Beranda / Romansa / Dosen Killer Itu Suamiku / Bab 09, Pernyataan Cinta Zera

Share

Bab 09, Pernyataan Cinta Zera

Penulis: Indah Idris
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-07 12:25:04

“Jadi, bagaimana Pak. Anda setuju dengan kontrak kerja sama kita?” tanya Azham pada kliennya.

“Tidak ada alasan untuk menolak, Pak Azham,” ujar pria paruh baya yang menjadi patner kerja sama Azham kali ini. Pria itu tersenyum, tapi seperti biasa Azham hanya akan membalasnya dengan anggukan pelan tanpa adanya senyum ramah di sudut bibirnya.

Memang apa yang akan kalian harapkan dengan seorang Azham si gunung salju itu? Senyum ramah? Atau sapaan yang ramah serta kata yang hangat? Ah, sudahlah! Jangan terlalu berharap. Zera sebagai sekretaris yang mendampingi Azham meeting hanya menghela nafas kasar.

“Baik kalau begitu. Itu artinya kita deal Tuan Deon?” tanya Azham. Pria paruh baya yang bernama Deon itu mengangguk seraya mengulas senyum manis sekali lagi.

“Deal, Pak Azham.” Pria paruh baya itu berdiri dan mengulurkan tangan untuk berjabat tangan tanda mereka sudah sepakat. Spontan Azham ikut berdiri dan menyambut jabat tangan dari kliennya.

Deon sepertinya senang sekali mendapat kese
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dosen Killer Itu Suamiku   Bab 10, Otak Mager

    Zera masih diam dan manik matanya sudah dipenuhi bulir bening yang sekali saja Zera berkedip. Bulir bening itu akan jatuh membasahi pipinya.“Dengarkan aku, Zer. Kamu harus tahu ini. Kenapa aku memilih menjadikanmu sebagai sahabatku selamanya. Karena, aku tidak mau menjadikan hubungan yang sudah lama kita jalani hancur hanya karena cinta yang mungkin tidak akan pernah abadi,” lanjut Azham. “Tidak ada yang tahu, Zer. Perasaan cinta kita akan abadi sampai kapan? Jadi, tolong terima keputusanku ini. Tetaplah menjadi Zera sahabatku yang aku sayangi dan jangan berubah hanya soal cintamu yang tak terbalas. Sebab, hubungan persahabatan lebih murni dibanding kau harus memaksa cinta tumbuh di hati yang memang bukan untukmu,” sambung Azham panjang lebar.“Aku akan tetap berada di sampingmu kapan dan di mana kau mau. Bahkan, dalam keadaan apa pun. Aku janji,” tambah Zera. Zera mengangguk mengiyakan. Meski sakit tapi Zera tidak dapat berbuat apa-apa. Ini keputusan Azham, dan dia tidak bisa mema

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-07
  • Dosen Killer Itu Suamiku   Bab 11, Azham Serba Salah

    Selama perjalanan, Azham dan Melisa sama-sama terdiam dengan pikiran mereka masing-masing. Azham dengan kemudinya dan segala hal yang terjadi di kantor tadi memenuhi isi kepalanya. Sementara, Melisa menatap keluar jendela dengan pikirannya yang kesal dengan Azham. Mereka hanya dengan pemikiran mereka. “Ini ... Kita mau ke mana?” tanya Melisa saat tahu jalan yang ditempuh Azham bukan jalan ke rumah mereka. “Ck, tadi pagi saya sudah bilang, bukan!? Kita akan ke rumah Mama. Mama meminta kita ke sana,” jelas Azham tanpa menoleh ke arah Melisa. Melisa hanya mangut-mangut seolah mengerti. Azham yang melihatnya mendengus sebal. “Kenapa memangnya?” “Ke rumah Mama, untuk apa?” “Kau bisa tanyakan itu nanti, pada mertuamu. Setelah sampia,” ucap Azham ketus. Melisa mendecak. Lalu mereka kembali terdiam. Azham kembali memikirkan perihal Zera yang sekarang sudah berani mengungkap perihal perasannya secara terang-terangan. Azham tidak menyangka Zera akan melakukan itu. Juga, Azham tidak tahu

