Happy Reading Semuanya!“Bagaimana dengan saran makanan yang aku kasih? Suka?”Zaidan mengeraskan rahangnya memandang Eva tengah berbincang dengan lelaki lain selain dirinya dan faktanya adalah kalau lelaki itu mantan kekasih dari orang kecintaannya. Menambah darah saja.Tangannya yang sedang menggendong Ansell tidak bisa berlaku banyak, ia tidak ingin menyakiti bayi gembul di pelukannya sekarang ini. Kedatangan Logan tidak membawa kebahagiaan untuk dirinya.“Memang sangat bagus rekomendasi dari kamu, apalagi pas makan dengan view yang seperti itu. Seharusnya kemarin kamu ikut sama aku, pemandangannya memang sedang cantik. Memang enggak perlu di ragukan lagi saran kamu,”Eva mengangguk membenarkan perkataan dari Logan, memang ia merekomendasikan tempat dirinya pergi dengan Daniel berdua. Ia sangat menyukai tempat itu. Jika dirinya suka pasti orang lain juga akan merasakan hal yang sama.“Cih! Bahasa apa itu 'Aku-Kamu'. Kemana bahasa kalian yang gue dan lo, menyebalkan sekali.”gumam Za
Happy Reading Semuanya!!Malam ini Eva memilih untuk tidur di ruang tengah, tidak dalam satu ruangan dengan Zaidan. Ia tidak tahan dengan bau alkohol yang keluar dari tubuh Zaidan, perempuan itu juga kapok membuat Zaidan cemburu buta.“Eva,”Merasa namanya di panggil membuat perempuan ibu satu anak itu menoleh menatap lelaki dengan pakaian berantakan disana.“Mas kenapa bangun?” tanya Eva.Lelaki itu tidak menjawab, tatapannya mengarah pada Eva yang memang belum kunjung tidur meskipun jam sudah menunjukkan pukul 3 dini hari. Tidak ada yang mengusiknya, anak pintarnya tahu kapan waktunya menyusu atau tidak. Hanya saja ia tidak bisa tidur meskipun di rumah sendiri ataupun alasan konyol seperti bau alkohol.“Apakah kamu bisa membuatkan sup pengar untuk Mas?” tanya Zaidan “Euhmm... aku akan membuatkannya untuk Mas,”jawab Eva.Zaidan meninggalkannya menuju toilet, mungkin lelaki itu tahu jika tubuhnya memang memiliki aroma alkohol. Sudahlah, ia harus membuat sesuatu untuk menghilangkan pe
Happy Reading Semuanya!Daniel tidak sanggup melihat lelaki yang dulu masih terbaring lemah di rumah sakit, bahkan menangis keras saat kepulangan dirinya dengan Eva. Kini berada di depan matanya, tampak sehat dan bugar seperti manusia pada umumnya. Lelaki dengan wajah tampan itu tidak sanggup jika Zaidan mengetahui alasan sebenarnya dan apa yang terjadi dengan kehidupan orang yang masih di cintai lelaki itu.Secara tidak langsung ia tidak menempati janjinya.Secara tidak langsung ia membuat hati orang yang dicintai lelaki itu terluka."Bagaiamana kabarmu?" tanya lelaki yang sejak tadi mencuri perhatiannya."Baik, seperti yang anda lihat."Zaidan menghela napas pelan dan menatap lelaki yanga da di depannya tampak gugup, ia tidak bisa menanyakan langsung karena takut Eva akan mengamuk atau malah membuatnya di usir dari rumah. Tidak terlihat selama dua minggu lebih, kini ia tahu apa alasan lelaki itu tidak kunjung ke rumah."Sepertinya Anda tidak menempati janji untuk membahagiakan orang
