua. Tentu pilihan Devan juga tidak sembarangan untuk menikah. Usai patah hati dan mengatakan kalau dia tidak akan pernah menikah. Tapi berbeda sekarang, justru meminta izin menikahi Aisha. Jadi, Linda pun mengiyakan permintaan sang anak yang tidak buruk. Karena Aisha juga berpendidikan, baik, juga sangat lembut sekali. Mengurus Devan sudah sangat lama. Mereka tinggal berdua usai Devan membeli rumah dan membawa Aisha. Sedangkan sebentar lagi ibunya Aisha akan kembali lagi menjadi asisten di rumahnya Linda. Sambil menunggu suaminya yang sedang bersiap-siap. Mereka akan pergi melamar Aisha kepada Nita hari ini. Dari awal Linda menyadari bahwa anaknya terlihat jauh lebih perhatian kepada Aisha. Namun dengan perhati
Devan diberitahukan oleh orangtuanya kalau lamaran dengan orangtuanya Aisha sudah dilakukan. Sekarang tinggal giliran Devan mengakui ajakan pernikahan itu kepada Aisha.Pria itu menunggu jam makan siang untuk bisa berduaan dengan Aisha. Malam ini juga akan pulang ke rumah pribadinya. Aisha juga sudah kembali lagi ke rumahnya Devan. Mereka akan tinggal bersama lagi untuk nantinya.Ceklek.Devan menoleh ke sumber suara, pintu ruangannya dibuka. “Mas Devan.” Wanita itu ceria begitu datang membawakan makanan.Dia hanya menghela napas panjang.Jadi begini calon istrinya?Devan bangun dari tempat duduknya lalu membantu Aisha meletakkan makan siang itu di atas meja. “Ibu kamu sudah ngomong sama kamu?”“Soal lamaran?”Devan mengangkat kepalanya. “Ya.”“Mas Devan yakin mau menikah sama aku?”Devan tersenyum. ‘hanya sebagai penyelamat karena Aisha bilang tidak akan pernah menikah’ dia berkata di dalam hati lalu pria itu mengangguk. “Yakin kok.”“Mas Devan nggak masalah aku jadi pembantu?”“Kapa
Devan baru saja selesai menghubungi orangtuanya tentang rencana pernikahan dengan Aisha. Orangtuanya justru antusias mendengar mereka berdua akan menikah. Aisha juga menerima, tidak keberatan dengan ajakannya Devan. Sedangkan Devan ingin menikah karena tanggung jawab semata.Bukan karena mencintai, ataupun jatuh cinta kepada Aisha.Mungkin bisa dikatakan kalau pernikahan mereka sementara.Devan belum siap berumah tangga. Apalagi kalau ada anak nantinya. Dia berpikir panjang soal itu. hanya saja mengajak Aisha menikah memang merupakan kesalahan terbesar. Tapi kalau tidak seperti itu. Aisha akan jauh lebih terpuruk.Memaksakan diri untuk jatuh cinta kepada Aisha.Dia membalas pesan dari papanya tentang gedung pernikahan yang sepenuhnya diserahkan pada orangtua.Devan memilih gedung yang banyak sekali foto diberikan oleh papanya.Pria itu menghela napasnya lalu turun untuk mengambil air minum. Ketika dia turun, dilihatnya televisi sedang menyala. Devan melanjutkan langkahnya ke dapur dan
Devan bangun lebih awal dibandingkan Aisha. Wanita itu masih nyenyak, semalam mereka berdua begadang karena bertukar banyak cerita. Devan mendengarkan, Aisha cerita. Juga begitu sebaliknya untuk giliran menceritakan kegiatan mereka. Devan menahan diri tidak menyentuh Aisha lantaran berpikir masih ada hari esok ketika pernikahan mereka melakukannya.Dia berpakaian rapi dan keluar dari kamar untuk siapkan sarapan.Devan ke dapur dan membuka kulkas untuk bahan sarapan pagi ini. Hanya bahan sederhana, jadi ketika menikah nanti Aisha akan berhenti bekerja. Akan full di rumah. Mengenai anak yang dibahasnya di kantor. Devan akan pikirkan nanti.Sarapan yang disiapkan adalah sandwich untuk Aisha dan itu cukup mudah sekali dibuat. Juga ada tambahan salad buah.Lama Devan menyiapkan sarapan. Aisha keluar dengan dandanan sudah rapi. Aisha menghampiri. “Maaf kalau telat bangun.”“Nggak apa-apa.” Jawabnya Devan menaruh sarapan itu di atas meja. Aisha duduk setelah Devan menaruh piring di atas meja
