Mata Zeya menatap benda asing yang tergeletak begitu saja di atas meja kayu.
Ditatapnya benda asing itu sampai Zeya yakin bahwa benda itu bukan milik putranya maupun Andrew.
"And, ini punya siapa?" Tanya Zeya mengangkat tablet dari atas meja lalu menggoyang di depan wajah Andrew.
Andrew yang baru selesai menata makanan dan minuman ke atas meja, melirik sekilas ke arah tablet.
"Itu punya Om Andrew, Ma. Om Andrew mau menghadiahi Anze tapi Anze tolak," sanggah Anze terburu-buru takut mama-nya salah paham.
Zeya menoleh ke samping, menghadiahi putranya kecupan di kening. Zeya kembali menoleh dengan mata memicing serta alis terangkat naik.
"Eh itu memang buat Anze. Hehehehe." Andrew tertawa kecil dibawah tatapan mengintimidasi dari Zeya.
"Sogokan ya? Anze tidak menerima suap dalam bentuk apa pun. Betul kan Anze?" Zeya kembali menoleh dengan senyum manis di wajahnya.
Anze berkata, "Iya Ma."
#Makanya jangan ber
Andrew meringis miris menatap wajah putra Zeya yaitu Anze yang saat ini duduk dihadapan Andrew menatap dengan pandangan polos. Anze yang lugu menanyakan alasan Andrew kerap menginap di rumahnya.Hubungan Anze dengan Andrew perlahan semakin akrab dari hari ke hari.Andrew yang tak pernah membayangkan akan mendapat pertanyaan kritis seperti ini dari Anze."Om Andrew rumahnya di mana? Kok sering menginap di rumah Anze?" Tanya Anze yang dilanda rasa penasaran.Andrew dibuat mati gaya dan tak berkutik.Digaruknya belakang kepalanya yang tak gatal. Dilanda gugup akibat pertanyaan anak kecil.Tertawa kecil Andrew menjawab, "Om suka tinggal di sini."#Kok anak kecil zaman sekarang bisa bertanya hal seperti ini ya# Andrew misuh-misuh saat dipandangi Anze."Berarti sama seperti om Kiki. Om dulu juga sering menginap di rumah Anze," celoteh anak lelaki usia sepuluh tahun itu.Hati Andrew memanas setiap Anze menyebut nama K
Kediaman Zefanya ..."Ma, kok tante Lenna belum tiba. Nanti kalau Anze telat bagaimana?" Ucap bocah lelaki yang berusia sepuluh tahun bernama Anze dengan penampilan rapinya.Seragam merah putih, tas ransel di punggung serta sepasang sepatu sudah dipakai Anze.Wajar saja bila Anze mengomentari ketidakhadiran Lenna di pagi ini."Mungkin tante lagi ada urusan. Tunggu sebentar lagi ya," ucap Zeya menyuapkan suapan terakhir ke dalam mulutnya.Sarapan pagi Zeya berupa nasi kuning telah habis disantap. Zeya juga sudah berpakaian rapi.Zeya melirik ke arah atas menatap dinding sebelah kanan di mana letak jam dinding terpasang. Mata Zeya melihat arah jarum jam sudah di angka tujuh.Seketika hati Zeya juga diliputi kegelisahan.Sesekali Zeya membuka aplikasi WhatsApp untuk memeriksa pesan masuk.Ya barangkali saja Lenna mengabari mengenai keterlambatan wanita itu.Seiring bunyi detak jam di dindi
Tentu saja tujuan utama Andrew bertandang ke kediaman Zeya bukan untuk mengantar Zeya ke kantor saja.Andrew sudah merencanakan pagi ini untuk memperkenalkan Zeya pada orangtuanya.Dengan keahlian mengemudi, Andrew menginjak pedal gas mobilnya. Mobil sedan yang Andrew kemudikan melesat cepat di jalan raya.Jarak tempuh antara sekolah dan kediaman Zeya tidaklah jauh. Dan Andrew bersyukur karena hal ini.Mobil Andrew baru saja masuk ke halaman namun terhalang kendaraan lain.Mata Andrew menatap tak suka ke arah mobil tipe mini entah milik siapa yang sudah terparkir dulu di kediaman Zeya.#Sial, aku terlambat kembali kemari. Siapa yang bertamu sepagi ini# Andrew menggerutu tak senang.Dia memarkirkan kendaraannya secara sembarang. Lalu meloncat turun dari mobil.Mesin mobil memang sudah dia matikan. Namun kunci mobil belum dia cabut.Fokus pikiran Andrew saat ini adalah tamu misterius di rumah Zeya.
