Share

Bab 1360

Author: Hazel
Tentu saja, Susanti, Yuli, maupun Anton sama sekali tidak tahu dengan rencana Jamil dan Jayadi.

Di tengah kegelapan malam, ketiganya berjalan beberapa kilometer. Setelah setengah jam, akhirnya mereka menemukan sebuah kota kecil yang sunyi.

Kota itu memang tidak besar, tetapi tetap ada beberapa taksi. Susanti dan keluarganya pun memilih seorang sopir wanita yang tampak cukup ramah.

Setelah memberi tahu bahwa mereka akan pergi ke Desa Benad, mereka pun langsung naik ke mobil.

"Kalian ini sepertinya dari luar kota ya? Dengar-dengar di Desa Benad sedang ada kompetisi serangga antara Desa Benad, Desa Tayur, dan Desa Hiradi? Kalian mau pergi nonton ya?"

Sopir wanita melirik ketiganya dan mencoba memulai obrolan. Bahasanya agak kaku, terdengar jelas logat lokalnya.

"Sebenarnya aku juga orang sini. Tapi, dulu waktu aku berlibur ke sini, aku ketemu suamiku, lalu jatuh cinta dan akhirnya ikut dia tinggal di tempat asalnya."

"Kami ke Desa Benad untuk jenguk ibuku. Sekarang dia sudah 80-an tahun.
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1361

    "Sudah, sudah! Jangan ribut, cuma hal sepele kok. Besok Tirta juga sampai. Selama ada Tirta, meskipun Nenek maksa aku belajar pelihara serangga guna-guna, Tirta pasti nggak akan izinin.""Jadi, tenang saja ya." Melihat kedua orang tuanya hendak bertengkar, Susanti buru-buru menenangkan mereka."Semoga saja begitu." Yuli memelototi Anton, seperti ingin mengatakan sesuatu, tetapi akhirnya mengurungkan niatnya. Akhirnya, dia hanya menghela napas pelan.Setelah itu, suasana di dalam mobil pun mulai mencair. Apalagi sopir wanita itu mulai bercerita tentang berbagai kisah aneh dan menarik di Provinsi Naru, membuat Susanti dan orang tuanya mendengarkan dengan antusias.Topik tentang serangga guna-guna pun tidak dibahas lagi.....Di sisi lain, Tirta menggendong Selina keluar dari Gunung Kobud dan langsung naik ke mobil patroli milik Mairah. Dengan kecepatan tinggi, mereka meluncur ke bandara Provinsi Dohe.Dalam perjalanan, Tirta sempat mencoba menelepon Susanti beberapa kali. Namun, karena p

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1362

    "Pak Tirta, aku sudah sampaikan beritanya ke kantor kepolisian Provinsi Naru. Tapi, sepertinya pencarian baru bisa dilakukan besok. Soalnya sekarang sudah tengah malam.""Di daerah Provinsi Naru banyak pegunungan, jadi susah kalau harus cari orang malam-malam ...." Melihat Selina turun dari mobil tanpa menoleh sedikit pun, Tirta tahu dirinya sudah salah bicara. Namun, sekarang Tirta benar-benar tidak punya waktu untuk memikirkan Selina.Saat itu, Mairah yang baru selesai menelepon langsung melaporkan kepada Tirta dengan nada agak menyesal."Nggak masalah. Seperti yang kubilang tadi, asalkan mereka bisa menemukan Susanti, aku bersedia kasih 200 miliar sebagai imbalan. Tolong sampaikan pesanku ini kepada mereka. Aku harus naik pesawat sekarang," ujar Tirta dengan cepat, lalu langsung berlari ke lobi bandara."Baik, Pak. Aku akan hubungi mereka lagi." Mairah mengangguk dan segera menelepon kembali kantor kepolisian Provinsi Naru, lalu menyampaikan semua ucapan Tirta tanpa mengubah satu k

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1363

    "Sudah paham belum?" tanya Hafiz dengan wajah serius."Paham, Kak. Tapi, kalau kita memang sudah berniat kabur, kenapa nggak manfaatin kesempatan ini buat dapat lebih banyak uang?""Kalau kita berhasil menemukan wakil kepala kepolisian itu, kita tangkap saja. Pria kaya yang dekat sama dia rela keluarin 200 miliar. Dia pasti punya uang yang lebih banyak ...."Tiba-tiba, Arkan mengangkat alisnya dan mendekat sambil mengusulkan dengan suara rendah."Dasar! Sebelum kamu kepikiran, aku udah pikirin itu dari tadi! Ayo, cepat siap-siap dan berangkat!" Hafiz melambaikan tangannya, lalu langsung naik ke mobil patroli dan berangkat lebih dulu.....Di lobi bandara Provinsi Dohe.Saat Tirta sedang terburu-buru mengambil tiket pesawat, dia tiba-tiba melihat Selina yang tadi sempat marah dan pergi. Wanita itu berjalan ke arahnya sambil memegang selembar tiket, lalu berkata tanpa menatap langsung, "Nih, tiketmu. Hati-hati di jalan."Saat berkata demikian, Selina menyerahkan tiket dari tangannya."Bu

