Jarum jam bergerak, setiap detik terdengar bunyinya, membuat hati Ayu semakin gelisah, tidak tahu harus berbuat apa mengingat Sasmitha menghubungi Ardian dan mengajaknya untuk bertemu di hotel. Saat ini Arkana sedang bermain di dalam box bayi, wajah cerianya sesekali menghibur rasa gelisah di hati Ayu. "Kemana ya Daddy kamu, dia sedang apa saat ini ya? Tidak mungkin kan jika ..."Tiba-tiba, Ayu mendengar suara mobil masuk ke dalam pekarangan rumah Ardian, Ayu menghela napasnya, ia berharap Ardiannya pulang dengan selamat, sementara saat ini terlihat Saka yang datang membawa beberapa tentengan plastik. Ayu menggendong Arkana menggunakan gendongan bayi, Arkana terlihat senang bukan main, Ayu pun mengajak Arkana untuk bertemu Saka. "Assalamualaikum, hai jagoan Uncle?" sapa Saka dengan sumringah. Semenjak Arkana lahir, Saka seperti memiliki seorang teman, ia terkadang selalu membantu Ayu, jika Ardian sibuk dengan pekerjaannya. Saka membawa banyak mainan untuk Arkana, sementara saat in
BRAAKK ....Pintu hotel tidak terkunci dan terbuka karena Ayu sudah tidak sabar ingin memergoki Ardian dengan Sasmitha. Ayu sontak terkejut melihat Ardian tengah memeluk Sasmitha. Ardian dan Sasmitha merasa salah tingkah, ia melihat kamar hotel sudah dihiasi kelopak mawar merah dan putih yang berserakan di atas ranjang, juga di lantai. Ardian merasa terkejut bukan main, bagaimana Ayu bisa mengetahui rencananya ini. "Tega kamu Mas!" ucap Ayu yang menangis tersedu. Ardian menggaruk kepalanya, sementara Sasmitha menjadi tidak enak hati melihat Ayu mengetahui semuanya. "Jangan salah paham Ayu, ini tidak seperti yang kamu pikirkan, aku dan Sasmitha hanya ...""Hanya berdua? Apa sih mau kamu Mas? Aku di rumah mengurusi anak kita, tapi di luar kamu berkhianat seperti ini? Janji kamu mana Mas? Aku seperti ini karena siapa?" teriak Ayu, ia meluapkan semuanya, rasa pengorbanan dan cinta seakan tidak berarti setelah semua masalah yang dilalui bersama. "Ayu, dengarkan aku, kamu percaya kan d
Ayu mengajak Arkana jalan-jalan sore disekitar komplek perumahan, suasana sore hari cukup membuat Ayu merasa senang, mampu mengusir rasa bosan selama beberapa hari ini di rumah, sudah 3 hari tubuh Arkana terasa hangat, dan itu membuat Ayu harus menjadi ibu siaga setiap waktu, karena Arkana selalu menangis dengan tubuhnya yang sesekali panas. "Ayu!" panggil seseorang yang membuat Ayu menoleh ke arahnya. Ayu mengerutkan keningnya, seorang pria tengah berlari ke arahnya. "Maaf, kamu mengenalku?" tanya Ayu heran. Pria tersebut berkacak pinggang, pakaian yang dikenakannya hanya baju kaos dan celana pendek, dan sandal selop yang terlihat mahal. Ayu mengingat-ingat kembali wajah pria tersebut, tubuh yang tinggi, kulit yang putih dan rambutnya yang sedikit pirang, entah warna cat rambut, atau rambut asli. "Ay, Ayu!" panggil lagi pria itu. "Kok kamu tahu namaku sih? Aku enggak mengenal kamu loh!" jawab Ayu yang mulai merasa risih. "Aku Reno, aku teman satu kelas kamu di Amerika dulu, saa
Ayu sudah selesai menyiapkan bekal makanan untuk Ardian, hari ini Ardian terus membujuknya tersenyum, karena sedari tadi Ayu masih kesal dengan sikap Ardian yang tidak boleh membiarkan ia bekerja. Hari ini Saka datang, ia membawakan makanan buatan Dewi untuk Ayu dan Ardian, ia juga merindukan Arkana karena sudah hampir 2 minggu ia tidak menengok jagoan kecilnya. Ardian sudah berangkat, Ayu mengantarkan Ardian sampai di depan pintu pagar. "Jangan cemberut Sayang, aku pulang terlambat ya, soalnya Pak Daffa mengajak rapat di luar kantor!""Hem," jawab Ayu, lemas. Ardian mencium kening Ayu dan berlalu pergi ke kantor, tidak lama setelah mobil Ardian menghilang, suara deru motor berhenti membuat Ayu menoleh ke arah pagar."Pagi, dengan Mbak Ayu?" tanya pria yang memakai baju seragam dan membawa sebuket bunga mawar putih. "Ya, saya sendiri! Ada apa ya Pak?" tanya Ayu heran. "Ini, ada kiriman bunga mawar untuk Mbak, silakan tanda tangan!""Hah?" tanya Ayu, dengan rasa heran ia menurut