Kamu yakin mau membawa aku untuk menemui keluargamu?" Tanya Zeya lagi untuk ketiga kalinya.Saat pertama kali Zeya bertanya itu dikarenakan Andrew memutar balik kendaraan ke arah berlawanan dengan arah yang seharusnya dituju mereka yaitu ke arah luar kompleks.Kedua kali Zeya bertanya saat melirik Andrew yang senyum-senyum sendiri tapi masih fokus menyetir kendaraan.Kini mereka sudah berdiri di teras kediaman keluarga Park. Zeya kembali bertanya alasan mereka berada di sini."Iya. Aku harus memperkenalkanmu kepada orangtuaku. Agar mereka tahu hubungan kita saat ini," ujar Andrew mengamit lengan Zeya agar menyejajarkan langkah kakinya."Tapi kenapa harus pagi ini. Kita bisa telat ke kantor," kepala Zeya bergerak ke kiri lalu ke kanan.Zeya memang gelisah karena Andrew tak memberitahu dirinya sebelum pertemuan pagi ini."Kamu tenang saja. Kita hanya sebentar berada di rumahku. Kamu lupa kalau aku adalah atasanmu juga. Lagip
Hubungan yang sehat adalah hubungan yang dipublikasikan secara resmi di depan semua orang.Begitulah yang ada di pikiran Andrew. Zeya juga sependapat dengan pemikiran Andrew.Kendati tahu bahwa tak ada masa depan untuknya dan Andrew, namun Zeya hanya ingin menjalani hubungan yang sehat walaupun singkat.*****Setelah lepas dari kediaman keluarga Park, Andrew dan Zeya berangkat ke tempat kerja bersama.Saat tiba di lobi kantor, semua penghuni gedung Maxima memperhatikan dua sosok Andrew dan Zeya yang berdiri bersisian. Bukan hanya berdiri berdampingan tapi lengan Andrew merangkul pinggul Zeya.Mata Sekar terbuka lebar memelototi tangan Andrew yang ditaruh di tubuh Zeya.Saking lebarnya itu mata, mungkin sewaktu-waktu mata Sekar bisa terlepas dari bola matanya."Kamu kenapa lagi Sekar," tanya rekan kerja Sekar melihat ekspresi aneh Sekar.#Jangan-jangan Sekar cemburu melihat kedekatan Zeya dan bos# pikir rekan
Sudah berulangkali Zeya menolak keinginan Andrew untuk mengajaknya kembali mengulang indahnya kebersamaan mereka.Zeya bukan sosok wanita yang sok jual mahal. Dia hanya takut semakin jatuh ke dalam jerat cinta.Namun Andrew masih tak menyerah membujuk Zeya dan pada akhirnya Zeya luluh memenuhi keinginan Andrew.*****Kamar tidur Zefanya ..."Anakmu tidak akan bangun tiba-tiba bukan?" Tanya Andrew, tangannya sibuk melepas pakaian yang melekat ditubuh kekarnya.Jantung Zeya berdebar kencang ketika tubuh bagian atas Andrew yang tak memakai apa pun terpampang jelas di depan wajah Zeya.Tubuhnya juga mulai terasa panas dingin dan dia berusaha menetralkan napasnya yang sedari tadi memburu oksigen.Zeya sendiri tengah terbaring di atas ranjang dengan tubuh tanpa pakaian. Tadi sebelum Andrew masuk ke dalam kamar, Zeya sudah terlebih dahulu membuka baju lalu menyembunyikan tubuh polosnya di balik selimut.
