Share

Chapter 7

last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-19 22:29:54

 “Eh maaf, sepertinya kami tidak pantas menerima ini,” Edo mengembalikan bingkisan kepada Rosa.

“Ini memang bukan untukmu!”

“Kalau begitu aku duluan, aku sebentar lagi ada praktek,” kata Daffin.

Rosa terus berusaha menghalangi Daffin untuk tidak pergi.

“Dokter Daffin, bisakah kita berteman?” tanya Rosa dengan genit.

Daffin merasa risih, ia kemudian mencoba pergi dari Rosa. Namun Rosa merengek seperti anak kecil. Dan akhirnya Rosa beracting bahwa tangannya yang patah terluka.

Edo dan Daffin sudah ingin kembali menolong Rosa, tapi datanglah Aleena mencegah itu semua.

“Aleena, kenapa kamu di sini?” tanya Rosa.

Aleena tidak menjawab pertanyaan Rosa, ia malah fokus menghampiri Daffin.

“Kebetulan sekali! Perkenalkan aku Aleena dan ini Daffin kekasihku,” Aleena menggandeng lengan Daffin, namun Daffin mencoba menghindarinya.

“Hah?” Edo terkejut mendengar pengakuan Aleena.

“Itu tidak mungkin, aku yang menyukainya terlebih dahulu,” ujar Rosa.

“Rosa, beraninya kamu akan mencuri calon suamiku!” Aleena mendekati Rosa.

“Kamu selalu mengada-ada. Bagaimana bisa dokter Daffin bisa jadi calon suamimu?” Rosa merasa kesal dengan pengakuan Aleena.

“Rosa, kamu semakin berani ya kepadaku!” Aleena mendekati Rosa seakan ingin menantangnya.

“Kamu itu!” Rosa mendorong Aleena.

Aleena tidak mau kalah, dia juga mendorong Rosa. Mereka pun bertengkar di depan Edo dan Daffin.

“Eh … eh … kalian jangan bertengkar di sini! Ini rumah sakit!” Daffin mencoba melerai mereka.

“Diam!” Sentak Rosa dan Aleena bersamaan.

Daffin mundur, ia mengalah. Sementara itu, Rosa berpura-pura menangis dan mencoba menyenderkan kepalanya di bahu Daffin. Tapi dengan sigap Aleena menghentikannya.

“Berhenti beracting!” kesal Aleena.

Rosa yang berpura-pura menangis akhirnya menghentikannya.

“Dokter Daffin, hari ini aku baru saja ingin membicarakan topic yang belum selesai terakhir kali. Ini untukmu,” Aleena memberikan bucket bunga maar merah kepada Daffin.

“Ikut denganku,” bisik Daffin kepada Aleena.

Daffin berjalan mendahului Aleena. Sedangkan Aleena malah berpamer kepada Rosa.

“Apa kamu dengar itu? Dia bilang aku akan pergi bersamanya!” Aleena meledek Rosa, kemudian bergi mengikuti Daffin.

“Jangan sombong!” teriak Rosa sambil merengek dan mencoba mengikuti mereka, namun Edo menghalanginya.

“Nona, bagaimana kalau ku bawa kamu ke poli orthopedi?” tawar Edo.

“Tidak perlu, terimakasih,” Rosa pergi meninggalkan Edo.

*

Aleena dan Daffin berada di sebuah café dekat dengan rumah sakit. Aleena memberikan bucket bunga yang tadi belum sempat di terima Daffin. Tapi Daffin tidak menerimanya, ia hanya diam saja. Aleena pun akhirnya menaruh bucket mawar itu di depan Daffin. Daffin terlihat seperti memendam sesuatu, tapi ia memilih untuk diam.

“Tolong nikahi aku,” kata Aleena memohon.

“Aleena, ku pikir aku telah menjelaskan sebelumnya!” tegas Daffin.

“Kamu bisa menanyakanku beberapa pertanyaan normal sekarang, misalnya mengapa harus dirimu?”

“Lupakan, biar aku yang memberitahumu.”

“Kita bertemu 3 kali sebelumnya, kamu punya kepribadian yang baik dan sosok penuh keberanian. Itu membuatku berdebar.”