Happy reading semuanya!Mereka akan menghabiskan waktu di villa tempat biasanya para selebriti beristirahat, ia ingin Eva melakukan refreshing dan membuat cinta yang baru dari dirinya. Tapi bagaimana mungkin mereka menghabiskan waktu bersama jika mereka memiliki suatu rahasia seperti ini.Tatapan mata Zaidan hanya mengarah pada Eva yang ada di sebelahnya sembari memperhatikan Ansell di pelukannya. Ia menyimpan segudang pertanyaan dan Zaidan ingin jika Eva akan menjawab perkataannya dengan jujur.Perempuan yang di tatap itu pun hanya memasang wajah bingung pada Zaidan, lelaki yang menjadi mantan suaminya terlihat memiliki segudang pertanyaan untuk dirinya. Apa sebenarnya yang diinginkan oleh Zaidan sampai inten sekali melihatnya.“Kenapa?” tanya Eva.Tidak ada sahutan,“Kenapa mas Zaidan melihat aku begitu?”desak EvaZaidan menghela napas pelan memandang perempuan yang ada di depannya itu, ia sama sekali tidak mengerti dengan Eva."Apa kamu enggak mau jujur sama Mas?" tanya Zaidan den
Happy Reading Semuanya! "Kamu juga berhak bahagia entah apapun itu Eva," Tatapan mata Eva mengarah pada mantan suaminya itu, ia tahu jika dirinya berhak untuk mendapatkan kebahagiaan. Tapi Eva sendiri tidak tahu defini bahagia itu seperti apa, ia merasa sudah cukup memiliki Ansell di sisi kehidupannya sekarang ini. Tidak ada yang berubah. "Kamu berhak bahagia dan mas akan menciptakan kebahagiaan baru itu Eva, bisa enggak kalau kamu percaya sama Mas? Mas memberikan kamu jaminan kebahagiaan, semua luka yang sudah kamu alami dan lewati akan mas ganti dengan senyuman manis. Kebahagiaan keluarga kecil kita," ungkap Zaidan sembari mengecup kening Eva yang hanya terdiam. Perempuan cantik itu menahan air matanya, apakah ia bisa hidup bahagia kembali dengan Zaidan setelah lelaki itu sendiri yang membuatnya terluka parah bahkan melarikan diri seperti sekarang ini. "Apakah ucapan mas bisa aku percaya untuk kedua kalinya?" tanya Eva Kepala Eva mengangguk, "Ya... kamu bisa percaya itu sayan
Happy Reading Semuanya! Zaidan benar-benar menjadi ayah yang didambakan oleh banyak orang, tatapan matanya tidak lepas dari Eva yang tampak memotret keduanya. Bayi mungilnya yang semakin gemuk berada di gendongan ayahnya dan ketika ia mengambil gambar bisa-bisanya bayi itu tersenyum seolah mereka sedang menjalankan misi keluarga bahagia. Suasana tempat yang dikunjungi saat ini tampak lenggang, tidak terlalu banyak orang meskipun saat ini adalah waktu weekend. Ia tidak tahu apakah kekuasaan Zaidan ikut campur tangan dengan liburan mereka saat ini. "Kapan kamu akan pulang ke indonesia?" tanya Zaidan. "Mas, kita sudah bahas ini selama dua puluh kali dalam semalam. Aku akan kembali jika keadaan Mas Kevin sudah lebih baik dan aku lega, mas bisa menunggu sedikit lagi. Aku masih memiliki banyak hutang dengan Mas Kevin," jawaban Eva membuat Zaidan mengangguk meskipun tidak rela. Setidaknya Zaidan sudah memberikan pelayanan terbaik untuk sahabatnya itu. Tangannya menarik Eva untuk mende
Happy Reading Semuanya! Sekarang ini menjadi pagi terakhir ia bisa melihat Eva bangun tidur dan tidur bersama, ia sudah harus berpisah dengan orang yang dicintainya. Ia akan merindukan bangun paginya bersama dengan orang-orang tercintanya, seoerti sekarang ini. Zaidan tidak bisa berlama-lama berpisah dengan Eva, seharusnya kemarin ia bawa saja langsung ke pemerintahan untuk mencatatkan ulang pernikahan mereka. Sedih sekali merasakannya. Kebersamaan keluarga kecil Zaidan sekarang memang harus terhenti karena lelaki itu harus kembali ke negara asalnya perihal kerjaan, ia tidak ingin pisah tetapi pekerjaan yang mendesak sudah tidak bisa di tunda lagi. Liburan mereka sudah usai dengan kebahagiaan. "Good morning, buat sarapan Mas mau dibuatkan apa?" tanya Eva dengan wajah bantal khas bangun tidur. Orang tercintanya yang menggemaskan. "Makan kamu yang membuat mas gemas, bisa enggak sih kalau kamu ikut mas pulang saja ke indonesia dan enggak usah tunggu Kevin? Mas bakalan merindukan kam
