"Apa yang kau lakukan?" Gabriel pasrah ketika seorang pria menariknya diam-diam keluar dari pesta. Tidak ketinggalan Dimitri juga mengikuti Gabriel. Sekarang mereka bertiga berada di gudang kosong halaman belakang istana Wizard.
"Maafkan aku," kata Gabriel.
"Seharusnya kau berpikir dulu, bagaimana jika Lucas tahu jika kau masih hidup? Rencana kita akan gagal!" Gabriel diam, pria di depannya memang benar.
Aslan. Pria yang sudah membesarkan Gabriel atau bisa dibilang ayah angkat dari Gabriel. Pria yang menjadi saksi atas pembantaian yang dilakukan oleh Lucas terhadap keluarga Vampir.
"Jangan terpancing emosi, kita harus melakukannya sesuai rencana." Aslan menepuk pundak Gabriel. "Jangan karena emosimu, rencana tang telah kita susun bertahun-tahun menjadi gagal."
Dimitri mendekati Gabriel dan berbisik. "Dia siapa?
Respon Ibu Calista ketika mendapati anak gadisnya pulang adalah menangis dan memeluknya erat, Calista pun demikian, ia membalas pelukan ibunya tidak kalah erat. Setelah itu ibunya memberondongnya dengan berbagai pertanyaan.Pagi ini Lucas telah menepati janjinya untuk mengantarkan Calista kembali ke dunia manusia, setelah selesai sarapan, Lucas membawa Calista ke hutan kabut. Nicholas juga melakukan hal yang sama, ia juga mengantarkan Lea kembali ke dunia manusia."Bu, aku tidak apa-apa. Lihat aku baik-baik saja," kata Calista. Ia memutar-mutar tubuhnya, memperlihatkan jika ia memang tidak terluka sedikitpun."Kau tahu? Ibu khawatir sekali." Sela menghapus air mata yang mengalir di pipinya. "Lalu bagaimana Lea, dia tidak apa-apa?" tanya Sela lagi."Lea tidak apa-apa. Sekarang ia juga sudah kembali ke rumahnya," jelas Calista."Lalu bagaimana kalian bisa selamat?" tanya Sela lagi."I
Lucas duduk di meja makan dengan tubuh yang tenang, sesekali ia menyuap satu sendok ke dalam mulutnya. Matanya yang menatap piring beralih menatap ibunya. "Nanti saja kita bahas, Ibu," ucapnya memelas. Merida menatap tajam Lucas. "Ibu masih tidak terima ketika kau tidak mengenalkan calon ratumu, padahal semalam dia sudah ada di sini." Merida kesal dengan putranya, padahal ia ingin sekali melihat gadis yang sudah membuat putranya tergila-gila. "Sudahlah, Sayang. Nanti kita bisa melihatnya," kata Antonio menengahi. "Ini juga salahmu. Jika saja kau tidak mencegahku datang, pasti aku sudah melihatnya." Mata Merida beralih menatap suaminya, Antonio. Pria yang membuatnya tidak jadi datang ke pesta. Antonio bungkam ketika istrinya memarahinya. "Nah, ibu benar. Ini semua salah pak tua ini, jangan beri ia jatah, Bu." Lucas mengompori ibunya, ia menyeringai
"Ini kue milikmu." Calista menyodorkan kue kepada Lucas. Tadi, ketika ia sedang berjaga di toko kue ibunya, tiba-tiba saja Lucas datang dan memesan kue. Kali ini untuk ia makan mengingat ia minta kue ini ditaruh di piring. "Terima kasih, Ratuku," ucap Lucas seraya melebarkan senyumnya, setelah itu Lucas menyantap kue yang telah Calista hidangkan untuknya. Calista tidak peduli, ia akan kembali ke meja kasir tapi Lucas kembali memanggilnya. "Satu lagi. Aku mau cola dingin," kata Lucas. Calista berbalik dan mengambil cola kaleng di dalam lemari pendingin dengan malas ia meletakkannya di atas meja. "Sudah. Cepatlah makan dan pergi dari sini." "Astaga. Kau mengusir pelangganmu?" tanya Lucas dengan raut wajah tidak percaya. Hal itu sukses membuat Calista gemas dan ingin melemparkan Lucas keluar dari toko ini, pria itu terlalu banyak kelakuan.
