Adegan beralih ke Tirta.Saat kesadaran ular berkepala delapan tiba-tiba menerobos masuk ke dalam pikirannya, Tirta refleks berteriak keras. Teriakannya yang mendadak itu membuat Tina, Laras, dan Kimmy yang berjalan di sampingnya langsung terkejut."Kak ... tadi kamu bilang apa?"Kamu bilang ada ular berkepala delapan? Tapi kenapa kami nggak melihatnya?" Tina memandang sekeliling dengan ekspresi bingung, lalu menatap Tirta dengan curiga."Bajingan mesum, mana mungkin ada ular berkepala delapan di dunia ini? Sepertinya tubuhmu terlalu lemah, makanya kamu berhalusinasi!" Laras yang masih sedikit ketakutan, menepuk dadanya yang berdebar karena kaget, lalu melirik Tirta dengan tatapan kesal."Tirta, kamu mungkin terlalu lelah sampai mulai berhalusinasi. Gimana kalau kita cari tempat untuk istirahat sebentar?" Kimmy melangkah mendekat dan menatap Tirta dengan penuh perhatian."Uh ... mungkin aku memang terlalu capek, jadi sempat berhalusinasi. Nggak usah dipikirkan. Kita istirahat saja dulu
"Lho ... kenapa wajah kalian semua jadi merah begini?" tanya Tirta tiba-tiba saat menyadari keanehan pada beberapa wanita itu.Tentu saja, tidak ada satu pun dari ketiga wanita itu yang bisa menjawab pertanyaan Tirta. Sementara itu, Kurnia memilih untuk menjauh terlebih dulu karena merasa canggung. Dia bahkan sampai bersembunyi di jarak 50 meter dari mereka."Tirta .... Kalau begitu, gimana kalau kamu pakai mantelku saja?" Pada akhirnya, Tina-lah yang memberanikan diri untuk berbicara, meskipun suaranya terdengar sangat malu-malu."Oh, jadi karena ini ya? Haha, nggak usah, aku tinggal tarik bajuku sedikit saja. Kenapa kalian nggak bilang dari tadi?" Tirta hanya tertawa santai sambil menarik kembali kain bajunya yang berantakan. Dia sama sekali tidak merasa canggung."Mesum! Sok pura-pura nggak tahu! Kami sudah mengingatkanmu tadi! Tapi apa kamu dengar? Nggak! Tetap saja kamu biarkan begitu!"Laras mendengus kesal, mencoba bersikap seolah tidak melihat apa pun."Tirta, sebenarnya tadi k
"Bajuku ... robek karena ditarik penjahat waktu bantu Pak Mauri tangani kasus. Kalau Bibi nggak percaya, aku bisa bawa kamu untuk temui Pak Mauri."Tirta jelas tidak mungkin mengatakan bahwa pakaiannya dirusak oleh shikigami. Jadi, dia tidak punya pilihan selain mencari alasan lain."Memangnya aku percaya omong kosongmu? Kamu kira Bibi bodoh? Tubuhmu penuh dengan wangi dari berbagai wanita! Cepat katakan dengan jujur! Siapa wanita yang merobek bajumu sampai seperti ini?!"Ayu memelintir telinga Tirta dan ingin mencubitnya dengan keras, tapi akhirnya dia tidak tega. Akhirnya, dia hanya bisa menepuknya dengan ringan.Jelas sekali, melihat pakaian Tirta yang compang-camping dan aroma berbagai wanita yang masih menempel di tubuhnya, Ayu curiga bahwa Tirta baru saja keluar untuk bersenang-senang dengan perempuan."Wah, sepertinya kalau Kak Tirta nggak bisa menjelaskan ini dengan baik, dia bakal kena batunya!"Yasmin yang duduk santai di atas tempat tidur sambil mengayunkan kaki kecilnya, me
