“Jika tidak ada lagi, kamu boleh pergi,” kata Daffin mempersilahkan.
“Dokter Daffin, apa kau mau menikah denganku?” tanya Aleena tiba-tiba, membuat Daffin sedikit membelalakkan matanya.
“Apa?” Daffin sedikit terkejut.
“Oh, maksudku apakah kamu sudah punya pacar?” Aleena mengalihkan pertanyaannya dengan pertanyaan lain.
“Ini adalah privasiku. Aku tak bisa menjawabnya.”
“Artinya tidak punya kan?” Aleena terus mendesak pertanyaan kepada Daffin.
“Aneh sekali. Kamu tampan, baik hati, punya kepribadian yang lembut, dan juga ahli bedah. Harusnya kamu sangat popular,” Aleena terus bicara membuat Daffin merasa risih mendengarnya.
“Jika kamu sudah baikan silahkan keluar, aku harus bekerja. Terimakasih,” Daffin mempersilahkan Aleena pergi.
“Baiklah, aku akan pergi. Terimakasih dokter Daffin sudah mengobatiku,” Aleena bersiap-siap meninggalkan ruangan Daffin, sebelum pergi Aleena mencoba menengok ke arah Daffin dan dengan sengaja menggoda Daffin dengan mengedipkan sebelah matanya.
Daffin yang melihat itu merasa sedikit terkejut dan membelalakkan matanya. Aleena yang melihatnya hanya tersenyum kemudian ia benar-benar keluar dari ruangan Daffin. Sementara itu, Daffin menghembuskan nafas panjangnya, hatinya merasa berantakan setelah Aleena mencoba menggodanya.
“Dimas, bantu aku mengecek informasi seseorang! Sekarang! dan saat ini juga!” ucap Aleena dari balik ponselnya kemudian segera menutupnya.
Aleena terlihat senang sekali bisa bersama dengan Daffin hari ini.
*
Pagi ini Daffin pulang ke kampung halamannya. Di perjalanan pulang, Daffin di sambut banyak orang. Di ujung jalan, Daffin bertemu dengan ibu dan bibinya. Namun ibunya sedang sibuk memberikan informasi kepada warga sekitar membuat Daffin kesulitan untuk menyapa ibunya.
“Bu” sapa Daffin dengan penuh senyuman bahagia.
“Anakku, ayo kita pulang! Kita makan siang bersama,” ajak Santi.
Di rumah, Daffin langsung menuju dapur untuk memasak. Santi terlihat asyik menonton sinetron favoritnya. Dari balik kamar, seorang anak perempuan keluar mengendap-endap menuju dapur. Perempuan itu adalah sepupu Daffin.
Lisa menarik lengan baju Daffin sambil mengerucutkan bibirnya.
“Ada apa Lisa?” tanya Daffin.
“Daffin, aku akan mati,” kata Lisa dengan raut muka yang sedih.
“Hah? Akan mati kenapa?” Daffin merasa bingung dengan perkataan Lisa.
Lisa menceritakan pada Daffin bahwa ia mengambil sedikit property mantan suaminya sebelum bercerai. Dan Lisa melakukan investasi dan ia kehilangan semua uang di dalamnya. Lisa juga berhutang 40 juta dan sekarang pemberi hutang mendesak untuk mengembalikan uangnya.
“Daffin, jangan beritahu ibumu dan ibuku ya. Jika mereka tau, aku pasti mati,” rengek Lisa pada Daffin.
“Oke Lisa, kamu jangan khawatir,” Daffin mencoba menenangkan Lisa.
Sementara di ruang kerjanya, Aleena sedang marah besar.
“Apa? Jadi ada orang yang berhutang 40 juta padamu itu sepupu dokter Daffin?” Aleena menggebrak meja nya dengan emosi.
“Iya kak,” jawab Aldo ketakutan.