Zefanya tidak pernah menyangka bahwa dunia kampus jauh lebih kejam daripada dunia semasa dia berada di bangku SMA. Zeya yang sejak muda sudah hidup mandiri, berpikir bahwa mungkin dia akan mendapat kawan baik saat menjalani kuliah. Namun apa yang dia harapkan tidak terjadi.Adik perempuannya tetap menjadi si gadis populer, sementara dirinya dianggap kuper (kurang pergaulan). Well, bukan salah mereka juga menganggap Zeya seorang gadis kuper. Zeya sendiri tidak suka bergaul."Anna, kamu serius mau pacaran sama Andrew? Dia itu sudah terkenal playboy kampus," ucap Zeya sibuk menatap layar laptopnya.Anna yang tengah merias diri di depan cermin, tersenyum kecil mendengar pertanyaan kakak perempuannya."Tentu saja aku tahu dia itu playboy. Justru itu daya tariknya hingga aku mau menjadi kekasih Andrew Park. Dia itu kekasih yang murah hati dan perhatian," Anna membanggakan Andrew pada kakak perempuannya.Zeya mengabaikan pujian yang Anna berik
Zeya duduk gelisah dibalik kemudi mobilnya. Mobil yang dia kendarai tiba-tiba mogok di tengah jalan dan sialnya dia berada di kawasan sepi penduduk.Entah kenapa Zeya bisa nyasar sampai melewati jalan ini. Apalagi hari sudah larut malam. Dia sengaja berkeliling untuk menghabiskan waktu supaya saat dia kembali ke apartemen, dia langsung mandi dan tidur. Dia enggan berbasa-basi dengan ibu tirinya. Apalagi papa juga lebih suka mengomeli dirinya jika mereka bertemu.Zeya sudah menghubungi ponsel Anna tapi adik tirinya itu tidak mengangkat panggilan masuk darinya. Mau tidak mau Zeya terpaksa menelepon jasa derek mobil tapi tentu saja dia tetap mesti menunggu kedatangan mobil derek.-Apes. Ini di mana ya kok bisa-bisanya aku nyasar sampai kemari- gerutu Zeya menatap sekitarnya dari balik kaca mobil.Dia takut hal buruk akan terjadi padanya kendati Zeya bukan sosok gadis yang takut pada kematian. Dia lebih takut dilecehkan pemabuk atau disiksa penculik.
Malam pertama Zeya bukan merupakan malam pengantin namun sensasi perasaan dag dig dug masih dialami Zeya. Jantungnya tidak bisa berdetak normal hingga dia terus menerus menegak air putih dari gelas yang ada di atas nakas. Dia berpikir setelah meminum air putih, perasaannya menjadi tenang kembali.Dia telah duduk di pinggir ranjang kamar hotel menunggu suaminya kembali dari acara resepsi. Putranya, Anze dia titip untuk dijaga oleh Wilona.Tangan Zeya saling bertautan di pangkuannya. Matanya memperhatikan gerak jarum jam dari layar ponselnya.-Ke mana Andrew pergi. Kenapa belum kembali juga- batin Zeya duduk gelisah.Ceklek, daun pintu didorong terbentang lebar. Melihat keadaan Andrew di ambang pintu membuat Zeya bergegas menghampiri suaminya."Kamu mabuk?" tanya Zeya jelas masih tidak percaya melihat suaminya sempoyongan."Istriku," ujar Andrew berusaha bergelayut di bahu Zeya.Dengan tangan sigap, Zeya memapah
Perhelatan akbar pernikahan pengusaha Park berlangsung megah dan meriah. Dua sosok manusia berdiri di atas podium panggung acara menjadi sosok sorotan para tamu hadirin.Zeya tampil begitu memukau dengan gaun pengantin berwarna putih gading. Kepalanya juga dihiasi tiara bertabur berlian kecil yang memang sengaja dipesan oleh Wilona ke pengrajin perhiasan untuk dipakai Zeya malam ini. Lihatlah, betapa memukau penampilan Zeya menjadi ratu di hari bahagianya.Senyum tidak lepas dari bibirnya kendati rahangnya sudah mulai kaku. Dia ingin menunjukkan pada semua orang bahwa dia bahagia.Penampilan Andrew juga tampak tampan dengan tuxedo putih dan kemeja putih. Untuk celana, dia juga memakai warna putih. Rambutnya disisir begitu rapi dengan bantuan gel rambut. Senyum juga tidak lepas dari bibir Andrew sepanjang hari."Lihatlah Anna belum sempat makan. Tubuhnya sudah mulai limbung," omel Andrew mencondongkan tubuhnya berbisik di telinga Zeya.M