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1364

    "Oh, aku Marila, kakaknya Shinta. Kakekku Saba. Aku pernah lihat fotomu di ponsel adikku. Kakek dan Shinta juga sering bahas tentang kamu. Aku juga sempat makan 2 butir Pil Kecantikan yang kamu kasih ke Shinta. Efeknya luar biasa!""Aku nggak nyangka bisa ketemu kamu di dalam pesawat. Pak Tirta ... jangan keberatan dengan panggilanku ini ya. Omong-omong, kenapa kamu pergi sendirian ke Provinsi Naru?""Kebetulan aku juga ke Provinsi Naru buat bantu pamanku selesaikan beberapa urusan. Mungkin ada yang bisa kubantu."Marila menatap Tirta dengan penuh antusias, lalu mengulurkan tangan putih dan halusnya untuk memperkenalkan diri. Sikapnya kepada Tirta benar-benar hangat dan tulus, tanpa sedikit pun kepura-puraan.Hanya saja, karena di sebelah masih ada orang duduk dan Tirta terlihat sangat muda, Marila tidak bisa memanggilnya "Kakek Tirta"."Oh, jadi kamu kakaknya Shinta. Pantas dari tadi aku merasa wajahmu agak familier. Aku punya urusan mendesak. Aku lagi cari orang. Kira-kira kamu bisa

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1365

    "Sekarang tanpa ada energi spiritual, aku bahkan nggak bisa pakai Teknik Melacak lagi. Sialan ...." Tirta mengumpat karena frustrasi. Dia ingat Susanti pernah bilang, kampung neneknya itu bernama Desa Benad. Jadi, dia berpikir untuk langsung naik taksi ke sana.Tepat saat Tirta menemukan taksi, tiba-tiba terdengar suara familier dari belakangnya, membuatnya tertegun. "Tirta, tunggu dulu! Aku ikut kamu ke sana!"Tirta menoleh dan melihat Selina berlari kecil ke arahnya. Kedua payudaranya pun berguncang saat dia berlari, napasnya terengah-engah saat akhirnya dia tiba di depannya."Bu Selina ... kenapa kamu ikut ke sini?" Tirta terkejut setengah mati."Aku cuma ingin lihat-lihat, nggak boleh ya?" sahut Selina dengan tegas, meskipun merasa agak ragu.Sejauh ini, dia dan Tirta hanya memiliki koneksi secara fisik. Namun, faktanya mereka tidak punya ikatan apa-apa."Boleh, tentu saja boleh. Tapi ... ya sudahlah, ikut saja." Sebenarnya Tirta tidak berniat membawa Selina. Namun, karena dia suda

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1366

    "Nggak usah, aku nggak kenal kamu dan juga nggak perlu kenal. Kamu nggak perlu minta maaf. Minggir, kamu menghalangi jalanku."Nada suara Susanti terdengar dingin dan dipenuhi rasa kesal. Ekspresi jijik jelas terlihat di wajahnya. Dia memiringkan tubuhnya sehingga Jamil tidak berhasil meraih tangannya."Susanti, aku ...." Senyuman yang dipaksakan Jamil langsung membeku di wajahnya. Saat dia hendak berbicara lagi, Susanti, Yuli, dan Anton sudah melewatinya dan berjalan ke arah seorang wanita tua. Itu adalah Susana, yang dikenal sebagai Nenek Benad.Akan tetapi, wajah Susana tampak kurang ramah. Bahkan kepala desa di sampingnya, Jayadi, juga menunjukkan wajah masam."Bu, aku dan Anton bawa Susanti ke sini untuk rayain ulang tahunmu," kata Yuli sambil tersenyum kaku, mencoba mencairkan suasana. Anton hanya mengerutkan dahi tanpa mengucap sepatah kata pun."Hmph, kamu masih ingat pulang? Kukira kamu baru mau pulang kalau aku sudah tinggal tulang di ranjang!" Susana sama sekali tidak menyem

