Home / Urban / Dokter Terhebat / Bab 18 - Panggilan

Share

Bab 18 - Panggilan

Author: Naga Hitam
last update Last Updated: 2025-04-14 11:34:16

Walau sebelumnya menyetujui perjodohan itu, ia tetap menghargai keputusan Miranda.

Ia bukan tipe ayah yang memaksakan kehendaknya, apalagi jika putrinya merasa tak nyaman.

(...Tuan Kuncoro, mohon pertimbangkan kembali. Kegagalan ini terjadi karena ada seorang pemuda miskin yang mengaku sebagai pacar Putri Miranda. Bukankah ini mencoreng nama baik keluarga Anda?...)

Kepala Penadol yakin, kalimat itu akan menyentuh harga diri lawan bicaranya.

“Apa?!” seru Kepala Kuncoro, terkejut dan tak percaya.

“Pemuda miskin menjadi pacar putriku?” ulangnya, nada suaranya meninggi.

Ia jelas tak bisa menerima kenyataan itu. Keluarga mereka berada di puncak kelas atas, dan ia tak akan membiarkan anaknya menjalin hubungan dengan pria yang bahkan tak diketahui asal-usulnya.

“Kepala Penadol, kau yakin dengan yang kau katakan?” tanyanya, penuh penekanan.

(Tak bisa kubiarkan ini terjadi. Miranda harus sadar tempatnya dari keluarga tak sederhana.) batinnya, kini mulai diliputi amarah.

(...Aku telah mengataka
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Dokter Terhebat   Bab 19 - Teman Lama Yang Sombong

    Sepertinya ada sesuatu yang terjadi dengan ayahnya.“Bibi? Kau di sana?” tanyanya cepat, berharap jawaban segera.Tak ada jawaban. Miranda mencoba tetap tenang, tapi keresahannya tak bisa ditutupi.“Bibi, atau siapa pun di sana! Cepat jawab!” sahutnya gugup.Tidak lama setelah itu suara wanita paruh baya kembali terdengar.(...Nona Miranda, maafkan saya karena menggunakan ponsel Tuan Kuncoro. Beliau baru saja meminum obat dan kini sedang beristirahat di kamar...)Mendengar penjelasan tersebut, Miranda sedikit lega. Ia tahu, pembantunya itu tidak berniat lancang, hanya berusaha menenangkan situasi.“Tidak apa-apa, Bibi. Aku tahu Ayah terlalu memaksakan diri dengan urusan perusahaan. Aku akan segera pulang untuk memeriksa keadaannya,” ucapnya pelan, mencoba tetap tenang.(...Baik, Nona Miranda...)Pembantu itu terdengar lega karena tidak dimarahi. Ia memang menjawab panggilan demi menenangkan Miranda, dan bersyukur keputusannya tepat.Miranda pun segera mengakhiri panggilan dengan wajah

    Last Updated : 2025-04-15
  • Dokter Terhebat   Bab 20 - Ingin Menyingkirkan

    “Betul, Pak. Orang ini tidak punya hak berada di sini. Dia orang miskin, mana mungkin mampu membayar bangsal VIP di rumah sakit ini,” sahutnya yakin, dengan ekspresi meremehkan.Ucapannya yang kasar dan justru mengundang amarah. Ia bahkan tak sadar tengah menghina seseorang di hadapan atasannya sendiri.Pak Tukul menatapnya tajam, ekspresinya berubah dingin.“Dia miskin, lalu kau merasa berhak mengusirnya?” ucapnya pelan, namun setiap kata mengandung tekanan.Sowel masih belum menangkap maksud dari nada suara itu. Ia terus saja bicara, makin menjadi-jadi.“Betul, Pak. Saya ingin segera mengusirnya, agar suasana rumah sakit kita tak tercemar oleh orang seperti dia,” jawabnya tanpa rasa bersalah, malah terdengar semakin keterlaluan.Langkahnya hendak maju, namun tiba-tiba Pak Tukul berdiri di hadapan Udin, membentengi tubuh pemuda itu dengan sikap penuh hormat.Ia menoleh ke Udin, lalu berkata dengan nada hormat, “Nak Udin, saya akan mengurusnya.”Dia kemudian berbalik dan menatap Sowel