Anze menghabiskan akhir pekan bersama Andrew atas keinginan Zeya.Minggu depan mereka akan menikah jadi Zeya ingin Anze lebih akrab lagi bersama Andrew.Andrew membawa Anze pergi ke salah satu tempat wisata terbuka. Pantai Ancol di sabtu pagi ini.Bukan tanpa alasan Andrew membawa Anze kemari. Andrew ingin bersantai menghilangkan penat beban kerjanya sekaligus ingin mengenal dekat calon anaknya.Zeya memilih tidak ikut serta acara ayah dan anak. Zeya mempercayai Andrew mampu menjaga Anze tanpa kehadirannya."Om, ayo kita main di pasir. Anze mau buat istana dari pasir. Anze pengin coba kayak mereka," tunjuk Anze pada satu keluarga yang posisinya tidak jauh dari mereka.Andrew mengangguk setuju. Dia akan memenuhi apa pun keinginan Anze."Ayo, kita bikin seperti itu juga."Mereka berdua mengambil peralatan yang sengaja Andrew bawa didalam bagasi mobil. Satu sekop plastik dan dua ember plastik. Hanya itu yan
"Kalian mau menikah secepatnya?" Pekik Alin menatap tak percaya dua orang yang duduk di seberang meja.Mereka bertiga duduk di salah satu meja restoran favorit Alin untuk menyantap makan siang.Alin duduk berhadapan dengan Zeya dan Andrew.Mata Alin sedari tadi tak mengalihkan pandangan dari pasangan bucin di depannya. Tangan Andrew yang terus menggenggam tangan Zeya tentu tidak luput dari mata jeli Alin.Alin cukup heran melihat Zeya begitu mudah memaafkan Andrew. Alin malah menduga bakal ada drama sebelum hubungan kakak lelakinya dan Zeya kembali membaik. Ternyata yang terjadi malah diluar prasangkanya."Wajahmu terlihat bodoh, Alin. Tentu saja kakak mau menikah dengan Zeya secepatnya. Kamu setuju dengan usulku kan, Zeya?" Tanya Andrew memandang Zeya penuh sorot pemujaan.Alin saja sampai meleleh melihat sikap mesra Andrew yang baru kali ini dia lihat.-Dari tadi kamu tidak menanyakan pendapatku, Andrew- batin Zeya.
Sebulan telah berlalu. Zeya sudah kembali menjalani rutinitas harian bersama orang-orang terkasih. Sosok Andrew lenyap begitu saja sejak kejadian kecelakaan yang Zeya alami.Zeya mengira dia bisa berjumpa dengan Andrew di tempat kerja. Ternyata dia juga tidak menemukan sosok Andrew di Maxima.Menahan rindu itu berat. Zeya sama sekali tidak menaruh benci terhadap apa yang sudah dia alami. Awal mula dia memang merasakan kebencian namun perlahan rasa itu hilang. Rasa cinta kembali mendominasi di hati Zeya.Cinta memang terkadang tidak masuk logika. Hingga Zeya menurunkan harga dirinya mencari Andrew lewat panggilan telepon.'Nomor yang Anda panggil sedang berada di luar jangkauan. Silahkan hubungi beberapa saat lagi'Suara operator yang menyambut Zeya. Zeya langsung memutuskan panggilan telepon dan memilih menunggu jam istirahat makan siang. Dia berencana mengorek informasi keberadaan Andrew dari Alin."Kenapa lirik jam tangan