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-08
  • Dosen Killer Itu Suamiku   Bab 12, Sedikit Dari Banyaknya Unek-Unek

    “Pak Azham?” tanya Riana dengan kening mengerut sementara Melisa menjawabnya dengan anggukan. “Why? Kenapa kamu masih memanggilnya, Pak Azham? Kalian, ‘kan sudah suami istri!?” Melisa menjadi kikuk untuk menjawab pertanyaan Riana. Melisa tidak tahu harus menjawab apa. Karena ia juga tidak tahu harus memanggil Azham dengan sebutan apa? Sedangkan kebiasaan Melisa hanya memanggil Pak saja. “Melisa,” ujar Riana seraya menyentuh tangan Melisa lembut. “Azham suamimu saat di rumah. Kalau di kampus mungkin sah, sah saja kau memanggilnya dengan sebutan begitu. Tetapi, apa kamu tidak akan mengganti panggilanmu dengannya saat berdua saja di rumah? Seperti Ma-s mungkin. Atau sayang,” usul Riana membuat Melisa mendengus dalam hati. Usulan pertama mungkin masih bisa diterima Melisa. Usulan kedua. Melisa ingin muntah. Tidak mungkin Melisa akan memanggilnya dengan sebutan itu. Terlalu canggung dan aneh menurut Melisa. “Hehe... Iya, Ma. Masalahnya, Melisa kebiasaan di kampus. Jadi, terbawa-bawa s

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-08
  • Dosen Killer Itu Suamiku   Bab 13, Impian Riana Yang Terwujud

    Melisa dan Riana sudah berada di dalam kamar tidur Riana—mertuanya itu. Riana mempersilahkan Melisa masuk dan duduk di sofa yang ada di dalam kamarnya. Selagi ia mencari baju-baju lamanya untuk Melisa. “Kamu sukanya pakai dress atau—““Terserah yang ada saja, Ma. Yang cocok sama aku,” kata Melisa memotong ucapan mertuanya. Riana menoleh seraya tersenyum. “Baiklah, tunggu sebentar. Mama carikan dulu, ya. Semoga saja ada yang cocok denganmu,” ujarnya sembari mencari-cari baju yang akan dikenakan Melisa yang ada di dalam lemari pakaiannya. Sementara di ruang tengah, Azham dan Rama masih duduk di sana dengan Damar yang masih fokus dengan pertandingan bola favoritnya. Dan Azham yang hanya duduk bersandar seraya memperhatikan tanpa minat. Mood Azham sudah jelek akibat mamanya yang datang membuat rusuh. Azham tidak pernah menyangka mamanya akan seagresif itu setelah memilik menantu. Tahu begitu, Azham tidak akan cepat-cepat menikah dan mungkin ia akan menolak mentah-menatah perjodohan i

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-09
  • Dosen Killer Itu Suamiku   Bab 14, Lingeri

    Azham dan Melisa kini sudah berada di dalam kamar Azham yang ada di rumah Riana dan Rama. Mereka semua sudah makan malam juga berbincang-bincang ringan di ruang keluarga setelah makan malam. Kini saatnya mereka beristirahat dan tidur untuk mengumpulkan tenaga mereka untuk pagi nanti. Melisa yang ada di dalam kamar mandi ingin mengganti dressnya dengan baju tidur yang diberikan mama mertuanya. Melisa kira, baju tidur yang diberikan Riana padanya adalah piama atau apalah. Ternyata, yang diberikan Riana kepadanya adalah Lingeri yang berbahan tipis dan sangat minim. Melisa sampai terbengong-bengong menatap linger itu yang masih belum ia kenakan. Melisa mendecak merasa kalau mama mertuanya itu sedang mengerjainya. Melisa tidak mungkin memakainya. Sementara ia akan tidur bersama Azham. Apa yang akan dikatakan Azham padanya saat tahu Melisa memakai baju seperti itu. “Astaga, baju macam apa ini? Pasti ini Mama sengaja,” ujar Melisa seraya meletakkan lingeri itu di atas wastafel seraya me