    Last Updated : 2025-04-15
  • Dokter Terhebat   Bab 21 - Meninggalkan Rumah Sakit

    “Maksudmu, kau ingin membunuhnya?” tanya Kepala Penadol dengan nada serius, memastikan agar tak salah memahami maksud putranya.Ia tahu betul bahwa Erik Penadol tak pernah memberi ampun pada siapa pun yang menentangnya.Sebagai ayah, Kepala Penadol enggan ikut campur dalam urusan pribadi putranya.Namun jika itu memang keputusan Erik, ia hanya bisa mendukung sebagai kepala keluarga.“Aku ingin membuatnya menderita karena berani mendekati Nona Miranda. Kalau dia sampai mati nanti, itu hanya karena nasibnya sial,” ujar Erik dengan nada dingin, matanya menyipit penuh kebencian.Sebagai anak konglomerat generasi kedua, Erik Penadol terbiasa mengandalkan kekuatan uang.Ia tidak suka turun tangan langsung, melainkan lebih suka menyuruh orang lain untuk menyelesaikan urusannya.Erik pun berusaha meyakinkan ayahnya agar tak menentang rencana balas dendamnya terhadap Udin.“Ayah mengerti apa yang kau maksud. Tapi kalau kau benar-benar ingin menghabisinya, pastikan semuanya bersih. Jangan sampa

    Last Updated : 2025-04-16
  • Dokter Terhebat   Bab 22 - Risma

    Keesokan harinya…BRAAAKKK!Suara benturan keras menggema dari luar kamar kost.Udin langsung terbangun, tubuhnya tegak. Ia menyipitkan mata, mencoba memahami apa yang terjadi.“Udin! Cepat keluar! Jangan buat aku dobrak pintumu!” teriak suara lantang dari luar.Dari cahaya yang menyelinap lewat jendela, Udin sadar bahwa hari sudah siang. Ia tidur terlalu lama.“Suara itu…,” gumamnya sambil bangkit. “Ibu kost lagi.”Ia tahu benar maksud kedatangan wanita paruh baya itu. Sudah tiga bulan ia menunggak biaya sewa. Tak punya pilihan, ia pun membuka pintu.Dan benar saja, di depannya berdiri sosok wanita gemuk dengan wajah merah padam karena amarah.“Ya, ada apa Bu?” tanya Udin, berusaha terlihat polos, walau sudah tahu jawabannya.Tatapan sang ibu kost seolah ingin melahapnya hidup-hidup.“Jangan pura-pura bego, Din! Kamu pikir aku ini patung? Sudah tiga bulan kamu nggak bayar, terus enak-enakan tidur siang?” sahutnya dengan nada tinggi.Udin hanya bisa menelan ludah.Masalah baru… lagi.

    Last Updated : 2025-04-16
  • Dokter Terhebat   Bab 23 - Permohonan

    “Tempat ini nggak buruk kok! Malah Mas Udin beruntung bisa punya tempat tinggal. Nggak semua orang seberuntung itu di kota,” ujar Risma sambil menatap sekeliling.Matanya tampak jernih, seolah menilai tempat itu dengan tulus, bukan sekadar basa-basi.Risma terlihat seperti bidadari yang turun dari langit untuk menghibur Udin.Namun tentu saja, tak ada asap tanpa api. Kedatangannya pasti punya alasan kuat.“Risma, sejak kapan kamu ke kota? Kenapa cari aku? Apa orang tuamu tahu kamu ada di sini?” tanya Udin beruntun, rasa ingin tahunya semakin membuncah.Risma tampak sedikit bingung, namun kemudian menarik napas dalam. Wajahnya berubah menjadi serius.“Tapi sebelumnya... janji dulu ya, jangan bilang siapa pun kalau aku di sini. Termasuk ke orang tuaku...” ucapnya lirih, namun tajam.Ketakutan terlihat jelas dari ekspresinya, menyiratkan trauma yang mendalam.Udin langsung menangkap bahwa ini bukan persoalan sepele.Risma pasti mengalami sesuatu yang berat, dan memilih mencari seseorang y

