Lea duduk di atas jendela kamarnya seraya menunggu kedatangan Nicholas. Seperti biasa, Nicholas akan datang pada malam hari seperti ini. Beberapa saat sebelum jam tidurnya.
"Kenapa lama sekali?" Lea menatap keluar jendelanya, yang berhadapan langsung dengan taman belakang rumahnya. Lea berdiri, tapi sesuatu menabrak tubuhnya dengan keras hingga ia terjatuh di atas ranjang.
"Ah." Lea sangat terkejut. Ketika ia membuka matanya ternyata itu Nicholas, Werewolf jantan itu kini membenamkan wajahnya di leher Lea seraya menghirup dalam-dalam aroma Lea.
"Astaga, kau mengagetkan aku." Lea pasrah ketika Nicholas menindihnya. Ini sudah seperti rutinitas Nicholas setiap malam seperti ini, ia akan menghirup aroma matenya selama beberapa menit atau yang paling lama bisa satu jam. Lea tidak bisa melakukan apa-apa karena Nicholas terlihat sangat menikmatinya.
"Sudah?" tanya Lea begitu Nicholas mengangkat wajahnya. Nicholas men
"Seperti yang kalian lihat, mereka dengan kejamnya membakar tubuh para Vampir bangsawan setelah membunuhnya." Aslan mengambil sebuah pedang dan mengusap-usap mata pedang yang tumpul itu."Bagaimana mungkin?""Tidak bisa di percaya." Suasana gua itu menjadi berisik karena gumaman-gumaman tidak percaya mereka, tidak percaya jika Vampir bangsawan mereka dibunuh begitu saja."Ya, tidak bisa di percaya. Raja yang selama ini kalian hormati, kalian junjung, dan kalian ikuti ternyata dalang dibalik tewasnya semua anggota kerajaan. Bukankah itu sangat kejam?" Aslan semakin memprovokasi vampir-vampir yang ada di sana."Kalian tahu dia melakukan itu untuk apa? Untuk keserakahan daerah kekuasaannya. Lihat! Siapa yang diuntungkan karena tewasnya Vampir yang tidak bersalah itu? Mereka, kerajaan Dragon dan semua yang terlibat.""Lalu kau bilang pemuda itu Vampir bangsawan yang terakhir, apakah benar?" Salah satu V
"Peri tumbuhan?" Calista bertanya tidak percaya. Ayahnya seorang peri? Ini adalah hal tidak terduga sama sekali."Ya, tapi peri tumbuhan telah menghilang 30 tahun terakhir, aku tidak percaya ada yang masih hidup dan ternyata itu adalah ayahmu," kata Lucas. Yang ia tahu memang begitu, peri tumbuhan telah punah sejak puluhan tahun yang lalu. Entah apa sebabnya Lucas tidak tahu."Lucas, bisakah kita mencarinya sekarang?" pinta Calista."Mungkin kita harus ke Amovrion, kita bisa bertanya di sana." Calista mengangguk cepat."Ibu, aku dan Lucas akan pergi mencari Ayah. Bolehkah?" Calista meminta izin dulu kepada ibunya."Pergilah. Lucas, tolong jaga putriku." Sela mengizinkan, bagaimanapun ia tidak dapat mencegah putrinya mencari tahu tentang ayahnya. Lucas menganggukkan kepala ketika Sela meminta tolong, tanpa diminta pun Lucas pasti akan menjaga Calista.Setelah mendapat izin dari
"Yang Mulia," sapa Putri Jingmi. Lucas memberikan anggukkan singkat sebelum akhirnya ia kembali menggiring Calista naik ke kamar paling atas. Dalam diam, Putri Jingmi menatap kesal keduanya."Permisi, King Lucas dan Queen Calista mau kemana?" Jingmi memberanikan diri untuk bertanya pada Kenzo."Ke kamar. Queen Calista kelelahan, jadi, King Lucas membawanya beristirahat." Kenzo menjawab, kemudian ia pergi dari sana."Gadis itu memang beruntung, ya?" Salah satu tabib yang berada di belakang Putri Jingmi bersuara. "Hanya dia satu-satunya perempuan yang bisa memasuki kamar King Lucas," lanjutnya."Kamar King Lucas?""Ya. Kamar King Lucas berada di tempat tertinggi di istana ini, tidak ada wanita manapun yang pernah masuk terkecuali wanita tadi yang bersamanya," jelas tabib laki-laki itu."Hei, panggil ia Yang Mulia Ratu. King Lucas bisa marah." Tabib yang lainnya menegur tabib