Happy Reading Semuanya! Sudah satu minggu semenjak Zaidan pulang dan ia tetap menunggu di depan ruangan yang penuh dengan kebersihan tinggi dan steril. Eva tidak tahu mengapa keadaan Kevin semakin buruk, bahkan ventilator yang dikenakan oleh lelaki itu sudah terpasang sempurna sejak beberapa waktu lalu. Ia memang bukan siapapun dari Kevin, tapi ia merasa sedih dan tidak bisa makan dengan layak. Eva berharap ada keajaiban dengan Kevin, ia ingin Kevin menyaksikan betapa bahagianya ia bersama dengan kerabatnya. "Mas Kevin, kalau Mas memang lelah... mas bisa beristirahat. Jangan memaksakan diri, aku disini sudah memastikan akan hidup dengan bahagia. Bersama dengan Mas Zaidan serta Ansell, Mas tahu sendiri bagaimana kami. Mas bisa menyaksikan sendiri, kan?" Eva menatap Kevin dengan pandangan sedih. Saat ini ia sibuk membersihkan tubuh dari Kevin yang sudah beberapa waktu tidak dibersihkan karena ruangan harus dalam keadaan tetap steril dan kini dirinya diizinkan masuk untuk membersihk
Happy Reading Semuanya! Ini adalah pernikahannya yang kedua dan perasannya masih sama. Dadanya berdegub sangat cepat memandang cermin di depannya, mungkin dulu bukan pernikahan yang membahagiakan untuknya tapi sekarang ini adalah sesuatu yang membahagiakan untuk Eva karena menikahi orang yang dicintainya. Eva terkekeh geli mengingat masa lalunya, ia dulu pernah bersumpah tidak akan mencintai Zaidan. Justru sekarang ia malah cinta mati pada lelaki itu, memang ucapan sama sekali tidak bisa dijaga. "Kamu kenapa?" tanya Livy. "Bukankah ini sangat lucu?" Livy menaikkan sebelah alisnya sembari menggendong bayi yang merupakan anak dari adiknya, ia tidak mengerti dengan perkataan sang adik saat ini. "Kenapa?" tanya Livy lagi. Bibir Eva tersenyum manis, "Dulu kita berkelahi hanya karena satu laki-laki, dulu aku sangat membenci dengan Mas Zaidan dan sekarang aku malah cinta mati sama dia." Livy tersenyum mendengar perkataan dari sang adik barusan. Setelah diingat kembali ini memang san
Happy Reading Semuanya! Kecupan itu semakin mendalam dan tidak peduli tempat. Mungkin orang yang melihatnya juga memahami apa yang terjadi dengan pasangan yang sedang dimabuk cinta itu. Ini adalah kebahagian mereka setelah melewati kenangan pahit yang menyerang mereka. Sudah dua minggu semenjak kehadiran Eva di rumahnya, kini rumah yang sempat suram karena karangan bunga dan berita kesedihan berubah menjadi sesuatu yang membahagiakan dan tidak menyangka jika akan mendapatkan kebahagian baru yang tidak pernah mereka sangka. "Ampun deh kalian! Bisa enggak sih kalau kalian melakukan itu di kamar saja? Bagaimana pun kalian harus menghormati orang tua disini." Kecupan mereka terlepas sembari memperhatikan ibu dari Zaidan yang kini meninggalkan mereka berdua untuk menghampiri cucu kesayangannya. Ibu dari Eva sendiri hanya terkekeh geli melihat adegan kedua anaknya. Zaidan tidak peduli, ini adalah hal menyenangkan untuknya dan membahagiakan di setiap