Semenjak Lucas menceritakan kisahnya dulu ketika di gua itu, entah kenapa Calista menjadi kasihan kepada pria itu. Lucas terlihat kesepian, rindu, dan terlihat bahagia karena kehadiran dirinya. Calista mempercayai ucapan Lucas, pria itu terlihat tidak berbohong sama sekali.Calista juga telah tahu jika Lucas telah pernah menikah, tapi Lucas tidak menceritakan detail kematian istrinya. Calista hanya tahu jika mereka menikah karena perjodohan dan istri Lucas meninggal beberapa jam setelah menikah. Tentu saja Lucas tidak menceritakan jika ia yang membunuh istrinya sendiri.Calista menunduk ketika ia ingat kalung yang ia pakai. Lucas menceritakan jika kalung ini dapat memberitahu di mana dirinya berada, Calista pikir kalung ini memakai pelacak, tapi rupanya Lucas telah melakukan sesuatu pada kalung ini. Calista tidak terlalu tahu."Memikirkan apa?" Calista mendongkak ketika Gabriel datang kepadanya. Hubungan mereka sudah mulai mem
"Kita ke mall" Calista mendongak menatap bangunan besar di hadapannya, ia tidak tahu apa yang menyebabkan Lucas membawanya ke sini. Yang benar saja, apakah Lucas membawanya berbelanja?Lucas mengangguk."Ya, ke mall." Lucas menarik tangan Calista. "Ayo masuk," lanjutnya. Calista menatap Lucas yang menarik pergelangan tangannya, pria ini semakin berani kepadanya, meskipun demikian Calista membiarkannya."Kita sebenarnya ingin ke mana?" tanya Calista, bola matanya bergerak liar memperhatikan sekitarnya."Ikut saja," kata Lucas. Calista yang mendengarnya pasrah. Toh, pria ini pasti tidak akan macam-macam padanya, Calista susah membuktikannya sendiri.Deretan tas mewah dan cantik menjadi pemandangan Calista ketika ia masuk ke sebuah toko, ia mengernyitkan dahinya heran, apakah Lucas ingin membeli tas? "Hei, Lucas. Kau ingin membeli tas?" Malas berpikir dan menebak-nebak, Calista memutuskan untuk bertanya lan
Calista merasa ada yang berbeda ketika bia bertemu Lucas di kampus, entah perasaan Calista saja, ia merasa Lucas berubah. Pria itu tidak lagi mengganggunya, tidak lagi mengikutinya, dan tidak ada panggilan ratu padanya. Lucas saat ini sangat berbeda.Calista menatap Lucas yang jauh duduk di sana, di bangku yang paling belakang. Padahal biasanya pria itu sebisa mungkin duduk di sampingnya, di dekatnya. Calista menatap bangku kosong di samping kanannya lalu menoleh untuk menatap bangku di samping kirinya yang diduduki oleh Gabriel. Ada apa dengan Lucas?"Kenapa Cal?" tanya Gabriel, sejak tadi ia terus melihat Calista menoleh kanan-kiri.Calista yang mendapatkan pertanyaan itu memusatkan perhatiannya pada Gabriel lalu gadis itu menggeleng. "Tidak ada apa-apa, Gab."Gabriel mengedikkan bahunya, lalu kembali fokus pada Dosen di depannya. Meskipun demikian, Gabriel tahu jika Calista menyembunyikan sesuatu. Calis