“Ayana memberitahuku bahwa ia memiliki seorang sepupu bernama Daffin dan bekerja sebagai dokter bedah di Rumah Sakit Kota. Ayana sangat baik, mungkin dia terpaksa melakukan itu untuk sesuatu yang mendesak,” Aldo mencoba menjelaskan pada Aleena.
“Diam!” Bentak Aleena.
Aleena marah besar pada Aldo, namun dia memiliki ide yang sedikit licik.
“Gimana?” tanya Aleena setelah melihat Aldo bertelpon dengan Ayana.
“Dia bilang kita bisa bertemu besok,” kata Aldo.
“Oke.”
“Kakak, apakah kamu memiliki pesan lainnya?” tanya Aldo dengan sedikit takut.
“Kalau sedang di perusahaan panggil aku presdir, jangan kakak,” perintah Aleena
“Siap kak, akan kulakukan.”
“40 juta apa kamu pikir itu uang sedikit? Apa kamu tau kalau kakakmu ini kerja keras?” amarah Aleena kembali memuncak.
“Kak, aku tau aku salah. Aku akan kembali sekarang juga,” Aldo merasa ketakutan, namun ia menyadari bahwa ini memang salahnya.
“Aku janji akan melakukan yang terbaik dan menebus kesalalahanku kak,” Aldo memohon kepada Aleena.
“Keluar dari ruanganku!” bentak Aleena.
“Tapi kak, bolehkan aku mendapatkan kartu kreditku kembali?” tanya Aldo dengan raut muka sedih.
“Keluar aku bilang!” Aleena menunjuk ke arah pintu.
“Oke kak, aku akan keluar,” kali ini Aldo benar-benar keluar dari ruangan Aleena.
Aleena mendudukkan tubuhnya di kursi kuasanya. Ia mulai membuka map yang berisikan informasi Daffin. Aleena tersenyum bahagia saat membaca semua informasi itu.
Keesokan harinya Daffin datang ke kantor Aleena.
“Aleena, manager umum Mentari Group. Adikku bernama Aldo dan sekaligus kreditur sepupumu, Lisa. Akulah yang menjadi tanggung jawabmu!” Aleena memperkenalkan dirinya kepada Daffin.
“Nona Aleena, aku bersedia atas nama Lisa untuk menanggung semua tunggakan. Tapi karena jumlahnya yang memang relative besar, jadi mungkin butuh waktu beberapa saat untuk melunasi semuanya,” kata Daffin menjelaskan.
“Aku sangat mengerti.”
“Jadi bisakah aku menunda waktu pembayaran?” tanya Daffin dengan ragu-ragu.
“Aku mengundangmu datang ke sini memang untuk masalah ini. Dan aku memiliki rencana yang menguntungkan kita berdua, bagaimana?” tawar Aleena.
Daffin tidak menjawab pertanyaan Aleena, ia hanya mendengarkan alur yang di maksud oleh Aleena.
“Jadi mari kita jadikan 20 juta sebagai dana asosiasi sukarela, tapi kamu harus menikah denganku hanya untuk satu tahun. Dan 20 juta hutang kamu bisa di imbangi dalam setahun. Kamu tidak perlu berterimakasih kepadaku secara resmi,” Aleena menjelaskan maksud dan tujuannya.
“Aku butuh pernikahan untuk menangani keluargaku,” Aleena berdiri dari kursinya, tersenyum licik merasa dirinya menang.
Namun Daffin menolak tawaran Aleena. Dan Aleena dengan kemampuan merayunya, ia pantang menyerah untuk membujuk Daffin.
“Kalau begitu aku pamit dulu, aku akan memikirkan kembali tawaranmu!” ujar Daffin dengan tegas.
“Tunggu! Tunggu!” Aleena mencoba mencegah Daffin untuk pergi.
Namun dari luar ruangan, Rosa berteriak-teriak memanggil Aleena.
“Aleena, kamu harus meminta maaf!” protes Rosa seenaknya sendiri.
“Ini adalah ruang kantor, dan selebriti online tidak di terima disini!” ujar Aleena.