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-09
  • Dosen Killer Itu Suamiku   Bab 15, Rambut Basah

    Riana sejak tadi terkikik tanpa Rama tahu apa penyebabnya. Rama yang duduk bersandar di ranjang menatapnya dengan alis terangkat sebelah heran. “Bisa kau katakan ada apa, Riana? Kenapa sejak tadi kuperhatikan kau tertawa sendiri?” Riana yang mendengar itu menoleh seraya kembali tertawa. Sekarang tawanya sengaja dibesarkan. Riana terbahak-bahak membuat Rama semakin bingung. “Astaga, Pa. Aku tidak bisa menahan tawaku saat ini. Ini sangat menggelikan,” ujarnya. “Memang ada apa? Apa yang membuatmu geli begitu?” tanya Rama seraya membenahi duduknya menghadap Riana yang duduk di kursi meja riasnya. “Kau tahu, Azham belum menyentuh Melisa?” Alih-alih menjawab, Riana malah melontarkan pertanyaan yang sontak membuat Rama melongo. “Benarkah? Kau tahu itu dari mana?” tanya Rama heran. Riana menghentikan tawanya, lalu beranjak berdiri menghampiri suaminya ikut duduk di atas ranjang. “Aku tahu! Aku tahu semuanya, Pa.” Kening Rama mengerut, ia sama sekali tidak paham dengan yang dimaksud istr

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-10
  • Dosen Killer Itu Suamiku   Bab 16, Azham Membentak Melisa

    “Zham, kok, mandi rambutnya nggak dibasahin?” tanya Riana sontak semuanya melirik dirinya. Azham menghela nafas kasar. Ia sudah menduga kalau semalam adalah rencananya. Untung saja Azham masih bisa menahan diri. Jadi, ia tidak masuk perangkap mamanya. “Melisa juga. Kamu, kok, mandi nggak basahin rambut?” Melisa menjadi heran. Sedangkan Azham melirik Melisa yang juga tengah meliriknya meminta penjelasan, tapi Azham hanya mengabaikannya. Sementara Rama menatap Azham dan Melisa secara bergantian. Lalu beralih menatap Riana yang seperti sedang kecewa. Ya, kecewa karena rencananya gagalMelisa sontak memegangi rambutnya yang diprotes oleh sang mertua. Ia benar-benar penasaran ada apa dengan rambutnya yang tidak basah. Sementara Rama menyembunyikan senyumnya saat mengetahui kalau rencana Riana gatot atau (gagal total). “Iya, Ma. ‘Kan Melisa nggak lagi keramas. Makanya, nggak basah.” Melisa menjawab itu dengan menatap semua orang yang melihatnya. “Iya, maksud Mama. Kenapa kamu nggak lag

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-10
  • Dosen Killer Itu Suamiku   Bab 17, Perasaan Aneh Azham

    Azham masuk ke dalam toilet khusus pria. Ia mencuci wajahnya. Entah kenapa, ia tadi kelepasan dan membuat Melisa terheran-heran dengan sikapnya. Bukan, bukan hanya Melisa. Melainkan dia pun merasakannya. Azham bingung dengan sikapnya tadi. Tidak tahu kenapa, Azham benar-benar merasa ketakutan. Ketakutan yang baru dirasakannya saat ini. Melihat Melisa turun dan mobil begitu saja dan melihat begitu pada kendaraan di lampu merah, membuat Azham merasa takut kalau Melisa akan kenapa-napa. Jantung Azham berdebar kencang saat itu. Membuatnya tak terkendali hingga memarahi dan membentak Melisa begitu saja. Azham menghela nafas kasar. “Ada apa dengan diriku saat ini?” gumamnya pelan seraya menatap wajahnya di pantulan cermin. Perasaan aneh seperti itu baru saja Azham rasakan, dan lebih anehnya itu dirasakannya hanya pada Melisa saja. Sungguh, membuat Azham kebingungan. Ada apa dengan dirinya selalu itu yang ditanyakan Azham pada dirinya sendiri. Sekali lagi, Azham membasuh wajahnya dengan