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1367

    Jamil langsung berlari pulang ke rumahnya.....Sekitar 10 menit kemudian, di bawah bimbingan Susana, Susanti masuk ke rumah neneknya. Itu adalah sebuah rumah panggung dari bambu yang berada di sudut paling dalam desa."Nek, tempat Nenek ini bau apek banget lho. Kalau tinggal lama-lama di sini, bisa sakit. Nenek istirahat dulu, biar aku sama Ibu bersihin sedikit." Begitu masuk ke rumah, Susanti langsung mengerutkan alis.Di dalam, berbagai barang tertumpuk sembarangan. Ada banyak botol dan toples. Bau lembap dan busuk yang masuk ke hidung membuat kepala terasa pusing. Bahkan di sudut ruangan, terlihat beberapa laba-laba besar menggantung di sarangnya.Susanti mengira karena Susana sudah tua, jadi gerakannya lambat dan sulit membersihkan rumah. Makanya, jadi kotor dan berbau seperti itu."Uhuk, uhuk ...." Bau itu begitu menyengat sampai-sampai Yuli dan Anton ikut terbatuk."Bu, Susanti benar juga. Istirahat saja dulu, biar kami bantu bersihin rumah," ujar Yuli sambil menutup hidungnya.

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1368

    "Ini .... Nek, aku nggak suka benda kayak gini. Nenek simpan saja deh!" Susanti terkejut bukan main saat melihat hadiah dari Susana ternyata adalah seekor serangga. Meskipun sudah sering melihat berbagai jenis serangga, dia belum pernah melihat yang seperti Serangga Emas.Menjijikkan, menyeramkan, terutama karena sepasang matanya yang sebesar kacang hijau itu bersinar merah menyala. Hanya dengan melihatnya saja sudah membuat bulu kuduk berdiri!Usai bicara, Susanti berniat membuka pintu kamar dan berlari turun untuk kembali ke sisi Yuli dan Anton."Hehehe. Meskipun kamu nggak suka dia, dia sangat suka sama kamu!" Susana tertawa seram. Sebelum Susanti sempat membuka pintu, dia menjentikkan jarinya.Serangga Emas dan satu lagi serangga kecil seukuran kuku berwarna cokelat, sontak menggigit lengan Susanti!Serangga cokelat itu adalah Serangga Penghapus Ingatan yang bisa menghapus seluruh ingatan seseorang dalam waktu singkat!"Nek ... aku nggak mau serangga kayak gini. Tolong singkirkan .

Pinakabagong kabanata

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1391

    Marila takut Tirta kehabisan kesabaran, jadi dia menunjuk ke arah sebuah gedung tinggi di pusat kota."Maaf sudah merepotkanmu. Oh ya, sebelumnya kamu sempat bilang ingin minta bantuanku, 'kan? Nanti setelah aku selesai menenangkan Susanti, aku pasti bantu kamu ...."Tirta melirik Susanti yang sedang tertidur di pelukannya, lalu mengangguk pelan. Dia seperti teringat sesuatu dan menoleh ke arah Marila. Namun, sebelum Tirta selesai bicara, Marila segera menyela dengan ekspresi agak canggung."Pak Tirta, urusanku nggak mendesak! Kamu bisa fokus dulu merawat Bu Susanti. Kalau nanti benar-benar sudah ada waktu luang, baru cari aku."Saat mengatakan itu, Marila tanpa sadar menunduk. Wajahnya pun terlihat agak malu dan pipinya sedikit memerah."Ya sudah kalau begitu." Melihat reaksi Marila, Tirta pun tak memperpanjang pembicaraan. Dia berkata ingin beristirahat sebentar, padahal sebenarnya dia masuk dalam kondisi meditasi untuk berbicara dengan Genta.'Kak Genta, lihat deh, pemandangan di Pr

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1390

    Namun, tentu saja semua pertanyaan itu tidak diucapkan oleh Selina. Yang dia ingin tahu hanyalah keberadaan Tirta."Bu Selina, jangan khawatir! Pak Tirta baik-baik saja. Tapi, sepertinya Bu Susanti syok berat. Tadi Pak Tirta sudah membawa Bu Susanti naik helikopter untuk kembali ke kota dan istirahat dulu.""Sebelum pergi, beliau secara khusus memintaku untuk menunggumu di sini. Tunggu sebentar ya. Setelah menjemput orang tua Bu Susanti, aku akan mengajak kalian semua menemui Pak Tirta!"Idris yang jeli dalam mengamati bisa menangkap nada penuh kekhawatiran dari suara Selina. Dia pun bisa menebak bahwa hubungan antara Selina dan Tirta pasti tidak sederhana, makanya dia bersikap semakin sopan dan ramah.Tak lama kemudian, dia memerintahkan Vendi dan Sutomo untuk pergi ke Desa Benad, menjemput Anton dan Yuli."Baiklah, aku akan menunggu di sini." Mendengar ucapan Idris, Selina pun merasa lebih lega dan mengangguk setuju.Dalam hati, Selina berpikir, 'Ternyata Tirta masih pikirin aku, sam