Makan malam ini lumayan agak berbeda, kini meja makan mereka terdiri dari Lucas, Calista, dan Putri Jingmi. Calista duduk berdekatan dengan Lucas dan hal itu sukses membuat diri Jingmi dipenuhi rasa cemburu."Sayang, kau harus makan sayurnya juga," kata Lucas ketika ia melihat piring Calista."Iya, aku akan memakannya." Calista mengambil sayuran dan memakannya, lalu matanya mencari-cari sesuatu yang sepertinya tidak terhidang di meja makan."Kau mencari apa?" tanya Lucas."Hm ... Makanan pedas, tidak ada kah?" tanya Calista. Sebagai penyuka makanan pedas, bagi Calista makanan itu harus ada di meja makan. Jika tidak maka selera makan Calista akan berkurang."Makanan pedas? Aku akan menyuruh pelayan membawakannya." Lucas memanggil salah satu pelayan lalu menyuruhnya membawa makanan pedas untuk Ratunya, melihat hal itu Calista tersenyum lalu berterima kasih."Terima kasih, Lucas."
"What? Peri Tumbuhan? Ayahmu?" Suara Lea sangat keras hingga Calista mungkin harus menutup mulut sahabatnya itu dengan sepatu. Calista heran sekali dengan sahabatnya yang suka sekali bersuara keras saat terkejut."Lea, jangan berisik!" Calista menutup wajahnya dengan tangan ketika orang-orang di perpustakaan menatap tajam ke arah mereka berdua. Ini perpustakaan tapi suara Lea yang terkejut seperti toa. Sangat keras"Maafkan aku." Lea meringis ketika melihat orang-orang di sekitarnya. "Jadi, apakah itu benar?" Lea merendahan suaranya agar ia tidak kembali ditatap tajam oleh mahasiswa yang sedang belajar di perpustakaan ini.Calista mengangguk. "Benar, sekarang kami dalam usaha mencari ayahku. Semoga saja masih hidup." Kalimat terakhir Calista ucapkan dengan nada rendah."Whoah, aku tidak percaya ini, ternyata selama ini sahabatku adalah keturunan seorang peri," kata Lea. Semenjak ia berteman dengan Calista, tidak ada
"Hei, aku tidak bisa memanah." Calista memegang busur panah yang Lucas berikan kepadanya, sejak tadi Lucas selalu menyuruhnya untuk mencoba.Mereka kini berada di arena latihan para prajurit kerajaan Dragon, Lucas mengajak Calista ke Amovrion. Karena Calista yang merasa bosan, jadi ia memutuskan untuk ikut juga. Bahkan ia bolos kuliah hari ini. Ternyata Raja Naga itu membawa pengaruh buruk untuknya. Sedikit."Kau coba saja dulu."Mau tidak mau Calista kembali mencobanya. Calista mengambil anak panah lalu menarik anak panah itu ke arah belakang yang sebelumnya sudah ia kaitkan dengan tali pelontarnya. Setelah menarik agak jauh, Calista melepaskannya.TakGagal. Calista gagal lagi, anak panah itu menyentuh tanah. Tidak mengenai target sama sekali. Melihat itu Putri Jingmi yang sejak tadi memperhatikan di sudut lapangan tidak bisa mengehentikan mulutnya untuk tidak menyeringai. Bodoh seka