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-12

Bab terbaru

  • Dosen Killer Itu Suamiku   Cinta Sepihak

    Tidak sedikit orang yang sedang merasakan risau di hatinya lari ke pantai, pasti pantai adalah opsi pelarian paling tepat menurut mereka. Di sana mereka bisa menikmati deru ombak yang sesekali akan menabrakkan diri ke kaki, dan hal itu sangat menyenangkan. Bermain dengan ombak membuat gelisah sedikit berkurang. Begitulah yang saat ini terjadi pada Melisa, dia terlihat begitu nyaman berada di tempat ini. Azham tersenyum melihat keceriaan kembali terpancar di wajah sang istri. Setelah sempat murung beberapa hari, dan terlihat terus ketakutan serta cemas berlebihan atas apa yang menimpanya beberapa hari yang lalu. “Pak!!” seru Melisa membuat Azham tersentak dari lamunan. “Ayo, sini. Ini sangat menyenangkan,” ajak Melisa. Azham tersenyum lalu mengangguk sembari berjalan ke arah Melisa yang tengah memperhatikannya. “Kau menyukainya?” tanya Azham saat sudah berada di dekat Melisa. Dia membiarkan kaki dan celananya basah. “Hmm ...,” jawab Melisa dengan mengangguk sembari kembali menatap

  • Dosen Killer Itu Suamiku   Pengaruh Cinta

    POV Author “Kenapa bisa begini, Rian?” tanya Azham sambil matanya tidak lepas dari seorang gadis dengan menggunakan pakaian serba putih.Gadis itu duduk di sebuah brankar rumah sakit. Tangannya diikat di masing-masing sudut ranjang tersebut. Dia terus saja meronta ingin melepaskan ikatan di tangannya, berteriak tidak jelas. “Entahlah, Zham.” Rian mendesah seraya memalingkan wajahnya ke arah lain. Tidak sanggup dengan pemandangan di depannya. “Zera sepertinya depresi atas kepergian Leon.” Azham berbalik menghadap Rian mengalihkan pandangannya dari Zera. Ya, gadis yang ada di dalam ruangan yang cukup sempit itu, adalah Zera—sahabat Azham—juga Rian. Kedua pria itu sedih melihat kondisi Zera yang begitu menyedihkan. Memang kehilangan adalah salah satu penyebab luka yang paling dalam. Saking dalam luka yang dialami Zera, gadis itu sampai kehilangan akal sehatnya. Hingga terpaksa dirinya berada di tempat ini, yaitu rumah sakit jiwa. Rian dan kerabat dekat Zera memutuskan untuk memasukk

  • Dosen Killer Itu Suamiku   Azham Penipu

    POV Melisa “Saya sudah siap, kota ketemu di sana saja.” Samar-samar dapat aku dengar suara Pak Azham dari dalam kamar. Dia sedang berbicara dengan seseorang di telfon. “...”“Tidak, saya berangkat sendiri.” Kulihat dari sela pintu yang sedikit terbuka, Pak Azham berjalan ke arah meja rias. Membetulkan dasinya dengan satu tangan, satunya lagi dipakai memegang ponsel yang menempel di telinganya. “Melisa masih masa pemulihan. Lukanya memang sudah mengering, dan bahkan sudah hampir sembuh. Hanya saja ....” Pak Azham terdiam sejenak dengan gerakan tangannya, pun ikut berhenti. Tatapannya lurus pada cermin di depannya. Aku tidak tahu, apa yang sedang dipikirkan olehnya. Yang aku tahu, dia membuang napas kasar. “Traumanya pasti belum sembuh. Apa yang dilakukan Zera kepadanya, dan apa yang dia saksikan hari itu ... pasti akan sangat membekas di ingatannya.” Pak Azham menarik napas dalam. Kepalanya tertunduk sebentar, lalu kemudian mendongak menatap wajahnya di cermin. “Saya masih ragu mem