Malam hari Ayu duduk gelisah menanti Ardian yang belum sampai, ia merasa penasaran mengingat isi surat yang ia dapat, jika dirinya harus datang ke taman dekat komplek perumahannya. "Apa aku beritahu Mas saja ya!" ucapnya gelisah. Ardian terkejut saat dirinya turun dari mobil, ia melihat mobil mewah berwarna hitam terparkir di depan rumahnya. "Assalamualaikum Sayang, aku pulang!" teriak Ardian. Ayu yang mendengar suara Ardian segera menghampirinya, dan membulatkan bibirnya dengan satu jari telunjuk. "Walaikumsallam, ssst ... jangan keras-keras, Arkana sedang tidur. "Iya maaf, itu mobil siapa?" tanya Ardian yang ikut penasaran. Ayu menjadi gelisah, mau tidak mau ia memberikan surat yang ia dapatkan, dan beberapa hadiah yang lainnya. Ardian menghela napasnya, dan melonggarkan dasinya. "Sudah Sayang, biarkan saja, mungkin itu hanya kerjaan orang iseng!"Ayu mengangguk ragu, ia mengikuti langkah Ardian sampai di dalam kamar. Ardian membuka bajunya, saat ini ia merasa gerah, karena
Sudah lewat dua hari, mobil mewah yang diberikan untuk Ayu tidak di ambil oleh si pemiliknya, Ardian merasa curiga, ia tidak mengerti apa yang sedang di incar oleh sang pemilik atau sang penggemar rahasia Ayu. Ardian membuka pintu mobil tersebut, ia melihat seisi dalam mobil yang terlihat sangat bagus, namun kedua pasang matanya melihat sepucuk kertas, seperti sebuah foto di mana ada foto Ayu bersama seorang pria. "Siapa pria ini?" tanya Ardian. Ardian membalikkan foto itu, terdapat nomor ponsel yang tertulis, sehingga Ardian merasa yakin jika ini adalah nomor ponsel pria yang ada di foto itu. Ardian menghela napasnya, ia tersenyum melihat foto Ayu yang masih anak-anak, wajahnya tidak pernah berubah, senyum manis di bibirnya masih terlihat indah di foto itu. "Wajar jika banyak pria yang mengidolakan istriku!" tuturnya. Ardian menyimpan nomor ponsel itu, ia tidak akan memberitahu Ayu hal ini, ia berniat untuk mencari sendiri siapa sosok pria yang mengidolakan Ayu, sang istri. Ar
Sungguh pria berkacamata itu tidak bisa melupakan cinta pertamanya, gadis berdarah indonesia yang tidak sengaja mengisi hatinya kala dirinya sendiri tanpa kasih sayang dari orang-orang sekelilingnya. Pertemuan antara dirinya dengan Ardian, memperjelas semuanya jika saat ini ia sudah tidak memiliki ruang untuk mengambil hati Ayu. "Ardian, pria yang terlihat begitu menyayangi Ayu!" ucapnya sambil memandang ke arah pemandangan senja di balkon rumahnya. Reno berpindah menuju ke ruang tamu, ia berpikir keras bagaimana caranya untuk bisa berpindah hati kepada wanita lain, sedangkan luka di dalam hatinya masih segar, setelah menerima kenyataan bahwa Ayu adalah istri orang. ***Arkana sudah tertidur lelap, lima menit yang lalu Saka berkunjung dengan Sasmitha, dan membuat keceriaan di ruang tamu Ardian. Angin malam menyapa syahdu Ardian dan Ayu yang tengah berdua saja di atas ranjang, kecantikan Ayu tidak pernah berkurang, justru terus bertambah selama menjadi istrinya. "Apa kamu menyesal
Ardian mengusap pusara sang ibu, Siska memeluk Ayu karena ikut merasa sedih atas kepergian Oma, wanita paruh baya yang selalu mendidik Siska selama beberapa bulan tinggal di kampung halaman sang Daddy. Herdian tempak terduduk lesu, Mora sudah pergi lebih dulu akibat penyakit diabetes yang sudah dideritanya sejak lama. "Semoga amal dan ibadahmu diterima disisi-NYA.""Aamiin Ya Rabb!" sambung Ardian. Kesedihan Herdian begitu mendalam, namun kehadiran Arkana mampu mengobati hatinya yang sedih akan kepergian istri tercinta. "Dimana Roman?" tanya Ardian, sepanjang di acara pemakaman, tidak terlihat sosok Roman, sang adik kandung. "Roman siapa?" tanya Ayu heran. "Roman adikku, Sayang!""Oh!" ucap Ayu. Setelah Siska menghubungi Ardian, Ardian dan Ayu bergegas untuk pulang ke kampung halaman Ardian, rasa cemas menghantui mereka selama perjalanan, Ayu pun tidak sempat memberitahu kepada Ibunya juga Saka. Sesampainya di kampung halaman, Ardian segera berlari mencium jasad sang ibu yang