Aslan melewati jalan setapak untuk sampai ke hutan tempat Satyr tinggal, Satyr sendiri adalah makhluk berupa kambing separuh manusia. Ah, soal manusia Aslan belum pernah datang ke dunia manusia. Selain karena ia bukan bangsawan, ia juga tidak tertarik untuk datang ke dunia tempat makhluk lemah itu.Memang, yang bisa ke dunia manusia adalah mereka yang bangsawan, tapi tidak semua bangsawan karena hanya yang terpilih bisa melakukannya. Yang pasti, yang terpilih untuk membuka portal penghubung itu tidak memiliki niat untuk mengacaukan keseimbangan. Keseimbangan dua dunia."Lewat mana lagi?" Aslan menatap jalan di depannya yang banyak cabang, Satyr memang sengaja membuat pendatang bingung. Itu tandanya mereka, para Satyr menolak makhluk lain.Aslan mengeluarkan sebuah peta yang tadi Alberio berikan bersama dengan sebuah ramuan, Aslan membolak-balik peta itu tapi ia tidak mengerti. Di depannya terdapat jalan bercabang 7 tapi di pet
"Cincin siapa yang kau pakai?" Lucas menatap cincin yang tersemat di jari manis Calista. Ia akui Calista cantik dengan cincin itu, tapi ia penasaran dengan siapa yang memberikan cincin itu kepada gadisnya."Ah, ini cincin milik seorang pria. Sangat cantik bukan?" Calista mengangkat jarinya di mana cincin itu terpasang.Lucas memelototkan matanya. "Apa Seorang pria? Katakan, katakan kepadaku pria mana yang memberikannya kepadamu." Lucas menegang bahu Calista dan menggoyang-goyangkannya. Mengabaikan beberapa orang di koridor kampus menatap mereka berdua heran."Astaga. Lucas, ini punya ayahku," jelas Calista. Spontan Lucas menghentikan kegiatannya yang menggerak-gerakkan tubuh Calista. Ia berdehem. "Ayahmu?""Ya, ibuku semalam memperlihatkannya kepadaku, jadi, aku ingin memakainya.""Hm, begitu, ya. Pokoknya kau jangan memakai cincin dari pria lain, terkecuali ini." Lucas mengangkat jari Calista dan m
Alunan musik yang dimainkan lembut oleh pemusik di dalam aula ini menjadi suara pengantar Calista menuju Lucas yang sudah berdiri di panggung sana. Berulang kali Calista menarik nafas dan menghembuskan guna untuk meredakan kegugupannya. "Astaga ... Aku gugup sekali." Batin Calista.Gaun yang Calista pakai sangat panjang, menjuntai dan menyapu lantai. Sepatu tinggi yang dipakai Calista membuatnya harus berjalan pelan-pelan di atas karpetnya merah ini mengingat Calista tidak terlalu mahir menggunakannya.Lucas berdiri di panggung, matanya tidak lepas dari Calista yang perlahan mendekat ke arahnya. "Sangat cantik," gumam Lucas."Memang cantik." Antonio yang berdiri di samping Lucas menyetujui. Antonio nantinya yang akan menikahkan Lucas dengan Calista. Serta Antonio juga yang akan menobatkan Calista menjadi Ratu.Begitu melihat Calista telah tiba di depan anak tangga, Lucas menghampiri Calista dan mengulurkan tangannya