"Bibi, aku benaran nggak ganggu wanita mana pun!" Tirta buru-buru menangkap tangan Ayu dan meyakinkannya dengan serius."Kalaupun kamu nggak bohong sama aku, cepat pergi mandi dulu. Hilangkan dulu wangi wanita lain di tubuhmu, baru datang temui aku lagi. Aku tunggu di kamar ...."Saat tangan mereka bersentuhan, Ayu langsung panik dan melirik ke dua ujung lorong. Dia takut akan ada orang yang melihat mereka.Setelah itu, dia buru-buru melepaskan diri dan mendorong Tirta pelan, lalu kembali masuk ke kamarnya."Bibi mau tidur sama aku?""Hehe, asyik! Aku akan mandi sekarang!"Tirta tiba-tiba menyadari maksud Ayu dan bergegas berlari ke kamar Bella. Kemudian, dia melepas semua pakaiannya dan mandi.....Pada saat bersamaan, di kamar Ayu.Ayu menatap sepatu Yasmin yang tadi tertinggal di kamar, lalu pelan-pelan meletakkannya di rak sepatu dekat pintu.Dia menghela napas pelan, lalu bergumam pada dirinya sendiri."Dasar anak nakal .... Wanita-wanita itu pasti pacar barunya. Dia masih berani
Saat ini, suasana hati Ayu sudah pasti sangat panik. Dia sedang mandi dalam keadaan tanpa sehelai benang pun, tetapi tiba-tiba ada seorang wanita asing menerobos masuk. Jika saja wanita itu tidak langsung menutup mulutnya, atau jika tenaganya tidak lebih kuat dari Ayu, pasti Ayu sudah melawan dan berteriak minta tolong!"Mmm! Mmm!" Melihat ekspresi Ayu yang ketakutan, Elisa menyadari bahwa dia memang telah mengejutkan Ayu. Kalau dia tidak bisa menenangkan gadis ini, mustahil dia bisa menanyakan apa pun."Aku benar-benar nggak berniat menyakitimu. Kalau nggak percaya, lihat saja. Wajah kita berdua sama persis. Aku cuma ingin bertanya tentang asal-usulmu ...."Setelah agak ragu, Elisa akhirnya melepas cadarnya dan menunjukkan wajahnya yang telah lama tersembunyi. Dia berusaha melembutkan nada bicaranya. Untuk membuktikan bahwa dia tidak berniat jahat, Elisa juga melepaskan tangannya dari mulut Ayu.Namun, saat Elisa melihat kulit putih mulus Ayu yang sama persis dengan dirinya, dia semak
Mengapa orang tua mereka meninggalkan anak kandung mereka di dua tempat yang berbeda?"Nggak apa-apa. Meskipun cuma aku dan Tirta yang hidup saling bergantung satu sama lain, dia anak yang kuat. Sekarang kami hidup dengan baik, jadi kamu nggak perlu khawatir ....""Ngomong-ngomong, siapa namamu? Setelah kamu diadopsi, apakah hidupmu baik-baik saja?"Ayu tidak tahu apa yang dipikirkan Elisa saat ini. Namun, saat melihat ekspresi haru di wajah gadis itu, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak menggenggam tangan Elisa dengan hangat dan bertanya padanya dengan perhatian."Namaku Elisa. Aku juga hidup dengan baik, Kak. Kamu nggak perlu khawatir."Entah mengapa, Elisa memanggilnya Kakak tanpa sadar. Mungkin karena Ayu terlihat lebih matang dan keibuan dibanding dirinya. Meskipun dia belum berhasil menemukan jawaban tentang orang tua mereka, Elisa sudah yakin sepenuhnya bahwa Ayu adalah saudara kembarnya!Ayu juga merasakan hal yang sama. Melihat Elisa yang berdebu dan kusam, Ayu langsung me
"Astaga ... astaga ... astaga!!! Dua bibi lagi mandi! Ada apa ini? Jangan-jangan mataku bermasalah?"Di dalam kamar mandi, dua sosok tubuh yang indah dan putih bersih saling berdampingan, membuat darah Tirta mendidih seketika! Tenggorokannya kering dan matanya terbelalak lebar!Di saat yang bersamaan, "senjata rahasia" yang Yasmin bicarakan sebelumnya, juga ikut bereaksi ....Tirta tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Dia mengucek matanya berkali-kali, tetapi setiap kali dia melihat kembali, dua sosok yang sempurna itu tetap ada di sana. Bahkan semakin lama dia melihat, pemandangan itu terasa semakin nyata!"Ini sungguhan .... Jangan-jangan ini wanita misterius yang kutemui di puncak Gunung Tisatun?""Benar! Itu dia! Tapi bukankah dia sudah turun gunung? Kenapa tiba-tiba muncul di rumah Keluarga Purnomo dan malah mandi bersama Bi Ayu?"Tirta akhirnya bisa mengenali wanita misterius itu, tetapi tidak bisa memahami alasannya berada di sini. Ditambah lagi, tanpa pakaian yang menutupi