“Aku bukan selebriti online, tapi aku seorang bintang!” Rosa tidak terima dengan ucapan Aleena.
Aleena tersenyum meledek.
“Jangan sombong lagi padaku!” Rosa menuding Aleena.
“Atau aku akan meminta ayahku untuk tidak memilihmu!” ancam Rosa.
“Bodoh amat,” Aleena tidak peduli dengan ucapan Rosa.
Aleena memanggil satpam, namun yang datang malah ayah Rosa. Ia mengajak Rosa untuk keluar dari ruangan Aleena, tapi Rosa masih mengelak untuk pergi. Dengan segala bujuk rayu, ayahnya pun berhasil mengajak Rosa pergi. Daffin yang tidak jadi pergi hanya melihat situasi itu dengan sedikit heran.
Saat akan pergi dari ruangan Aleena, tiba tiba dada ayah Rosa sakit. Dan Daffin langsung membawa ayah Rosa untuk duduk dan memeriksanya.
“Pak, apakah anda merasakan nyeri di dada bagian atas atau ujung bawah?” tanya Daffin.
“Atau anda merasa agak kaku dan menekan?” Daffin melanjutkan pertanyaannya.
“Aku tidak bisa tidur nyenyak,” jawab ayah Rosa.
Aleena mengambil 1 botol air mineral dan kemudian memberikannya kepada ayah Rosa.
“Dokter Daffin, gimana keadaan ayah saya?” tanya Rosa khawatir.
“Kamu sebaiknya membawanya ke rumah sakit secepat mungkin!” perintah Daffin.“Lakukan beberapa pemeriksaan rinci dalam bedah toraks dan penyakit dalam, jadi kamu bisa tau apa yang terjadi,” lanjut Daffin.“Aduh, sakit … sakit …” ayah Rosa mengeluh kesakitan.“Dokter Daffin apa seorang ahli bedah toraks atau penyakit dalam?” Rosa menggayuh lengan Daffin.“Aku dari department bedah umum.”“Lalu kapan biasanya kamu di rumah sakit?” Rosa mencoba menggoda Daffin.Daffin membelalakkan matanya merasa risih dengan pertanyaan Rosa dan sikapnya yang sedikit menggelikan itu. Aleena tidak mau kalah dengan Rosa, ia mencoba mengalihkan perhatian Daffin.“Dokter Daffin, kupikir kamu tidak dapat membantu apapun di sini. Jadi kamu boleh pergi!” Aleena mengusir Daffin secara halus.“Pak, ingatlah untuk pergi ke rumah sakit untuk pemeriksaan,&r
“Eh maaf, sepertinya kami tidak pantas menerima ini,” Edo mengembalikan bingkisan kepada Rosa.“Ini memang bukan untukmu!”“Kalau begitu aku duluan, aku sebentar lagi ada praktek,” kata Daffin.Rosa terus berusaha menghalangi Daffin untuk tidak pergi.“Dokter Daffin, bisakah kita berteman?” tanya Rosa dengan genit.Daffin merasa risih, ia kemudian mencoba pergi dari Rosa. Namun Rosa merengek seperti anak kecil. Dan akhirnya Rosa beracting bahwa tangannya yang patah terluka.Edo dan Daffin sudah ingin kembali menolong Rosa, tapi datanglah Aleena mencegah itu semua.“Aleena, kenapa kamu di sini?” tanya Rosa.Aleena tidak menjawab pertanyaan Rosa, ia malah fokus menghampiri Daffin.“Kebetulan sekali! Perkenalkan aku Aleena dan ini Daffin kekasihku,” Aleena menggandeng lengan Daffin, namun Daffin mencoba menghindarinya.“Hah?” Ed