“Daffin … aku serius.” Aleena memohon kembali.

Daffin hanya tersenyum seakan mengejek apa yang di bicarakan Aleena.

“Aleena, aku masih ingin membahas cara membayarnya denganmu,” ujar Daffin.

“Apa kamu serius? Ini bukan hal yang sederhana. Aku tidak percaya ada seseorang yang mengambil inisiatif untuk membayar uang itu. Kenapa? Harga diri?”

“Sebenarnya kamu tidak perlu melakukan ini. Dalam soal kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, kita bisa mencobanya. Contohnya aku tahu kamu tidak memiliki banyak tabungan. Semua uangmu telah di sumbangkan untuk amal dengan nama berbeda sejak kamu mulai bekerja.”

“Tapi itu bukan masalahnya, aku mengizinkanmu untuk memanfaatkanku atas nama suami Aleena. Dengan begitu kita bisa membantu lebih banyak orang dan mengupayakan lebih banyak layanan. Aku tau kamu akan pergi ke Jerman, kita bisa … “ Aleena terus menyombongkan dirinya, tapi tiba-tiba Daffin mulai menyelanya dalam berbicara.

“Aleena … aku ingin membantu lebih banyak orang dan untuk menyadari impianku. Tapi aku tidak mau melanggar aturanku sendiri. Pernikahan bukanlah bisnis, tidak ada jalan pintas ke apapun,” Daffin menjelaskan dengan nada tegas.

“Pernikahan awalnya adalah reorganisasi dua keluarga menjadi satu. Ini bukan jalan pintas. Bisa disebut melepas hal kecil untuk hal besar. Kamu harus memberikan cinta yang besar di hatimu, kamu harus mendedikasikan dan mengorbankan sesuatu,” Aleena tidak mau kalah dengan pernyataan Daffin.

Daffin menghela nafasnya dengan sedikit berat, kemudian menjawab perkataan Aleena.

“Jadi aku harus mengorbankan pernikahanku denganmu? Terimakasih atas bantuanmu untuk keluargaku. Tolong juga, berhenti menyebut ini kedepannya,” Daffin berdiri dan menatap Aleena penuh emosi.

“Aku akan membayar uangmu kembali secepatnya. Dan Aleena, tolong jangan katakan ini pada keluargaku. Aku tidak mau mereka khawatir. Untuk bunga ini tidak bisa di masukkan ke dalam bangsal, tolong Aleena bawa pulang kembali. Terimakasih,” Daffin meninggalkan Aleena.

“Benar saja, ini tidak berguna. Hanya buang-buang uang,” kata Aleena sambil membuang bucket bunganya ke sembarang arah, emosinya meledak.

*

Di kantor, Aleena melamun di depan aquarium.

“Presdir, apakah anda ingin menelepon pengacara Deni?” tanya Dimas dengan hati-hati.

“Pengacara?” Aleena kembali bertanya.

“Iya presdir. Itu wajar untuk membiarkan pengacara Deni melakukan penagihan,” kata Dimas mencoba memberi jalan keluar.

“Biar kupikirkan lagi. Keluarlah!”

Aleena mendudukkan dirinya di kursi. Ia kembali melamun. Ia bingung dengan semua yang terjadi, namun ia juga masih belum terpikirkan jalan keluarnya.

Di rumah Rosa, Rosa dan ayahnya sedang bersantai di ruang keluarga.

“Rosa,” panggil ayahnya.

“Iya?”

“Ayah memberitahumu, jangan pergi ke perusahaan saat kamu luang.”

Rosa tidak menjawab perkataan ayahnya.

“Jangan main-main! Jika kamu pergi beberapa kali, jantung dan paru-paruku tidak bisa menahannya lagi,” ujar Ayah Rosa.

“Ayah tidak selemah itu kan?” Rosa menjawab dengan bergurau., kemudian ia teringat sesuatu.

“Ada apa?” tanya ayah Rosa.

“Apa yang baru saja kamu katakana?”

Ayah Rosa mengulangi perkataannya kembali.

“Apa ayah sakit?” tanya Rosa.

“Tidak, kenapa?” ayah Rosa bertanya balik.

“Aku sudah mulai tua dan sedikit sesak.”