Kemudian, dia berpura-pura menutup pintu. Padahal sebenarnya, dia menggunakan teknik menghilangkan diri dan berdiri di depan pintu kamar mandi untuk menyaksikan mereka. Jika saja ruang di dalam kamar mandi tidak terlalu sempit dan mudah ketahuan, Tirta bahkan ingin menggunakan teknik menembus dinding untuk masuk ke dalam dan melihat lebih jelas."Huh ... si berengsek akhirnya pergi juga. Dik, yuk kita lanjutkan mandinya. Coba kamu ceritakan padaku tentang dunia misterius. Aku belum pernah pergi ke sana. Setelah mendengar Tirta "keluar" dari kamar, Ayu akhirnya menghela napas lega dan mengalihkan pembicaraan terhadap Elisa yang berada di sampingnya."Dunia misterius sebenarnya adalah sebuah dunia kecil yang terpisah. Guru yang bilang padaku, dunia itu terasingkan dari dunia fana. Pintu masuknya berada di antara ribuan pegunungan yang menjulang. Saat ini, diketahui ada tiga pintu masuk ke dunia misterius, di antaranya ada di bagian Negara Darsia ...."Elisa yang juga mengira Tirta telah
"Nggak usah buru-buru, aku sudah pertimbangkan. Aku nggak akan memberi kalian uang, begitu pula ... nyawaku!" tegas Tirta.Tirta tertawa kepada Arkan, lalu menamparnya. Arkan memaki, "Sialan! Bocah berengsek! Beraninya kamu mempermainkanku!"Tentu saja Arkan marah menghadapi situasi seperti ini. Arkan hendak menarik pengaman pistol, lalu mematahkan kedua tangan dan kaki Tirta terlebih dahulu untuk menakutinya.Namun, tamparan Tirta langsung membuat kepala Arkan terpental dalam sekejap. Sementara itu, tubuh Arkan yang sudah kehilangan kepala masih mempertahankan posisi mengangkat pistol untuk mematahkan kaki dan tangan Tirta.Perubahan yang mendadak ini membuat semua orang di tempat kaget dan juga takut. Setelah tersadar, mereka berkata pada Hafiz dengan ekspresi marah."Kak Arkan! Sialan! Ternyata pemuda ini seorang ahli bela diri!""Bos, pemuda ini sudah membunuh Kak Arkan! Kalau nggak, kita langsung bunuh dia saja!"Hafiz menegur, "Sialan, bukannya orang mati itu hal yang biasa? Dulu
"Empat puluh triliun? Bukannya kalian itu polisi? Kenapa aku merasa kalian seperti bandit?" tanya Tirta.Berdasarkan ucapan Mairah, para polisi ini juga bertugas untuk mencari Susanti biarpun Tirta tidak memberi mereka uang. Lagi pula, mereka tidak menemukan Susanti. Namun, Tirta juga bersedia memberi mereka 2 triliun sebagai ungkapan terima kasih.Melihat kondisi ini, emosi Tirta tersulut. Hafiz yang memimpin melihat Tirta masih begitu muda, tetapi dia sama sekali tidak panik setelah dikepung. Tirta juga bisa menebak masa lalu Hafiz dan lainnya dari ucapan mereka.Hafiz menerka-nerka identitas Tirta, 'Eh? Sebenarnya apa latar belakang pemuda ini? Kenapa dulu aku nggak pernah mendengar tentangnya?'Salah satu bawahan kepercayaan Hafiz maju, lalu tertawa dan berujar sembari menunjuk Tirta, "Kak, pemuda ini benar-benar pintar. Dia bisa menebak profesi kita dulu."Puluhan polisi juga ikut menghina Tirta. Sikap mereka sangat keterlaluan."Benar! Dulu kami termasuk bandit. Hanya saja, akhir