Perlahan mata Zeya terbuka. Silau cahaya lampu menusuk masuk matanya. Dia berusaha menyesuaikan matanya dengan pencahayaan di sekitar.Zeya mengamati sekelilingnya untuk mengetahui di mana dirinya berada. Satu pemahaman masuk saat melihat selang infus tertancap di punggung tangan kirinya.Zeya mengingat dirinya mengalami kecelakaan di depan rumah Andrew karena sikap gegabahnya.-Apa anakku selamat- batin Zeya.Pintu ruangan Zeya terdorong ke dalam dan tubuh Alin berjalan memasuki ruangan. Zeya menatap lurus ke arah Alin. Alin yang masih belum menyadari tengah diperhatikan, menutup pintu dan berjalan dengan fokus menatap layar ponselnya.Bahkan sampai duduk di sofa, tatapan Alin tak beralih dari layar ponselnya.Zeya menggerutu kesal melihat tingkah Alin yang mengabaikannya."Hei," panggil Zeya melambaikan tangan.Sayangnya Alin tak melihat lambaian Zeya. Tapi Alin mendengar suara Zeya yang memanggi
Brankar didorong oleh salah satu petugas menuju ruang ICU, Andrew dan Alin mengikuti dari arah belakang. Begitu tiba di depan pintu ruang ICU, langkah Andrew dan Alin terhenti."Mohon tunggu di sini. Kalian tidak bisa ikut masuk ke dalam. Para dokter dan suster akan menangani pasien," ucap si petugas pendorong brankar yang terbaring Zeya di atasnya.Pintu ruangan terbuka lalu tertutup didepan Andrew. Pria itu hanya menanggapi ucapan petugas dengan anggukan dan berdiri di depan pintu yang telah menutup."Ini semua salahmu Kak. Kenapa Kakak tidak bisa menerima kehadiran bayi yang Kak Zeya kandung padahal bayi itu anakmu juga."Terdengar suara isak tangis dari sisi samping Andrew. Namun Andrew tidak mau menghibur adiknya yang tengah bersedih.Dia sendiri merasa sedih. Merasa berdosa karena menyakiti Zeya. Merasa bodoh karena membentak Zeya hingga Zeya kabur dan berakhir ditabrak oleh mobil yang lewat didepan kompleks perumahan. Andrew membenci dirinya
"Zeya, kamu baik-baik saja?" Wilona bangkit dari tempat duduknya dan memeluk tubuh Zeya.Tangis Zeya pecah saat tubuhnya sudah dalam pelukan Wilona. Tangan Wilona mengusap punggung Zeya penuh kasih sayang. Wilona ikut merasakan kesedihan Zeya."Sssh. Kamu baik-baik saja kan?" Wilona mengulang pertanyaannya.William bertukar pesan dengan istrinya melalui tatapan mata. Pesan yang meminta istrinya menghibur Zeya.Butuh beberapa menit hingga tangis Zeya usai. Secara perlahan, Wilona melepas pelukannya. Zeya menarik tubuhnya menjauh. Tangannya sibuk membersit hidungnya yang tersumbat dengan sapu tangan.Tangan Wilona mengusap-usap kepala Zeya dan tersenyum lembut.Setelah merasa tenang, pipi Zeya merona malu. Dia sadar sudah mempermalukan dirinya di hadapan keluarga Andrew."Maafkan aku. Aku tak bermaksud mengganggu acara sarapan kalian," Zeya mengucapkan penyesalannya."Kamu tidak menganggu kami. Kami memang belum
Setelah Andrew meminta Zeya menunggu selama sebulan untuk menunggu kepulangan Anna, Zeya melakukan aksi 'ngambek' yang dimulai dari mengabaikan panggilan masuk serta pesan masuk yang dikirim oleh Andrew padanya.Bahkan saat bertemu Andrew di tempat kerja, Zeya bersikap profesional. Entah apa yang ada di otak Andrew hingga membiarkan aksi 'ngambek' Zeya terus berlanjut."Kak, apa hubungan Kakak dan Kak Zeya telah berakhir?" Alin sengaja bertanya karena melihat sikap acuh Zeya serta sikap cuek Andrew saat mereka bertemu.Tentu saja Alin merasa heran dan menduga hal buruk telah terjadi."Kami baik-baik saja. Biasalah mood wanita hamil yang kadang tak jelas," sahut Andrew membolak-balik kertas laporan yang diserahkan Alin padanya."Hah? Kak Zeya hamil? wow," Alin berlonjak gembira sambil bertepuk tangan. Tawa bahagia terdengar dari mulut Alin."Aku bakal jadi aunty sebentar lagi. Aku tidak sangka ternyata Kak Andrew tokcer juga. Aku kira K