“Dokter yang sebelumnya mengatakan kamu benar-benar sakit. Kamu harus ke rumah sakit,” ajak Rosa tiba-tiba.

Ayah Rosa bersikeras mengatakan bahwa ia tidak sakit dan tidak perlu untuk pergi ke rumah sakit. Tapi Rosa mengatakan bahwa penyakit ayahnya berbahaya dan harus di bawa ke rumah sakit untuk di berikan pemeriksaan yang lebih rinci.

Di rumah sakit, Daffin sedang memeriksa pasiennya.

“Bukan masalah besar, pulang dan istirahatlah yang baik,” kata Daffin sambil memberikan foto rontgen kepada pasiennya.

“Baik, terimakasih dokter.”

Tidak lama kemudian Rosa dan Ayahnya pergi ke rumah sakit tepatnya menemui Daffin.

“Dokter Daffin!” teriak Rosa dari luar ruangan.

“Kamu …” kata-katanya belum selesai

“Bukankah kamu meminta ayahku untuk pergi ke dokter? Sekarang aku bawa dia ke sini,” celetuk Rosa.

Bab terkait

  • Dokter Ganteng Itu Suamiku   Chapter 8

    “Duduklah,” perintah Rosa kepada ayahnya.“Tapi ini department bedah umum,” Daffin menjelaskan.“Kamu sangat hebat. Tentu saja, ayahku lebih mempercayaimu.”“Bukankah seperti itu, ayah?” tanya Rosa basa-basi kepada ayahnya.“Iya,” jawab ayah Rosa.“Baiklah, aku akan membantu bapak membuat janji untuk chek up. Dan kita akan tau department mana yang harus di tuju setelah hasil tes keluar.”“Oke, terimakasih dokter Daffin.”“Sama-sama.”“Dokter Daffin, aku membawakanmu secangkir kopi,” Rosa memberikan sebuah tote bag kepada Daffin.“Tidak perlu, terimakasih,” tolak Daffin.Rosa merengek seperti anak kecil. “Ini hanya secangkir kopi, ini mewakili hatiku. Apakah kamu tidak mau meneimanya?” tangisan Rosa semakin menjadi-jadi.“Baiklah, kamu bisa meletakkannya di sini. Terimakas

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-25
  • Dokter Ganteng Itu Suamiku   Chapter 9

    “Aku sudah mencari kesempatan untuk berbicara denganmu,” ujar Arya.“Oh, untuk apa?”“Presdir Aleena, kamu menjalankan Perusahaanmu dengan sangat baik. Tapi wanita sepertimu, mungkin tidak mengerti tentang semua metode bisnis tersebut.”Aleena tidak menjawab perkataan Arya. Namun sesaat kemudian, pandangannya seakan halu. Ia melihat Daffin berada di café yang sama dengannya. Ia mencoba memalingkan pandangannya, Aleena juga memastikan apakah dia hanya halu atau benar melihat Daffin.Ternyata benar, Daffin berada di café yang sama dengan Aleena pada saat itu. Daffin menemui seorang lelaki tua.“Profesor,” sapa Daffin, lelaki tua itu hanya mengangguk.“Kita bertemu di rumah sakit setiap hari, tapi kamu memintaku untuk datang ke sini setelah bekerja. Apa ada yang ingin kamu katakana padaku?” Daffin menatap dengan serius.“Seharusnya kamu yang ingin mengatakan

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-15
  • Dokter Ganteng Itu Suamiku   Chapter 10

    Aleena dan Daffin sampai di sebuah tempat.“Terimakasih,” ucap Aleena melepas sabuk pengaman.“Jangan makan makanan dingin!” kata Daffin.“Aku tau.”Malam itu Aleena bersama dengan rekan kerjanya melaksanakan meeting sekaligus makan malam. Sesekali Aleena terlihat memegang perutnya, sepertinya ia sedang menahan sakit.Usai meeting, Aleena dan rekan kerjanya turun dari ruangan menuju lobby.“Terimakasih atas jamuannya, nona Aleena?!” kata salah satu rekan kerjanya.“Sama-sama, terimakasih juga sudah hadir di meeting ini. Semoga kerja sama kita tetap berlanjut,” ucap Aleena.“Baiklah kalau begitu saya dan yang lainnya duluan ya,” pamit rekan kerjanya.“Siap, hati-hati.”Di lobby hotel, tiba-tiba Aleena merasakan sakit perut yang luar biasa. Aleena menjongkokkan tubuhnya dan mencoba menahan sakit perutnya.“Aleena, ini,&r