Happy Reading Semuanya! Jika ini adalah mimpi, maka jangan bangunkan Zaidan untuk saat ini. Sudah lama ia tidak memimpikan orang yang dirindukannya selama beberapa bulan belakangan ini. Ini adalah mimpi terindah yang pernah Zaidan rasakan setelah beberapa bulan ia mengalami perasaan kehilangan, air matanya mengalir dengan deras tanpa bisa ia cegah sama sekali. Eva muncul di mimpi tidur siangnya. Tidak! Ini bukan mimpi tidur siangnya. Hawa panas dan banyak mahasiswanya yang memperhatikannya, berarti ini sungguhan bukan hanya lamunannya semata. Orang yang dicintainya ada di depan matanya, semuanya terasa nyata, ini bukan hanya khayalan sematanya kan. Dia kembali... Orang yanng dicintainya kembali berada di depan matanya. Zaidan tidak ingin melewatkan mimpi indah ini sedikitpun. Lelaki dengan wajah tampan itu terlihat berlari menghampiri perempuan yang ada di depannya itu, memeluk perempuan yang kini membalas pelukannya tidak kalah er
Happy Reading Semuanya! "Selamat siang, Prof." Bibirnya hanya melengkung membentuk senyuman tipis menanggapi sapaan dari mahasiswanya. Langkahnya berjalan memasuki ruangannya setelah hampir dua jam ia mengajar di dalam kelas, tatapan matanya mengarah pada meja kerjanya yang menampilkan foto orang tercintanya. Zaidan belum bisa move on atas semua yang sudah terjadi pada keluarga kecilnya. Zaidan tidak mencoba untuk melupakan, perasaan kehilangan dan ketakutan itu masih terasa. Lelaki itu juga masih sering meridukan Eva yang sama sekali tidak pernah hadir dalam mimpinya ataupun bayi mungilnya, padahal Zaidan amat sangat berharap jika ia bisa melihat keduanya meski dalam mimpi. "Sayang, ini sudah tiga bulan berlalu." Lelaki yang kini sibuk mengamati foto kebersamaan mereka sewaktu liburan hanya bisa menghela napas pelan, ia tidak menyangka jika sudah menghabiskan waktu yang lama untuk merelakan Eva. Sebenarnya sekarang pun ia belum merelakan kepe
Happy Reading Semuanya! Tubuhnya benar-benar lemas, ia tidak menyangka jika dalam waktu singkat harus mendapatkan kabar menyakitkan seperti sekarang ini. Menurut Zaidan ini adalah karma karena dulu membuat sakit hati Eva yang tidak terlampiaskan, tetapi yang ia rasakan karmanya terlalu berat. "Apakah ini karma untuk saya Eva?" bisik Zaidan. Zaidan tidak mendapatkan kabar apapun setelah kepulangannya dari bandara setelah menunggu hampir tiga jam lebih demi mendengar kabar terkait orang tercintanya. Orang tuanya yang menyusul ke TKP juga belum memberi kabar apapun. Air matanya terus mengalir tanpa bisa Zaidan cegah, pembuktian jika Eva adalah cinta sejatinya. Lelaki yang merasa dunianya hancur hanya bisa terdiam memperhatikan ruang utama rumahnya sekarang ini, matanya sudah bengkak karena terlalu lama menangis. Kepalanya menunduk, air matanya kembali mengalir karena harapannya mendadak pupus. Harusnya malam ini mereka bisa tertawa bersama sembari menimang anak mereka, tapi kenyatan
Happy Reading Semuanya! Waktu yang ditunggu olehnya akhirnya datang juga. Saat ini mungkin Zaidan memang masih bersedih, tapi ia juga tidak ingin berlangsung lama. Masih ada lagi hal yang perlu ia kerjakan, dan air matanya terasa kering. Zaidan tidak bisa melampiaskan begitu saja. Lelaki itu yakin kalau ia bisa menangis dengan lega nanti, bersama orang tercintanya yang lebih tahu tentang kejadian meninggalnya kerabat dekatnya itu. Untuk sekarang ia harus menyiapkan diri dengan bahagia karena Eva akan kembali ke pelukannya. Rumahnya sudah di dekor ulang dengan keadaan steril tidak ada debu, agar anaknya dan orang tercintanya bisa hidup dengan layak di rumah mereka saat ini. Rumah penuh dengan kenangan, Zaidan juga sudah menyetok persiapan makanan untuk menyambut keduanya. Hatinya berdegub kencang tidak karuan. "Mass ingin segera bertemu kamu sayang, menunggu cerita yang akan kamu lontarkan untuk Mas." Zaidan sudah mendengar kabar jika istri dan anaknya saat ini sedang transit di Si