  • Dosen Killer Itu Suamiku   Membisu

    POV Melisa Aku, Mama, Ibu dan Pak Azham berjalan bersama-sama menuju parkiran rumah sakit. Setelah hampir seminggu aku dirawat di rumah sakit ini, akhirnya bisa terbebas juga. Aroma obat khas rumah sakit yang selalu mampu menghilangkan nafsu makanku. Kini tak akan lagi aku rasakan setelah kembali ke Makassar. Pak Azham memasukkan tas dan beberapa barang-barang ke dalam bagasi mobil. Setelahnya, dia berpamitan kepada Mama dan Ibu. Begitupun denganku. Setelah dari rumah sakit, kami akan segera ke bandara. Hari ini juga kami akan kembali ke Makassar. Namun, hanya kami. Karena Mama dan Ibu masih akan menetap beberapa hari di Bali. Katanya, ingin berlibur sejenak mumpung masih berada di sini. Sehingga aku dan Pak Azham pun tidak keberatan membiarkannya tetap menetap. Lagian, Ibu juga sudah lama sekali tidak pergi berlibur. Jadi, biarlah. “Kalian yakin nggak apa-apa kalau kami tetap di sini?” tanya Ibu memastikan. “Ibu nggak enak,” ujarnya lagi dengan pelan. “Nggak enak kenapa, Bu?” ta

  • Dosen Killer Itu Suamiku   Harapan Azham

    “Ada apa?” tanya Azham kala melihat Melisa sering curi-curi pandang ke arahnya, yang tengah duduk di kursi dengan laptop di atas pangkuannya. “Sejak tadi kuperhatikan kamu sering melirikku. Apa kamu butuh sesuatu?” Melisa sontak salah tingkah kala Azham mengetahui dirinya sering mencuri pandang ke arah pria itu. Melisa tidak mengerti bagaimana bisa Azham tahu kalau Melisa melakukan itu, padahal sejak tadi gadis itu perhatikan Azham sama sekali tidak melepaskan pandangannya dari laptop di pangkuannya itu. Aneh, pikir Melisa. “Enggak,” jawab Melisa menggelengkan kepalanya dengan kuat. Berusaha meyakinkan Azham kalau yang pria itu pikirkan itu salah. Dirinya tidak melakukan hal seperti yang dituduhkan Azham. “Siapa bilang saya curi-curi pandang ke Bapak? Ngacoh,” elak Melisa dengan raut salah tingkah. Azham yang masih belum mengalihkan pandangannya ke arah laptop tersenyum mendengar jawaban Melisa, yang terdengar sedang berusaha mengelak apa yang Azham katakan. “Benarkah? Padahal seja

  • Dosen Killer Itu Suamiku   Melisa Yang Konyol

    Azham masuk kembali ke ruangan Melisa setelah mengantar mama dan ibu mertuanya ke parkiran. Melisa menoleh kala mendengar suara derit pintu. Tatapan mereka bertemu untuk beberapa saat sebelum Melisa memutus kontak mata dengan Azham. Pria itu melangkah perlahan mendekati brankar Melisa. Mereka terlihat masih sangat asing. Meskipun, beberapa waktu yang lalu saat kejadian penculikan dan ditemukannya Melisa. Azham sempat mengungkapkan ketakutannya terhadap keadaan sang istri. Namun, sekarang situasi kembali semula. “Mama sama Ibu sudah ke hotel?” tanya Melisa tanpa menatap Azham yang duduk di sampingnya. “Nggak Bapak antar?” Azham menghela napas kasar, dia tidak tahu apakah Melisa hanya berbasa-basi atau memang tidak tahu. Padahal, saat Diana mengatakan sudah memesan tiket pesawat sekaligus hotel Melisa tidak sedang tertidur. Juga tidak sedang dalam keadaan tidak sadar. Gadis itu bahkan memperhatikan wajah Diana saat berbicara. Akan tetapi, kenapa sekarang malah bertanya pikir Azham.