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-18
  • Dokter Ganteng Itu Suamiku   Chapter 11

    Daffin menghela nafas panjang, kemudian memulai berbicara.“Ibu, bibi, Lisa, ini adalah … “ Daffin menujuk Aleena, namun kata-katanya berhenti.“Tolong biarkan Daffin menandatangani … “ ucap Aleena terpotong.“Tanda tangan?”“Tanda tangan?”“Tanda Tangan?”“Yang dia maksud adalah … “ kata Daffin.“Maksudnya menadatangani kontrak hidup untuk menemani satu sama lain.”“Apa kamu akan menikah?” tanya Santi.“Benar ibu,” jawab singkat Aleena.“Maaf, kami harus membahas ini dulu,” Santi beranjak dari duduknya, mengajak bibi Daffin dan Lisa untuk berdiskusi.Semua orang yang ada di rumah itu sebenarnya syok. Daffin tidak pernah mengenalkan Aleena kepada keluraganya, namun tiba-tiba hari ini mengajak Aleena ke rumah dan ingin menikahinya.“Menikahlah, aku menyetuj

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-19
  • Dokter Ganteng Itu Suamiku   Chapter 12

    Di rumah sakit, Daffin dan Edo sedang sibuk membahas pasien mereka. Namun di tengah perjalanan dari ruang pasien menuju ruang kerja mereka, Daffin dihampiri oleh seseorang.“Dokter Daffin,” sapa seseorang.“Saya punya dua tiket untuk konser piano, bukankah anda mengatakan pada saya bahwa anda menyukainya?” seseorang memberikan tiket konser kepada Daffin.“Apakah anda bisa pergi dengan saya?” ajak seseorang.“Maaf, saya punya rencana malam ini,” tegas Daffin.“Oh begitu ya,” seseorang itu terlihat sedih.“Saya sedang tidak ada acara, saya bisa pergi dengan anda?” Edo menawarkan diri.“Tidak mau,” tolak seseorang itu, kemudian pergi meninggalkan Daffin dan Edo.“Sebelumnya, Aku baru mengetahuimu cara menolak dengan sangat baik,” ujar Edo sedikit meledek.“Waktu berubah, harusnya memang seperti itu kan?” Daffin mening

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-20
  • Dokter Ganteng Itu Suamiku   Chapter 13

    Saat keluarga Daffin dan keluarga Aleena sedang asyik membicarakan bagaimana rencana pernikahan mereka, tiba-tiba datang Rosa.“Aleena … Aleena …” Rosa merajuk kepada Aleena.“Kenapa kamu … “ kata-kata Rosa terpotong oleh Aleena.“Kenapa? Ada yang salah?” Aleena menggandeng lengan Daffin dengan erat, seakan tahu bahwa Rosa akan mengambil Daffin dari Aleena.“Dokter Daffin, kenapa kamu tiba-tiba pergi menikahi Aleena?” Rosa merengek tidak tahu malu.“Apakah kamu berhutang uang kepada Aleena?” Rosa kembali protes.Daffin yang merasa posisinya terancam, ingin menjawab perkataan gadis itu tapi ia takut salah menjawab. Sedangkan Aleena seakan tidak peduli dengan ucapan Rosa. Keluarga Aleena dan keluarga Daffin juga hanya diam menyaksikan kedatangan Rosa yang marah-marah tidak jelas arahnya.“Aleena … kamu sangat tercela, kamu benar-benar melakukan

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-21
  • Dokter Ganteng Itu Suamiku   Chapter 14