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1389

    Dia bersikeras ingin bertemu dengan Tirta, bahkan tidak peduli pada Idris. Tidak peduli bagaimana Sutomo dan Vendi mencoba menghentikannya, dia tetap bersikeras ingin masuk ke Desa Benad."Apa sih yang dia omongin? Dewa? Mana ada dewa di dunia ini ...." Idris melihat si sopir paruh baya melantur, jadi langsung tidak menggubrisnya dan merasa muak.Dia ingin menyuruh Sutomo dan Vendi untuk mengusir si sopir secara paksa, tetapi tiba-tiba terlintas dalam pikirannya. Bukankah barusan Sutomo dan Vendi juga bilang Tirta itu seperti dewa?Menyadari hal itu, Idris langsung melupakan perbedaan status dan melangkah cepat ke arah sopir taksi itu, mencoba memastikan."Tunggu sebentar, Pak. Apa dewa yang kamu sebut itu adalah seorang pemuda? Rambutnya lurus ke atas, bajunya compang-camping?""Ini Pak Gubernur ya? Ya, benar, orang yang kumaksud memang masih muda. Tapi, bajunya sama sekali nggak sobek, rambutnya juga nggak berdiri seperti yang kamu bilang. Sepertinya kita nggak ngomongin orang yang s

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1388

    "Ini ... ini nggak mungkin!"Ketika Idris sampai di gerbang Desa Benad dengan perasaan cemas dan gelisah, dia melihat pemandangan mengerikan. Puluhan tubuh bersimbah darah, bagian tubuh berserakan di mana-mana. Jantungnya seakan-akan berhenti sejenak karena terkejut!Dia benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana cara Tirta menjatuhkan puluhan bawahan Hafiz dengan tangan kosong! Padahal, mereka semua memiliki senjata api!Yang lebih gila lagi, Tirta bahkan masih memeluk seseorang di dalam pelukannya saat itu! Jadi, apakah artinya dia menghabisi semua orang ini hanya dengan satu tangan? Itu benar-benar mustahil!"To ... tolong bunuh aku .... Kumohon, bunuh saja aku ...." Di tengah genangan darah, Bayu yang masih hidup melihat kedatangan Idris dan para bawahannya. Dia langsung menyeret tubuhnya yang penuh luka, berusaha merangkak mendekat. Rasa sakit yang luar biasa membuatnya hanya ingin mati demi bebas."Cepat! Kalian berdua hentikan pendarahannya! Aku harus tanya sendiri, apa yang

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1387

    Tentu saja, Tirta tidak lupa menjelaskan asal mula kejadian tersebut, mengapa semua itu bisa terjadi. Dia juga sengaja memberi kesan bahwa dirinya hanya membela diri, meskipun sedikit berlebihan."Oh, jadi memang begitu ya? Vendi, Sutomo, cepat pergi periksa, lihat apa masih ada yang selamat!"Mendengar penjelasan dari Tirta, Idris sebenarnya tidak terlalu percaya bahwa Tirta bisa mengalahkan mereka seorang diri, bahkan membunuh puluhan anak buah Hafiz yang semuanya adalah preman berbahaya.Namun, karena mempertimbangkan Keluarga Dinata, Idris tidak memperlihatkan keraguannya secara langsung, melainkan segera memberi instruksi kepada dua pemuda yang bersamanya."Bu Marila, yang perlu kukatakan sudah kukatakan semua. Tolong bawa aku ke tempat yang tenang. Aku harus menenangkan kondisi Susanti.""Tentu saja, kalau nanti ada yang perlu kubantu atau butuh klarifikasi lebih lanjut, Pak Idris bisa langsung mencariku." Tirta bisa melihat dengan jelas bahwa Idris tidak sepenuhnya percaya padan