Belasan menit kemudian, 13 orang terakhir juga dibunuh oleh Tirta. Setelah menyimpan Pedang Terbang, Tirta melihat mayat-mayat di tanah. Perasaannya campur aduk.Tirta merasa sejak dirinya menguasai kultivasi, hasrat membunuhnya makin kuat. Dulu dia hampir tidak pernah berpikiran untuk membunuh.Saat Tirta sedang gundah dan meragukan dirinya sendiri, suara Genta terdengar. "Kamu sudah menjalani kehidupan di luar alam fana. Kamu nggak usah sedih karena kematian para pecundang ini. Mereka nggak pantas."'Kak, aku juga manusia. Tapi, aku merasa sekarang aku nggak berperikemanusiaan sedikit pun,' balas Tirta. Dia memeluk Susanti makin erat, tetapi hatinya masih kalut.Genta bertanya balik, "Kalau begitu, beri tahu aku apa artinya berperikemanusiaan?"Tirta mendesah dan menjawab, 'Berperikemanusiaan itu ... aku juga nggak tahu. Aku cuma merasa jelas-jelas aku bisa melepaskan mereka dan menyuruh mereka bersumpah ke depannya nggak akan membocorkan hal ini. Tapi, aku tetap membunuh mereka. Kak
Pedang Terbang yang bergerak sangat cepat menebas belasan kepala ahli serangga dalam sekejap. Para ahli serangga dari Desa Hiradi dan Desa Tayur tidak mampu menangkis serangan Tirta. Serangga guna-guna yang mereka banggakan sangat lemah di hadapan Pedang Terbang, seperti anak kecil 3 tahun yang menghadapi orang dewasa.Dalam waktu singkat, puluhan ahli serangga yang awalnya sangat percaya diri merasa tidak berdaya. Mereka yang kalah telak berteriak histeris.Wafri kaget. Dia bergumam, "Apa ... yang terjadi? Pedang ini bisa terbang .... Apa aku berhalusinasi?"Namun, suara teriakan makin jelas. Wafri tidak berani berlama-lama lagi. Dia berusaha keras untuk kabur."Sialan ... sebenarnya siapa pemuda ini? Jamil berengsek! Kamu mencelakaiku!" omel Aezar. Dia yang ketakutan setengah mati juga berusaha kabur."Lari saja, aku mau lihat kaki kalian atau pedangku lebih cepat!" seru Tirta. Dia memancarkan aura membunuh.Tirta menjentik jarinya, lalu bola api muncul dan jatuh ke mayat-mayat yang
Marila segera berucap dengan ekspresi cemas, "Paman, kita jangan habiskan waktu lagi. Kita sama-sama bawa bawahanmu pergi ke Desa Benad secepatnya!""Oke, tapi naik mobil terlalu lambat. Aku suruh orang untuk cari helikopter. Kita naik helikopter ke sana saja," sahut Idris. Dia membawa Marila naik ke mobil, lalu bergegas pergi ke pusat kota.....Waktu kembali ke 2 jam kemudian. Di bawah rumah panggung Susana, sebelumnya Tirta sudah membantai belasan ahli serangga Desa Benad yang tersisa.Tiba-tiba, puluhan ahli serangga mengepung Tirta. Mereka berasal dari Desa Hiradi dan Desa Tayur. Tirta tidak ingin membunuh orang yang tidak bersalah, ditambah lagi dia ingin segera memulihkan ingatan Susanti.Jadi, Tirta tidak langsung bertindak. Dia berkata kepada puluhan orang itu, "Sepertinya aku nggak punya dendam dengan kalian. Kalau kalian nggak mau mati sia-sia, cepat minggir."Aezar mengamati Tirta dengan sinis. Dia mendengus dan berbicara terlebih dahulu, "Kamu memang nggak punya dendam den
Dua jam yang lalu, Marila langsung menelepon pamannya setelah berpisah dengan Tirta. Pamannya adalah gubernur yang memimpin Provinsi Naru. Dia merupakan pejabat yang mengurus perbatasan. Namanya Idris.Marila meminta Idris mengutus orang untuk mencari Susanti. Sementara itu, Marila yang menaiki taksi sedang dalam perjalanan untuk bertemu Idris.Tentu saja, Marila juga mempunyai alasan datang jauh-jauh dari ibu kota ke Provinsi Naru untuk mencari Idris. Awalnya Idris juga merupakan pejabat tinggi di ibu kota. Kemudian, Idris menyinggung orang hebat karena salah bicara. Dia hampir kehilangan posisi sebagai pejabat.Untung saja, Saba turun tangan untuk melindungi Idris. Namun, Idris dipindahkan ke Provinsi Naru yang terpencil karena masalah ini. Dia menjadi seorang gubernur. Kemungkinan dia tidak mempunyai kesempatan untuk kembali ke ibu kota lagi seumur hidup.Setelah itu, petinggi negara memerintahkan untuk membasmi kejahatan di seluruh negeri. Provinsi Naru adalah wilayah yang dikuasai