Happy Reading Semuanya!Zaidan belum berpamitan dengan layak pada temannya itu, ia merasa menjadi teman yang buruk. Kevin selalu ada untuknya bahkan untuk orang tercintanya, tetapi kenapa ia selalu melewatkan hal terburuk dari temannya. Kevin memang pandai menyembunnyikannya, lelaki itu sangat ahli dalam menyembunyikan perasaan. "Lo enggak pernah berubah," bisik Zaidan. Lelaki itu sangat ingat bagaimana temannya menyembunyikan sesuatu yang besar bahkan perihal untuk membayar sekolah, lelaki dengan nama Kevin itu sampai rela bekerja banting tulang membersihkan piring sampai menjadi pelayan toko 24 jam demi membayar sekolah. Kevin bisa saja memanfaatkannya untuk membantu membayar, tapi lagi-lagi lelaki itu melakukan sesuatu yang berat seperti itu. Sebagai teman tentu ia merasa sangat jahat, maka dari solusinya ia menanggung biaya sekolah Kevin bahkan sampai temannya mendapatkan gelar. Ia bangga dengan Kevin, semua yang dilakukannya membuat Zaidan bangga. "Lo janji bakalan kembali ke
Happy Reading Semuanya! Zaidan tersenyum manis memandang dari layar laptopnya dimana kedua orang kecintannya disana, ia sudah sangat rindu dengan keduanya dan terasa sangat lama sekali harinya. Apalagi dalam seminggu belakangan ini ia sibuk dengan perusahaannya dan urusannya menjadi dosen, benar-benar menyita waktunya. "Mas rindu banget sama kamu sayang," Eva tampak tertawa pelan mendengar perkatannya barusan, "Aku juga rindu sama Mas, padahal setiap hari kita saling tukar kabar. Kenapa saya rindu mulu ya sama Mas? Mas pakai pelet apa?" tanya Eva dengan raut wajah cemberut. "Ketampanan dan rasa cinta Mas," sahut Zaidan. "Dasar gombal! Sayangnya Momy, kalau sudah besar jangan sama kaya Dady ya? Tukang gombal," Eva mengecup pipi bayi tampannya yang tertawa seolah setuju dengan perkataan Eva. Benar-benar pemandangan yang manis. Tatapan mata Zaidan mengarah pada kedua orang yang ada di depannya itu, bohong jika Zaidan tidak tahu arti tatapan dari orang tercintanya ini. Tatapan Eva
Happy Reading Semuannya! Semuanya berlalu dengan cepat, Eva tidak ingin memberitahu Rendi ataupun Zaidan. Perempuan yang menjadi ibu satu anak itu tidak ingin melihat betapa sedihnya orang tercinyanya jika mengetahui sahabat terdekatnya sudah tidak bisa lagi berada di sisinya, tapi yang Eva tahu sekarang ini adalah bukan hanya dirinya yang terluka, ternyata bukan hanya Eva saja yang mengalami kesedihan mendalam karena ditinggal oleh Kevin yang selalu senantiasa bersama dengan dirinya dalam keadaan sulit ataupun bahagia. Iris matanya memperhatikan perempuan asing yang tiba-tiba menangis tepat di hadapan pemakaman Kevin saat ini. Perempuan itu bukan Ana dan Ana juga tidak sesedih itu karena kenyataannya mereka sudah ikhlas membiarkan Kevin pergi meskipun matanya juga bengkak karena terlalu banyak menangis. Kevin sudah dikuburkan dengan layak dan semuanya di bantu oleh Daniel yang lebih tahu menahu tentang pemakaman di negara ini, meskipun harus membayar mahal. Selama Kevin bisa baha