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1386

    Duar!Mendengar itu, Hafiz langsung merasa jantungnya seperti ditusuk, seakan-akan petir menyambar di siang bolong, menggema dalam benaknya. Bahkan, napasnya pun tertahan sejenak!'Petinggi ibu kota .... Aku bersusah payah selama seluruh hidupku, tapi hanya bisa menjadi bawahan kelas menengah di Provinsi Naru!''Apa aku punya kemampuan untuk menarik dukungan dari orang sehebat itu di ibu kota? Jangan-jangan bocah ini keturunan dari salah satu bos besar di sana?'Begitu pikiran itu muncul, wajah Hafiz menjadi semakin pucat, seolah-olah dadanya ditimpa sesuatu. Ketakutan dalam hatinya bahkan lebih dahsyat daripada rasa sakit dari jarinya yang remuk."Pak Tirta, Bu Susanti baik-baik saja, 'kan?" Saat itu, Marila bergegas menghampiri Tirta. Melihat Tirta tidak mengalami cedera, dia pun merasa lebih lega. Namun, begitu melihat ekspresi Susanti yang kacau, wajahnya menegang."Susanti nggak mengalami luka serius, tapi dia sangat syok. Tolong bantu aku carikan tempat yang tenang dan tak tergan

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1385

    Ternyata Marila dan Idris membawa anggota kemari. Orang yang ikut Idris turun memegang senapan. Sebelum helikopter mendarat, orang itu sudah membidik Hafiz. Jadi, Hafiz tidak bisa kabur lagi.Hafiz terpaksa maju dan menyambut Idris sambil tersenyum, "Pak Idris ... kenapa kamu naik helikopter datang ke sini?"Hafiz tahu identitas dan latar belakang Idris. Bahkan, bisa dibilang alasan utama Hafiz ingin kabur belakangan ini adalah tindakan Idris untuk membasmi kejahatan sangat mengerikan.Sekarang Hafiz langsung menghadapi Idris. Dia hanya bisa berbohong untuk melewati pemeriksaan Idris.Idris merasa geram saat melihat Hafiz yang sangat jahat. Ekspresinya sangat muram. Dia mencibir, lalu menyahut, "Hafiz, menurutmu apa alasannya? Tentu saja aku datang karena kamu, orang jahat yang tersisa di Provinsi Naru!"Tentu saja Hafiz tidak ingin mengakui perbuatannya. Dia malah berlutut di tanah dan berpura-pura menangis sambil bicara, "Pak Idris, jangan bilang begitu. Itu cuma rumor, aku nggak per

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1384

    Melihat Hafiz kabur, para bawahan yang panik ingin membuang senjata mereka dan mengejar Hafiz. Mereka berkomentar."Bos ... kabur! Sialan!""Sialan! Biarkan saja. Setelah mendapatkan uang, kita juga bisa bersenang-senang di luar negeri!"Kemudian, seorang pria paruh baya yang cukup berpengaruh maju. Tampak bekas goresan pisau di wajahnya dan dia hanya mempunyai satu mata.Pria itu berteriak, "Teman-teman, nggak ada gunanya kalau cuma beberapa orang yang menembak! Kita tembak dia sama-sama! Nggak masalah kalau mati! Kalau masih hidup, kita lanjut minta uang!"Begitu pria tersebut bersuara, semua orang pun setuju. Mereka membidik Tirta. Terdengar suara tembakan beruntun bak suara petasan."Mantra Perisai Cahaya Emas!" seru Tirta. Dia sedikit gugup saat menghadapi situasi seperti ini.Tirta bukan takut pada peluru, tetapi dia takut Susanti terluka. Tirta segera membentuk segel tangan, lalu lapisan cahaya yang tak terlihat secara kasatmata melindungi Tirta dan Susanti. Semua peluru diadang

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1383

    "Nggak usah buru-buru, aku sudah pertimbangkan. Aku nggak akan memberi kalian uang, begitu pula ... nyawaku!" tegas Tirta.Tirta tertawa kepada Arkan, lalu menamparnya. Arkan memaki, "Sialan! Bocah berengsek! Beraninya kamu mempermainkanku!"Tentu saja Arkan marah menghadapi situasi seperti ini. Arkan hendak menarik pengaman pistol, lalu mematahkan kedua tangan dan kaki Tirta terlebih dahulu untuk menakutinya.Namun, tamparan Tirta langsung membuat kepala Arkan terpental dalam sekejap. Sementara itu, tubuh Arkan yang sudah kehilangan kepala masih mempertahankan posisi mengangkat pistol untuk mematahkan kaki dan tangan Tirta.Perubahan yang mendadak ini membuat semua orang di tempat kaget dan juga takut. Setelah tersadar, mereka berkata pada Hafiz dengan ekspresi marah."Kak Arkan! Sialan! Ternyata pemuda ini seorang ahli bela diri!""Bos, pemuda ini sudah membunuh Kak Arkan! Kalau nggak, kita langsung bunuh dia saja!"Hafiz menegur, "Sialan, bukannya orang mati itu hal yang biasa? Dulu

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status