Calista menatap Lucas, pria yang baru saja mengusap lehernya hingga menyebabkan tanda yang ia tutupi menjadi terlihat lebih jelas. Bukan tanpa alasan Calista menutupinya, tanda ini sudah sangat memerah dan jika dilihat dari jauh orang-orang pasti akan mengira itu adalah kiss mark. "Apa yang kau lakukan?" Itu suara Lea, ia berdiri dan menatap Lucas dengan tangan yang bersedekap. Kenapa pria playboy ini mengganggu sahabatnya, bukankah ia tadi sibuk bersama wanita lain? "Jangan menutupi tanda ini, aku tidak suka. Ini adalah tanda bahwa kau milikku," kata Lucas mengabaikan perkataan Lea. Pria itu bangkit dan menarik tangan Calista agar berdiri juga. "Apa maksudmu dengan semua ini?" Calista bertanya dengan nada yang tidak bersahabat. Ia bingung sekali, Lucas terlihat senang bersama wanita lain tapi juga mengklaim dirinya sebagai milik pria
Calista dan Lucas berjalan di hutan, hutan penghubung antara Amovrion dan dunia manusia. Sekarang Calista sudah tidak lagi berada di dunia manusia, melainkan di Amovrion. Gadis itu memperhatikan sekitarnya yang terlihat sudah tidak asing lagi untuknya, ya, waktu ia kembali dari Amovrion ia juga melewati hutan ini dengan naik kuda bersama Lucas."Ratuku, apa kau lelah?" tanya Lucas pada Calista.Calista menggeleng. "Tidak juga.""Kalau kau lelah aku bisa memberimu tumpangan," goda Lucas. Ia berencana untuk memperlihatkan wujud naganya pada Calista, tapi ia ragu apakah Calista takut atau tidak."Tumpangan?" Calista mengeryitkan dahinya. Ia tidak melihat kendaraan apapun saat ini, lagipula ini di hutan mana ada kendaraan."Aku bisa berubah menjadi naga, kau mau melihatnya?" tawar Lucas.Calista terdiam sejenak, ia juga penasaran dengan wujud lain dari Lucas. Ia tidak pernah melihat Luc
Alunan musik yang dimainkan lembut oleh pemusik di dalam aula ini menjadi suara pengantar Calista menuju Lucas yang sudah berdiri di panggung sana. Berulang kali Calista menarik nafas dan menghembuskan guna untuk meredakan kegugupannya. "Astaga ... Aku gugup sekali." Batin Calista.Gaun yang Calista pakai sangat panjang, menjuntai dan menyapu lantai. Sepatu tinggi yang dipakai Calista membuatnya harus berjalan pelan-pelan di atas karpetnya merah ini mengingat Calista tidak terlalu mahir menggunakannya.Lucas berdiri di panggung, matanya tidak lepas dari Calista yang perlahan mendekat ke arahnya. "Sangat cantik," gumam Lucas."Memang cantik." Antonio yang berdiri di samping Lucas menyetujui. Antonio nantinya yang akan menikahkan Lucas dengan Calista. Serta Antonio juga yang akan menobatkan Calista menjadi Ratu.Begitu melihat Calista telah tiba di depan anak tangga, Lucas menghampiri Calista dan mengulurkan tangannya
"Lihatlah."Masih dengan posisi berbaring, Calista mengambil cermin kecil yang Lucas berikan kepadanya. Perlahan Calista menempatkan cermin itu di depan wajahnya.Deg"Ini ... Bagaimana bisa?"Jelas sekali raut terkejut terlukis di wajahnya, Calista menutup mata lalu membukanya lagi. Tetap saja warna matanya tetap hijau. Sungguh Calista tidak tahu bagaimana ini bisa terjadi.Lucas menarik nafas. "Cal, sepertinya kau mendapatkan kekuatan Peri Tumbuhan. Tadi kau hampir membunuh Putri Jingmi." Lucas mau tidak mau harus tetap menceritakannya, Calista harus tahu ini semua.Lagi-lagi Calista terkejut, tidak cukup dengan warna matanya ia malah dikejutkan lagi dengan perkataan Lucas. "Membunuhnya?" tanya Calista tidak percaya. Tentu saja ia tidak percaya, ia memang sedikit kasar, tapi bukan berarti ia sanggup untuk membunuh.Lucas mengangguk, Merida dan An