Aisha diminta pulang oleh orangtuanya untuk bicarakan mengenai pernikahan dirinya dengan Devan. Sedangkan Aisha juga sudah yakin kalau dia dan Devan akan menikah dan memiliki anak sesuai dengan yang diucapkan oleh pria itu kepadanya. Tidak mencintai, tapi akan mencoba untuk membina rumah tangga.Aisha pulang sendirian, tanpa ditemani oleh Devan. Karena Juan memintanya untuk bertemu malam ini di rumah ayahnya. Bukan di rumah yang ditempati oleh ibunya Aisha. Hendra sengaja tidak ikut karena ini akan bicara dengan mereka saja. Tanpa libatkan Hendra.Dia meminta izin kepada Devan untuk pulang ke sana.Pria itu juga tidak keberatan. Tapi baru kali ini orangtuanya mengajak untuk bicara secara rahasia seperti ini. Ibunya juga tumben mau pulang ke rumah ini lagi dan bertemu bersama dengan Juan.Dia tiba terlambat, sedangkan ibunya sudah lebih dulu di sana.“Ibu sama siapa ke sini?”“Hendra yang antar.”Tapi ekspresi ayahnya berbeda dari biasanya. “Duduk, Aisha!”Wanita itu juga melihat ke ar
Devan seperti kehilangan arah ketika mendapati Aisha pergi meninggalkannya karena tidak bisa bertahan di sisinya. Sudah empat bulan ini Aisha pergi setelah pengakuannya Devan kalau dia lebih jatuh cinta kepada wanita itu dibandingkan dengan istrinya. Kalau sekarang, Aisha memang belum ada di hatinya. Tapi Devan memasukkan Bianca ke dalam rumah tangganya. Menganggap kalau ini akan baik-baik saja. Tapi semua itu justru menjebak dia untuk masuk ke dalam kubangan bencana besar di dalam rumah tangganya.Terdapat beberapa hal yang juga membuat Devan merasa kesepian sekali pada kehidupannya. Tidak ada tangisan Thania di rumah ini. Tidak ada yang merangkak ketika Devan sedang menonton televisi. Tidak ada yang tidur di lengannya setiap malam.Baru dia menyadari semua itu saat Thania menjadi alasannya untuk bertahan.Di kantor tempatnya bekerja. Tidak ada gairah sama sekali untuk mengerjakan semuanya. Rasa kosong itu terasa sekali. menurut informasi yang Devan dapatkan juga kalau istrinya sekar
“Aisha, Mama mertua kamu mau jemput ke sini. Katanya mau ajak kamu jalan-jalan sama Thania.” Aisha juga sudah siap-siap. Mendapatkan telepon dari mama mertuanya cukup menyenangkan. Hari ini mertuanya menyempatkan waktu untuk jalan-jalan. Kebetulan juga besok Devan akan menjemputnya bersama dengan Thania di rumah ini. Besok juga dia akan pulang bersama anaknya. Aisha sudah memasang gendongan untuk anaknya. “Aku mau berangkat sebentar lagi, Bu.” Ujarnya ketika disapa oleh Nita. “Kalau begitu Ibu pergi bentar ke supermarket, ya. Takut Ayah kamu pulang nanti marah-marah kalau nggak ada makanan.”Kemudian tidak lama mertuanya datang waktu Aisha menunggu di luar. Linda keluar dari mobil dan mengedarkan pandangannya. “Ya ampun, sekarang rumah kamu bagus banget.” “Iya, Ma. Ayah aku ada rezeki, jadi di renovasi.” “Ini bukan biaya sedikit, Aisha. Ayah kamu keren juga.” Aisha menganggukkan kepalanya dan kemudian dia tersenyum. “Kalau begitu, Mama mau masuk dulu atau gimana?” “Ibu kamu ada