“Duduklah,” perintah Rosa kepada ayahnya.“Tapi ini department bedah umum,” Daffin menjelaskan.“Kamu sangat hebat. Tentu saja, ayahku lebih mempercayaimu.”“Bukankah seperti itu, ayah?” tanya Rosa basa-basi kepada ayahnya.“Iya,” jawab ayah Rosa.“Baiklah, aku akan membantu bapak membuat janji untuk chek up. Dan kita akan tau department mana yang harus di tuju setelah hasil tes keluar.”“Oke, terimakasih dokter Daffin.”“Sama-sama.”“Dokter Daffin, aku membawakanmu secangkir kopi,” Rosa memberikan sebuah tote bag kepada Daffin.“Tidak perlu, terimakasih,” tolak Daffin.Rosa merengek seperti anak kecil. “Ini hanya secangkir kopi, ini mewakili hatiku. Apakah kamu tidak mau meneimanya?” tangisan Rosa semakin menjadi-jadi.“Baiklah, kamu bisa meletakkannya di sini. Terimakas
“Aku sudah mencari kesempatan untuk berbicara denganmu,” ujar Arya.“Oh, untuk apa?”“Presdir Aleena, kamu menjalankan Perusahaanmu dengan sangat baik. Tapi wanita sepertimu, mungkin tidak mengerti tentang semua metode bisnis tersebut.”Aleena tidak menjawab perkataan Arya. Namun sesaat kemudian, pandangannya seakan halu. Ia melihat Daffin berada di café yang sama dengannya. Ia mencoba memalingkan pandangannya, Aleena juga memastikan apakah dia hanya halu atau benar melihat Daffin.Ternyata benar, Daffin berada di café yang sama dengan Aleena pada saat itu. Daffin menemui seorang lelaki tua.“Profesor,” sapa Daffin, lelaki tua itu hanya mengangguk.“Kita bertemu di rumah sakit setiap hari, tapi kamu memintaku untuk datang ke sini setelah bekerja. Apa ada yang ingin kamu katakana padaku?” Daffin menatap dengan serius.“Seharusnya kamu yang ingin mengatakan
Aleena dan Daffin sampai di sebuah tempat.“Terimakasih,” ucap Aleena melepas sabuk pengaman.“Jangan makan makanan dingin!” kata Daffin.“Aku tau.”Malam itu Aleena bersama dengan rekan kerjanya melaksanakan meeting sekaligus makan malam. Sesekali Aleena terlihat memegang perutnya, sepertinya ia sedang menahan sakit.Usai meeting, Aleena dan rekan kerjanya turun dari ruangan menuju lobby.“Terimakasih atas jamuannya, nona Aleena?!” kata salah satu rekan kerjanya.“Sama-sama, terimakasih juga sudah hadir di meeting ini. Semoga kerja sama kita tetap berlanjut,” ucap Aleena.“Baiklah kalau begitu saya dan yang lainnya duluan ya,” pamit rekan kerjanya.“Siap, hati-hati.”Di lobby hotel, tiba-tiba Aleena merasakan sakit perut yang luar biasa. Aleena menjongkokkan tubuhnya dan mencoba menahan sakit perutnya.“Aleena, ini,&r
Daffin menghela nafas panjang, kemudian memulai berbicara.“Ibu, bibi, Lisa, ini adalah … “ Daffin menujuk Aleena, namun kata-katanya berhenti.“Tolong biarkan Daffin menandatangani … “ ucap Aleena terpotong.“Tanda tangan?”“Tanda tangan?”“Tanda Tangan?”“Yang dia maksud adalah … “ kata Daffin.“Maksudnya menadatangani kontrak hidup untuk menemani satu sama lain.”“Apa kamu akan menikah?” tanya Santi.“Benar ibu,” jawab singkat Aleena.“Maaf, kami harus membahas ini dulu,” Santi beranjak dari duduknya, mengajak bibi Daffin dan Lisa untuk berdiskusi.Semua orang yang ada di rumah itu sebenarnya syok. Daffin tidak pernah mengenalkan Aleena kepada keluraganya, namun tiba-tiba hari ini mengajak Aleena ke rumah dan ingin menikahinya.“Menikahlah, aku menyetuj