    Semua orang yang ada di rapat membicarakan Aleena dengan bisik-bisik. Aleena merasa kesal, akhirnya ia menyuruh Dimas untuk memberitahu sesuatu kepada semuanya.“Sekarang mari kita pilih proyek kosmetik terbaru dari Mentari Group. Pemungutan suara dimulai,” Dimas mempersilahkan semua orang untuk memberikan pungutan suara.Pemungutan suara dimulai, tetapi hanya satu orang yang mengangkat tangan untuk menyetujuinya. Namun beberapa saat kemudian, datanglah Hendra ke ruang rapat.“Rupanya semua sudah ada di sini,” Hendra membuka pintu ruang rapat, kemudian masuk.Kedatangan Hendra membuat semua anggota rapat menjadi hormat, mereka semua langsung berdiri dan membungkukkan setengah badannya.“Aku mendengar dari Aleena, hari ini ada pemungutan suara penting untuk keputusan proyek kosmetik terbaru dari Mentari Group. Baik silahkan dimulai pemungutan suaranya,” kata Hendra sambil duduk di sebelah Aleena.“Ale

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-24
  • Dokter Ganteng Itu Suamiku   Chapter 15

    “Cantik sekali pengantin wanitanya,” ujar Lisa.“Terimakasih, mari silahkan duduk,” Aleena mempersilahkan semuanya untuk duduk.Ibu mertua, bibi dan Lisa memberikan sebuah hadiah kepada Aleena. Hadiahnya tidak seberapa harganya, tapi mereka sangat tulus memberikan itu semua. Membuat Aleena terlihat beruntung dan banyak terimakasih kepada mereka.“Apa yang kamu rasakan sekarang, Aleena?” tanya bibi.Aleena hanya tersenyum, ia bingung akan menjawab apa.Dari jauh terlihat Rosa memakai gaun yang sangat mewah melebihi Aleena. Namun saat dekat di pintu ruangan, Dimas mengusir Rosa. Semua orang tidak mau jika acara resepsi pernikahan Aleena dan Daffin berantakan hanya karena adanya Rosa.Namun Rosa melawan, ia tetap saja ingin masuk ke dalam acara. Dengan sigap, Aleena langsung menghampiri Rosa.“Rosa, kamu sangat berani kemari?” kata Aleena dengan tegas dan dingin.“Kenapa? Tidak

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-25

Bab terbaru

  • Dokter Ganteng Itu Suamiku   Chapter 16

    Daffin yang melihat Aleena minum anggur membuatnya tidak tega.“Apa yang kamu lakukan? Jangan minum terus!” perintah Daffin.Tapi Aleena tidak memperdulikan perkataan Daffin, ia terus minum. Untuk tegukan yang kedua, Daffin merampas gelas Aleena.“Biar aku saja yang minum,” kata Daffin dengan ragu.Aleena tersenyum melihat Daffin yang mau minum anggur, Aleena tidak tinggal diam, ia mengambil segelas anggur dan mulai bersulang dengan Daffin.Daffin yang tak pernah minum alcohol akhirnya berhasil menghabiskan segelas anggur. 10 menit, 20 menit efeknya belum terlihat. Namun setelah 1 jam, Daffin akhirnya mabuk. Daffin sangat lucu ketika mabuk, pasalnya dia cerewet bercerita tentang organ tubuh manusia. Hal itu membuat Aleena tertawa lepas. Usai bercerita banyak hal tentang organ tubuh manusia, Daffin tertidur sangat pulas sekali.Keesokan harinya, Daffin merasa sedikit pusing dan terbangun dari tidurnya. Ia membuka matan

  • Dokter Ganteng Itu Suamiku   Chapter 15

    “Cantik sekali pengantin wanitanya,” ujar Lisa.“Terimakasih, mari silahkan duduk,” Aleena mempersilahkan semuanya untuk duduk.Ibu mertua, bibi dan Lisa memberikan sebuah hadiah kepada Aleena. Hadiahnya tidak seberapa harganya, tapi mereka sangat tulus memberikan itu semua. Membuat Aleena terlihat beruntung dan banyak terimakasih kepada mereka.“Apa yang kamu rasakan sekarang, Aleena?” tanya bibi.Aleena hanya tersenyum, ia bingung akan menjawab apa.Dari jauh terlihat Rosa memakai gaun yang sangat mewah melebihi Aleena. Namun saat dekat di pintu ruangan, Dimas mengusir Rosa. Semua orang tidak mau jika acara resepsi pernikahan Aleena dan Daffin berantakan hanya karena adanya Rosa.Namun Rosa melawan, ia tetap saja ingin masuk ke dalam acara. Dengan sigap, Aleena langsung menghampiri Rosa.“Rosa, kamu sangat berani kemari?” kata Aleena dengan tegas dan dingin.“Kenapa? Tidak