Walau tangan kiri Gabriel tidak lagi berfungsi, tapi itu bukan masalah untuknya dalam hal berburu. Seperti sekarang ini, ia berhasil menangkap kelinci di hutan dan tengah meminum darahnya."Ah ...." Gabriel membuang kelinci yang sudah tidak bernyawa itu, sekarang ia sudah merasa cukup minum.Ketika Gabriel berbalik, tiba-tiba sebuah pedang yang mengacung di depannya membuatnya cukup terkejut. Dilihatnya si empu yang mengacungkan pedang itu kepadanya. Lucas."Apa kau yang menyembunyikan Calista?" desis Lucas.Gabriel menatap Lucas tidak mengerti, pria itu mengusap jejak darah yang berada di bibirnya. "Calista?" tanyanya."Jangan pura-pura bodoh, di mana kau menyembunyikannya?" tanya Lucas lagi, kali ini dengan mata yang menatap Gabriel dengan tatapan menusuknya.Gabriel menggeleng, ia benar-benar tidak tahu di mana Calista. Ia saja baru selesai berburu. "Aku benar-benar tidak t
"Kalian bodoh?! Bagaimana mungkin kalian meninggalkan Ratu kalian sendirian di taman belakang?!" Lucas murka ketika tahu Calista menghilang, ia sudah mencari ke sekitar istana, tapi ia tidak menemukannya. Lucas hampir gila rasanya. "Dan kini ia telah menghilang."Prajurit-prajurit yang mendapatkan amarah dari Lucas hanya bisa menunduk takut. "Maafkan kami, King. Ini adalah kelalaian kami." Mereka merasa ini adalah salahnya juga, seharusnya mereka tidak mengikuti perintah calon Ratu-nya itu. Seharusnya mereka tetap berjaga di sana."Sial, kita baru saja selesai berperang. Tidak menutup kemungkinan jika vampir-vampir itu dendam. Bagaimana jika ia menyakiti Calista?" Lucas seperti sudah kehilangan akal, bahkan ia tidak bisa merasakan kehadiran Calista sekarang. Padahal kalung yang Calista pakai seharusnya bisa menunjukkan dimana gadis itu berada."Astaga. Lucas, kau benar-benar tidak dapat merasakan kehadiran Calista?" Merida pun tidak
Putri Jingmi menatap marah pada undangan yang baru saja ayahnya perlihatkan, undangan yang jelas sekali nama Lucas dan Calista terukir dengan begitu indahnya."Mereka akan menikah! Ayah, bagaimana aku sabar tentang ini?!" Putri Jingmi sangat marah, ia menghempaskan semua barang-barang yang terletak di meja riasnya hingga barang-barang itu berceceran di lantai kamarnya.King Jierui mendekati Putri Jingmi mencoba menenangkan amarah putrinya itu. "Putriku, jangan seperti ini. Ini juga jauh dari perkiraan ayah. Ayah tidak menyangka jika mereka menikah secepat ini." King Jierui memegangi bahu Jingmi, tapi Jingmi menepisnya."Sekarang, ayah keluar. Aku mau sendiri." Putri Jingmi duduk di ranjang, ia membuang pandangannya dari ayahnya dengan menatap dinding.King Jierui hanya bisa memakluminya, ia tahu jika putri semata wayangnya itu tengah kesal karena pria pujaannya akan menikah. "Baik, ayah akan keluar."