Di rumah sakit, Daffin dan Edo sedang sibuk membahas pasien mereka. Namun di tengah perjalanan dari ruang pasien menuju ruang kerja mereka, Daffin dihampiri oleh seseorang.“Dokter Daffin,” sapa seseorang.“Saya punya dua tiket untuk konser piano, bukankah anda mengatakan pada saya bahwa anda menyukainya?” seseorang memberikan tiket konser kepada Daffin.“Apakah anda bisa pergi dengan saya?” ajak seseorang.“Maaf, saya punya rencana malam ini,” tegas Daffin.“Oh begitu ya,” seseorang itu terlihat sedih.“Saya sedang tidak ada acara, saya bisa pergi dengan anda?” Edo menawarkan diri.“Tidak mau,” tolak seseorang itu, kemudian pergi meninggalkan Daffin dan Edo.“Sebelumnya, Aku baru mengetahuimu cara menolak dengan sangat baik,” ujar Edo sedikit meledek.“Waktu berubah, harusnya memang seperti itu kan?” Daffin mening
Saat keluarga Daffin dan keluarga Aleena sedang asyik membicarakan bagaimana rencana pernikahan mereka, tiba-tiba datang Rosa.“Aleena … Aleena …” Rosa merajuk kepada Aleena.“Kenapa kamu … “ kata-kata Rosa terpotong oleh Aleena.“Kenapa? Ada yang salah?” Aleena menggandeng lengan Daffin dengan erat, seakan tahu bahwa Rosa akan mengambil Daffin dari Aleena.“Dokter Daffin, kenapa kamu tiba-tiba pergi menikahi Aleena?” Rosa merengek tidak tahu malu.“Apakah kamu berhutang uang kepada Aleena?” Rosa kembali protes.Daffin yang merasa posisinya terancam, ingin menjawab perkataan gadis itu tapi ia takut salah menjawab. Sedangkan Aleena seakan tidak peduli dengan ucapan Rosa. Keluarga Aleena dan keluarga Daffin juga hanya diam menyaksikan kedatangan Rosa yang marah-marah tidak jelas arahnya.“Aleena … kamu sangat tercela, kamu benar-benar melakukan
Daffin yang melihat Aleena minum anggur membuatnya tidak tega.“Apa yang kamu lakukan? Jangan minum terus!” perintah Daffin.Tapi Aleena tidak memperdulikan perkataan Daffin, ia terus minum. Untuk tegukan yang kedua, Daffin merampas gelas Aleena.“Biar aku saja yang minum,” kata Daffin dengan ragu.Aleena tersenyum melihat Daffin yang mau minum anggur, Aleena tidak tinggal diam, ia mengambil segelas anggur dan mulai bersulang dengan Daffin.Daffin yang tak pernah minum alcohol akhirnya berhasil menghabiskan segelas anggur. 10 menit, 20 menit efeknya belum terlihat. Namun setelah 1 jam, Daffin akhirnya mabuk. Daffin sangat lucu ketika mabuk, pasalnya dia cerewet bercerita tentang organ tubuh manusia. Hal itu membuat Aleena tertawa lepas. Usai bercerita banyak hal tentang organ tubuh manusia, Daffin tertidur sangat pulas sekali.Keesokan harinya, Daffin merasa sedikit pusing dan terbangun dari tidurnya. Ia membuka matan
“Cantik sekali pengantin wanitanya,” ujar Lisa.“Terimakasih, mari silahkan duduk,” Aleena mempersilahkan semuanya untuk duduk.Ibu mertua, bibi dan Lisa memberikan sebuah hadiah kepada Aleena. Hadiahnya tidak seberapa harganya, tapi mereka sangat tulus memberikan itu semua. Membuat Aleena terlihat beruntung dan banyak terimakasih kepada mereka.“Apa yang kamu rasakan sekarang, Aleena?” tanya bibi.Aleena hanya tersenyum, ia bingung akan menjawab apa.Dari jauh terlihat Rosa memakai gaun yang sangat mewah melebihi Aleena. Namun saat dekat di pintu ruangan, Dimas mengusir Rosa. Semua orang tidak mau jika acara resepsi pernikahan Aleena dan Daffin berantakan hanya karena adanya Rosa.Namun Rosa melawan, ia tetap saja ingin masuk ke dalam acara. Dengan sigap, Aleena langsung menghampiri Rosa.“Rosa, kamu sangat berani kemari?” kata Aleena dengan tegas dan dingin.“Kenapa? Tidak
