Aku rasa Liam melupakan aku karena pacar barunya, aku mengingat perlakuannya kepadaku yang meminta agar dia memperlakukan aku sebagaimana dia memperlakukan Alita. Namun, aku rasa itu adalah permintaan bodoh karena Alita adalah sahabatnya dan aku tidak pernah tahu kalau Liam akan memiliki seorang pacar. Namun entah kenapa, semuanya memang terasa tidak adil untukku. Aku merindukannya.
Aku menghabiskan kopiku dan keluar dari café. Memperhatikan jalan yang tidak terlalu ramai, padahal ini sudah pukul 12 siang. Aku menyebrang dan menelpon ayahku untuk menjemputku, namun ayah tidak bisa menjemputku karena dia harus menyelesaikan sesuatu di kantor sehingga dia bilang akan meminta Gerry untuk mejemputku. Aku lalu menutup telepon dan menunggu di depan sebuah toko parfum. Hey, kalau tidak salah, ini adalah toko parfum tempat aku membeli parfum unik itu, aku lalu masuk ke dalam dan si penjual parfum tersenyum kepadaku.
“Permisi, aku ingin bertanya tentang parfum ini,
Teriakan ku di meja makan membuat ayah dan ibuku terdiam, namun api kemarahan masih membara di mata mereka. Aku menatap mereka satu persatu, ibuku sudah siap untuk menghantamkan botol yang dia pegang dan ayahku sudah berdiri agak jauh dari tempat ibu berada. Aku merasa sedih, kenapa kalian tidak bisa memberikan aku sebuah rumah yang nyaman.“Kau pikir aku tidak mengenal parfum kesukaanmu? Ini bukan parfum milikmu dan ini sudah pasti milik seorang wanita, kau bilang kau masih ada urusan di kantor? Omong kosong!” bentak ibuku seraya menenggak minumannya.“Kenapa kau tidak mendekat dan mencium seluruh tubuhku dan katakan bau seperti apa yang kau cium?” tanya ayahku.“Tidak perlu repot-repot, aku sudah tahu kalau kau tidak pergi ke kantor dan malah bertemu dengan wanita itu, kau bisa menyuruh Martin melakukan tugasmu,” ucap ibuku seraya menunjuk ayah.“Keras kepala sekali, ini adalah parfum yang dipakai Ava, bod
Aku kira apa yang aku katakan di meja makan tadi akan meredam pertengkaran mereka berdua, aku tidak tahu apakah aku harus mencoba lagi menyatukan ayah dan ibuku, atau sebaiknya aku membuat ‘rumah’ untuk diriku sendiri di tempat lain. Mereka memberiku cukup uang, bahkan lebih jika aku ingin pergi dari tempat ini dan hidup nyaman tanpa teriakan mereka.Mereka telah mengubahku, Liam, neneknya dan juga Ruby. Mereka membuatku peduli akan keadaan keluargaku. Aku bisa hidup dan menikmati kekayaan mereka setidaknya sampai 2 tahun kedepan dan aku akan mulai berbisnis dengan uang yang aku punya. Terlebih, sekarang mereka berdua sekarang menjadi lebih peduli denganku karena aku sudah mendapatkan hati mereka.Apa yang mereka lakukan benar-benar membuatku merasa kalau aku harus berjuang untuk membuat kedua orang tuaku kembali bersama. Seharusnya aku berpikir lebih cerdas sejak dulu dan mulai memanfaatkan uang yang mereka berikan kepadaku agar aku bisa hidup tenang di ke
Kami berhenti di Wendy’s, tempat aku dan Liam pertama kali makan bersama. Aku lalu mengingat ceritanya bersama Alita dulu. Aku dan Liam lalu memesan makanan namun mata Liam melihat ke arahku dengan tatapan penuh keheranan.“Cuma itu pesananmu?” tanya Liam yang menyadari kalau aku hanya memesan satu burger dan segelas Coca-Cola. Aku mengangguk. Liam hanya mengernyitkan dahi dan membayar pesanan kami. Kami lalu duduk di meja dekat jendela, seperti malam itu.“Kau tidak bekerja?” tanyaku setelah makanan kami datang.“Aku tidak kerja setiap hari lagi, hanya di hari Senin sampai Jum’at. Hari Sabtu dan Minggu adalah hari libur, namun aku biasanya mengambil lembur, tapi khusus hari ini aku tidak lembur karena ingin bertemu denganmu,” ucap Liam seraya memakan burgernya. Aku hanya mengangguk dan mengikutinya memakan burger milikku.“Kau terasa aneh sekali,” ucap Liam tiba-tiba.“Aneh bagaiman