"Kau jahat sekali, Cal. Kau meninggalkan aku di hutan, di hutan!" Lea menatap kesal Calista, ia abaikan orang-orang di lorong kampus yang menonton pertengkaran kecil mereka.Calista hanya bisa meringis pelan, wajar saja Lea marah kepadanya. Ia sudah sangat jahat meninggalkan Lea di hutan itu sendirian. "Astaga, aku benar-benar minta maaf, Lea. Sungguh, aku tidak bermaksud. Waktu itu aku hanya panik dan melupakan kamu begitu saja.""Untung saja Nicholas lebih dulu menemukan aku, kalau tidak aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku." Lea bersedekap menatap Calista. Setelah ditinggal oleh Calista di dalam hutan itu, Lea rasanya ingin menangis karena ia tersesat, di saat yang tepat Nicholas datang kepadanya."Lea, sekali lagi aku minta maaf. Kau mau memaafkan aku?" Calista menyatukan kedua telapak tangan di depan dadanya dan menatap Lea dengan pandangan memohon.Lea menarik nafas. "Baiklah-baiklah, aku me
Antonio dan Merida menatap Calista yang baru saja berteriak meminta ini dihentikan, Lucas pun begitu ia spontan menghentikan kegiatannya yang tengah menyuburkan api. Jadi, sekarang Lucas hanya terbang dengan menatap semua Vampir yang terlihat sangat ketakutan itu.Gabriel yang sudah terluka pun tidak dapat berbuat banyak, tangan kirinya telah terkena api dari Lucas. Menyebabkan tangannya itu tidak lagi berfungsi, tangannya terasa mati rasa."Kenapa, Cal?" tanya Merida. Ia memegang bahu Calista dan menemukan wajah sedih gadis itu.Calista menggeleng. "Maksudku, bisakah kalian mengampuninya. Aku hanya merasakan kasihan," kata Calista sendu.Merida menarik nafas. "Kau memiliki hati yang baik, tapi mereka semua adalah penghianat. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi nantinya jika kita membiarkannya hidup." Merida memberikan penjelasan. "Nantinya akan banyak kejadian seperti ini, di saat seperti itu kita harus mengutama
Calista hanya bisa menatap nanar kepada tubuh Lucas yang terbaring lemah di atas tanah, tidak ada seorang pun yang mendekat kepada Lucas. Bahkan Antonio dan Merida pun tidak berada di samping anak semata wayangnya itu. Mereka berdua hanya diam dengan pandangan lurus kepada tubuh Lucas."Lucas!" Jeritan Calista memecah keheningan yang beberapa saat yang lalu tercipta, diikuti oleh suara tawa Aslan yang membahana. Merasa menang karena berhasil membunuh Lucas tanpa harus kerepotan. Ah, Aslan beruntung mendapatkan racun mematikan itu dari Alberio, pria yang tergila-gila akan keabadian.Gabriel, berdiri di sana. Ia memandangi Lucas yang telah tewas lalu pandangannya beralih kepada Calista yang menangis histeris, Calista terlihat sangat kacau karena kehilangan Lucas."Hahaha. Akhirnya Raja Naga terkuat yang pernah ada mati. " Aslan tertawa seperti orang gila, ia berhasil membunuh Lucas hanya dengan memanfaatkan seorang gadis. Faktanya Nag
"Lepaskan aku brengsek." Apapun hal yang Calista katakan tidak membuat Aslan mendengarnya, pria itu mendorong kasar bahu Calista agar maju ke depan. Ya, ia akan menunjukkan Calista kepada Lucas."Lucas pasti senang sekali melihatmu ada di sini." Aslan memegang bahu kiri Calista dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk mengalungkan pedang di leher Calista. Hal itu sukses membuat Calista tidak bergerak banyak selain umpatan yang keluar dari mulutnya.Aslan membawa Calista ke lokasi tempat pertarungan Lucas dan Gabriel, di sana Calista melihat Lucas yang tengah bersiap membunuh Gabriel. Mata Calista membulat melihatnya.Lucas berdiri di hadapan Gabriel yang tengah terbaring di tanah, ia mengangkat tinggi-tinggi pedangnya, siap untuk menembus jantung Gabriel. "Ucapkan selamat tinggal untuk dunia ini, Vampir," kata Lucas. Ia pun bersiap menurunkan pedangnya jika saja ia tidak merasakan sesuatu me