Selama berada di rumahnya Juan, kehidupan Aisha memang terpenuhi oleh orangtuanya. Tidak ada kekurangan apa pun selama ada di sana. Ayahnya yang sudah punya segalanya. Ibunya juga beberapa kali dia dengar diminta untuk berhenti bekerja di rumah orangtuanya Devan. Memang kalau untuk urusan itu Juan agak keras.Juan juga memberikan pengertian kepada Aisha untuk masalah rumah tangga. Memang benar kalau Aisha sendiri tidak bisa membayangkan dirinya kalau menjadi janda nanti. Karena Devan yang berubah-ubah sikap.Selama ini Aisha menganggap kalau rumah tangganya dengan pria itu tidak ada masalah sama sekali. Tapi justru membuat Aisha bisa sadar kalau konflik waktu itu masih membekas di kepalanya Aisha.Juan juga memberikan pandangan yang baik untuk Aisha. Bahwa tidak semua pernikahan itu berjalan dengan mulus. Aisha juga tidak pernah cerita kepada ayahnya jika masalahnya dengan suaminya sampai sekarang tidak ada titik terangnya. Tapi sikapnya Devan yang kadang membuat luluh, tapi juga memb
“Kamu kenapa?” Aisha hendak diantar ke rumah orangtuanya karena Devan hari ini akan pergi ke Bali. “Nggak apa-apa, Mas.” Pria itu sudah selesai packing barangnya sebelum berangkat ke bandara hari ini. Sedangkan Aisha akan menginap di rumah orangtuanya bersama dengan Thania. Anaknya sudah berusia tujuh bulan. Apa saja yang dibutuhkan Aisha untuk kebutuhan si kecil tidak pernah dibatasi oleh Devan. Pria itu juga menambah uang kebutuhannya Aisha selama di rumah. Aisha juga sudah selesai siapkan barangnya untuk pergi ke rumah orangtuanya. Tapi dia menatap Devan dengan intens. Tidak lama setelah itu Devan mengambil Thania dari gendongannya Aisha. “Baik-baik di rumah, ya. Papa mau kerja.” Kata pria itu sambil mencium anaknya. Hanya bisa tersenyum melihat kedekatan keduanya. Thania juga begitu bahagia dihampiri oleh Devan. Apalagi sampai digendong seperti itu. Dia bisa tersenyum melihat anaknya yang mencium Devan. “Aisha, kamu kenapa melihatku seperti itu?” dengan buru-buru Aisha menga
Suara gelak tawa Thania pagi-pagi ketika Aisha keluar dari kamar mandi. Anaknya asyik bersama dengan Devan. Memang kalau soal menemani Thania, dia sendiri akui kalau Devan itu sangat bisa menjadi ayah untuk anaknya. tapi masih gagal menjadi suami untuk Aisha.Suara anaknya yang tertawa seketika membuat Aisha tertawa dengan perlakuan Devan yang mencium anaknya tapi justru dibalas dengan tawa. Hari ini Devan menyempatkan lagi untuk pergi jalan-jalan. Suaminya sering di rumah beberapa waktu belakangan ini dan menjaga bayinya.Menurut Aisha, itu memang sangat disukai oleh Devan. Seharian penuh Devan bisa menjaga anaknya. istirahat hanya saat si kecil disusui saja. Devan mencium telapak tangan anaknya yang membuat si kecil tertawa terbahak lagi.Aisha pergi dari sana untuk memakai bajunya sebelum mereka berangkat. Devan hanya menolehkan kepalanya tadi.Aisha mengambil gendongan bayi setelah bersiap-siap. Anaknya digendong oleh Devan. Dia yang memasang gendongan itu kemudian Devan menaruh
Aisha hanya berdua dengan Thania di rumah. Dia menyusui anaknya sambil menggendong anak perempuannya. Devan pulang atau tidak sudah bukan lagi urusannya Aisha. Yang penting anaknya bisa tumbuh dengan baik. Sejak pria itu mengatakan cintanya tidak ada di Aisha dua bulan lalu. Aisha juga hanya bisa fokus mengurus bayinya. Cinta pria itu tidak ada sama sekali untuknya. Hanya berlandaskan nafsu semata. Thania sedang dia pangku setelah anaknya menyusu. “Papa nggak pulang malam ini.” Kata Aisha mencoba menghibur dirinya sendiri dan bicara pada Thania. Anak itu pun terdiam dengan ucapan sederhana Aisha. Meskipun suaminya tidak pulang, Aisha tetap bertahan di rumah ini. Karena meskipun Devan selingkuh, anaknya tetap diurus dengan baik. Jadi, ini yang dirasakan oleh ibunya dulu ketika Juan selingkuh. Ini yang membuat Nita bertahan demi anak. Aisha bisa tersenyum meratapi masa mudanya hanya untuk mengurus anak.“Mama akan bertahan sampai kamu berusia satu tahun, Thania. Kalau Papa nggak be