  • Dokter Ganteng Itu Suamiku   Chapter 14

    Semua orang yang ada di rapat membicarakan Aleena dengan bisik-bisik. Aleena merasa kesal, akhirnya ia menyuruh Dimas untuk memberitahu sesuatu kepada semuanya.“Sekarang mari kita pilih proyek kosmetik terbaru dari Mentari Group. Pemungutan suara dimulai,” Dimas mempersilahkan semua orang untuk memberikan pungutan suara.Pemungutan suara dimulai, tetapi hanya satu orang yang mengangkat tangan untuk menyetujuinya. Namun beberapa saat kemudian, datanglah Hendra ke ruang rapat.“Rupanya semua sudah ada di sini,” Hendra membuka pintu ruang rapat, kemudian masuk.Kedatangan Hendra membuat semua anggota rapat menjadi hormat, mereka semua langsung berdiri dan membungkukkan setengah badannya.“Aku mendengar dari Aleena, hari ini ada pemungutan suara penting untuk keputusan proyek kosmetik terbaru dari Mentari Group. Baik silahkan dimulai pemungutan suaranya,” kata Hendra sambil duduk di sebelah Aleena.“Ale

  • Dokter Ganteng Itu Suamiku   Chapter 13

    Saat keluarga Daffin dan keluarga Aleena sedang asyik membicarakan bagaimana rencana pernikahan mereka, tiba-tiba datang Rosa.“Aleena … Aleena …” Rosa merajuk kepada Aleena.“Kenapa kamu … “ kata-kata Rosa terpotong oleh Aleena.“Kenapa? Ada yang salah?” Aleena menggandeng lengan Daffin dengan erat, seakan tahu bahwa Rosa akan mengambil Daffin dari Aleena.“Dokter Daffin, kenapa kamu tiba-tiba pergi menikahi Aleena?” Rosa merengek tidak tahu malu.“Apakah kamu berhutang uang kepada Aleena?” Rosa kembali protes.Daffin yang merasa posisinya terancam, ingin menjawab perkataan gadis itu tapi ia takut salah menjawab. Sedangkan Aleena seakan tidak peduli dengan ucapan Rosa. Keluarga Aleena dan keluarga Daffin juga hanya diam menyaksikan kedatangan Rosa yang marah-marah tidak jelas arahnya.“Aleena … kamu sangat tercela, kamu benar-benar melakukan

  • Dokter Ganteng Itu Suamiku   Chapter 12

    Di rumah sakit, Daffin dan Edo sedang sibuk membahas pasien mereka. Namun di tengah perjalanan dari ruang pasien menuju ruang kerja mereka, Daffin dihampiri oleh seseorang.“Dokter Daffin,” sapa seseorang.“Saya punya dua tiket untuk konser piano, bukankah anda mengatakan pada saya bahwa anda menyukainya?” seseorang memberikan tiket konser kepada Daffin.“Apakah anda bisa pergi dengan saya?” ajak seseorang.“Maaf, saya punya rencana malam ini,” tegas Daffin.“Oh begitu ya,” seseorang itu terlihat sedih.“Saya sedang tidak ada acara, saya bisa pergi dengan anda?” Edo menawarkan diri.“Tidak mau,” tolak seseorang itu, kemudian pergi meninggalkan Daffin dan Edo.“Sebelumnya, Aku baru mengetahuimu cara menolak dengan sangat baik,” ujar Edo sedikit meledek.“Waktu berubah, harusnya memang seperti itu kan?” Daffin mening