    Last Updated : 2025-04-16
  • Dokter Terhebat   Bab 24 - Menerima

    “Baiklah, kau bisa tinggal di sini. Tapi ingat, jaga sikapmu. Kau bukan anak kecil lagi. Mengerti?” ucap Udin dengan nada setengah pasrah.Ia tidak punya banyak pilihan.Meski hatinya berat, Udin membiarkan Risma tinggal bersamanya di kamar kost.Lagipula, mana mungkin ia tega menendang gadis itu keluar begitu saja?Setidaknya sampai situasi dengan Juragan Somat mereda, keberadaan Risma seharusnya tak jadi masalah besar.Namun ada satu masalah lain yang belum ia pecahkan: ibu kost.Ia belum memberitahunya soal keberadaan Risma, dan itu menjadi beban tersendiri yang menghantui pikirannya.“Benarkah? Terima kasih, Mas Udin! Kau benar-benar bisa diandalkan!” seru Risma girang.Wajahnya berseri-seri, senyum lebarnya penuh rasa syukur karena telah menemukan tempat berlindung.Saking senangnya, Risma sempat ingin memeluk Udin, tapi niat itu batal saat Udin buru-buru mendorongnya dengan canggung.“Hah? Kenapa mendorongku?” tanya Risma heran.“Maaf... aku hanya—” jawab Udin tergagap, wajahnya

    Last Updated : 2025-04-16
  • Dokter Terhebat   Bab 25 - Terpaksa

    Risma yang semula tampak tenang mendadak bungkam, bibirnya sedikit terbuka. Ia tampak ingin bicara, namun akhirnya hanya menunduk.“Maaf… aku nggak tahu. Aku doain semoga beliau cepat sembuh,” ujar Risma, suaranya penuh empati.“Nggak apa-apa… nggak perlu minta maaf,” sahut Udin, berusaha tersenyum meski hatinya berat.Hening mengisi ruangan. Keduanya terdiam cukup lama. Udin memilih tak membahas lebih jauh soal ibunya.Clinck!Tiba-tiba ponsel miliknya menyala terang. Ia terkejut sejenak, lalu senyum lebarnya merekah. Sepertinya trik menanam ponsel dalam beras benar-benar berhasil.“Risma, aku keluar sebentar, ya. Tetap di sini dulu,” ucap Udin sambil menggenggam ponsel.“Baik, Mas. Hati-hati,” jawab Risma pelan.Udin segera melangkah keluar, mencari tempat yang cukup tenang di ujung gang sempit. Ia memeriksa layar ponsel dengan penuh harap.Semuanya normal. Dengan cepat, ia mengetik nomor Miranda dan menekan tombol panggil.“Nona Miranda, ini aku, Udin.”(Eh, ini nomormu? Baik, aku

    Last Updated : 2025-04-16
  • Dokter Terhebat   Bab 26 - Terhindari

    Ngeeeeng!Namun di perjalanan, matanya menangkap sosok yang sangat dikenalnya—dan membuat dadanya sesak.Juragan Somat dan anak buahnya!Mereka tampak sedang mencari seseorang.Udin langsung paham.(Risma tidak berbohong,) batinnya tegang. (Dia memang sedang diburu… dan Juragan Somat benar-benar berniat menjualnya ke tempat prostitusi.)“Mereka masih mencari Risma,” ucapnya pelan dengan rahang mengeras.Melihat situasi ini, Udin pun memantapkan hati.“Aku akan bantu Risma sampai tuntas. Meski keluarganya sendiri berada di pihak Juragan Somat, aku nggak akan tinggal diam,” tekadnya dalam hati.“Untuk sekarang aku harus menghindari mereka. Jangan sampai keberadaan Risma ketahuan,” bisiknya pada diri sendiri, lalu memutar arah dengan hati-hati.Setelah mengambil uang di ATM, ia mampir ke warung nasi Padang dan kemudian pulang ke kos. ***Sementara itu, di tempat lain, Juragan Somat terlihat gusar.Wajahnya gelap penuh amarah. Ia berdiri di tengah anak buahnya, tampak seperti gunung yang