Aku terbangun dari tidurku dan mendapati diriku dengan hanya tertutupi selimut berwarna jingga milikku. Aku melihat jam dinding di kamarku, ternyata sekarang sudah pukul 7 malam. Aku lalu melihat Liam yang sedang tertidur di sampingku dan memelukku dengan tangan besarnya. Aku tersenyum melihatnya dan membelai rambutnya. Liam yang selalu aku inginkan, saat ini tidur di sampingku tanpa menggunakan sehelai pakaian karena dia sudah melepasnya dan melemparnya ke sudut tempat tidurku.Aku lalu memindahkan tangannya karena aku ingin turun ke lantai bawah. Aku merasa haus sekali. Aku mengambil selimut dari lemariku dan menggunakannya untuk menyelimuti seluruh tubuhku. Aku lalu membuka pintu dengan perlahan karena aku tidak mau membangunkan Liam. Aku menuruni tangga dan mengambil segelas air kemudian meminumnya.“Ah, akhirnya bangun juga, kau pasti kelelahan.” Sebuah suara mengagetkanku, aku lalu mencari asal suara itu dan ternyata itu ibuku yang sedang berbaring di
Aku memacu mobilku dengan cepat. Aku tidak tahu jawaban apa yang akan kuberikan saat Ruby bertanya kenapa aku begitu lama bersama Ava. Sungguh, hal itu terjadi diluar perkiraan, sesaat setelah aku meminum benda itu, aku benar-benar tidak bisa menahan diri untuk tidak melakukannya. Aku tidak menyangka akan melakukan hal ini dengan sahabatku sendiri.Saat aku sampai, aku disambut oleh nenekku yang sedang duduk di kursi santai di depan rumah. Nenek menyambutku dan memberitahuku kalau makan malam sudah siap. Aku tersenyum dan masuk kedalam, menemui Ruby yang sedang memasak.“Bagaimana harimu? Apa dia senang?” tanya Ruby seraya tersenyum kepadaku.“Yaa begitulah, kami makan siang bersama dan bermain di Play Zone di mall,” dustaku.“Haha begitu, sepertinya menyenangkan sekali, mungkin aku akan ikut bersenang-senang dengan kalian kapan-kapan,” ucap Ruby seraya meletakkan makanan yang telah siap di meja makan.“Seh
Air mata yang jatuh dari mata ibuku mulai berhenti sesaat setelah aku mengambilkannya segelas air putih. Aku meminta ibuku agar bernafas secara perlahan, dan ibuku mulai mengatur nafasnya. Ibuku lalu meletakkan gelasnya dan menghapus air matanya.“Semua pertengkaran yang terjadi dengan Christian adalah hasil dari keegoisanku dan juga kecemburuan ibu, saat itu ibu benar-benar bodoh tidak mau mendengarkan penjelasannya terlebih dahulu,” jelas ibuku seraya memulai cerita.“Ibu benar-benar kesal dengan ayahmu karena dia pergi melakukan pekerjaan di luar negeri bersama beberapa temannya, saat itu ada seorang wanita cantik bernama Naomi yang ikut dalam pekerjaan yang di lakukan oleh ayahmu,” cerita ibuku.“Lalu?”“Ayahmu sudah meyakinkan ibu kalau Naomi hanyalah seorang rekan kerja, tidak lebih, tapi ibu tidak mempercayai ayahmu dan membayar seorang detektif untuk membuntuti Bella, sayangnya, detektif yang ibu sewa mala