Semua orang yang ada di rapat membicarakan Aleena dengan bisik-bisik. Aleena merasa kesal, akhirnya ia menyuruh Dimas untuk memberitahu sesuatu kepada semuanya.“Sekarang mari kita pilih proyek kosmetik terbaru dari Mentari Group. Pemungutan suara dimulai,” Dimas mempersilahkan semua orang untuk memberikan pungutan suara.Pemungutan suara dimulai, tetapi hanya satu orang yang mengangkat tangan untuk menyetujuinya. Namun beberapa saat kemudian, datanglah Hendra ke ruang rapat.“Rupanya semua sudah ada di sini,” Hendra membuka pintu ruang rapat, kemudian masuk.Kedatangan Hendra membuat semua anggota rapat menjadi hormat, mereka semua langsung berdiri dan membungkukkan setengah badannya.“Aku mendengar dari Aleena, hari ini ada pemungutan suara penting untuk keputusan proyek kosmetik terbaru dari Mentari Group. Baik silahkan dimulai pemungutan suaranya,” kata Hendra sambil duduk di sebelah Aleena.“Ale
Saat keluarga Daffin dan keluarga Aleena sedang asyik membicarakan bagaimana rencana pernikahan mereka, tiba-tiba datang Rosa.“Aleena … Aleena …” Rosa merajuk kepada Aleena.“Kenapa kamu … “ kata-kata Rosa terpotong oleh Aleena.“Kenapa? Ada yang salah?” Aleena menggandeng lengan Daffin dengan erat, seakan tahu bahwa Rosa akan mengambil Daffin dari Aleena.“Dokter Daffin, kenapa kamu tiba-tiba pergi menikahi Aleena?” Rosa merengek tidak tahu malu.“Apakah kamu berhutang uang kepada Aleena?” Rosa kembali protes.Daffin yang merasa posisinya terancam, ingin menjawab perkataan gadis itu tapi ia takut salah menjawab. Sedangkan Aleena seakan tidak peduli dengan ucapan Rosa. Keluarga Aleena dan keluarga Daffin juga hanya diam menyaksikan kedatangan Rosa yang marah-marah tidak jelas arahnya.“Aleena … kamu sangat tercela, kamu benar-benar melakukan
Di rumah sakit, Daffin dan Edo sedang sibuk membahas pasien mereka. Namun di tengah perjalanan dari ruang pasien menuju ruang kerja mereka, Daffin dihampiri oleh seseorang.“Dokter Daffin,” sapa seseorang.“Saya punya dua tiket untuk konser piano, bukankah anda mengatakan pada saya bahwa anda menyukainya?” seseorang memberikan tiket konser kepada Daffin.“Apakah anda bisa pergi dengan saya?” ajak seseorang.“Maaf, saya punya rencana malam ini,” tegas Daffin.“Oh begitu ya,” seseorang itu terlihat sedih.“Saya sedang tidak ada acara, saya bisa pergi dengan anda?” Edo menawarkan diri.“Tidak mau,” tolak seseorang itu, kemudian pergi meninggalkan Daffin dan Edo.“Sebelumnya, Aku baru mengetahuimu cara menolak dengan sangat baik,” ujar Edo sedikit meledek.“Waktu berubah, harusnya memang seperti itu kan?” Daffin mening