    Last Updated : 2025-04-16

Latest chapter

  • Dokter Terhebat   Bab 33 - Manik Surgawi

    Masalahnya, Udin belum pernah melihat langsung bentuk Manik Surgawi.Ia hanya mengandalkan potongan-potongan ingatan asing yang baru saja menyatu dalam pikirannya.Dalam kilasan itu, Manik Surgawi tampak seperti kubus kecil bercahaya hijau terang, seukuran kepalan tangan orang dewasa—mudah dibawa, bahkan bisa diselipkan ke dalam saku celana.“Tapi... aku bahkan belum pernah menyentuhnya. Bagaimana bisa aku mengakses kekuatannya?” batin Udin gelisah.“Kalau begitu, tidak ada pilihan lain,” ucapnya dengan suara tegas. “Aku harus menyelam.”Ia menarik napas panjang, menatap dalam-dalam permukaan air yang gelap dan seolah tak berujung.Meski cukup pandai berenang, Udin belum pernah menyelam sedalam ini sebelumnya.Tapi sekarang tubuhnya dipenuhi energi spiritual yang menyala samar—seperti nyala lilin di tengah kegelapan.Tanpa ragu, ia melompat ke dalam danau.Byuuuaaar!Tubuhnya menukik lurus, kedua tangan lebih dahulu menembus permukaan, sementara kaki menjejak udara seperti jarum yang

  • Dokter Terhebat   Bab 32 - Warisan Kultivator

    Tubuh Mi Lin mulai bersinar, berubah menjadi cahaya menyilaukan. Udin menutup matanya rapat-rapat.Buuuzzz!Saat membuka mata, Udin mendapati dirinya berada di tempat berbeda.Ia masih di dasar tebing, namun tubuhnya kini terbaring di tepi danau yang gelap.Anehnya, meski tanpa cahaya, ia bisa melihat segalanya dengan jelas.Pandangannya menembus gelap, menangkap tiap detail kecil di sekitarnya.“Ini... tempat aku jatuh tadi...” gumamnya, bingung.Ia segera memeriksa tubuhnya. Tak ada luka. Kedua kakinya yang semula patah kini pulih sempurna.“Tubuhku... sembuh? Apa aku sedang berhalusinasi?” tanyanya pada diri sendiri.Aawh! teriaknya pelan saat mencubit pipi sendiri.“Nyata... ini bukan mimpi,” ujarnya, matanya membulat tak percaya.Ingatan tentang Mi Lin masih jelas dalam kepalanya.Namun ketika mencoba mengingat lebih dalam, tiba-tiba rasa nyeri luar biasa menyambar otaknya.Aaarrgghh! pekiknya, tubuh menggigil.Rasa sakit itu membawa banjir informasi asing—kenangan, teknik, dan p

  • Dokter Terhebat   Bab 31 - Mi Lin

    Tiba-tiba Jalok mengangkat tangannya dan meminta yang lainnya berhasil.“Tidak. Ada cara yang lebih berguna sebelum membunuhnya,” sahutnya tenang namun penuh maksud.Ia lalu berjalan mendekati Udin yang sekarat, lalu merampas tas kecil yang masih tergantung di tubuhnya.Di dalamnya terdapat barang-barang berharga: dompet, ponsel, uang tunai, serta benda-benda pribadi lainnya.“Aku ambil motornya, ponselnya, dan uang ini. Sisanya tak penting,” ujar Jalok sambil menyeringai kecil.Matanya menyipit saat membuka ponsel Udin dan melihat sebuah rekaman video tersembunyi.“Jadi ini alasan Pak Agus begitu ngotot ingin bocah ini mati…” gumamnya, lalu terkekeh. “Rekaman mesum dengan simpanannya sendiri… brengsek juga si tua bangka itu.”Jalok tertawa pelan, lalu berkata, “Sepertinya aku bisa memerasnya dengan ini…”Ia berencana menyerahkan ponsel itu ke Pak Agus, tapi tentu saja tidak tanpa menyimpan salinan terlebih dahulu.Siapa tahu ia bisa mendapat lebih banyak uang.“Lempar saja tubuhnya k