Apalagi kompetisi serangga akan segera diadakan. Demi memenangkan kompetisi, mereka juga ingin datang untuk mengambil keuntungan. Tujuan mereka adalah merebut Serangga Emas yang dimurnikan dengan susah payah. Jadi, mereka baru menerobos masuk ke Desa Benad.Jamil buru-buru maju dengan napas terengah-engah saat melihat kedua belah pihak yang hendak berkelahi demi merebut Serangga Emas.Jamil menunjuk Tirta yang sedang membunuh di bawah rumah panggung sambil berteriak, "Kepala desa sekalian, jangan bertengkar lagi. Serangga Emas sudah diambil oleh seorang pemuda yang datang dari luar. Nenek Benad dan ayahku sudah dibunuh olehnya!""Siapa yang membunuh pemuda itu akan mendapatkan Serangga Emas. Ayahku sudah mati, jadi aku yang membuat keputusan di Desa Benad. Aku akan membawa semua penduduk Desa Benad untuk membela pihak yang membantuku balas dendam," lanjut Jamil.Jamil meneruskan, "Kalau aku melanggar janjiku, aku akan disambar petir dan dihabisi semua serangga guna-guna. Aku akan mati
Orang yang ditarik Jayadi untuk mengadang serangan pedang Tirta sudah mati. Namun, Jayadi tidak merasa kesakitan selain kepalanya yang makin gatal dan pandangannya yang makin kabur.Jayadi berusaha mengerahkan Serangga Batu dan Serangga Pelumpuh, lalu berujar pada Tirta dengan sinis, "Pemuda sialan, hanya begini kemampuanmu? Kamu sama sekali nggak bisa melukaiku. Haha, selanjutnya sudah saatnya aku bertindak!"Sesuai namanya, Serangga Batu bisa membuat orang yang digigit membatu. Sementara itu, sekujur tubuh orang yang digigit Serangga Pelumpuh akan mati rasa. Mereka tidak akan mampu melawan lagi.Kedua serangga ini bisa memberikan efek yang sama. Jayadi yakin Tirta yang merupakan orang luar pasti tidak bisa menghadapi serangan serangganya. Nanti Jayadi bisa menghabisi Tirta dengan mudah.Hanya saja, tiba-tiba terdengar suara Jamil yang samar dan panik. "Ayah ... kamu ... nggak ... apa-apa, 'kan?""Aku ... nggak ... apa-apa ....," sahut Jayadi. Dia merasa aneh, tetapi dia tetap menangg
Tirta mendengus dan berkata, "Aku memang mau membuat perhitungan denganmu! Sekarang kamu yang cari aku, jadi aku bisa menghemat waktuku!"Tirta melihat dengan menggunakan mata tembus pandang. Ternyata Jamil yang pergi tadi sudah kembali. Dia membawa Jayadi dan belasan ahli serangga di Desa Benad. Mereka membuat masalah di bawah rumah panggung.Tirta langsung menyuruh Anton dan Yuli mengikutinya. Dia yang menggendong Susanti keluar dari kamar terlebih dahulu.Sementara itu, Jamil yang berada di bawah rumah panggung langsung panik begitu melihat Tirta keluar dari kamar sambil menggendong Susanti.Jamil yang cemburu berseru, "Ayah, pemuda itu yang membunuh Nenek Benad! Cepat bunuh dia! Jangan sampai dia membawa Susanti pergi!"Jayadi meremehkan Tirta setelah melihat tampangnya yang lucu dan wajahnya yang masih muda. Dia berucap kepada Jamil, "Jamil, dia masih muda. Untuk apa kamu takut? Tenang saja, aku nggak akan membiarkan dia pergi dari Desa Benad hidup-hidup. Wanita itu milikmu dan di