"Lihatlah."Masih dengan posisi berbaring, Calista mengambil cermin kecil yang Lucas berikan kepadanya. Perlahan Calista menempatkan cermin itu di depan wajahnya.Deg"Ini ... Bagaimana bisa?"Jelas sekali raut terkejut terlukis di wajahnya, Calista menutup mata lalu membukanya lagi. Tetap saja warna matanya tetap hijau. Sungguh Calista tidak tahu bagaimana ini bisa terjadi.Lucas menarik nafas. "Cal, sepertinya kau mendapatkan kekuatan Peri Tumbuhan. Tadi kau hampir membunuh Putri Jingmi." Lucas mau tidak mau harus tetap menceritakannya, Calista harus tahu ini semua.Lagi-lagi Calista terkejut, tidak cukup dengan warna matanya ia malah dikejutkan lagi dengan perkataan Lucas. "Membunuhnya?" tanya Calista tidak percaya. Tentu saja ia tidak percaya, ia memang sedikit kasar, tapi bukan berarti ia sanggup untuk membunuh.Lucas mengangguk, Merida dan An
Walau tangan kiri Gabriel tidak lagi berfungsi, tapi itu bukan masalah untuknya dalam hal berburu. Seperti sekarang ini, ia berhasil menangkap kelinci di hutan dan tengah meminum darahnya."Ah ...." Gabriel membuang kelinci yang sudah tidak bernyawa itu, sekarang ia sudah merasa cukup minum.Ketika Gabriel berbalik, tiba-tiba sebuah pedang yang mengacung di depannya membuatnya cukup terkejut. Dilihatnya si empu yang mengacungkan pedang itu kepadanya. Lucas."Apa kau yang menyembunyikan Calista?" desis Lucas.Gabriel menatap Lucas tidak mengerti, pria itu mengusap jejak darah yang berada di bibirnya. "Calista?" tanyanya."Jangan pura-pura bodoh, di mana kau menyembunyikannya?" tanya Lucas lagi, kali ini dengan mata yang menatap Gabriel dengan tatapan menusuknya.Gabriel menggeleng, ia benar-benar tidak tahu di mana Calista. Ia saja baru selesai berburu. "Aku benar-benar tidak t
"Kalian bodoh?! Bagaimana mungkin kalian meninggalkan Ratu kalian sendirian di taman belakang?!" Lucas murka ketika tahu Calista menghilang, ia sudah mencari ke sekitar istana, tapi ia tidak menemukannya. Lucas hampir gila rasanya. "Dan kini ia telah menghilang."Prajurit-prajurit yang mendapatkan amarah dari Lucas hanya bisa menunduk takut. "Maafkan kami, King. Ini adalah kelalaian kami." Mereka merasa ini adalah salahnya juga, seharusnya mereka tidak mengikuti perintah calon Ratu-nya itu. Seharusnya mereka tetap berjaga di sana."Sial, kita baru saja selesai berperang. Tidak menutup kemungkinan jika vampir-vampir itu dendam. Bagaimana jika ia menyakiti Calista?" Lucas seperti sudah kehilangan akal, bahkan ia tidak bisa merasakan kehadiran Calista sekarang. Padahal kalung yang Calista pakai seharusnya bisa menunjukkan dimana gadis itu berada."Astaga. Lucas, kau benar-benar tidak dapat merasakan kehadiran Calista?" Merida pun tidak
Putri Jingmi menatap marah pada undangan yang baru saja ayahnya perlihatkan, undangan yang jelas sekali nama Lucas dan Calista terukir dengan begitu indahnya."Mereka akan menikah! Ayah, bagaimana aku sabar tentang ini?!" Putri Jingmi sangat marah, ia menghempaskan semua barang-barang yang terletak di meja riasnya hingga barang-barang itu berceceran di lantai kamarnya.King Jierui mendekati Putri Jingmi mencoba menenangkan amarah putrinya itu. "Putriku, jangan seperti ini. Ini juga jauh dari perkiraan ayah. Ayah tidak menyangka jika mereka menikah secepat ini." King Jierui memegangi bahu Jingmi, tapi Jingmi menepisnya."Sekarang, ayah keluar. Aku mau sendiri." Putri Jingmi duduk di ranjang, ia membuang pandangannya dari ayahnya dengan menatap dinding.King Jierui hanya bisa memakluminya, ia tahu jika putri semata wayangnya itu tengah kesal karena pria pujaannya akan menikah. "Baik, ayah akan keluar."