  • Dokter Terhebat   Bab 30 - Di keroyokan

    Jalok dan anak buahnya, preman-preman bayaran, telah menerima tugas dari Pak Agus, singkirkan Udin.Sejak kemarin mereka tidak menemukan jejaknya, namun kini keberuntungan berpihak.“Itu dia! Akhirnya Udin muncul juga!” seru Jalok dengan semangat membara, matanya membelalak penuh gairah pemburu yang menemukan mangsanya.Para anteknya yang sudah jengkel karena menunggu langsung bergemuruh.“Ayo cepat, jangan biarkan bocah itu kabur!” sahut salah satu dari mereka dengan nada penuh amarah.“Benar! Aku udah muak nunggu. Sekarang waktunya bertindak!” ucap yang lain sambil menyalakan motor.“Cepat kita habisi dia dan ambil ponselnya. Tugas selesai, duit datang!” tambah yang lainnya dengan tawa kasar.Namun Jalok tetap tenang.“Tenang, kita tidak bisa gegabah,” ucapnya sambil menatap tajam arah motor Udin yang menjauh. “Ikuti aku dan pastikan semuanya berjalan lancar.”Dengan komando itu, mereka segera melaju, membuntuti Udin dari kejauhan, seperti serigala memburu mangsanya.Di jalan, Udin

  • Dokter Terhebat   Bab 29 - Tempat Tinggal Baru

    Sementara itu, di sebuah kawasan kos yang cukup jauh dari tempat tinggal lamanya, Udin tengah membonceng Risma, mencari tempat tinggal baru untuk malam ini.Jika tidak segera menemukannya, mereka terpaksa harus tidur di luar, dan itu tentu bukan pilihan, apalagi bagi Risma yang seorang perempuan.Udin tidak mungkin membiarkan Risma tidur di emperan toko, apalagi di bawah kolong jembatan.Lebih buruk lagi, mereka bisa saja ditemukan oleh anak buah Juragan Somat yang masih memburu Risma.“Mas Udin, kita mau ke mana?” tanya Risma pelan, terlihat lelah meski hanya duduk di belakang sambil memegang barang bawaan.Beban ransel Udin yang cukup berat juga menambah kesulitannya.Namun Udin sudah punya tujuan. Ia tahu ke mana harus pergi.“Sedikit lagi sampai. Setelah itu, kau bisa istirahat,” jawab Udin sambil memutar gas, mempercepat laju motornya.Ia merasa puas dengan performa motor barunya, jauh lebih baik dibandingkan motor lamanya yang sudah usang.Tapi pikirannya kembali pada Miranda, w

  • Dokter Terhebat   Bab 28 - Ambisi Torik

    Sementara itu, anak buah Juragan Somat mulai mendobrak setiap kamar satu per satu.Tak lama kemudian, Torik mendekat dan bertanya, “Bagaimana? Kalian menemukan Udin dan Risma?”Namun ekspresi kecewa terlihat jelas di wajah mereka.“Torik, kau bilang target ada di sini. Tapi tak ada jejak mereka,” ujar salah satu dari mereka dengan nada curiga.“Benar. Hanya ada beberapa penyewa paruh baya. Tak ada target,” sahut yang lain sambil menggeleng.“Beberapa kamar kosong, tapi tak ada yang sesuai deskripsi,” tambah yang ketiga, tampak frustasi.Kegagalan ini membuat mereka kesal. Tatapan sinis mulai tertuju pada Torik.“Kau pasti berbohong! Target tak ada!” tuduh salah satu anak buah dengan nada tinggi.“Kalau Juragan tahu, kau akan dapat masalah besar,” ucap lainnya penuh ancaman.Keluhan dan kecurigaan mulai bermunculan. Mereka bahkan meragukan kemampuan Torik sebagai pemimpin lapangan. Merasa terpojok, Torik buru-buru membuat alasan.“Ada satu tempat lagi yang bisa kita periksa. Mungkin