Aku mencintainya, hanya saja dia bukan milikku, dia milik orang lain. Ibuku memperhatikan aku dengan tatapan kesal, aku membuang muka dan melihat ke arah lain dan mencoba pergi dari tatapan ibuku, namun ibuku kemudian berdiri dan mengikuti ke manapun aku berusaha menghindarinya.“Kita bicarakan nanti saja, bu,” ucapku setelah lelah menghindari tatapan ibuku.“Hmmm, baiklah terserah saja, lagipula bukankah kita akan menghabiskan waktu ‘ibu dan anak perempuannya’ di mall ini, jadi sebaiknya kau tidak stress,” ucap ibuku menghentikan tatapan kesalnya.“Memangnya kita mau apa?” tanyaku.“Tentu saja, BELANJA!!” teriak ibuku.“Aku tidak mengerti fashion, apa ibu tidak melihat pakaian yang aku pakai sekarang?” tanyaku seraya meminta ibuku melihat pakaian yang aku kenakan.“Hmm, kau memang tidak modis,” komentar ibuku setelah melihat aku yang hanya menggunakan sneake
Aku membuka mata dan melihat sekelilingku. Ternyata aku tertidur di sofa depan televisi dan saat aku bangun aku bisa melihat ibuku yang tengah duduk di meja makan dan meminum secangkir kopi. Aku menghampirinya dan ibuku tersenyum melihatku. Dia lalu menawariku roti panggang dan aku hanya mengangguk seraya duduk di kursi meja makan.“Hari ini adalah hari senin, kau akan pergi ke sekolah bukan?” tanya ibuku.Sial, aku lupa kalau aku adalah seorang pelajar. Aku lalu mandi dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah, meninggalkan ibuku yang tengah menunuggu roti panggangku matang di alat pemanggang roti.Setelah aku selesai, aku lalu turun dan menghabiskan roti panggangku serta meminum segelas air kemudian berpamitan dengan ibuku. Aku mengambil kunci mobil yang menggantung dan melangkah keluar dari pintu.“Tunggu!” teriak ibuku. Aku lalu menoleh dan melihat ibuku menghampiriku.Dia lalu menata rambutku yang tidak rapi dan membenarka
Aku bangun pagi ini dengan perasaaan segar dan bersemangat karena aku memiliki hal penting untuk dilakukan hari ini. Aku bergegas menuju ke kamar mandi dan mandi untuk membuat tubuhku semakin segar.Setelah mandi, aku pergi menuju ke ruang tamu dan mendapati ibuku yang tengah memasak sarapan. Dia tampak heran melihat aku yang masih pagi begini sudah mandi.“Mau kemana pagi-pagi sekali?” tanya ibuku.“Tidak kemana-mana, sedang ingin saja,” jawabku seraya tersenyum dan menunjukkan gigiku.Ibuku hanya menggelengkan kepala dan memasang ekspresi yang mengisyaratkan “terserah kau saja” di wajahnya.“Dimana ayah?” tanyaku.“Sepertinya di taman, bersama Finn,” jawab ibuku seraya membalik telur goreng.Semenjak Finn datang, ayahku selalu bangun sangat pagi dan menghabiskan waktu bersama Finn sampai waktu sarapan. Entah itu jalan-jalan pagi mengelilingi lingkungan rumah kami, atau hany
Malam menyapa. Kegiatan bakti sosial itu berlangsung sampai sore dan kami semua melewatkan jam makan siang sehingga kami memutuskan untuk makan bersama di restoran. Aku melihat unggahan akun sosial media yayasan kami yang dikelola oleh Yura sebagai bagian dokumentasi.Semua komentar positif dilontarkan oleh para pengguna sosial media di tiap unggahan serta semua hati dan ibu jari yang berjumlah ribuan berada disana. Aku tersenyum bahagia, dan aku ingin sedikit berteriak mengetahui rasa senangku, tapi aku tidak ingin terlihat memalukan di restoran ini.“Haruskah kita melakukan rapat sekarang? Nyonya ketua?” tanya Mason seraya menyeruput es tehnya.“Entahlah, aku rasa kita bisa melakukannya di pertemuan berikutnya, aku memiliki semua hal yang perlu kita evaluasi, aku bisa melakukan pertemuan kapan saja, tergantung kepada kalian, mungkin ada yang sibuk? Atau tidak bisa datang? Karena itu, untuk menghindari hal tersebut, aku ingin agar kita menyesu