  • Dokter Ganteng Itu Suamiku   Chapter 11

    Daffin menghela nafas panjang, kemudian memulai berbicara.“Ibu, bibi, Lisa, ini adalah … “ Daffin menujuk Aleena, namun kata-katanya berhenti.“Tolong biarkan Daffin menandatangani … “ ucap Aleena terpotong.“Tanda tangan?”“Tanda tangan?”“Tanda Tangan?”“Yang dia maksud adalah … “ kata Daffin.“Maksudnya menadatangani kontrak hidup untuk menemani satu sama lain.”“Apa kamu akan menikah?” tanya Santi.“Benar ibu,” jawab singkat Aleena.“Maaf, kami harus membahas ini dulu,” Santi beranjak dari duduknya, mengajak bibi Daffin dan Lisa untuk berdiskusi.Semua orang yang ada di rumah itu sebenarnya syok. Daffin tidak pernah mengenalkan Aleena kepada keluraganya, namun tiba-tiba hari ini mengajak Aleena ke rumah dan ingin menikahinya.“Menikahlah, aku menyetuj

  • Dokter Ganteng Itu Suamiku   Chapter 10

    Aleena dan Daffin sampai di sebuah tempat.“Terimakasih,” ucap Aleena melepas sabuk pengaman.“Jangan makan makanan dingin!” kata Daffin.“Aku tau.”Malam itu Aleena bersama dengan rekan kerjanya melaksanakan meeting sekaligus makan malam. Sesekali Aleena terlihat memegang perutnya, sepertinya ia sedang menahan sakit.Usai meeting, Aleena dan rekan kerjanya turun dari ruangan menuju lobby.“Terimakasih atas jamuannya, nona Aleena?!” kata salah satu rekan kerjanya.“Sama-sama, terimakasih juga sudah hadir di meeting ini. Semoga kerja sama kita tetap berlanjut,” ucap Aleena.“Baiklah kalau begitu saya dan yang lainnya duluan ya,” pamit rekan kerjanya.“Siap, hati-hati.”Di lobby hotel, tiba-tiba Aleena merasakan sakit perut yang luar biasa. Aleena menjongkokkan tubuhnya dan mencoba menahan sakit perutnya.“Aleena, ini,&r

  • Dokter Ganteng Itu Suamiku   Chapter 9

    “Aku sudah mencari kesempatan untuk berbicara denganmu,” ujar Arya.“Oh, untuk apa?”“Presdir Aleena, kamu menjalankan Perusahaanmu dengan sangat baik. Tapi wanita sepertimu, mungkin tidak mengerti tentang semua metode bisnis tersebut.”Aleena tidak menjawab perkataan Arya. Namun sesaat kemudian, pandangannya seakan halu. Ia melihat Daffin berada di café yang sama dengannya. Ia mencoba memalingkan pandangannya, Aleena juga memastikan apakah dia hanya halu atau benar melihat Daffin.Ternyata benar, Daffin berada di café yang sama dengan Aleena pada saat itu. Daffin menemui seorang lelaki tua.“Profesor,” sapa Daffin, lelaki tua itu hanya mengangguk.“Kita bertemu di rumah sakit setiap hari, tapi kamu memintaku untuk datang ke sini setelah bekerja. Apa ada yang ingin kamu katakana padaku?” Daffin menatap dengan serius.“Seharusnya kamu yang ingin mengatakan

  • Dokter Ganteng Itu Suamiku   Chapter 8

    “Duduklah,” perintah Rosa kepada ayahnya.“Tapi ini department bedah umum,” Daffin menjelaskan.“Kamu sangat hebat. Tentu saja, ayahku lebih mempercayaimu.”“Bukankah seperti itu, ayah?” tanya Rosa basa-basi kepada ayahnya.“Iya,” jawab ayah Rosa.“Baiklah, aku akan membantu bapak membuat janji untuk chek up. Dan kita akan tau department mana yang harus di tuju setelah hasil tes keluar.”“Oke, terimakasih dokter Daffin.”“Sama-sama.”“Dokter Daffin, aku membawakanmu secangkir kopi,” Rosa memberikan sebuah tote bag kepada Daffin.“Tidak perlu, terimakasih,” tolak Daffin.Rosa merengek seperti anak kecil. “Ini hanya secangkir kopi, ini mewakili hatiku. Apakah kamu tidak mau meneimanya?” tangisan Rosa semakin menjadi-jadi.“Baiklah, kamu bisa meletakkannya di sini. Terimakas

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status