“Aku memberinya nama Thania Putri Devanisha, panggilannya Thania.” kata Devan tiba-tiba saat Aisha sedang menyusui anaknya. Ada kedua orangtua Devna juga di sana. Serta ada ibunya Aisha yang ikut hadir untuk mengunjungi Aisha.Mereka berbincang sederhana. Mungkin ini adalah salah satu cara Devan mengelabuinya untuk tidak ketahuan selingkuh oleh orangtuanya maupun pada ibunya Aisha.Wanita itu tersenyum begitu suaminya memberikan nama yang mencakup antara nama dirinya juga Devan.“Kamu yakin kasih nama itu?” tanya mamanya.Devan menganggukkan kepalanya dengan setuju atas nama itu. Aisha juga tidak keberatan nama anaknya seperti itu. karena mencakup mereka berdua.“Aisha, Ibu pulang dulu, ya. Soalnya hari ini teman-teman adik kamu mau ke rumah. Nggak enak kalau nggak ada yang siapin makanan.” Ucap Nita pamit dengan baik-baik pada orangtuanya Devan juga.Pria itu mengantarkan ibunya Aisha sampai di depan.Devan kembali, Linda bertanya. “Kenapa kamu nggak antar saja tadi?”“Ada yang nungg
Pagi harinya, Aisha bangun dari tidurnya satu hari setelah pulang dari rumah sakit. Suaminya ada di sebelahnya untuk membantu mengurus anak mereka berdua. Memang bukan keinginan Aisha untuk seperti ini. Rencana setelah melahirkan adalah bersama dengan orangtuanya. Tapi takdir berkata lain, dia menyaksikan sendiri suaminya mendekap bayinya di pelukannya berada di kursi yang tidak jauh dari tempat Aisha tidur. Semalaman suaminya yang menjaga anak mereka. Apa ini hanyalah akal-akalan Devan saja agar Aisha tidak pergi? Karena dia begitu menginginkan anak perempuannya lahir. Anaknya juga sudah berganti pakaian dan tidur dengan keadaan tengkurap di dada pria yang tanpa baju itu. “Bentar lagi Mama datang.” Kata Devan memberitahu begitu Aisha bangun dari tempat duduknya lalu kemudian hendak ke kamar mandi. Mertuanya akan datang ke sini untuk menengok cucu mereka. Devan juga mengubah posisi menggendong anak itu. Biasanya pria akan jauh lebih takut menggendong anak. Tapi tidak dengan Deva ya
Aisha ada di rumah sakit, dia membawa diri sendiri meskipun sudah ditawari oleh mertuanya untuk tinggal di rumah mereka terlebih dahulu menjelang kelahiran buah hari mereka. Namun, Aisha memilih menetap di rumah suaminya. Pisah ranjang dengan Devan. Keadaan memang tidak membaik, tapi meski begitu Aisha hanya ingin bertahan dengan pernikahan yang telah dipilihnya waktu itu.Pergi ke rumah sakit sendirian, adalah hal paling menyedihkan baginya. Akan mengurus bayinya sendirian. Suaminya justru sibuk dengan wanita lain di luaran sana. memang benar kalau Aisha telah memilih untuk menikah dengan Devan. Tapi tidak seperti itu juga membuat dia bersedih seperti ini. pernikahan yang diimpikan hanya tinggal kenangan. Wanita itu ada di ruang inap rumah sakit. Karena takut jika terjadi apa-apa terhadap kandungannya. Tidak memberitahukan orangtuanya maupun mertuanya kalau dia telah ada di rumah sakit. Rumah tangganya yang dipikir baik-baik saja. Devan justru selingkuh. Memilih hidup dengan wani