“Ada satu tempat lagi yang harus kita datangi, ini sangat penting, jadi kau tidak boleh menolak, ajak saja Finn, mereka tidak melarang anjing untuk datang,” ucap Carla seraya menyeruput minumannya.“Kemana?” tanyaku ingin tahu.Carla tidak menjawab dan Finn mengonggong dari belakang. Dia tampak senang berada di dalam mobil, dan aku mengelus kepalanya.Kami lalu masuk ke sebuah komplek perumahan elit dimana banyak sekali rumah-rumah berukuran besar. Aku tidak pernah pergi kesini sebelumnya, jadi ini semua terasa asing untukku.“Ini mau kemana? Aku tidak pernah kesini,” ucapku kebingungan.Carla masih tidak menjawab, namun dia tersenyum riang dan kami kemudian berhenti di sebuah rumah mewah dengan banyak mobil terparkir di depannya. Carla lalu mengajak kami masuk ke dalam dan aku membukakan pintu untuk Finn. Ketika aku sampai di depan pintu, terdengar suara berisik dari dalam.“Hai Ava!” teriak s
“SELAMAT DATANG DI PET CONVENTION TAHUNAN!!”Seorang wanita menyambut kami yang tengah berjalan memasuki sebuah tanah lapang yang dipenuhi tenda-tenda dan balon-balon. Carla yang terlihat sangat bersemangat menarik tanganku menuju ke salah satu dari tenda-tenda itu.Aku melihat ke sekelilingku dan memang benar, ada banyak sekali binatang-binatang unik dan lucu disini. Aku menghampiri sebuah tenda yang memiliki beberapa ekor landak berwarna putih dan aku mengelus duri-duri di punggungnya dengan lembut. Landak itu terlihat menyukai perlakuanku kepadanya. Entahlah, dia memejamkan matanya dan terlihat santai, jadi aku berasumsi kalau dia menyukaiku.“Ava Ava!! Lihat ini, dia sangat lucu!” teriak Carla dari tenda disebelahku. Dia menggendong seekor anak monyet berwarna putih.“Ah kau benar, dia sangat lucu!” ucapku seraya mengelus rambut putihnya. Dia juga terlihat mneyukainya.“Dia spesies yang langka, negara t
Sesampainya dirumah, aku membaringkan tubuhku di atas ranjang empuk di kamarku dan memandangi langit-langit kamarku. Aku memperhatikan lenganku yang terlihat sedikit berisi dibandingkan beberapa bulan yang lalu.“Aku rasa aku sedikit gendut, sepertinya memang benar,” gumamku seraya meremas lengan kiriku dengan tanganku.Aku lalu berdiri menghadap cermin dan memandangi cermin. Memandangi tubuhku dan beralih menatap mataku sendiri yang juga menatapku di sisi lain cermin.Asap. Dimana-mana ada asap, dan cerminku mulai retak. Luka di wajahku yang sudah mengering, terkelupas. Kakiku bergemetar hebat. Aku sudah mengalami ini berkali-kali, namun, aku masih merasa takut. Di dalam hati, aku berteriak. Ketika aku mengalihkan pandangan ke tempat tidurku, disana terbaring tubuh Carla dengan darah berlumuran dimana-dimana.“AVA!!”Aku menoleh, mencari asal suara yang ternyata datang dari ibuku yang tengah memperhatikan aku dari pintu kam