Daffin menghela nafas panjang, kemudian memulai berbicara.“Ibu, bibi, Lisa, ini adalah … “ Daffin menujuk Aleena, namun kata-katanya berhenti.“Tolong biarkan Daffin menandatangani … “ ucap Aleena terpotong.“Tanda tangan?”“Tanda tangan?”“Tanda Tangan?”“Yang dia maksud adalah … “ kata Daffin.“Maksudnya menadatangani kontrak hidup untuk menemani satu sama lain.”“Apa kamu akan menikah?” tanya Santi.“Benar ibu,” jawab singkat Aleena.“Maaf, kami harus membahas ini dulu,” Santi beranjak dari duduknya, mengajak bibi Daffin dan Lisa untuk berdiskusi.Semua orang yang ada di rumah itu sebenarnya syok. Daffin tidak pernah mengenalkan Aleena kepada keluraganya, namun tiba-tiba hari ini mengajak Aleena ke rumah dan ingin menikahinya.“Menikahlah, aku menyetuj
Aleena dan Daffin sampai di sebuah tempat.“Terimakasih,” ucap Aleena melepas sabuk pengaman.“Jangan makan makanan dingin!” kata Daffin.“Aku tau.”Malam itu Aleena bersama dengan rekan kerjanya melaksanakan meeting sekaligus makan malam. Sesekali Aleena terlihat memegang perutnya, sepertinya ia sedang menahan sakit.Usai meeting, Aleena dan rekan kerjanya turun dari ruangan menuju lobby.“Terimakasih atas jamuannya, nona Aleena?!” kata salah satu rekan kerjanya.“Sama-sama, terimakasih juga sudah hadir di meeting ini. Semoga kerja sama kita tetap berlanjut,” ucap Aleena.“Baiklah kalau begitu saya dan yang lainnya duluan ya,” pamit rekan kerjanya.“Siap, hati-hati.”Di lobby hotel, tiba-tiba Aleena merasakan sakit perut yang luar biasa. Aleena menjongkokkan tubuhnya dan mencoba menahan sakit perutnya.“Aleena, ini,&r
“Aku sudah mencari kesempatan untuk berbicara denganmu,” ujar Arya.“Oh, untuk apa?”“Presdir Aleena, kamu menjalankan Perusahaanmu dengan sangat baik. Tapi wanita sepertimu, mungkin tidak mengerti tentang semua metode bisnis tersebut.”Aleena tidak menjawab perkataan Arya. Namun sesaat kemudian, pandangannya seakan halu. Ia melihat Daffin berada di café yang sama dengannya. Ia mencoba memalingkan pandangannya, Aleena juga memastikan apakah dia hanya halu atau benar melihat Daffin.Ternyata benar, Daffin berada di café yang sama dengan Aleena pada saat itu. Daffin menemui seorang lelaki tua.“Profesor,” sapa Daffin, lelaki tua itu hanya mengangguk.“Kita bertemu di rumah sakit setiap hari, tapi kamu memintaku untuk datang ke sini setelah bekerja. Apa ada yang ingin kamu katakana padaku?” Daffin menatap dengan serius.“Seharusnya kamu yang ingin mengatakan
“Duduklah,” perintah Rosa kepada ayahnya.“Tapi ini department bedah umum,” Daffin menjelaskan.“Kamu sangat hebat. Tentu saja, ayahku lebih mempercayaimu.”“Bukankah seperti itu, ayah?” tanya Rosa basa-basi kepada ayahnya.“Iya,” jawab ayah Rosa.“Baiklah, aku akan membantu bapak membuat janji untuk chek up. Dan kita akan tau department mana yang harus di tuju setelah hasil tes keluar.”“Oke, terimakasih dokter Daffin.”“Sama-sama.”“Dokter Daffin, aku membawakanmu secangkir kopi,” Rosa memberikan sebuah tote bag kepada Daffin.“Tidak perlu, terimakasih,” tolak Daffin.Rosa merengek seperti anak kecil. “Ini hanya secangkir kopi, ini mewakili hatiku. Apakah kamu tidak mau meneimanya?” tangisan Rosa semakin menjadi-jadi.“Baiklah, kamu bisa meletakkannya di sini. Terimakas