  • Dokter Terhebat   Bab 27 - Pergi Dari Kost

    Udin tersentak.Namun, ia berusaha tetap tenang.“Saya... saya akan lunasi malam ini, Bu. Tadi saya sempat tarik uang dari rekening,” jawab Udin buru-buru, mencoba tersenyum walau canggung.“Bagus. Jangan cuma janji ya!” sahut ibu kost sambil mengangguk singkat.“Tentu saja aku sudah menyiapkan uangnya. Tunggu sebentar, akan kuambil dulu,” ujar Udin sambil tersenyum tenang.Tanpa membuang waktu, Udin segera menuju lemarinya dan mengambil sejumlah uang tunai yang telah dipersiapkannya sebelumnya.Ia berniat melunasi seluruh tunggakan sewa kost tanpa meninggalkan utang sedikit pun.Pemilik kost, yang semula hanya berdiri santai di depan pintu, langsung terbelalak begitu melihat tumpukan uang di tangan Udin.“Lho... kamu serius?” gumamnya setengah tak percaya.Udin hanya mengangguk singkat sambil menyerahkan uang tersebut.“Ini untuk sewa tiga bulan terakhir. Dan mulai bulan depan, saya tidak akan tinggal di sini lagi. Saya akan cari tempat lain,” ucapnya mantap.Wajah pemilik kost langs

  • Dokter Terhebat   Bab 26 - Terhindari

    Ngeeeeng!Namun di perjalanan, matanya menangkap sosok yang sangat dikenalnya—dan membuat dadanya sesak.Juragan Somat dan anak buahnya!Mereka tampak sedang mencari seseorang.Udin langsung paham.(Risma tidak berbohong,) batinnya tegang. (Dia memang sedang diburu… dan Juragan Somat benar-benar berniat menjualnya ke tempat prostitusi.)“Mereka masih mencari Risma,” ucapnya pelan dengan rahang mengeras.Melihat situasi ini, Udin pun memantapkan hati.“Aku akan bantu Risma sampai tuntas. Meski keluarganya sendiri berada di pihak Juragan Somat, aku nggak akan tinggal diam,” tekadnya dalam hati.“Untuk sekarang aku harus menghindari mereka. Jangan sampai keberadaan Risma ketahuan,” bisiknya pada diri sendiri, lalu memutar arah dengan hati-hati.Setelah mengambil uang di ATM, ia mampir ke warung nasi Padang dan kemudian pulang ke kos. ***Sementara itu, di tempat lain, Juragan Somat terlihat gusar.Wajahnya gelap penuh amarah. Ia berdiri di tengah anak buahnya, tampak seperti gunung yang

  • Dokter Terhebat   Bab 25 - Terpaksa

    Risma yang semula tampak tenang mendadak bungkam, bibirnya sedikit terbuka. Ia tampak ingin bicara, namun akhirnya hanya menunduk.“Maaf… aku nggak tahu. Aku doain semoga beliau cepat sembuh,” ujar Risma, suaranya penuh empati.“Nggak apa-apa… nggak perlu minta maaf,” sahut Udin, berusaha tersenyum meski hatinya berat.Hening mengisi ruangan. Keduanya terdiam cukup lama. Udin memilih tak membahas lebih jauh soal ibunya.Clinck!Tiba-tiba ponsel miliknya menyala terang. Ia terkejut sejenak, lalu senyum lebarnya merekah. Sepertinya trik menanam ponsel dalam beras benar-benar berhasil.“Risma, aku keluar sebentar, ya. Tetap di sini dulu,” ucap Udin sambil menggenggam ponsel.“Baik, Mas. Hati-hati,” jawab Risma pelan.Udin segera melangkah keluar, mencari tempat yang cukup tenang di ujung gang sempit. Ia memeriksa layar ponsel dengan penuh harap.Semuanya normal. Dengan cepat, ia mengetik nomor Miranda dan menekan tombol panggil.“Nona Miranda, ini aku, Udin.”(Eh, ini nomormu? Baik, aku

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status