Makanan yang kami pesan datang dan aku masih belum menyentuh steak yang aku pesan. Aku masih memikirkan semua yang Liam katakan seraya melihat ke arah ayah dan ibuku yang tengah bercanda bersama Ruby dan juga nenek Liam.“Beberapa jam sebelum makan malam, menghabiskan waktu bersama kedua orang tuaku yang menyenangkan ini,” ucapku dalam hati.Sejak awal bertemu dengannya, dia merubah hidupku. Dan aku rasa aku sudah mengatakannya ratusan kali. Gadis bergelimang harta namun sarat akan kasih sayang, gadis yang memiliki sebuah istana namun tidak bisa dianggap rumah, gadis yang bisa mendapatkan semua yang dia inginkan kecuali cinta yang tulus, semuanya berubah hanya dalam satu hari dimana aku memutuskan untuk mencari sarapan di pagi yang cerah dalam kondisi mengantuk.“Ava, sayang, kenapa kau tidak makan?” tanya ayahku yang tengah mengobrol dengan Liam. Dia melihatku dengan wajah khawatir.“Ah iya, aku hanya sedang memikir
Kakiku tidak bisa berhenti bergemetar karena makan malam bersama Liam yang akan dilangsungkan beberapa jam lagi. Ayah dan ibuku sudah siap, begitu juga dengan aku. Tapi, aku benar-benar merasa takut yang tidak wajar, padahal aku hanya akan pergi makan malam di luar bersama keluargaku.“Sayang, apa kau benar-benar se-takut itu?” tanya ibuku yang sepertinya melihat kegelisahan di wajahku.“Entahlah, tapi, aku tidak bisa selamanya menghindar bukan?”“Kau benar, tapi kau tidak perlu buru-buru,” ujar ibuku lagi.“Tidak apa-apa, ini hanya makan malam, lagipula, aku tidak tahu kenapa aku harus merasakan ini, padahal aku sempat mencintai orang lain setelah aku dan dia tidak lagi saling menghubungi, jadi, aku berkesimpulan kalau rasa takut ini hanya rasa takut untuk sementara waktu, setelah beberapa saat aku di meja makan, tentu saja aku akan baik-baik saja,” jelasku.Ibuku hanya tersenyum dan kami meninggalka
Aku membuka mataku setelah semalaman tertidur di depan televisi. Semalam, aku memutar film Titanic untuk membantuku tidur, karena itu film yang sangat membosankan dan benar saja, aku bisa bangun pagi ini karena aku berhasil tidur semalam.“Selamat pagi, sayang,” ucap ibuku seraya membuka gorden dan mematikan lampu yang masih menyala.“Pagi, bu, apa ayah belum bangun?”“Belum, dia masih tidur sekarang, apa kau mau sarapan duluan?” tanya ibuku.“Boleh, aku ingin sereal milik ayah, sepertinya enak,” pintaku kepada ibuku.“Beberapa hari yang lalu kau meledek ayah karena makan sereal itu, tapi sekarang kau menginginkannya,” komentar ibuku seraya menahan tawa.“Ah sudahlah, semalam ada iklan tentang sereal itu dan itu benar-benar menggugah selera,” ucapku seraya memanyunkan bibir.“Kalau begitu kau cuci dulu wajahmu, agar terlihat lebih segar,” ucap ibuku de
Pertemuanku dengan orang tua Michael Pattertson kemarin, sejujurnya masih membuatku bingung. Sudah ada beberapa orang di dalam hidupku yang menganggap kalau uang akan memberiku kebahagiaan, padahal, tidak seperti itu.Jika aku ceritakan ulang, aku baru merasa bahagia ketika seseorang mau mengerti akan diriku, ketika aku merasa di cintai meskipun pada akhirnya itu hanya kebohongan dan juga kegagalan, ketika aku bisa bersama keluargaku, bersenda gurau bersama mereka, ketika aku bisa menceritakan berbagai masalah kepada teman baikku, aku sudah cukup bahagia.Aku rasa, kebahagiaanku tidak melulu soal uang, karena sebelum aku bertemu dengan Liam, aku juga belum paham bagaimana bahagia menurut orang-orang, dan ternyata, mereka hanya berpikiran kalau ada uang, maka akan bahagia.Liam dan Sam, membuatku merasa bahagia. Mereka membuatku merasa di cintai, namun, keduanya berakhir dalam kegagalan, dan yang kedua membuat semuanya menjadi runyam. Kebohongan, ancaman, dan ras