  • Dosen Killer Itu Suamiku   Diana Vs Azham

    “Jangan bangun dulu.” Azham dengan cepat membantu Melisa kembali berbaring, kala melihat gadis itu mengangkat kepala hendak duduk. “Kata dokter, kamu masih butuh banyak istirahat.” Melisa yang masih lemas terpaksa kembali membaringkan tubuhnya. Padahal, dia sudah merasa pegal kalau harus terus terbaring seperti saat ini. Dia tidak punya cukup tenaga untuk berdebat dengan Azham. “Apa kamu butuh sesuatu? Katakan saja,” pinta Azham. “Mau makan, minum atau apa?” tanyanya kepada Melisa yang hanya menatapnya. Hening. Tidak ada suara yang keluar dari mulut gadis itu. Hanya ada gelengan kepala begitu pelan. Azham mengerti Melisa saat ini pasti masih sangat lemas. Suara Melisa hanya terdengar saat pertama kali siuman. Setelahnya, tidak ada lagi. Azham kemudian diam, dia duduk di kursi yang ada di samping ranjang Melisa. Membiarkan Melisa untuk beristirahat. Tidak lagi memberondong istrinya itu dengan pertanyaan-pertanyaan. Di saat mereka sedang berada di situasi hening, tiba-tiba pintu ru

  • Dosen Killer Itu Suamiku   Ego Fitri

    “Di mana ruangan Melisa, Di? Aku sudah tidak sabar bertemu dengannya.” Fitri mencecar Diana untuk segera membawanya ke ruangan Melisa berada. “Kata Rian, Melisa berada di ruangan yang ada di lantai dua. Nomor kamarnya kalau nggak salah 201.” Diana dan Fitri yang mengetahui keadaan Melisa lantas bergegas ke Bali. Mereka tidak lagi ingin menunggu berita burung. Sehingga mereka pun segera memesan tiket penerbangan hari itu juga.Kedua wanita paruh baya itu bergegas ke resepsionis untuk bertanya ruangan Melisa. Setelah mereka sudah mengetahuinya. Lantas segera menuju ruangan gadis itu berada. Di saat keduanya hampir menemukan ruangan Melisa. Tidak sengaja mereka bertemu Rian dan Zera yang hendak kembali ke Makassar untuk pemakaman Leon. Fitri dan Diana yang sedang geram kepada Zera, karena telah menyeka dan menyiksa Melisa hingga membuat gadis itu kini terbaring tak berdaya di rumah sakit. Membuat emosi kedua wanita itu tersulut ketika melihat gadis itu. Keduanya bersama-sama menghamp

  • Dosen Killer Itu Suamiku   Kepergian Leon

    Seorang gadis cantik dengan bulu mata lentik yang di wajah dan hampir seluruh tubuhnya dipenuhi luka terbaring tak berdaya di atas brankar rumah sakit. Di samping brankar itu seorang pria duduk di sana sambil menggenggam tangan sang gadis. Menunggu kesadaran gadis itu segera didapatinya. Sudah beberapa jam gadis itu menutup mata rapat tanpa tahu kapan akan membukanya. Padahal dokter sudah mengatakan kepada pria itu kalau sebentar lagi dia akan tersadar. Namun, karena begitu khawatir pada sang gadis. Pria itu merasa waktu beberapa menit sangatlah lama. Tangan gadis itu terpasang selang infus, hidungnya terpasang selang bantu pernapasan. Juga beberapa bagian tubuhnya terpasang alat yang entah fungsinya untuk apa. Pria itu tidak tahu. Yang dia tahu kondisi gadis itu sedikit memburuk akibat di sekap, lalu disiksa. “Melisa, tolong buka matamu. Jangan buat aku khawatir seperti ini,” ucap Azham dengan suara bergetar masih menggenggam tangan Melisa. Ya, gadis di atas ranjang rumah sakit i

DMCA.com Protection Status