"Kau jahat sekali, Cal. Kau meninggalkan aku di hutan, di hutan!" Lea menatap kesal Calista, ia abaikan orang-orang di lorong kampus yang menonton pertengkaran kecil mereka.Calista hanya bisa meringis pelan, wajar saja Lea marah kepadanya. Ia sudah sangat jahat meninggalkan Lea di hutan itu sendirian. "Astaga, aku benar-benar minta maaf, Lea. Sungguh, aku tidak bermaksud. Waktu itu aku hanya panik dan melupakan kamu begitu saja.""Untung saja Nicholas lebih dulu menemukan aku, kalau tidak aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku." Lea bersedekap menatap Calista. Setelah ditinggal oleh Calista di dalam hutan itu, Lea rasanya ingin menangis karena ia tersesat, di saat yang tepat Nicholas datang kepadanya."Lea, sekali lagi aku minta maaf. Kau mau memaafkan aku?" Calista menyatukan kedua telapak tangan di depan dadanya dan menatap Lea dengan pandangan memohon.Lea menarik nafas. "Baiklah-baiklah, aku me
Antonio dan Merida menatap Calista yang baru saja berteriak meminta ini dihentikan, Lucas pun begitu ia spontan menghentikan kegiatannya yang tengah menyuburkan api. Jadi, sekarang Lucas hanya terbang dengan menatap semua Vampir yang terlihat sangat ketakutan itu.Gabriel yang sudah terluka pun tidak dapat berbuat banyak, tangan kirinya telah terkena api dari Lucas. Menyebabkan tangannya itu tidak lagi berfungsi, tangannya terasa mati rasa."Kenapa, Cal?" tanya Merida. Ia memegang bahu Calista dan menemukan wajah sedih gadis itu.Calista menggeleng. "Maksudku, bisakah kalian mengampuninya. Aku hanya merasakan kasihan," kata Calista sendu.Merida menarik nafas. "Kau memiliki hati yang baik, tapi mereka semua adalah penghianat. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi nantinya jika kita membiarkannya hidup." Merida memberikan penjelasan. "Nantinya akan banyak kejadian seperti ini, di saat seperti itu kita harus mengutama
Calista hanya bisa menatap nanar kepada tubuh Lucas yang terbaring lemah di atas tanah, tidak ada seorang pun yang mendekat kepada Lucas. Bahkan Antonio dan Merida pun tidak berada di samping anak semata wayangnya itu. Mereka berdua hanya diam dengan pandangan lurus kepada tubuh Lucas."Lucas!" Jeritan Calista memecah keheningan yang beberapa saat yang lalu tercipta, diikuti oleh suara tawa Aslan yang membahana. Merasa menang karena berhasil membunuh Lucas tanpa harus kerepotan. Ah, Aslan beruntung mendapatkan racun mematikan itu dari Alberio, pria yang tergila-gila akan keabadian.Gabriel, berdiri di sana. Ia memandangi Lucas yang telah tewas lalu pandangannya beralih kepada Calista yang menangis histeris, Calista terlihat sangat kacau karena kehilangan Lucas."Hahaha. Akhirnya Raja Naga terkuat yang pernah ada mati. " Aslan tertawa seperti orang gila, ia berhasil membunuh Lucas hanya dengan memanfaatkan seorang gadis. Faktanya Nag
"Lepaskan aku brengsek." Apapun hal yang Calista katakan tidak membuat Aslan mendengarnya, pria itu mendorong kasar bahu Calista agar maju ke depan. Ya, ia akan menunjukkan Calista kepada Lucas."Lucas pasti senang sekali melihatmu ada di sini." Aslan memegang bahu kiri Calista dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk mengalungkan pedang di leher Calista. Hal itu sukses membuat Calista tidak bergerak banyak selain umpatan yang keluar dari mulutnya.Aslan membawa Calista ke lokasi tempat pertarungan Lucas dan Gabriel, di sana Calista melihat Lucas yang tengah bersiap membunuh Gabriel. Mata Calista membulat melihatnya.Lucas berdiri di hadapan Gabriel yang tengah terbaring di tanah, ia mengangkat tinggi-tinggi pedangnya, siap untuk menembus jantung Gabriel. "Ucapkan selamat tinggal untuk dunia ini, Vampir," kata Lucas. Ia pun bersiap menurunkan pedangnya jika saja ia tidak merasakan sesuatu me